"BRENGSEK!!"
Gadis bersurai hitam panjang itu mengumpat untuk kesekian kalinya, ia berjalan beriringan di sebelah pria bermuka masam dan sangar, dengan menggenggam dokumen kepindahan Universitas di tangan kirinya, pria itu terus berjalan di koridor kampus dengan langkah-langkah panjang tanpa peduli dengan ocehan ocehan Amanda
keputusan sang kakak *Nathanael Daniela*. Memboyong Amanda keluar dari Jakarta dan ikut bersamanya sudah sangat final, ia tidak ingin adiknya selalu terlibat masalah. Apalagi mengingat reputasinya bersama sahabat-sahabatnya yang terkenal urakan belum lagi kejadian yang baru saja terjadi, menjadikan salah satu keluarga kaya raya sebagai taruhan.Nathanael baru saja mengurus pendaftaran Amanda di University Of Southern California. Ya .. Ini sudah Universitas ketiga bagi Amanda, keputusan Nathanael mendaftarkan Amanda di Universitas sebelumnya ternyata keliru, baru satu bulan menjalani kuliah Amanda sudah sukses membakar setengah gudang di karenakan membuang putung rokok sembarangan.
Dan besok Amanda sudah resmi masuk dan menjadi mahasiswa di kampus ini dengan penuh ancaman tentunya.
Amanda tak berhenti mengamuk sepanjang jalan, kebebasannya kembali di rebut sang kakak, satu bulan yang lalu ia sudah bersorak saat mengetahui sang posesif brother pindah ke Amerika untuk mengurus perusahaan orangtua mereka—yup Amanda hidup di bawah pengasuhan Nathanel selama bertahun-tahun, Nathanael pula yang sudah memfasilitasi bahkan mengatur semua kehidupan Amanda, kini hidupnya harus kembali muram karena sang Nathanael sudah memegang kendali atas dirinya sekali lagi.
Hell yeah!
"Abang kesayangan kampret! " serunya.
"Adik kesayangan bangke!"
Mereka berhenti di sebuah cafe yang berdekorasi khas negara Brazil di pinggiran jalan, mengingat pagi tadi mereka belum sarapan, Amanda mengernyitkan dahi ketika membaca satu persatu nama makanan di hadapannya.
"Makanan apaan ni anjir!" pekiknya yang sukses membuat Nathanael menjewer telinganya.
"Attitude!!" serunya .. Amanda hanya mengangkat bahu dan menyerahkan buku menu ke Nathanael, ia tidak mengerti sama sekali dengan menu makanan di sana, ini pertama kali dirinya menginjakkan kaki di cafe asing, dulu ia selalu menolak ajakan liburan keluarganya jika menyangkut luar negeri, ia lebih betah di Jakarta dan menikmati kebebasan bersama sahabat sahabatnya.
"Oh oke oke, iya dia di sini .. hmm yaa, jangan macam-macam haha ... Oke, see you," Ucap Nathanael dengan seseorang di telephone.
"Ntar malem gue mau ketemu temen, dan kayaknya makan waktu dua hari, lu diem aja di apartemen." ucapnya datar, pengunjung sekitar agaknya kebingungan melihat percakapan mereka, terbukti beberapa kali mereka menoleh saat keduanya mengucapkan umpatan-umpatan kasar khas bahasanya.
"Sam sama Hasri jadi lo pindahin sini juga kan Nael?" tanya Amanda, yang kini menyeruput ice latte yang baru saja di hidangkan pelayan.
"Hmm, ya."
"Serius Nath?? Lo bener bener mindahin dua makhluk kesayangan gue itu?"
"Iya bawel, tapi inget, mereka gue pindahin kesini bukan untuk lo ajak ke kehidupan lama lo, mereka di sini buat lanjutin kuliah dan nemenin lo kalau kalau lo kesepian ga ada gue, dan gue juga udah beli apartemen buat kalian, di samping punya gue pastinya." sambung Nathanael, ia benar-benar menyanggupi syarat yang di beri Amanda jika Nathanael ingin Amanda bersamanya, apalagi kalau bukan menghadirkan sahabat-sahabat gilanya, memberinya akomodasi dan membiyayai kuliah mereka, astaga Amanda benar benar gila!
"Ah makin cinta ma elo gue!!" teriak Amanda girang.
Nathanael terkekeh licik "Tapi gue juga punya syarat sebelum lo ketemu dua ekor sahabat lo."
Amanda menghentikan aktivitasnya sejenak, memandang wajah nathanael dengan penuh kecurigaan. "Apa?"
"Lo, cuma boleh deket sama cowok alias pdkt, pacaran ato apalah, sama cowok yang gue pilihin. "
What the...?
Amanda tecengang, apa maksudnya? Dia tidak sedang di jodohkan bukan, kalau ya .. pasti Nathanael kini sudah tidak waras dan keterlaluan, selama ini ia selalu membiarkan sang posesif untuk mengatur atur hidupnya, tapi untuk pasangan?? Ia tak ingin di campuri, meskipun beberapa kekasih Amanda terdahulu sudah ringsek dengan Indah di tangan Nathanael tapi tetap saja, ia tidak mau kalau sampai Nathanael yang mengatur atur jodohnya.
"Lo gak lagi ngajak gue ribut kan bang! " ancam Amanda
"Gue gak ada pilihan lagi Amanda, berhenti hancurin hati para cowok, fucking jerk!" decaknya—Amanda memutar bola matanya,
"keputusan sudah final, nurut atau para sahabat lo gue balikin"
"Lo gatau selera gue kayak apa Nael,"
"Gue tahu! ""Enggak! "
"Ck, diem!" bentak Nael dengan menyugar rambut pirangnya ke arah belakang "Nurut, atau lo gue buang di pinggir jalan!!" geramnya kesal.Amanda ingin membalas, tapi mendengar ancaman Nathanael yang begitu terdengar meyakinkan membuat nyalinya ciut seketika, mau tidak mau ia harus rela menjual kebebasannya kembali, seandainya saja ia tidak memberi syarat aneh aneh, shit!!
Amanda menghela nafasnya berat, berdoa semoga nathanael tidak menjodohkan dirinya dengan laki laki berperut gendut dan berkumis tebal, membayangkan nya saja ia sudah mual.
"Fine, demi semua sahabat gue"
***
Meadow lane, Southampton 09.00pm
Flynn Freederick Gerardo berjalan mondar mandir seraya menjambak rambutnya, bibirnya tak berhenti bergumam kata kata rancu tidak jelas.
Dari kejauhan Lionel Freederick Gerardo sang kakak memperhatikan gerak-geriknya dengan wajah berkerut, tumben sekali Flynn terlihat begitu bingung dan serius, ya meskipun ia selalu terlihat serius karena ia kutu buku, tapi kali ini berbeda.
Lionel berdehem "Ada apa?" Flynn yang merasa terkejut langsung menoleh ke asal suara, disana di sofa televisi Lionel sedang menatapnya curiga, ia menimang nimang sebentar apakah ia harus bercerita atau tidak, dengan helaan nafas kasar ia akhirnya memutuskan untuk bercerita dan menghampiri Lionel.
"Aku baru saja bertemu dengan sahabat lama," serunya "Hmm dia .. hm." Flynn berfikir kembali.
"Dia menyukaimu?" Seloroh Lionel.
"Ck, dia laki-laki, "
"Oh, sorry," kekeh Lionel "Jadi ada apa, baru kali ini wajahmu muram."
"Dia menjodohkanku dengan adiknya, yang aku sendiri tak pernah tahu bagaimana dia dan bagaimana wajahnya." Jawab Flynn sambil menggaruk kepalanya.
"So?"
"Aku tidak terlalu paham dengan perempuan, aku tidak memiliki pengalaman, apalagi menurut ceritanya adiknya memiliki sifat 11-12 denganmu L, aku ragu, sepertinya aku tidak bisa."
Lionel tertawa kencang mendengarnya, apa? Flynn, dijodohkan? dunia ini benar-benar sudah gila, calon professor seperti Flynn akan di jodohkan dengan wanita yang memiliki sifat seperti Lionel, Lionel terkikik sendiri saat membayangkan Flynn akan berkencan dengan wanita yang kasar, dan bajingan.
Pasti menarik..
"Kau bisa belajar soal perempuan denganku Flynn." jawab Lionel dengan menepuk nepuk dadanya bangga.
"Lagipula, ada apa dengan perjodohan? Apa ini semacam kencan buta?" tanya Lionel menghadap Flynn yang masih termagu.
"Entahlah, perusahaan miliknya sedang membutuhkan biaya agar perusahaan itu tidak bangkrut, aku hanya tidak mengerti mengapa keinginanku membantu malah menjadi acara perjodohan."
"Maksudmu? Kalau kau bersedia membantu, maka adiknya akan menjadi milikmu? Begitu?" Lionel tergelak geleng-geleng kepala, bukan main memang jika berurusan dengan bisnis, apa saja bisa menjadi jalan "Harusnya kau memang sedikit mewarisi gen yang sama sepertiku jika menyangkut wanita."
Flynn menatapnya jengah lalu mengambil tempat untuk duduk semakin dekat dengan Lionel, kesalahan terbesar jika harus curhat dengan laki-laki seperti Lionel, sang cassanova bukan solusi yang di dapat justru ejekan yang akan keluar dari bibirnya, huh menyebalkan!
Tapi, sekelebat ide cemerlang melintas di kepalanya.
"Dari pada aku belajar padamu bagaimana jika aku meminta bantuanmu sedikit L,"
Lionel mengernyitkan dahi, "Apa?" tanyanya datar.
"Kau saja yang bertemu dengannya, bagaimana?" kata-kata itu begitu licin hingga menyebabkan efek yang luar biasa di kepada Lionel, mulutnya ternganga tak percaya dengan apa yang di sampaikan Flynn.
"Absolutely No!"
"Pleasee L, i need your help for this one, okay? C'mon bro."
"Ini ide gila Flynn, aku tidak ingin ikut campur." Lionel berdecak malas dan segera berdiri berniat menyudahi perbincangan ini, menggantikan posisi Flynn? Itu terdengar tidak masuk akal, perjodohan? Lionel tidak ingin membayangkan hidupnya yang bebas dan di kelilingi para gadis cantik harus berakhir karena nasib buruk adiknya, no .. dia tidak akan melakukan itu.
"L, AKU AKAN MEMBERIKAN AKSES SAHAM PRIBADIKU UNTUKMU" teriak Flynn, karena Lionel sudah berada di lantai dua rumahnya.
"NO FLYNN, AKU BISA MENDAPATKANNYA DENGAN MUDAH JIKA AKU MAU" sahutnya tak kalah kencang .. dalam hati ia berharap orangtuanya tidak bangun, Lionel tidak ingin kehilangan kepala jika sampai papanya terganggu ulahnya.Flynn mengikuti langkah kaki Lionel dengan cepat, belum sampai Lionel di kamarnya, Flynn sudah lebih dulu menghadangnya.
"Pleasee .. hanya satu bulan, selebihnya terserah kau, kau harus tau L, dia sesuai dengan seleramu, dan tipemu cantik, urakan, jalang, tolonglah L."
Lionel terkekeh kembali mendengarnya di tepuknya pundak Flynn sebelum berujar "Kau salah jika dia tipeku, kau tahu aku lebih suka gadis manis, polos dan lugu mereka lebih mudah di jinakkan, lalu untuk urusan ranjang, aku suka wanita dewasa yang sensual dan menggoda, jika kudengar yang kau sebutkan tadi, dia sama sekali bukan kriteriaku Flynn, jadi menyingkirlah dari sini. "
Flynn menyugar rambutnya kasar, dia nampak err .. frustasi?
"Jika boleh aku tahu, siapa yang menjodohkanmu Flynn, bukankah kau hanya tinggal menolak saja?"
Flynn mendongak sedikit dan mulai menunduk kembali.
"Terlalu sulit menolak ketika dia adalah orang yang selalu membantumu di masalalu, kau ingat dulu ada sahabat di kampusku, kita sama-sama menempuh pendidikan Master di Harvard meskipun di jurusan yang berbeda, dia yang menbantuku bebas dari pembulian selain itu dia juga yang telah menolong jiwaku dengan mendonorkan darahnya kepadaku sewaktu aku mengalami kecelakaan, dia.." belum sempat Flynn melanjutkan Lionel sudah memotongnya.
"Nathanael Daniela?" seru Lionel to the point, Flynn membalas dengan anggukan sedang Lionel berdecak tidak suka.
"Mengapa ada orang yang begitu tidak tahu diri, harusnya hutang kalian impas saat kau menawarkan perbantuan, tapi sepertinya menarik," Lionel tersenyum licik "Baiklah Flynn, akan aku lakukan tugasmu lihat saja, dia akan menangis meronta dan berharap tidak pernah di jodohkan dengan salah satu dari Gerardo, sepertinya menyenangkan bermain-main sedikit dengan adik kecil sahabat kita."
Flynn membulatkan matanya senang, "Benarkah L?"
"Ya," Jawab Lionel mantap "Omong-omong siapa nama gadis itu?"
"Amanda Daniela."
Amanda mengetuk-ketukan jari-jari lentiknya di meja sebuah klub besar di atas sebuah hotel bernama Hollywood Standart, yang benar saja?? Bukanya Nathanael bilang jika pria yang akan di temuinya adalah pria baik-baik? lalu mengapa pria itu memutuskan bertemu di tempat liar Amanda, sebenarnya ia tidak keberatan, senang malah!Terakhir kali dia ke klub justru berakhir dengan kepindahan dirinya ke Los Angeles,unbelievable, Nathanael dengan semua sifat ditaktornya.Sebenarnya perjodohan kali ini adalah perjodohan ketiga yang dilakukan Nathanael terhadapnya, pria itu masih saja kekeuh menawar-nawarkan Amanda kesana kemari,hell! tidakkah Nathanael sadar sekuat apapun kuasanya terhadap Amanda, tidak akan ada satupun laki-laki yang akan menang terhadap aura penghancurnya.Sudah hampir satu jam Amanda menunggu di klub tersebut, tetapi yang di tunggu tak kunjung bersua, di sesapnya sekali lagi tequila di tangan kanannya. Netra cokelat itu meng
"Telephone Flynn dan katakan jika aku menunggunya di DANIELA.LTD." perintah Lionel pada Diego—asisten pribadinya, Lionel masih berada di Los Angeles setelah kejadian memalukan semalam, ia baru bisa kembali ke salah satu kamar hotel Hollywood Standart setelah lebih dari lima belas menit bergelung di lantai basement, wanita bar bar yang bersamanya kemarin sudah sukses membuat moodnya buruk, terbukti dari semalam hingga pagi ini semua orang yang di sekitarnya terkena amukan imbas dari suasana hatinya. Akan kubalas kau Amanda daniela Lionel tersenyum licik ketika sudah sampai di koridor anak perusahaan milik keluarga Daniela, Netra abu-abunya mengedar ke sekitar sebelum pandangannya teralih pada jam tangan yang dikenakannya, Flynn belum juga datang.Dengan menghela nafas kasar, Lionel beranjak menuju lift pribadi dan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya hendak menelepon seseorang.Lift terbuka di lantai empat puluh, lantai yang han
"Ini seriusan Nda, abang lo mindahin kita ke Universitas Southern Of California?" Hasri bertanya keheranan di hari ketujuh mereka tinggal di Los-Angeles, Sam dan Hasri masih belum percaya jika Nathanael Daniela benar-benar serius memindahkan mereka berdua untuk menemani Amanda. Dan seakan belum puas membuat kedua manusia tak berdaya itu tercengang, Nathanael mendaftarkan mereka masuk Universitas bergengsi dan memberi mereka akomodasi secara komplit, mulai dari ; penthouse mewah, mobil, macbook serta uang bulanan.Sebenarnya seberapa kaya keluarga Daniela?"Abang lotajirjuga ya Nda, kontras banget sama lo yang keliatankerebanget di kampus." celetuk Sam seraya mengiris tenderloin steak yang baru saja dihidangkan pelayan beberapa menit yang lalu."Yee si pe'a, udah gue bilang berkali kali gue haram makan uang keluarga Daniela secara sadar." tukas Amanda sewot.
Amanda memijit pelan keningnya, sakit kepala yang mendera dari semalam belum juga mereda,Pagi ini ia sudah resmi, menjabat sebagai wakil direktur utama dari Daniela.LTd yang memang sejak dari usia tujuh tahun di gadang-gadang menjadi miliknya, gadis dengan kemeja berwarna putih dan rok span hitam itu tak menyangka jika kini di usianya yang baru menginjak 23 tahun harus berkutat dengan grafik grafik dan angka-angka yang memusingkan kepala. Di mana gadis-gadis seumurannya masih merasakan nikmatnya masa menjadi karyawan muda, atau remaja yang masih asik menonton drama korea hingga menangis dari malam sampai pagi.Amanda membuka lembar demi lembar dokumen yang berisi anual report yang baru saja dikirim akuntan perusahaan lima belas menit yang lalu. Hingga langkah kaki seseorang berhasil mengalihkan pandangan matanya, alisnya bertautan melihat sosok di hadapannya sebelum berujar."Kau ... mau apa kau kemar
Lionel berjalan cepat menuju ruangan Amanda, berkali-kali ia mencoba menelepon gadis itu tapi tak kunjung tersambung, ia mencoba menelepon ke sekertaris Amanda dan hasilnya pun nihil, ‘Amanda sedang tak bisa di ganggu’. Apa-apaan gadis itu memang siapa dirinya hingga tak mau di ganggu.Langkah Lionel terhenti di depan meja sekretaris Amanda, wanita kuno berkacamata itu berusaha menghalangi agar Lionel tak melangkah lebih jauh lagi, dan Lionel hampir saja tertawa melihat bagaimana saat wanita itu pontang-panting menghalangi jalannya."Tunggu Pak, Nona Amanda sedang kedatangan tamu, dan sepertinya ia tidak suka jika—" ucapan sekretaris itu seketika berhenti saat Lionel memberinya tatapan tajam, dari tempatnya berdiri sayup-sayup ia bisa mendengar perbincangan seseorang yang menyebut namanya.Mengabaikan ocehan sekertaris Amanda, Lionel segera melangkah ke arah pintu yang terbuka lebar dan betapa terkejutnya ia saat menemukan dua makhluk rem
"Comprenez madame?"¹ lamunan Amanda buyar begitu suara nyaring memekakkan telinga terdengar tertuju ke arahnya.Di letakkan pena yang sedari tadi ia gigit demi memusatkan atensi pada seseorang berkacamata tua di depan kelas karena Mr. David Gorales—dosen bahasa Perancisnya itu menatapnya kaku.Amanda menghela nafas, menatap sekeliling kelas yang kini juga memusatkan mata kepadanya, menatap dengan pandangan seolah-olah di kepalanya kini baru tumbuh sebuah tanduk rusa."Lain kali kalau mau ngelamun jangan di kelas bahasa Perancis, udah tau sam-sama oon." Has menyikut sikunya—berbisik pelan takut jika kata-kata yang ia keluarkan akan menjadi akhir dunia.Amanda membenci bahasa Perancis, tapi sialnya Has mendaftarkan dirinya secara sepihak di mata kuliah ini, dan apapun itu ia bersumpah tidak akan mengikuti kelas Mr. David di semester berikutnya.Amanda kembali memusatkan perhatiannya pada papan tulis sebelum tuan maha benar i
Amanda tahu ini konyol, ia tahu persis, tapi ia malah tidak peduli. Di letakkannya secangkir teh yang baru saja ia sesap demi memfokuskan mata pada pria di hadapannya. Ya Flynn ada di sana, satu jam lalu pria itu menyusulnya, lalu meminta maaf sebelum akhirnya pria itu mengatakan niat sebenarnya. Apalagi jika bukan 'mengenal Lebih dekat'. Itu adalah hal yang klasik menurut Amanda. Belum lagi, pria bermanik biru itu selalu melihatnya dengan tatapan tertarik dan hal itu mau tidak mau membuatnya ingin memutar bola matanya bosan. Semua pria yang di kenalnya sering memberi tatapan seperti ini, katakanlah yang se buas serigala sampai yang jinak-jinak merpati. Dari yang ia dengar, dan bisa ia nilai. Flynn ternyata pria yang cukup kaya, selain berprofesi sebagi dokter bedah Rumah Sakit kenamaan di New York, pria itu juga memiliki beberapa peternakan kuda di New Zealand. Lupakan soal wajahnya yang memiliki nilai lebih, otak dan dompetnya jauh lebih menarik minat wanita.
Oakwood Miracle Wile Apartemen-Los-Angeles"Kau pikir apa yang telah kau lakukan itu, Lionel!" Itu sapaan pertama Flynn saat Lionel baru memasukiPenthousemereka yang terletak di salah satu pusat kota Los Angeles.Pria itu hanya tertawa geli seolah tak ada yang salah dengan tingkah lakunya, menurutnya mendapatkan rubah kecilnya itu hal yang lumrah, bukan? Mengingat dari awal memang dialah yang memiliki Amanda, di hari saat Flynn tak mau repot-repot menemuinya pada masa perjodohan. Dan mendapati Flynn ikut campur dengan urusan yang seharusnya tidak ada dalam ranahnya, membuat Lionel meradang, dia bahkan tidak ingat jika Lionel memerintahkan pria itu untuk mencium Amanda, tidak ada."Apa memangnya?" Lionel menjawab tak acuh sembari melepaskan kemejanya hendak beranjak ke arah kamar mandi."Jangan kau pikir aku tidak tahu, kau mengklaimnya dengan cara ter-menjijikan lalu merekammnya! Seriously L?? Kau benar-benar—oh a
Lionel berjalan dalam keheningan menyusuri lorong griya tawang miliknya, matanya setajam elang dan hatinya berdebar. Antara rasa rindu dan rasa kebingungan menjadi satu. Pria itu berhenti sejenak sebelum membuka pintu kamarnya, di mana pusat dunianya saat ini berada. Lionel ingin bersikap biasa saja dan tidak peduli, namun ia tidak bisa.Memorinya memutar pada kejadian di mana wanita yang pernah merenggut kewarasannya tiba-tiba muncul di hadapannya. Wanita itu pernah menjadi sekeping bagian dari hidupnya, memercik rasa rindu yang membakar seluruh kepalanya. Tanpa mengingat jika ada gadis cantik yang sedang menunggunya membawa kabar baik, anak nakal yang ingin ia selamatkan hidupnya."Mengapa aku bisa secepat itu lupa?" geram Lionel dalam hati. "Maafkan aku Amanda, tapi kau harus pergi."Lionel menyandarkan kepalanya pada tembok di sampingnya, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara kasar sebelum membuka pintu. Saat pintu itu terbuka, hanya kegelapan yan
"Aku tidak mengerti mengapa kau begitu menginginkan dia.""Bagiku, Amanda memang segalanya." Giorgee berkata ringan sembari menegak segelas americanonya dengan gaya yang angkuh, sementara itu lawan biacaranya—Stevania menatapnya dengan sinis.Kondisi kedai kopi yang mereka tempati siang ini tampak lengang, hanya satu dua penikmat kopi duduk di kejauhan tanpa mau peduli jika di antara mereka ada dua orang yang sedang merencanakan sebuah kejahatan."Katakan padaku, apa yang akan aku dapatkan jika membantu ide gilamu itu, Stevania."Stevania mengulas senyum tipis "Tentu saja Amanda, kau akan mendapatkan anak jalang itu."Giorgee mengangguk "Aku membutuhkan lebih, kau tahu .. pekerjaan ini tidak mudah, aku harus mengkhianati sahabatku." Pria itu menumpukkan kedua lengannya di atas meja "Kau tahu Stevania, aku bisa saja berbalik mengkhianatimu.""Lakukan, dan kau akan kehilangan pelacur kecilmu." Stevania menatapnya murka lalu membuang waja
"Nathanael Daniela menghubungiku.."Raut wajah Lionel menegang saat mendengar nama itu di sebut, tapi Lionel berusaha tetap kalem dan tenang saat bertanya "Untuk apa? aku memintamu membereskan dia.""I do, brengsek. Ini masalahnya .. kau yakin menugaskan anak buahmu untuk membunuh saudara dari kekasihmu?" Diego mendesah lelah "Kami semua siap melakukan perintahmu, Lionel. Akan tetapi kau harus yakin.""Dia menyentuh Amanda, sialan! Dia menyentuh wanitaku, dia bahkan menyakitinya." Suara itu lebih terdengar bagaikan sabetan pisau yang tajam, Diego mematung sejenak melihat ke arah bos sekaligus sahabatnya tersebut, pria yang ia ikuti selama ini. Diego sudah memahami bagaimana watak Lionel jika berurusan dengan siapapun yang berani mengusiknya. Hanya saja, baru kali ini Lionel melakukannya untuk orang lain. Terlebih untuk seorang wanita.Rahang Lionel mengetat, jari-jemarinya terkepal erat. Saat Diego tahu tatapan Lionel tidak bisa lagi di kategorikan bersah
Amanda terbangun dari tidurnya masih dengan perasaan kacau, hari ini harusnya ia berbicara pada Nathanael. Akan tetapi Amanda masih ragu. Tentu saja ragu, karena tanpa di jelaskan pun ia tahu, apa yang ia lakukan bersama Lionel bisa menjadi akhir dari segalanya. Akhir rencananya, akhir karirnya bahkan akhir hidupnya. Sayangnya Amanda terlalu bodoh untuk peduli, semuanya sudah terlambat. Akibat egonya yang tersentil semua menjadi kacau.Jika saja Flynn lah yang datang menemuinya di malam perjodohan, pasti semua tidak akan se rumit ini. Amanda yakin jika ia masih perempuan yang sama se utuh sebelumnya. Anak nakal yang mempermainkan pria untuk bersenang-senang. Bukan anak nakal yang sudah tidur bersama pria dewasa, dan sialnya pria dewasa itu tidak akan melepaskan dirinya. Sejak awal semua sudah salah, mulai saat di adopsi, sampai ia harus menjadi seperti sekarang ini. Dan sialnya semua orang memaksa ia untuk menanggung segalanya.Nathanael..Perut Amanda bagai di
Amanda melangkah dengan berat menuju kamarnya, meninggalkan Nathanael yang sudah asyik bercengkrama dengan Flynn. Tanpa peduli bagaimana raut wajah Amanda yang mendadak gusar. Kepalanya terasa berputar, dan perasaannya menjadi lesu, ia lalu menyalakan sebuah pemanas sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang besar yang empuk. Sewaktu ia masih di jakarta hidupnya berjalan dengan baik, meskipun menyandang status sebagai pengangguran dan berkawan dengan teman-temannya yang nakal. Namun hidupnya terasa jauh lebih baik sebelum semuanya berakhir ketika harus pindah Negara. Dia tidak menemukan alasan terbaik untuk menukar hidupnya yang dulu dengan yang sekarang. Amanda tidak tahu bagian mana yang membuatnya seperti orang gila sekarang, kembalinya seorang iblis betina kah atau keputusan Nathanael untuk mempercepat pertunangannya sekarang ini? Fakta-fakta gila ini tentu saja membuatnya lebih dari sekedar depresi, lebih dari itu ia merasa jika sedang di permainkan.
Stevania Daniela. Wanita cantik dengan bola mata bewarna biru terang berambut pirang panjang rahang tegas, dengan wajah angkuh yang nyaris serupa dengan seorang Nathanael Daniela.Ketika Amanda sampai di hadapan wanita yang hanya terpaut empat tahun darinya itu, Amanda tahu jika ia sedang dalam masalah, sialan!wanita itu berhasil membuat amarah tak terkendalinya naik kepermukaan. Jelas sekali jika Amanda merasa tertantang dengan keberadaan seorang Stevania Daniela, belum lagi dengan gestur wanita itu yang tengah memandangnya dengan pemandangan yang menyebalkan."Ah .. selamat datang adik kecil." wanita itu menyeringai dengan merentangkan kedua tangannya seolah menarik Amanda kedalam pelukannya, Amanda tersenyum tipis nyaris berbentuk sebuah garis sinis membalas sambutan yang terdengar di buat-buat dari seorang Stevania."Aku tak mendengar kabar apapun tentang pembebasan mu, Stevi. Bagaimana bisa kau berkeliaran sesuka hati d
"Hahahahaha..""Jangan ketawa lu setan, udah berapa lama lo ngilang, hah?" ketus Has begitu mendengar tawa menggelegar sahabat wanitanya yang baru saja datang dari Brazil beberapa jam yang lalu. Has memberengut sebal bukan main, saat dengan entengnya Amanda meminta mereka untuk datang di kantornya."Baru juga sebulan." jawab Amanda kelewat santai sembari menegak susu strawberry di tangan kanannya tanpa mengalihkan pandangannya terhadap berkas-berkas pekerjaan yang baru saja di kirimkan Paula beberapa menit yang lalu, wanita berkacamata kuno itu memang pantas di berikan apresiasi perihal pekerjaannya. Terbukti dengan seluruh jadwal pertemuan klien hingga laporan akuntan semua tersusun rapih sesuai tanggal dan urutan.Sam memutar bola matanya jengah "Buat apa balik?""Jahat banget sih Sam. Gak kangen gue apa?""Basi!" ketusnya lagi yang di balas kikikan Amanda untuk kesekian kali, Amanda memang harusnya sudah sadar respon seperti apa yang akan di had
Mendekati tengah malam acara yang berlangsung dengan begitu mewah itu semakin terdengar riuh, gelas-gelas berdenting, para pelayan hilir mudik mejajakan berbagai minuman berwarna warni beserta kudapan manis yang bersiap untuk di sajikan, alunan musik waltz juga mulai berganti dengan musik pop jaman sekarang dengan irama sedikit menghentak mengiringi setiap insan yang mulai menggoyangkan tubuhnya lebih keras di pelataran lantai dansa.Beralih ke arah setiap meja tamu yang di penuhi para pebisnis yang membentuk sebuah kelompok dan para wanita wanita sosialita dengan gaya angkuh ikut membuat kelompok bersama sekumpulan—nya, membicarakan trend terbaru masa kini atau hanya sekedar membicarakan berita picisan.Lain lagi dengan kondisi keluarga Gerardo yang menjadi tuan rumah penjamu seluruh manusia kaya di dalam hall ini, mereka tampak hangat bercengkrama hangat satu sama lain. Amanda dan Lionel sudah kembali kedalam hall satu jam yang lalu, sebelum akal se
“Ini..” Lionel menyerahkan sebotol vodka kecil yang berada di balik jasnya kepada Amanda, Amanda yang merasa tubuhnya membeku pun segera menyambar botol tersebut dan meminumnya perlahan hal yang pertama yang ia rasakan adalah rasa panas yang menjalar di kerongkongannya baru di ikuti dengan aroma khas alkohol yang menguar ketika ia menghembuskan nafas. Sebenarnya ia sangat membenci vodka, selain karena rasanya pahit. Efeknya juga sangat luar biasa. Jadi Amanda hanya meneguknya sedikit, itu alternatif yang lebih baik daripada tidak meminumnya sama sekali lalu membeku di tengah tengah pegunungan Andes.Ya pegunungan Andes, Lionel sendiri yang menggendongnya hingga berada di tengah-tengah gunung es ini, atau lebih tepatnya ia sedang berada di sebuah gua es yang berada di pertengahan puncak Andes. Kata Lionel tempat ini adalah tempat dimana biasanya para pendaki beristirahat karena selain memiliki gua es yang indah mereka juga bisa melihat pemandangan kota Pucon dengan