Jakarta 18.30 wib
"Bukankah sudah aku katakan kalau kau hanya sebuah objek taruhan??." Tegas Amanda sambil berjongkok menatap lurus pria yang bersimpuh di hadapannya "Lihatlah air matamu itu?? How cute?? Sepertinya bayaranku mahal malam ini." sambungnya dengan kekehan menyebalkan.
"Harusnya kau tahu jika seorang pria menangis itu artinya kau berharga untuknya." Pria yang bernama Giorgino itu tersenyum getir, berusaha menahan isakan di dalam dadanya, gadis ini. Gadis dihadapannya, entah mengapa sanggup membuatnya sampai seperti ini.
"Kutekankan lagi padamu, jika suatu saat nanti kau jatuh cinta, hindari wanita manis berhati iblis sepertiku, karena air matamu itu akan berakhir sia sia."
Amanda tersenyum manis, senyum yang cukup sanggup membuat dunia pria runtuh di bawah kakinya, jika saja pria ini cerdas maka dia akan tahu jika senyum itu hanyalah ilusi indah yang Amanda ciptakan hanya untuk menjebak mangsa masuk dalam perangkapnya "Go away from my life darling, dan jangan pernah sekalipun menampakkan wajahmu di depanku lagi." seru Amanda sebelum berlalu.
"PLEASE, DONT LEAVE ME AMANDA!!! AKAN KUBERIKAN SEMUA UNTUKMU, HARTAKU, ASET ASETKU BAHKAN JIKA KAU MEMINTA SELURUH DUNIA PASTI AKAN KUBERIKAN PADAMU!!" Gino berteriak kencang nadanya terdengar sangat frustasi, Amanda yang mendengarnya pun semakin tersenyum sinis, see? Pria selalu menilai wanita dengan uang, bukan?? mereka selalu merasa bisa mendapatkan segalanya dengan uang, apa mereka pikir bisa membeli perasaan Amanda dengan uang begitu?. Sayangnya Amanda bukan gadis mainstream yang bisa tergoda dengan seberapa tebalnya dompetmu, jadi kaum adam apa salahnya sekarang jika cinta kalian ditukar pula dengan uang?
Rasanya menyenangkan bukan?
***
"Dua puluh juta Has."
Amanda bersorak girang menerima amplop coklat berisikan sejumlah uang dari tangan Hasri lalu menoleh ke arah Samuel yang juga harus menyetorkan uang kepadanya "Mana dari lo Sam?" dia memalingkan wajah ke arah pria yang bersandar di ujung sofa.
Laki-laki yang bernama Samuel tersebut lantas memberikan sebuah amplop tipis bewarna putih, Amanda mengernyitkan dahi sebelum membuka lipatan amplop tersebut, dan detik kemudian mengeluarkan lembaran-lembaran kertas bewarna merah dan menghitungnya.
"Kok Cuma lima juta sih Sam? kan harusnya lima belas." tanya Amanda heran.
"Sisanya gue cicil." jawab Sam seraya mengangkat bahu cuek.
"Yeee kelabang, lu kira kontrakan di cicil-cicil, gue gamau tauuuuu .. sekarang!!" rajuknya yang di balas Sam dengan decakan seraya mengibas telapak tangan tanda tak peduli, baginya tak ada yang lebih menyebalkan dari mengeluarkan jutaan uang hanya untuk sebuah permainan.
"Itu udah lebih dari cukup Amanda, ini taruhan terbesar yang pernah kita lakuin, lu serakah banget sih! emang seberapa mahal harga makan lo sampai uang segitu gak cukup"
Sambung Hasri, wajahnya terlihat menahan kesal, hari ini ia dan Samuel harus kalah taruhan dengan telak, seperti kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, trio kardus ini selalu melakukan taruhan konyol yang berujung dengan penderitaan kepada siapapun yang kalah, dan seperti sebelum-sebelumnya pula, Hasri dan Sam yang selalu mendapat sial karena selalu kalah padahal beberapa waktu yang lalu mereka sempat menang, tapi ternyata keberuntungan mereka tidak berlangsung lama karena hari ini adalah kekalahan tertelak yang mereka berdua alami.
Hasri dan Samuel mengira jika Amanda tidak akan mudah mendapatkan hati seorang kontraktor muda yang mereka dengar terkenal dengan julukan ice prince, but hey, she's Amanda—Amanda Daniela. Gadis yang nyaris memiliki kesempurnaan fisik, selain fisik yang menggoda dan wajah yang mendukung, bibir wanita itu juga sangat mahir dalam merayu, Hasri dan Sam masih mengingat betul bagaimana pria yang memiliki julukan ice prince itu menangis dan berlutut di kaki Amanda ketika Amanda berhasil menghancurkan hatinya.
Padahal beberapa waktu yang lalu sebelum taruhan itu di gelar, sebelum sang pria di tunjuk. Has dan Sam sudah yakin jika pria itu bukan pria sembarangan, di lihat dari peragainya, juga di lihat dari wajahnya yang terlihat begitu dingin dan kaku, belum lagi dengan yang "katanya" Susah di dekati. Tapi siapa tahu jika begini akhirnya.
Sepertinya Hasri dan Sam sudah memandang remeh iblis cantik yang sudah menjadi sahabat mereka sejak duduk di bangku sekolah menengah itu. Terlihat Amanda masih belum jua mau mengalah berdebat dengan Samuel.
"Ini terakhir gue sia siain tabungan gue buat elo Nda, sialan!" maki Sam yang hanya di balas gelagak tawa dari Amanda.
"C'mon, lo bahkan bisa ngumpulin sepuluh juta hanya dengan tiga hari pemotretan Sam, jangan pelit sama temen, kalian itu bank berjalan buat gue."
Hasri memutar bola matanya jengah sahabatnya ini memang kepalang matrealistis, dan herannya Sam dan Hasri masih betah berteman dengannya. Di teguknya segelas martini yang sedari tadi bertengger di tangan kanannya—netra hitamnya mengedar ke arah dance floor yang di penuhi manusia yang saling menggeliat kesana kemari, bergoyang dengan penuh irama seolah mereka semua tidak akan menjumpai esok pagi, Has sudah hampir berdiri hendak menuju dance floor namun wurung dilakukan ketika telinganya menangkap suara Amanda yang berteriak berlomba kencang dengan debuman musik diskotik.
"Lagian jangan salahin gue, salahin para cowok ogeb itu dong, mau aja jadi korban gue," teriak Amanda dengan sedikit mensejajarkan dirinya di telinga Has.
"Tapi seneng kan lo!" Tukas Has malas.
"Of course, karena ke tololan mereka gue gak kehabisan stok pembalut, lo bisa bayangin seberapa kayanya gue tanpa harus kerja hanya modal ke ogeban mereka."
"Dengerin gue ya Manda, gue sumpahin suatu saat lo bakalan jatuh sama cowok yang sama kuatnya sama lo Nda, dan di saat itu lo bakalan ngerasain gimana rasanya merjuangin seseorang!!" Ucap Hasri penuh penekanan.
Amanda semakin tertawa mendengarnya "Itu gak mungkin Has! Gue gak akan biarin hati gue jatuh buat siapapun!" tegas Amanda dengan senyuman yang mampu membuat kedua sahabatnya meradang.
Ayolah, Amanda bahkan tidak mengetahui apa itu cinta, ia mengenal kasih sayang tapi bukan sejenis perasaan sampai meggilai pria apalagi sampai harus menangis karenanya, ia bahkan sangsi jika bisa merasakan rasa tertarik yang lebih melebihi ketertarikan fisik.
Bukankah perasaan itu hanya sebuah kamuflase dari sebuah nafsu belaka? Memang apa yang di harapkan dari sebuah hubungan serius berdasar embel-embel cinta? Membayangkannya saja sudah membuat Amanda mual.
Omong-omong soal cinta, kemana perginya jiwa Has yang sama seperti dirinya? Amanda membalikkan tubuhnya menatap sahabat wanitanya yang masih saja memberengut sebal.
"Lo gak beneran kutuk gue bakalan jatuh cinta kan? C'mon cinta itu cuma akal-akalan penulis picisan. Cinta itu gak ada, bestie." Amanda tergelak sedangkan Has masih serius sebelum kemudian menjawab.
"Liat aja nanti." Sambung hasri dengan nada serius.
"BRENGSEK!!"Gadis bersurai hitam panjang itu mengumpat untuk kesekian kalinya, ia berjalan beriringan di sebelah pria bermuka masam dan sangar, dengan menggenggam dokumen kepindahan Universitas di tangan kirinya, pria itu terus berjalan di koridor kampus dengan langkah-langkah panjang tanpa peduli dengan ocehan ocehan Amandakeputusan sang kakak *Nathanael Daniela*. Memboyong Amanda keluar dari Jakarta dan ikut bersamanya sudah sangat final, ia tidak ingin adiknya selalu terlibat masalah. Apalagi mengingat reputasinya bersama sahabat-sahabatnya yang terkenal urakan belum lagi kejadian yang baru saja terjadi, menjadikan salah satu keluarga kaya raya sebagai taruhan.Nathanael baru saja mengurus pendaftaran Amanda di University Of Southern California. Ya .. Ini sudah Universitas ketiga bagi Amanda, keputusan Nathanael mendaftarkan Amanda di Universitas sebelumnya ternyata keliru, baru satu bulan menjalani kuliah Amanda sudah sukses membakar setengah gudang
Amanda mengetuk-ketukan jari-jari lentiknya di meja sebuah klub besar di atas sebuah hotel bernama Hollywood Standart, yang benar saja?? Bukanya Nathanael bilang jika pria yang akan di temuinya adalah pria baik-baik? lalu mengapa pria itu memutuskan bertemu di tempat liar Amanda, sebenarnya ia tidak keberatan, senang malah!Terakhir kali dia ke klub justru berakhir dengan kepindahan dirinya ke Los Angeles,unbelievable, Nathanael dengan semua sifat ditaktornya.Sebenarnya perjodohan kali ini adalah perjodohan ketiga yang dilakukan Nathanael terhadapnya, pria itu masih saja kekeuh menawar-nawarkan Amanda kesana kemari,hell! tidakkah Nathanael sadar sekuat apapun kuasanya terhadap Amanda, tidak akan ada satupun laki-laki yang akan menang terhadap aura penghancurnya.Sudah hampir satu jam Amanda menunggu di klub tersebut, tetapi yang di tunggu tak kunjung bersua, di sesapnya sekali lagi tequila di tangan kanannya. Netra cokelat itu meng
"Telephone Flynn dan katakan jika aku menunggunya di DANIELA.LTD." perintah Lionel pada Diego—asisten pribadinya, Lionel masih berada di Los Angeles setelah kejadian memalukan semalam, ia baru bisa kembali ke salah satu kamar hotel Hollywood Standart setelah lebih dari lima belas menit bergelung di lantai basement, wanita bar bar yang bersamanya kemarin sudah sukses membuat moodnya buruk, terbukti dari semalam hingga pagi ini semua orang yang di sekitarnya terkena amukan imbas dari suasana hatinya. Akan kubalas kau Amanda daniela Lionel tersenyum licik ketika sudah sampai di koridor anak perusahaan milik keluarga Daniela, Netra abu-abunya mengedar ke sekitar sebelum pandangannya teralih pada jam tangan yang dikenakannya, Flynn belum juga datang.Dengan menghela nafas kasar, Lionel beranjak menuju lift pribadi dan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya hendak menelepon seseorang.Lift terbuka di lantai empat puluh, lantai yang han
"Ini seriusan Nda, abang lo mindahin kita ke Universitas Southern Of California?" Hasri bertanya keheranan di hari ketujuh mereka tinggal di Los-Angeles, Sam dan Hasri masih belum percaya jika Nathanael Daniela benar-benar serius memindahkan mereka berdua untuk menemani Amanda. Dan seakan belum puas membuat kedua manusia tak berdaya itu tercengang, Nathanael mendaftarkan mereka masuk Universitas bergengsi dan memberi mereka akomodasi secara komplit, mulai dari ; penthouse mewah, mobil, macbook serta uang bulanan.Sebenarnya seberapa kaya keluarga Daniela?"Abang lotajirjuga ya Nda, kontras banget sama lo yang keliatankerebanget di kampus." celetuk Sam seraya mengiris tenderloin steak yang baru saja dihidangkan pelayan beberapa menit yang lalu."Yee si pe'a, udah gue bilang berkali kali gue haram makan uang keluarga Daniela secara sadar." tukas Amanda sewot.
Amanda memijit pelan keningnya, sakit kepala yang mendera dari semalam belum juga mereda,Pagi ini ia sudah resmi, menjabat sebagai wakil direktur utama dari Daniela.LTd yang memang sejak dari usia tujuh tahun di gadang-gadang menjadi miliknya, gadis dengan kemeja berwarna putih dan rok span hitam itu tak menyangka jika kini di usianya yang baru menginjak 23 tahun harus berkutat dengan grafik grafik dan angka-angka yang memusingkan kepala. Di mana gadis-gadis seumurannya masih merasakan nikmatnya masa menjadi karyawan muda, atau remaja yang masih asik menonton drama korea hingga menangis dari malam sampai pagi.Amanda membuka lembar demi lembar dokumen yang berisi anual report yang baru saja dikirim akuntan perusahaan lima belas menit yang lalu. Hingga langkah kaki seseorang berhasil mengalihkan pandangan matanya, alisnya bertautan melihat sosok di hadapannya sebelum berujar."Kau ... mau apa kau kemar
Lionel berjalan cepat menuju ruangan Amanda, berkali-kali ia mencoba menelepon gadis itu tapi tak kunjung tersambung, ia mencoba menelepon ke sekertaris Amanda dan hasilnya pun nihil, ‘Amanda sedang tak bisa di ganggu’. Apa-apaan gadis itu memang siapa dirinya hingga tak mau di ganggu.Langkah Lionel terhenti di depan meja sekretaris Amanda, wanita kuno berkacamata itu berusaha menghalangi agar Lionel tak melangkah lebih jauh lagi, dan Lionel hampir saja tertawa melihat bagaimana saat wanita itu pontang-panting menghalangi jalannya."Tunggu Pak, Nona Amanda sedang kedatangan tamu, dan sepertinya ia tidak suka jika—" ucapan sekretaris itu seketika berhenti saat Lionel memberinya tatapan tajam, dari tempatnya berdiri sayup-sayup ia bisa mendengar perbincangan seseorang yang menyebut namanya.Mengabaikan ocehan sekertaris Amanda, Lionel segera melangkah ke arah pintu yang terbuka lebar dan betapa terkejutnya ia saat menemukan dua makhluk rem
"Comprenez madame?"¹ lamunan Amanda buyar begitu suara nyaring memekakkan telinga terdengar tertuju ke arahnya.Di letakkan pena yang sedari tadi ia gigit demi memusatkan atensi pada seseorang berkacamata tua di depan kelas karena Mr. David Gorales—dosen bahasa Perancisnya itu menatapnya kaku.Amanda menghela nafas, menatap sekeliling kelas yang kini juga memusatkan mata kepadanya, menatap dengan pandangan seolah-olah di kepalanya kini baru tumbuh sebuah tanduk rusa."Lain kali kalau mau ngelamun jangan di kelas bahasa Perancis, udah tau sam-sama oon." Has menyikut sikunya—berbisik pelan takut jika kata-kata yang ia keluarkan akan menjadi akhir dunia.Amanda membenci bahasa Perancis, tapi sialnya Has mendaftarkan dirinya secara sepihak di mata kuliah ini, dan apapun itu ia bersumpah tidak akan mengikuti kelas Mr. David di semester berikutnya.Amanda kembali memusatkan perhatiannya pada papan tulis sebelum tuan maha benar i
Amanda tahu ini konyol, ia tahu persis, tapi ia malah tidak peduli. Di letakkannya secangkir teh yang baru saja ia sesap demi memfokuskan mata pada pria di hadapannya. Ya Flynn ada di sana, satu jam lalu pria itu menyusulnya, lalu meminta maaf sebelum akhirnya pria itu mengatakan niat sebenarnya. Apalagi jika bukan 'mengenal Lebih dekat'. Itu adalah hal yang klasik menurut Amanda. Belum lagi, pria bermanik biru itu selalu melihatnya dengan tatapan tertarik dan hal itu mau tidak mau membuatnya ingin memutar bola matanya bosan. Semua pria yang di kenalnya sering memberi tatapan seperti ini, katakanlah yang se buas serigala sampai yang jinak-jinak merpati. Dari yang ia dengar, dan bisa ia nilai. Flynn ternyata pria yang cukup kaya, selain berprofesi sebagi dokter bedah Rumah Sakit kenamaan di New York, pria itu juga memiliki beberapa peternakan kuda di New Zealand. Lupakan soal wajahnya yang memiliki nilai lebih, otak dan dompetnya jauh lebih menarik minat wanita.
Lionel berjalan dalam keheningan menyusuri lorong griya tawang miliknya, matanya setajam elang dan hatinya berdebar. Antara rasa rindu dan rasa kebingungan menjadi satu. Pria itu berhenti sejenak sebelum membuka pintu kamarnya, di mana pusat dunianya saat ini berada. Lionel ingin bersikap biasa saja dan tidak peduli, namun ia tidak bisa.Memorinya memutar pada kejadian di mana wanita yang pernah merenggut kewarasannya tiba-tiba muncul di hadapannya. Wanita itu pernah menjadi sekeping bagian dari hidupnya, memercik rasa rindu yang membakar seluruh kepalanya. Tanpa mengingat jika ada gadis cantik yang sedang menunggunya membawa kabar baik, anak nakal yang ingin ia selamatkan hidupnya."Mengapa aku bisa secepat itu lupa?" geram Lionel dalam hati. "Maafkan aku Amanda, tapi kau harus pergi."Lionel menyandarkan kepalanya pada tembok di sampingnya, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara kasar sebelum membuka pintu. Saat pintu itu terbuka, hanya kegelapan yan
"Aku tidak mengerti mengapa kau begitu menginginkan dia.""Bagiku, Amanda memang segalanya." Giorgee berkata ringan sembari menegak segelas americanonya dengan gaya yang angkuh, sementara itu lawan biacaranya—Stevania menatapnya dengan sinis.Kondisi kedai kopi yang mereka tempati siang ini tampak lengang, hanya satu dua penikmat kopi duduk di kejauhan tanpa mau peduli jika di antara mereka ada dua orang yang sedang merencanakan sebuah kejahatan."Katakan padaku, apa yang akan aku dapatkan jika membantu ide gilamu itu, Stevania."Stevania mengulas senyum tipis "Tentu saja Amanda, kau akan mendapatkan anak jalang itu."Giorgee mengangguk "Aku membutuhkan lebih, kau tahu .. pekerjaan ini tidak mudah, aku harus mengkhianati sahabatku." Pria itu menumpukkan kedua lengannya di atas meja "Kau tahu Stevania, aku bisa saja berbalik mengkhianatimu.""Lakukan, dan kau akan kehilangan pelacur kecilmu." Stevania menatapnya murka lalu membuang waja
"Nathanael Daniela menghubungiku.."Raut wajah Lionel menegang saat mendengar nama itu di sebut, tapi Lionel berusaha tetap kalem dan tenang saat bertanya "Untuk apa? aku memintamu membereskan dia.""I do, brengsek. Ini masalahnya .. kau yakin menugaskan anak buahmu untuk membunuh saudara dari kekasihmu?" Diego mendesah lelah "Kami semua siap melakukan perintahmu, Lionel. Akan tetapi kau harus yakin.""Dia menyentuh Amanda, sialan! Dia menyentuh wanitaku, dia bahkan menyakitinya." Suara itu lebih terdengar bagaikan sabetan pisau yang tajam, Diego mematung sejenak melihat ke arah bos sekaligus sahabatnya tersebut, pria yang ia ikuti selama ini. Diego sudah memahami bagaimana watak Lionel jika berurusan dengan siapapun yang berani mengusiknya. Hanya saja, baru kali ini Lionel melakukannya untuk orang lain. Terlebih untuk seorang wanita.Rahang Lionel mengetat, jari-jemarinya terkepal erat. Saat Diego tahu tatapan Lionel tidak bisa lagi di kategorikan bersah
Amanda terbangun dari tidurnya masih dengan perasaan kacau, hari ini harusnya ia berbicara pada Nathanael. Akan tetapi Amanda masih ragu. Tentu saja ragu, karena tanpa di jelaskan pun ia tahu, apa yang ia lakukan bersama Lionel bisa menjadi akhir dari segalanya. Akhir rencananya, akhir karirnya bahkan akhir hidupnya. Sayangnya Amanda terlalu bodoh untuk peduli, semuanya sudah terlambat. Akibat egonya yang tersentil semua menjadi kacau.Jika saja Flynn lah yang datang menemuinya di malam perjodohan, pasti semua tidak akan se rumit ini. Amanda yakin jika ia masih perempuan yang sama se utuh sebelumnya. Anak nakal yang mempermainkan pria untuk bersenang-senang. Bukan anak nakal yang sudah tidur bersama pria dewasa, dan sialnya pria dewasa itu tidak akan melepaskan dirinya. Sejak awal semua sudah salah, mulai saat di adopsi, sampai ia harus menjadi seperti sekarang ini. Dan sialnya semua orang memaksa ia untuk menanggung segalanya.Nathanael..Perut Amanda bagai di
Amanda melangkah dengan berat menuju kamarnya, meninggalkan Nathanael yang sudah asyik bercengkrama dengan Flynn. Tanpa peduli bagaimana raut wajah Amanda yang mendadak gusar. Kepalanya terasa berputar, dan perasaannya menjadi lesu, ia lalu menyalakan sebuah pemanas sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang besar yang empuk. Sewaktu ia masih di jakarta hidupnya berjalan dengan baik, meskipun menyandang status sebagai pengangguran dan berkawan dengan teman-temannya yang nakal. Namun hidupnya terasa jauh lebih baik sebelum semuanya berakhir ketika harus pindah Negara. Dia tidak menemukan alasan terbaik untuk menukar hidupnya yang dulu dengan yang sekarang. Amanda tidak tahu bagian mana yang membuatnya seperti orang gila sekarang, kembalinya seorang iblis betina kah atau keputusan Nathanael untuk mempercepat pertunangannya sekarang ini? Fakta-fakta gila ini tentu saja membuatnya lebih dari sekedar depresi, lebih dari itu ia merasa jika sedang di permainkan.
Stevania Daniela. Wanita cantik dengan bola mata bewarna biru terang berambut pirang panjang rahang tegas, dengan wajah angkuh yang nyaris serupa dengan seorang Nathanael Daniela.Ketika Amanda sampai di hadapan wanita yang hanya terpaut empat tahun darinya itu, Amanda tahu jika ia sedang dalam masalah, sialan!wanita itu berhasil membuat amarah tak terkendalinya naik kepermukaan. Jelas sekali jika Amanda merasa tertantang dengan keberadaan seorang Stevania Daniela, belum lagi dengan gestur wanita itu yang tengah memandangnya dengan pemandangan yang menyebalkan."Ah .. selamat datang adik kecil." wanita itu menyeringai dengan merentangkan kedua tangannya seolah menarik Amanda kedalam pelukannya, Amanda tersenyum tipis nyaris berbentuk sebuah garis sinis membalas sambutan yang terdengar di buat-buat dari seorang Stevania."Aku tak mendengar kabar apapun tentang pembebasan mu, Stevi. Bagaimana bisa kau berkeliaran sesuka hati d
"Hahahahaha..""Jangan ketawa lu setan, udah berapa lama lo ngilang, hah?" ketus Has begitu mendengar tawa menggelegar sahabat wanitanya yang baru saja datang dari Brazil beberapa jam yang lalu. Has memberengut sebal bukan main, saat dengan entengnya Amanda meminta mereka untuk datang di kantornya."Baru juga sebulan." jawab Amanda kelewat santai sembari menegak susu strawberry di tangan kanannya tanpa mengalihkan pandangannya terhadap berkas-berkas pekerjaan yang baru saja di kirimkan Paula beberapa menit yang lalu, wanita berkacamata kuno itu memang pantas di berikan apresiasi perihal pekerjaannya. Terbukti dengan seluruh jadwal pertemuan klien hingga laporan akuntan semua tersusun rapih sesuai tanggal dan urutan.Sam memutar bola matanya jengah "Buat apa balik?""Jahat banget sih Sam. Gak kangen gue apa?""Basi!" ketusnya lagi yang di balas kikikan Amanda untuk kesekian kali, Amanda memang harusnya sudah sadar respon seperti apa yang akan di had
Mendekati tengah malam acara yang berlangsung dengan begitu mewah itu semakin terdengar riuh, gelas-gelas berdenting, para pelayan hilir mudik mejajakan berbagai minuman berwarna warni beserta kudapan manis yang bersiap untuk di sajikan, alunan musik waltz juga mulai berganti dengan musik pop jaman sekarang dengan irama sedikit menghentak mengiringi setiap insan yang mulai menggoyangkan tubuhnya lebih keras di pelataran lantai dansa.Beralih ke arah setiap meja tamu yang di penuhi para pebisnis yang membentuk sebuah kelompok dan para wanita wanita sosialita dengan gaya angkuh ikut membuat kelompok bersama sekumpulan—nya, membicarakan trend terbaru masa kini atau hanya sekedar membicarakan berita picisan.Lain lagi dengan kondisi keluarga Gerardo yang menjadi tuan rumah penjamu seluruh manusia kaya di dalam hall ini, mereka tampak hangat bercengkrama hangat satu sama lain. Amanda dan Lionel sudah kembali kedalam hall satu jam yang lalu, sebelum akal se
“Ini..” Lionel menyerahkan sebotol vodka kecil yang berada di balik jasnya kepada Amanda, Amanda yang merasa tubuhnya membeku pun segera menyambar botol tersebut dan meminumnya perlahan hal yang pertama yang ia rasakan adalah rasa panas yang menjalar di kerongkongannya baru di ikuti dengan aroma khas alkohol yang menguar ketika ia menghembuskan nafas. Sebenarnya ia sangat membenci vodka, selain karena rasanya pahit. Efeknya juga sangat luar biasa. Jadi Amanda hanya meneguknya sedikit, itu alternatif yang lebih baik daripada tidak meminumnya sama sekali lalu membeku di tengah tengah pegunungan Andes.Ya pegunungan Andes, Lionel sendiri yang menggendongnya hingga berada di tengah-tengah gunung es ini, atau lebih tepatnya ia sedang berada di sebuah gua es yang berada di pertengahan puncak Andes. Kata Lionel tempat ini adalah tempat dimana biasanya para pendaki beristirahat karena selain memiliki gua es yang indah mereka juga bisa melihat pemandangan kota Pucon dengan