Home / Romansa / My Possesive Boss / Mendung dan Berawan Hati Alice

Share

Mendung dan Berawan Hati Alice

Alice melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Perutnya sudah berbunyi tanda cacing sudah berdemo di dalamnya.

Ia menyesal kenapa tadi malam ia tidak turun untuk sekedar mengobrak-abrik dapur dan isi kulkas.

"Tumben bangun pagi," celetuk Alexa.

"Tiap hari juga gue bangun pagi," jawab Alice malas.

"Mau kemana kamu?" tanya Ibu Alice.

"Mau kerjalah, Bu," ucap Alice sembari membuka kulkas dan mengambil sekotak susu.

"Berhenti dari pekerjaan kamu!"

Alice ternganga mendengar permintaan ibunya. "Gak! Gak bisa."

"Kamu mau jadi apa, Alice?! Mau jadi ayam kampung?!"

"Ibu! Alice itu kerja yang halal, bukan kayak yang kalian tuduhin!" ucap Alice menaikkan nada bicaranya.

"Ibu biasanya gak pernah peduli sama apa yang Alice lakuin, tapi sekalinya peduli Ibu malah nuduh Alice kayak gini."

Gadis itu meraih tasnya lalu berlari keluar dari rumahnya. Rumah yang tak ingin ia tinggali lagi, namun tak tau harus kemana setelah pergi.

Air mata Alice jatuh, seburuk itu pandangan ibunya pada dirinya.

"No, Alice! Jangan nangis!" ucap Alice menyemangati dirinya lalu mengusap air mata di pipinya.

Alice tersenyum lalu melangkah yakin menuju halte untuk menunggu bus atau taxi.

Kurang lebih setengah jam kemudian, Alice telah sampai di kantornya. Ia melangkah santai menuju lift sambil membalas beberapa sapaan yang ditujukan untuknya.

Begitu ia sampai di lantai paling atas di gedung itu, ia langsung melangkah malas menuju meja kerjanya lalu meletakkan tas miliknya dan berjalan menuju ruangan bos kesayangannya.

"Loh, udah ada orangnya," cetus Alice terkejut.

Ardan menatap jam tangannya lalu kembali menatap Alice. "Tumben cepet," ucapnya.

"Iya nih, tadi ada orang aneh yang bangunin saya subuh banget," balas Alice seraya melangkahkan kakinya menuju sofa lalu melempar tubuhnya dengan malas ke atas sana.

"Saya bangunin kamu subuh biar kamu sholat dan gak telat ke kantor. Begini kan bagus datengnya cepet. Kamu itu sekretaris saya, harus jadi contoh dong buat karyawan lain," tutur Ardan sembari menatap Alice yang tidur di sofa tak acuh.

"Makasih, Pak Bos," jawab Alice tak acuh.

Alice membalikkan tubuhnya menghadap Ardan. "Bapak bangun jam berapa? Cepet amat udah nyampe kantor aja," tanya Alice penasaran.

"Ya Iyalah, saya gak males-malesan kayak kamu. Itu kamu baru aja sampe udah tiduran lagi di sofa, males banget jadi perempuan," ucap Ardan seraya bangkit dari duduknya dan merapikan pakaian miliknya.

Alice merengut kesal. "Saya gak males ya, tapi ya gimana ya bilangnya."

"Gimana apanya? Bilang aja males, jangan ngeles," jawab Ardan seraya melangkahkan kakinya dengan santai menuju pintu keluar.

"Enak aja!"

"Ayo ikut saya!" seru Ardan dengan nada perintah.

"Mau kemana?" tanya Alice sembari memperhatikan bosnya lalu bangkit dari posisinya.

"Ayo ikut!" seru Ardan lagi.

Dengan sangat terpaksa Alice mengikuti langkah besar milik bosnya menuju keluar ruangan dan masuk ke dalam lift.

"Mau kemana sih, Pak?" tanya Alice bingung.

"Sarapan, kamu udah sarapan?"

"Belum!" seru Alice.

Ardan menghela nafas panjang. "Pantes lemes banget."

"Iya nih, saya lemes banget sampe gak kuat berdiri," ucap Alice seraya menjatuhkan dirinya ke dada Ardan.

"Alice!" panggil Ardan dengan nada datar.

"Iya, Pak Bos!" seru Alice berdiri tegak.

"Jangan genit!" cibir Ardan. Lelaki tampan itu berusaha menahan diri dengan menghembuskan nafas pelan agar Alice tak melihat kegugupannya.

"Mana ada saya genit sama Pak Bos, males banget," jawab Alice membela diri.

"Ya udah terserahlah, yang penting sarapan dulu biar kamu ada tenaga buat ngomel," balas Ardan datar.

Alice tersenyum tipis. "Baik banget, Pak Bosku," ucapnya manis.

Hal itu membuat Ardan yang berdiri tegak seraya menatap lurus ke depan, menggelengkan kepalanya pelan disertai dengan sedikit tarikan kedua ujung bibirnya hingga membentuk lengkungan senyum yang sangat jarang terlihat.

Jika saja Alice berada sedikit lama di dadanya, maka sudah pasti gadis itu akan mengetahui bahwa jantungnya berdegup sangat kencang saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status