"Comprenez madame?"¹ lamunan Amanda buyar begitu suara nyaring memekakkan telinga terdengar tertuju ke arahnya.
Di letakkan pena yang sedari tadi ia gigit demi memusatkan atensi pada seseorang berkacamata tua di depan kelas karena Mr. David Gorales—dosen bahasa Perancisnya itu menatapnya kaku.
Amanda menghela nafas, menatap sekeliling kelas yang kini juga memusatkan mata kepadanya, menatap dengan pandangan seolah-olah di kepalanya kini baru tumbuh sebuah tanduk rusa.
"Lain kali kalau mau ngelamun jangan di kelas bahasa Perancis, udah tau sam-sama oon." Has menyikut sikunya—berbisik pelan takut jika kata-kata yang ia keluarkan akan menjadi akhir dunia.
Amanda membenci bahasa Perancis, tapi sialnya Has mendaftarkan dirinya secara sepihak di mata kuliah ini, dan apapun itu ia bersumpah tidak akan mengikuti kelas Mr. David di semester berikutnya.
Amanda kembali memusatkan perhatiannya pada papan tulis sebelum tuan maha benar i
Amanda tahu ini konyol, ia tahu persis, tapi ia malah tidak peduli. Di letakkannya secangkir teh yang baru saja ia sesap demi memfokuskan mata pada pria di hadapannya. Ya Flynn ada di sana, satu jam lalu pria itu menyusulnya, lalu meminta maaf sebelum akhirnya pria itu mengatakan niat sebenarnya. Apalagi jika bukan 'mengenal Lebih dekat'. Itu adalah hal yang klasik menurut Amanda. Belum lagi, pria bermanik biru itu selalu melihatnya dengan tatapan tertarik dan hal itu mau tidak mau membuatnya ingin memutar bola matanya bosan. Semua pria yang di kenalnya sering memberi tatapan seperti ini, katakanlah yang se buas serigala sampai yang jinak-jinak merpati. Dari yang ia dengar, dan bisa ia nilai. Flynn ternyata pria yang cukup kaya, selain berprofesi sebagi dokter bedah Rumah Sakit kenamaan di New York, pria itu juga memiliki beberapa peternakan kuda di New Zealand. Lupakan soal wajahnya yang memiliki nilai lebih, otak dan dompetnya jauh lebih menarik minat wanita.
Oakwood Miracle Wile Apartemen-Los-Angeles"Kau pikir apa yang telah kau lakukan itu, Lionel!" Itu sapaan pertama Flynn saat Lionel baru memasukiPenthousemereka yang terletak di salah satu pusat kota Los Angeles.Pria itu hanya tertawa geli seolah tak ada yang salah dengan tingkah lakunya, menurutnya mendapatkan rubah kecilnya itu hal yang lumrah, bukan? Mengingat dari awal memang dialah yang memiliki Amanda, di hari saat Flynn tak mau repot-repot menemuinya pada masa perjodohan. Dan mendapati Flynn ikut campur dengan urusan yang seharusnya tidak ada dalam ranahnya, membuat Lionel meradang, dia bahkan tidak ingat jika Lionel memerintahkan pria itu untuk mencium Amanda, tidak ada."Apa memangnya?" Lionel menjawab tak acuh sembari melepaskan kemejanya hendak beranjak ke arah kamar mandi."Jangan kau pikir aku tidak tahu, kau mengklaimnya dengan cara ter-menjijikan lalu merekammnya! Seriously L?? Kau benar-benar—oh a
Pagi ini Amanda baru tersadar dari tidurnya, jika bukan karena Ac yang terlalu dingin mungkin ia masih setia bergelung di dalam selimut-ah ya itu ide yang lebih baik daripada ia harus terbangun hanya untuk mematikan Ac. Ini pasti ulah Samuel yang selalu menggunakan Ac dengan suhu yang sangat rendah. Tanpa membuka kelopak matanya, Amanda kembali beringsut kedalam selimut mencari cari kenyamanan hingga tubuhnya menempel pada tubuh besar seseorang, sejak kapan tubuh kurus Sam menjadi sehangat dan sebesar ini?, sepanjang yang ia ingat, Sam tidak memiliki dada sebesar ini, apalagi ia tidur dalam kondisi tanpa pakaian begini. Laki-laki itu terlalu perfeksionis dalam segala hal bahkan untuk urusan pakaian tidur sekalipun, dan sejak kapan pula Sam memiliki aroma parfum maskulin yang sama dengan-entahlah, aroma ini mengingatkannya pada, Lionel? Tunggu.... "AAAAAAA......" Amanda menjerit-beringsut menjauh dengan tatapan horor ke arah pria yang sama sekali tidak t
"Jadi hanya ini oleh-oleh yang kudapat dari perjalan bisnis mu di Los-Angeles? benar-benar mengesankan, dude," celetuk Giorge—sahabat Lionel yang baru saja mengambil tempat duduk disisinya memandangi wajah Lionel yang masih berlebam disana sini dengan tersenyum mengejek.Lionel mendengus melirik sekilas ke arahnya, "Jika kau datang hanya untuk memperburuk suasana, lebih baik kau pulang, aku kira seorang pangeran sudah bertaubat." serunya sembari menegak gelas terakhir berisi vodka dengan kadar alkohol tertinggi yang bisa ia ingat, sebelum ini ia sudah menegak beberapa minuman beralkohol dengan presentasi yang tak kalah tinggi dengan minuman yang baru saja mengalir dalam tenggorokannya. Pria itu lantas meraup wajahnya kasar, sial! ia lupa kapan terakhir merasa sekacau ini, kejadian siang tadi benar-benar menguras akal sehatnya.Bagaimana bisa hanya karena seorang gadis bau kencur ia sampai kehilangan kendali, hingga tanpa sadar menghajar ad
"Pipimu..""Ya, Bibi?"Celine menggeram "Mom Amanda .. don't you dare!"Amanda meringis mendengarnya, sebelum menganggukkan kepalanya tanda setuju, dan kembali menyuapkan beberapa roti ke dalam mulutnya,"Pipimu .. siapa yang melakukannya?" bariton suara Louis sontak membuat Amanda menoleh kearahnya—mengernyit bingung, ada apa dengan pipinya? Celine juga bertanya perihal yang sama."Maaf, aku tidak mengerti?" tanya Amanda sopan.Louis berdehem, sedangkan Celine tersenyum simpul menatapnya, yang tentu saja membuat Amanda semakin kebingungan."Nevermind." potong Louis tegas sembari menyesap kopi dalam cangkirnya dengan gerakan canggung, Amanda yang melihat itu semakin mengerutkan dahinya, ada apa dengan pipinya? ia sudah mencuci muka, jangan katakan jika ada jejak liur atau apapun di pipinya .. oh itu sungguh memalukan, pagi tadi memang ia bangun dengan panik saat tiba-tiba pelayan datang lalu m
"No you wrong.. i'm not just a target, but also a possesive target."Apa katanya?Ucapan Lionel membuat Amanda menggenggam tangannya kuat hingga ia tak bisa merasakan aliran darah disana, terlebih saat Lionel dengan beraninya melakukan hal mesum di hadapan seluruh asisten pribadi lengkap dengan beberapa pramugari.Lionel mengulum daun telinganya dengan lembut dan menggoda, perlahan tapi pasti pria itu mulai menurunkan kepalanya ke arah ceruk leher Amanda mulai mengecup bagian bagian dari setiap leher gadisnya menghirup aromanya dalam dan sesekali menghisapnya, dengan begini Amanda bisa merasakan embusan nafas Lionel, dan benar saja embusan nafas itu semakin membuat jantungnya berdebum menggila, ini tidak benar .. Amanda harusnya menolak, tidak boleh merasakan dentuman ini, tidak! tapi tak bisa di pungkiri jika ia sebenarnya juga menikmati setiap sentuhan yang pria itu berikan, caranya membelai, mengecup. Dan bagaimana cara pria itu selalu berhasil membu
Amanda berjalan tergopoh memasuki area olahraga di halaman belakang perusahaannya, tanpa memedulikan tatapan lapar pria di sekitarnya, ataupun tatapan karyawan wanita lain yang melihatnya dengan tatapan hormat, iri dan takut, bahkan ada yang terang-terangan menatapnya keheranan, well.. hal itu wajar saja terjadi—mengingat selama ini ia tidak pernah menginjakkan kaki di sana. Tapi ia tidak peduli. Karena moodnya sedang baik—setidaknya untuk saat ini, bergembira karena rapat yang baru saja ia hadiri beberapa jam lalu memberikan keuntungan yang besar untuk perusahaannya. Dan Amanda ingin menyombongkan itu di depan Lionel, tentu saja sekali dayung dua pulau terlampaui, Amanda akan memulai semua permainannya di hari ini.Langkah kaki panjangnya kini sudah membawanya tepat ke depan pintu ruangan Gym. Ia mencoba mencari cari Lionel, tadi dia mendengar dari sekertarisnya jika Lionel berada di tempat ini. Namun sekarang nihil, Lionel tidak ada di sana.Ia lant
"Lionel Freederick Gerardo akan kubuat kau bertekuk lutut"Lionel merasa seluruh sarafnya lumpuh saat gadis itu dengan beraninya duduk di atas pangkuannya, apa yang sebenarnya terjadi disini? tiba-tiba saja gadis itu menjadi gadis yang manis, lalu kembali angkuh sekarang menjadi lebih berani.Amanda masih mensejajarkan keningnya, dengan begini secara tidak langsung ia bisa melihat dengan jelas bagaimana bibir ranum itu merekah indah, aromanya yang selalu menguarkan aroma berry dan manisnya yang selalu membuatnya gila."Amanda.." Lionel mengerang dengan suara serak tertahan, menahan gejolak yang hampir saja meledak dalam tubuhnya."Hm..." jawab Amanda dengan geraman sensual sembari mengelus dada Lionel di balik kemejanya, 'astaga, kau salah pilih lawan Amanda..' dewi baik Amanda berkali-kali mengingatkannya tentang hal ini, tapi gadis itu tidak peduli, ia senang berada di posisi ini, membuat pria berada di bawah kendalinya. Bukankah memang selalu beg