Oakwood Miracle Wile Apartemen-Los-Angeles
"Kau pikir apa yang telah kau lakukan itu, Lionel!" Itu sapaan pertama Flynn saat Lionel baru memasuki Penthouse mereka yang terletak di salah satu pusat kota Los Angeles.
Pria itu hanya tertawa geli seolah tak ada yang salah dengan tingkah lakunya, menurutnya mendapatkan rubah kecilnya itu hal yang lumrah, bukan? Mengingat dari awal memang dialah yang memiliki Amanda, di hari saat Flynn tak mau repot-repot menemuinya pada masa perjodohan. Dan mendapati Flynn ikut campur dengan urusan yang seharusnya tidak ada dalam ranahnya, membuat Lionel meradang, dia bahkan tidak ingat jika Lionel memerintahkan pria itu untuk mencium Amanda, tidak ada.
"Apa memangnya?" Lionel menjawab tak acuh sembari melepaskan kemejanya hendak beranjak ke arah kamar mandi.
"Jangan kau pikir aku tidak tahu, kau mengklaimnya dengan cara ter-menjijikan lalu merekammnya! Seriously L?? Kau benar-benar—oh a
Pagi ini Amanda baru tersadar dari tidurnya, jika bukan karena Ac yang terlalu dingin mungkin ia masih setia bergelung di dalam selimut-ah ya itu ide yang lebih baik daripada ia harus terbangun hanya untuk mematikan Ac. Ini pasti ulah Samuel yang selalu menggunakan Ac dengan suhu yang sangat rendah. Tanpa membuka kelopak matanya, Amanda kembali beringsut kedalam selimut mencari cari kenyamanan hingga tubuhnya menempel pada tubuh besar seseorang, sejak kapan tubuh kurus Sam menjadi sehangat dan sebesar ini?, sepanjang yang ia ingat, Sam tidak memiliki dada sebesar ini, apalagi ia tidur dalam kondisi tanpa pakaian begini. Laki-laki itu terlalu perfeksionis dalam segala hal bahkan untuk urusan pakaian tidur sekalipun, dan sejak kapan pula Sam memiliki aroma parfum maskulin yang sama dengan-entahlah, aroma ini mengingatkannya pada, Lionel? Tunggu.... "AAAAAAA......" Amanda menjerit-beringsut menjauh dengan tatapan horor ke arah pria yang sama sekali tidak t
"Jadi hanya ini oleh-oleh yang kudapat dari perjalan bisnis mu di Los-Angeles? benar-benar mengesankan, dude," celetuk Giorge—sahabat Lionel yang baru saja mengambil tempat duduk disisinya memandangi wajah Lionel yang masih berlebam disana sini dengan tersenyum mengejek.Lionel mendengus melirik sekilas ke arahnya, "Jika kau datang hanya untuk memperburuk suasana, lebih baik kau pulang, aku kira seorang pangeran sudah bertaubat." serunya sembari menegak gelas terakhir berisi vodka dengan kadar alkohol tertinggi yang bisa ia ingat, sebelum ini ia sudah menegak beberapa minuman beralkohol dengan presentasi yang tak kalah tinggi dengan minuman yang baru saja mengalir dalam tenggorokannya. Pria itu lantas meraup wajahnya kasar, sial! ia lupa kapan terakhir merasa sekacau ini, kejadian siang tadi benar-benar menguras akal sehatnya.Bagaimana bisa hanya karena seorang gadis bau kencur ia sampai kehilangan kendali, hingga tanpa sadar menghajar ad
"Pipimu..""Ya, Bibi?"Celine menggeram "Mom Amanda .. don't you dare!"Amanda meringis mendengarnya, sebelum menganggukkan kepalanya tanda setuju, dan kembali menyuapkan beberapa roti ke dalam mulutnya,"Pipimu .. siapa yang melakukannya?" bariton suara Louis sontak membuat Amanda menoleh kearahnya—mengernyit bingung, ada apa dengan pipinya? Celine juga bertanya perihal yang sama."Maaf, aku tidak mengerti?" tanya Amanda sopan.Louis berdehem, sedangkan Celine tersenyum simpul menatapnya, yang tentu saja membuat Amanda semakin kebingungan."Nevermind." potong Louis tegas sembari menyesap kopi dalam cangkirnya dengan gerakan canggung, Amanda yang melihat itu semakin mengerutkan dahinya, ada apa dengan pipinya? ia sudah mencuci muka, jangan katakan jika ada jejak liur atau apapun di pipinya .. oh itu sungguh memalukan, pagi tadi memang ia bangun dengan panik saat tiba-tiba pelayan datang lalu m
"No you wrong.. i'm not just a target, but also a possesive target."Apa katanya?Ucapan Lionel membuat Amanda menggenggam tangannya kuat hingga ia tak bisa merasakan aliran darah disana, terlebih saat Lionel dengan beraninya melakukan hal mesum di hadapan seluruh asisten pribadi lengkap dengan beberapa pramugari.Lionel mengulum daun telinganya dengan lembut dan menggoda, perlahan tapi pasti pria itu mulai menurunkan kepalanya ke arah ceruk leher Amanda mulai mengecup bagian bagian dari setiap leher gadisnya menghirup aromanya dalam dan sesekali menghisapnya, dengan begini Amanda bisa merasakan embusan nafas Lionel, dan benar saja embusan nafas itu semakin membuat jantungnya berdebum menggila, ini tidak benar .. Amanda harusnya menolak, tidak boleh merasakan dentuman ini, tidak! tapi tak bisa di pungkiri jika ia sebenarnya juga menikmati setiap sentuhan yang pria itu berikan, caranya membelai, mengecup. Dan bagaimana cara pria itu selalu berhasil membu
Amanda berjalan tergopoh memasuki area olahraga di halaman belakang perusahaannya, tanpa memedulikan tatapan lapar pria di sekitarnya, ataupun tatapan karyawan wanita lain yang melihatnya dengan tatapan hormat, iri dan takut, bahkan ada yang terang-terangan menatapnya keheranan, well.. hal itu wajar saja terjadi—mengingat selama ini ia tidak pernah menginjakkan kaki di sana. Tapi ia tidak peduli. Karena moodnya sedang baik—setidaknya untuk saat ini, bergembira karena rapat yang baru saja ia hadiri beberapa jam lalu memberikan keuntungan yang besar untuk perusahaannya. Dan Amanda ingin menyombongkan itu di depan Lionel, tentu saja sekali dayung dua pulau terlampaui, Amanda akan memulai semua permainannya di hari ini.Langkah kaki panjangnya kini sudah membawanya tepat ke depan pintu ruangan Gym. Ia mencoba mencari cari Lionel, tadi dia mendengar dari sekertarisnya jika Lionel berada di tempat ini. Namun sekarang nihil, Lionel tidak ada di sana.Ia lant
"Lionel Freederick Gerardo akan kubuat kau bertekuk lutut"Lionel merasa seluruh sarafnya lumpuh saat gadis itu dengan beraninya duduk di atas pangkuannya, apa yang sebenarnya terjadi disini? tiba-tiba saja gadis itu menjadi gadis yang manis, lalu kembali angkuh sekarang menjadi lebih berani.Amanda masih mensejajarkan keningnya, dengan begini secara tidak langsung ia bisa melihat dengan jelas bagaimana bibir ranum itu merekah indah, aromanya yang selalu menguarkan aroma berry dan manisnya yang selalu membuatnya gila."Amanda.." Lionel mengerang dengan suara serak tertahan, menahan gejolak yang hampir saja meledak dalam tubuhnya."Hm..." jawab Amanda dengan geraman sensual sembari mengelus dada Lionel di balik kemejanya, 'astaga, kau salah pilih lawan Amanda..' dewi baik Amanda berkali-kali mengingatkannya tentang hal ini, tapi gadis itu tidak peduli, ia senang berada di posisi ini, membuat pria berada di bawah kendalinya. Bukankah memang selalu beg
Rumah mediterania itu nampak lebih cantik jika di lihat dari dekat, memiliki ukuran tidak terlalu besar, beraksen bebatuan. Dengan ornamen kayu yang rumit, tembok lengkung, serta atap genteng tanah liat yang membuat kesan earth tone begitu kental dan kuat. Saat Amanda baru memasuki halaman hal yang pertama menyambutnya adalah dua pilar dan beberapa kolom di tiap sisi bagian luar bangunan, selain itu, yang Amanda tahu. Rumah ini berdiri di atas karang kokoh. Ada sebuah jembatan mirip seperti pelabuhan yang mengarah langsung ke pasir pantai, dalam sekali lihat Amanda tahu jika dirinya telah jatuh cinta dengan rumah ini.Amanda menyusuri bangunan tersebut sendirian, Lionel tidak ada bersamanya, karena pria yang sekaligus menjadi bosnya itu masih berkutat dengan pekerjaan beserta rapat secara daring bersama kolega-koleganya. Memang seperti itulah yang akan terjadi jika menculik seorang pemimpin dari sebuah perusahaan, lagipula Lionel memang harus bertanggung jaw
Dan Amanda tahu, jika dia sudah berhasil. Untuk itu di giringnya Lionel menuju pantai, bermain-main sebentar di sana, lalu duduk di tepi lautan setelahnya. "Jadi bagaimana dengan kuliahmu." Lionel membuka suara setelah beberapa menit terdiam menikmati angin laut. Amanda menoleh sebentar "Cuti, tentu saja. Untuk satu semester." gadis itu bergeser menjauh sedikit kemudian kembali menjawab "Aku tidak bisa melakukan keduanya, aku tahu kapasitas otakku." "Sebenarnya aku tidak mengerti untuk apa kau harus cuti kuliah di saat kau bisa saja memilih kuliah tanpa bekerja." "Aku juga tidak menginginkannya, kuliah Master sekaligus menjadi pewaris perusahaan bukanlah impianku." desah Amanda "kau tahu, Aku ingin menjadi pebisnis kecil, memiliki kedai makanan atau sebuah bakery. Tapi tentu saja, tuan Nathanael Daniela tidak akan mengijinkan, dan for a god sake .. semua keluarga Daniela akan terkena serangan jantung jika aku melakukan itu." Itu sebuah kebenar
Lionel berjalan dalam keheningan menyusuri lorong griya tawang miliknya, matanya setajam elang dan hatinya berdebar. Antara rasa rindu dan rasa kebingungan menjadi satu. Pria itu berhenti sejenak sebelum membuka pintu kamarnya, di mana pusat dunianya saat ini berada. Lionel ingin bersikap biasa saja dan tidak peduli, namun ia tidak bisa.Memorinya memutar pada kejadian di mana wanita yang pernah merenggut kewarasannya tiba-tiba muncul di hadapannya. Wanita itu pernah menjadi sekeping bagian dari hidupnya, memercik rasa rindu yang membakar seluruh kepalanya. Tanpa mengingat jika ada gadis cantik yang sedang menunggunya membawa kabar baik, anak nakal yang ingin ia selamatkan hidupnya."Mengapa aku bisa secepat itu lupa?" geram Lionel dalam hati. "Maafkan aku Amanda, tapi kau harus pergi."Lionel menyandarkan kepalanya pada tembok di sampingnya, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara kasar sebelum membuka pintu. Saat pintu itu terbuka, hanya kegelapan yan
"Aku tidak mengerti mengapa kau begitu menginginkan dia.""Bagiku, Amanda memang segalanya." Giorgee berkata ringan sembari menegak segelas americanonya dengan gaya yang angkuh, sementara itu lawan biacaranya—Stevania menatapnya dengan sinis.Kondisi kedai kopi yang mereka tempati siang ini tampak lengang, hanya satu dua penikmat kopi duduk di kejauhan tanpa mau peduli jika di antara mereka ada dua orang yang sedang merencanakan sebuah kejahatan."Katakan padaku, apa yang akan aku dapatkan jika membantu ide gilamu itu, Stevania."Stevania mengulas senyum tipis "Tentu saja Amanda, kau akan mendapatkan anak jalang itu."Giorgee mengangguk "Aku membutuhkan lebih, kau tahu .. pekerjaan ini tidak mudah, aku harus mengkhianati sahabatku." Pria itu menumpukkan kedua lengannya di atas meja "Kau tahu Stevania, aku bisa saja berbalik mengkhianatimu.""Lakukan, dan kau akan kehilangan pelacur kecilmu." Stevania menatapnya murka lalu membuang waja
"Nathanael Daniela menghubungiku.."Raut wajah Lionel menegang saat mendengar nama itu di sebut, tapi Lionel berusaha tetap kalem dan tenang saat bertanya "Untuk apa? aku memintamu membereskan dia.""I do, brengsek. Ini masalahnya .. kau yakin menugaskan anak buahmu untuk membunuh saudara dari kekasihmu?" Diego mendesah lelah "Kami semua siap melakukan perintahmu, Lionel. Akan tetapi kau harus yakin.""Dia menyentuh Amanda, sialan! Dia menyentuh wanitaku, dia bahkan menyakitinya." Suara itu lebih terdengar bagaikan sabetan pisau yang tajam, Diego mematung sejenak melihat ke arah bos sekaligus sahabatnya tersebut, pria yang ia ikuti selama ini. Diego sudah memahami bagaimana watak Lionel jika berurusan dengan siapapun yang berani mengusiknya. Hanya saja, baru kali ini Lionel melakukannya untuk orang lain. Terlebih untuk seorang wanita.Rahang Lionel mengetat, jari-jemarinya terkepal erat. Saat Diego tahu tatapan Lionel tidak bisa lagi di kategorikan bersah
Amanda terbangun dari tidurnya masih dengan perasaan kacau, hari ini harusnya ia berbicara pada Nathanael. Akan tetapi Amanda masih ragu. Tentu saja ragu, karena tanpa di jelaskan pun ia tahu, apa yang ia lakukan bersama Lionel bisa menjadi akhir dari segalanya. Akhir rencananya, akhir karirnya bahkan akhir hidupnya. Sayangnya Amanda terlalu bodoh untuk peduli, semuanya sudah terlambat. Akibat egonya yang tersentil semua menjadi kacau.Jika saja Flynn lah yang datang menemuinya di malam perjodohan, pasti semua tidak akan se rumit ini. Amanda yakin jika ia masih perempuan yang sama se utuh sebelumnya. Anak nakal yang mempermainkan pria untuk bersenang-senang. Bukan anak nakal yang sudah tidur bersama pria dewasa, dan sialnya pria dewasa itu tidak akan melepaskan dirinya. Sejak awal semua sudah salah, mulai saat di adopsi, sampai ia harus menjadi seperti sekarang ini. Dan sialnya semua orang memaksa ia untuk menanggung segalanya.Nathanael..Perut Amanda bagai di
Amanda melangkah dengan berat menuju kamarnya, meninggalkan Nathanael yang sudah asyik bercengkrama dengan Flynn. Tanpa peduli bagaimana raut wajah Amanda yang mendadak gusar. Kepalanya terasa berputar, dan perasaannya menjadi lesu, ia lalu menyalakan sebuah pemanas sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang besar yang empuk. Sewaktu ia masih di jakarta hidupnya berjalan dengan baik, meskipun menyandang status sebagai pengangguran dan berkawan dengan teman-temannya yang nakal. Namun hidupnya terasa jauh lebih baik sebelum semuanya berakhir ketika harus pindah Negara. Dia tidak menemukan alasan terbaik untuk menukar hidupnya yang dulu dengan yang sekarang. Amanda tidak tahu bagian mana yang membuatnya seperti orang gila sekarang, kembalinya seorang iblis betina kah atau keputusan Nathanael untuk mempercepat pertunangannya sekarang ini? Fakta-fakta gila ini tentu saja membuatnya lebih dari sekedar depresi, lebih dari itu ia merasa jika sedang di permainkan.
Stevania Daniela. Wanita cantik dengan bola mata bewarna biru terang berambut pirang panjang rahang tegas, dengan wajah angkuh yang nyaris serupa dengan seorang Nathanael Daniela.Ketika Amanda sampai di hadapan wanita yang hanya terpaut empat tahun darinya itu, Amanda tahu jika ia sedang dalam masalah, sialan!wanita itu berhasil membuat amarah tak terkendalinya naik kepermukaan. Jelas sekali jika Amanda merasa tertantang dengan keberadaan seorang Stevania Daniela, belum lagi dengan gestur wanita itu yang tengah memandangnya dengan pemandangan yang menyebalkan."Ah .. selamat datang adik kecil." wanita itu menyeringai dengan merentangkan kedua tangannya seolah menarik Amanda kedalam pelukannya, Amanda tersenyum tipis nyaris berbentuk sebuah garis sinis membalas sambutan yang terdengar di buat-buat dari seorang Stevania."Aku tak mendengar kabar apapun tentang pembebasan mu, Stevi. Bagaimana bisa kau berkeliaran sesuka hati d
"Hahahahaha..""Jangan ketawa lu setan, udah berapa lama lo ngilang, hah?" ketus Has begitu mendengar tawa menggelegar sahabat wanitanya yang baru saja datang dari Brazil beberapa jam yang lalu. Has memberengut sebal bukan main, saat dengan entengnya Amanda meminta mereka untuk datang di kantornya."Baru juga sebulan." jawab Amanda kelewat santai sembari menegak susu strawberry di tangan kanannya tanpa mengalihkan pandangannya terhadap berkas-berkas pekerjaan yang baru saja di kirimkan Paula beberapa menit yang lalu, wanita berkacamata kuno itu memang pantas di berikan apresiasi perihal pekerjaannya. Terbukti dengan seluruh jadwal pertemuan klien hingga laporan akuntan semua tersusun rapih sesuai tanggal dan urutan.Sam memutar bola matanya jengah "Buat apa balik?""Jahat banget sih Sam. Gak kangen gue apa?""Basi!" ketusnya lagi yang di balas kikikan Amanda untuk kesekian kali, Amanda memang harusnya sudah sadar respon seperti apa yang akan di had
Mendekati tengah malam acara yang berlangsung dengan begitu mewah itu semakin terdengar riuh, gelas-gelas berdenting, para pelayan hilir mudik mejajakan berbagai minuman berwarna warni beserta kudapan manis yang bersiap untuk di sajikan, alunan musik waltz juga mulai berganti dengan musik pop jaman sekarang dengan irama sedikit menghentak mengiringi setiap insan yang mulai menggoyangkan tubuhnya lebih keras di pelataran lantai dansa.Beralih ke arah setiap meja tamu yang di penuhi para pebisnis yang membentuk sebuah kelompok dan para wanita wanita sosialita dengan gaya angkuh ikut membuat kelompok bersama sekumpulan—nya, membicarakan trend terbaru masa kini atau hanya sekedar membicarakan berita picisan.Lain lagi dengan kondisi keluarga Gerardo yang menjadi tuan rumah penjamu seluruh manusia kaya di dalam hall ini, mereka tampak hangat bercengkrama hangat satu sama lain. Amanda dan Lionel sudah kembali kedalam hall satu jam yang lalu, sebelum akal se
“Ini..” Lionel menyerahkan sebotol vodka kecil yang berada di balik jasnya kepada Amanda, Amanda yang merasa tubuhnya membeku pun segera menyambar botol tersebut dan meminumnya perlahan hal yang pertama yang ia rasakan adalah rasa panas yang menjalar di kerongkongannya baru di ikuti dengan aroma khas alkohol yang menguar ketika ia menghembuskan nafas. Sebenarnya ia sangat membenci vodka, selain karena rasanya pahit. Efeknya juga sangat luar biasa. Jadi Amanda hanya meneguknya sedikit, itu alternatif yang lebih baik daripada tidak meminumnya sama sekali lalu membeku di tengah tengah pegunungan Andes.Ya pegunungan Andes, Lionel sendiri yang menggendongnya hingga berada di tengah-tengah gunung es ini, atau lebih tepatnya ia sedang berada di sebuah gua es yang berada di pertengahan puncak Andes. Kata Lionel tempat ini adalah tempat dimana biasanya para pendaki beristirahat karena selain memiliki gua es yang indah mereka juga bisa melihat pemandangan kota Pucon dengan