“Jadilah istriku, maka kamu akan bisa menemukan jawaban semua misteri yang kamu hadapi selama ini bersamaku!”
Wanita muda berdiri mematung dan sebenarnya dalam lubuk hatinya ia setengah kesal. Bagaimana bisa pada akhirnya harus menikah dengan pemuda yang baru saja dikenal dalam sehari?
Tangannya terkepal kuat ingin menampar pipi lembut pemuda tampan itu. Namun, tangan lembut wanita cantik ini tidak tega menampar pemuda itu, karena di sisi lain, merasa kasihan padanya.
Lamaran paksaan itu sudah berlangsung hampir lima menit, tapi wanita muda ini tentunya tidak akan mudah memberikan jawaban yang dapat memengaruhi hidupnya di masa depan.
‘Haruskah aku menjadi istrinya supaya hidupku bisa terbebas dari semua ancaman yang kuhadapi selama ini?’
*****
Seminggu lalu…
Eleanor menghampiri sebuah toko buku setelah membaca sebuah artikel sedang trending di media sosial. Toko buku yang penuh misteri bagi semua orang dan bahkan sangat istimewa. Karena toko buku itu bukanlah toko buku biasa yang membuat rasa penasarannya sangat tinggi seketika membaca sebuah artikel toko buku di internet.
Tampak dari luar terlihat seperti toko buku biasa. Namun, jika dilihat dari segi interior, toko buku itu terlihat seperti perpustakaan yang biasanya ada di film fantasi berbau sihir.
Eleanor membelalakan mata memandang keindahan toko buku ini terasa seperti di dalam dunia mimpi. Dengan langkah anggun menelusuri toko buku itu meraba buku-buku yang dipajang dan tersusun rapi sesuai abjad.
Ada satu buku yang membuat Eleanor ingin langsung membacanya. Langkah kaki indah itu langsung terhenti. Netra hitam itu bersinar memandang sebuah buku entah kenapa baginya sangat menarik, meski belum membaca isinya sama sekali.
Tangan kanannya tanpa berpikir panjang mengambil buku itu dan langsung membuka halaman buku satu per satu. Anehnya semua buku di sini terlihat tidak disegel apa pun, sehingga setiap pengunjung yang ingin membaca buku favorit mereka bisa membaca leluasa di tempat ini.
Semakin lama semakin candu membaca buku ini berjudul “My Perfect Stranger”. Namun, dibalik rasa candu, dahinya berkerut dalam sekejap. Entah kenapa alur cerita buku ini terlihat sama persis dengan kehidupannya selama ini. Namanya pun juga sama seperti nama aslinya dan juga semua orang terdekatnya sehingga menambah kerutan di dahi.
‘Bagaimana penulisnya tahu tentang kehidupanku? Apakah dia seorang penguntit? Tidak! Tidak mungkin penguntit yang selama ini mengincarku. Kalau beneran penguntit, apa alasan dia menulis kisah kehidupanku dalam buku ini?’
Eleanor menggeleng cepat mencoba membangunkan lamunannya sambil melanjutkan mengamati isi buku ini.
Hingga pada akhirnya, kosong. Ternyata buku ini masih belum selesai ditulis penulisnya. Lebih anehnya lagi. Nama penulis tidak tertera di buku ini. Tidak hanya buku ini. Semua buku di toko buku ini tidak tertera nama penulis atau nama penerbit. Hanya tertera judul buku dan cover buku yang sengaja dibuat terlihat menarik.
“Ada yang bisa saya bantu?”
Eleanor tersentak hingga punggung lentiknya hampir menabrak rak buku di belakangnya. Sosok wanita paruh baya berpenampilan elegan menghampirinya. Netra Eleanor terfokus pada penampilan wanita itu yang sangat menarik perhatiannya karena terlihat seperti seorang penjaga perpustakaan di dunia sihir dari ujung kepala hingga kaki.
Wanita paruh baya itu menundukkan kepala hormat. “Maafkan saya sempat mengejutkan Anda tadi.”
Dengan lincah Eleanor merapikan penampilannya kembali terlihat seperti wanita profesional dalam kondisi masih menggenggam buku misterius itu erat. “Tidak apa-apa. Tadi saya hanya sempat melamun.”
“Anda menyukai buku itu?”
Eleanor kembali terfokus pada buku aneh yang mencatat kisah kehidupannya selama ini. Kepalanya sudah pusing dan sudah menyiapkan banyak pertanyaan. Mungkin baginya bisa menghabiskan waktu hampir satu jam hanya untuk mewawancarai sang pemilik toko buku.
“Omong-omong, saya adalah pemilik toko buku “Magical”. Jika ada pertanyaan apa pun dari Anda, tentunya saya bisa menjelaskannya pada Anda sampai Anda paham.”
Hampir saja tertawa lepas. Eleanor tidak ingin berbasa-basi lagi, harus tahu apa maksud isi buku misterius ini. Apakah sungguh penguntit yang mengincarnya selama ini adalah penulisnya? Atau hanya sebuah kebetulan?
“Memangnya buku ini sebenarnya buku apa? Kenapa kisah di buku ini terlihat sama seperti kehidupanku selama ini?”
Wanita paruh baya itu tertawa lepas seraya menggeleng pelan. Reaksi Eleanor semakin tampak bingung. Jika sang pemilik toko buku bisa tertawa santai seperti ini, berarti buku misterius yang digenggamnya saat ini bukan buku biasa.
“Siapa penulis buku ini? Kenapa buku ini belum ditulis sampai selesai tapi sudah dirilis?”
“Akhirnya Anda datang mengunjungi toko buku ini setelah saya menunggu lama.”
Tatapan Eleanor langsung melotot dan menelan saliva berat. Langsung membuang pikirannya jauh-jauh. Mustahil langsung berasumsi pemilik toko buku merupakan seorang penguntit yang mengincarnya selama ini.
“Eleanor Winter, selamat akhirnya Anda berhasil membaca buku kisah kehidupan Anda sendiri.”
“Kisah … saya?”
“Bisa dikatakan, hanya Anda yang bisa membuka segel buku itu.”
“Tunggu sebentar! Tadi saat saya ingin membaca buku ini tidak ada segel apa pun.”
Wanita paruh baya itu melangkah mendekati Eleanor dan menampakkan senyuman lebar. “Semua buku di sini hanya bisa dibuka oleh sang pemilik. Tentu saja segelnya tidak bisa dilihat kasat mata. Karena kalian hanya manusia biasa.”
Eleanor memegang kepalanya dengan lemas. “Jadi, bisa disimpulkan buku ini bukan novel biasa. Lalu, kenapa masih banyak halaman kosong? Sebenarnya siapa sih penulisnya?”
Wanita paruh baya itu menggeleng santai sambil mengibaskan jari telunjuknya. “Anda salah. Justru penulis buku ini adalah Anda sendiri, Eleanor Winter.”
Eleanor perlahan memijit pelipisnya terasa sakit. Merasa dirinya sedang bermimpi atau efek kelelahan bekerja jadi mudah berhalusinasi. Bagaimana bisa dirinya adalah seorang penulis kisahnya sendiri sedangkan pekerjaannya adalah seorang model? Bahkan bisa dikatakan hobinya bukan menulis cerita melainkan membaca cerita.
Tidak ingin berpikir terlalu lama juga, akhirnya memutuskan membuka mulutnya lagi setelah terkunci rapat hampir dua menit. “Saya … penulisnya? Bagaimana bisa?”
“Karena semua buku di sini adalah buku tentang kisah kehidupan manusia.”
“Kisah kehidupan manusia? Tapi, di sini bukan kehidupan sihir. Bagaimana bisa ada buku ajaib mencatat kehidupan manusia secara otomatis?”
Wanita paruh baya itu menepuk pundak Eleanor pelan. “Anda pasti sering mendengar, setiap pergantian tahun, maka semua orang akan menciptakan lembaran baru lebih baik lagi dari tahun-tahun yang telah mereka lewati. Seperti itulah gambarannya. Kejadian penting dalam hidup manusia secara otomatis tercatat dalam semua buku di toko buku ini.”
Eleanor hanya merasa dirinya semakin tidak waras mendengar semua omong kosong ini. Bermondar-mandir dengan panik sambil mempererat memegang buku misterius.
Wanita itu tersenyum tipis. “Saya tahu Anda tidak memercayai semua omong kosong ini. Tapi ada satu hal yang harus Anda ketahui.”
“Apa itu? Jangan membuat saya semakin tidak waras setelah mendengar semua omong kosong Anda dari tadi!”
“Halaman kosong itu akan menceritakan kisah kehidupan Anda setelah menikah dengan seseorang yang Anda cintai.”
Eleanor berdecak pasrah. Apalagi mendengar perkataan berkaitan dengan pernikahan membuat suasana hatinya semakin buruk. Usianya sangat cocok untuk menikah, tetapi hingga sekarang masih belum berpacaran. Mungkin buku itu tetap kosong sampai menua karena sepanjang hidupnya tidak tertarik berkencan dengan siapa pun.
“Bagaimana kalau seandainya saya tidak menikah dalam waktu dekat ini? Apakah buku ini akan tetap kosong?”
“Anda akan menikah dengan pemuda itu.”
Eleanor membulatkan mata. “Saya menikah dengan siapa? Bagaimana Anda bisa tahu saya akan menikah? Bahkan selama ini saya belum pernah berkencan dengan siapa pun. Sebenarnya Anda siapa?”
Wanita paruh baya itu menutup buku, mendekatkan bibir merah tua menuju daun telinga Eleanor. “Nanti Anda pasti akan tahu. Yang pastinya, pemuda itu memiliki nasib seperti Anda. Hanya dia yang bisa menyembuhkan luka Anda selama ini dan Anda harus menyembuhkan lukanya juga.”
“Pemuda itu siapa? Apakah seseorang yang saya kenal selama ini?”
“Anda harus mencari jawaban Anda sendiri. Karena saya tidak berhak ikut campur kehidupan manusia.”
TICK!
Eleanor terbangun dalam mobil sedannya. Bola matanya terbelalak seketika memandang sekelilingnya berada di lahan parkir taman kota. Mustahil! Bagaimana bisa tiba-tiba berada di dalam mobil dan posisinya bukan di depan toko buku? Dalam benaknya penuh dengan pertanyaan. Apakah tadi itu hanya sebuah mimpi aneh?
‘Apa yang sebenarnya terjadi?’
Eleanor menggeleng cepat sambil menepuk pipi menyadarkan lamunan aneh. Lalu, melajukan mobil sedannya menuju sebuah hotel. Awalnya ingin pulang, baru teringat seketika ada alarm pengingat di ponselnya bahwa ada satu agenda yang masih harus dilakukannya sebelum pulang. Harus mampir ke hotel untuk merayakan hari Valentine bersama dua teman dekatnya sejak duduk di bangku SMA.
*****
Beberapa menit kemudian, Eleanor langsung melangkah cepat memasuki restoran tempat pertemuan itu menemui teman terdekatnya. Sosok teman terdekat yang paling bisa diandalkan sejak duduk di bangku SMA dan juga sebagai penghiburnya setiap kali mengalami masalah.
Sosok wanita berwajah manis, tetapi karena keterlambatan temannya membuat wajahnya cemberut dan berkacak pinggang menyambut kedatangan temannya. “Kamu dari mana saja sih!”
“Maaf, aku habis dari to—”
Baru ingat. Eleanor juga bingung apa yang terjadi pada dirinya tadi. Tentu saja tidak mungkin mengatakan habis dari sebuah toko buku aneh. Nantinya akan dianggap wanita tidak waras.
“Aku habis sesi pemotretan tadi. Memang sedikit lama karena sempat ada kendala.” Terpaksa Eleanor harus membohongi temannya.
“Memang kamu dasar sok sibuk sejak terkenal! Ya sudahlah, lupakan saja! Karena suasana hatiku hari ini lagi baik.”
“Kamu dapat jackpot?” Eleanor menyenggol lengan temannya pelan.
Sontak sosok pria muda merupakan teman terdekat Eleanor menampakkan diri, lalu merangkul pundak sang kekasih tepat di depan mata Eleanor.
“Kalian … beneran pacaran?” Eleanor masih tidak memercayai semua ini hingga matanya terbelalak kaget.
Pria itu mengangguk. “Iya, benar.”
“Bagaimana bisa? Sejak kapan? Kok aku tidak tahu? Kamu harus jelaskan semua ini, Jessica!” Eleanor sengaja menggoyangkan tubuh Jessica merengek seperti anak kecil.
“Itulah kamu. Kamu tidak pernah peduli dengan kehidupanku dan selalu fokus dengan kehidupanmu sendiri. Kamu selalu pulang malam dan setiap hari libur selalu menolak jalan-jalan bersamaku!” Telinga Eleanor kepanasan mendengar omelan Jessica panjang lebar.
“Sudahlah, kamu jangan memarahinya lagi. Yang penting kamu punya aku sekarang.” Pria itu mengelus kepala Jessica.
Dalam lubuk hati Eleanor, sebenarnya sangat iri dengan kedua temannya. Dulu sering bertengkar karena masalah kecil, sekarang bisa saling bermanja. Sedangkan dirinya hidup sendirian tanpa didampingi siapa pun.
“Sebenarnya kami berpacaran sejak dua bulan yang lalu. Maaf kalau kami merahasiakan darimu.” Jessica menatap tajam pada Eleanor. “Sedangkan kamu sungguh tidak merahasiakan apa pun dari kami, ‘kan?”
“Rahasia apaan sih? Aku tidak main rahasia seperti kalian!”
“Kamu itu cantik dan cerdas. Mustahil kamu belum berpacaran dengan siapa pun,” tukas Jessica langsung pada intinya.
*****
Setelah makan malam, Eleanor menikmati minuman alkohol sendirian di bar dalam hotel mewah, meskipun sudah diperingatkan asistennya.
Sebenarnya Eleanor ingin melampiaskan kekesalannya di hari Valentine menyebalkan ini. Semua orang terus mendesaknya berpacaran, apalagi mendengar omong kosong pemilik toko buku itu mengenai pernikahannya telah dekat. Namun dalam benaknya, menjalin hubungan dengan seseorang tidak akan semudah orang bayangkan. Begitulah nasibnya yang selalu fokus dengan dirinya sendiri. Ada yang mudah bertengkar karena masalah kecil sampai putus hubungan, Eleanor tidak mau memiliki hubungan seperti itu.
Tangan kanannya memutar gelas kaca digenggamnya searah jarum jam. Setengah hatinya, masih penasaran pendamping hidupnya akan seperti apa. Apakah sungguh mencintainya atau mempermainkannya? Karena di dunia ini banyak sekali pria mempermainkan wanitanya hanya demi kesenangan hidup. Itulah alasan Eleanor sangat selektif memilih pasangan hidup dan tidak mudah memercayai siapa pun.
“Bolehkah aku bergabung minum bersamamu?” Suara pemuda terdengar sexy berhasil membangunkan lamunan sang model sedang galau.
Jantung sang model menggebu-gebu mendengar suara pria yang berhasil mengejutkannya dari lamunan. Apalagi ini merupakan pertemuan pertama mereka, apakah pertemuan ini sungguh kebetulan?Penampilan gagah pemuda itu membuat mata Eleanor sampai tidak berkedip. Bahkan dengan tangan lincah langsung merapikan penampilannya yang terlihat kusut menjadi sempurna. Tetap berusaha menahan godaan tampan pemuda itu, mengingat prinsipnya selalu selektif dalam hal memilih pasangan hidup. Apalagi kalau bertemu dengan pria di hotel secara acak, pasti pria itu kerjaannya mempermainkan wanita di kamar hotel. Namun, Eleanor tetap menyambutnya dengan ramah. Tidak ingin dikenal sebagai model sombong di mata orang lain. “Tentu saja boleh.”Dengan cepat pemuda itu langsung menduduki bangku di sebelah Eleanor dan memesan sebotol wine yang kadar alkoholnya paling rendah. Senyuman gagah terpampang pada wajah pemuda itu membuat pipi Eleanor memerah dalam sekejap, setengah hatinya juga merasa malu. Karena ini perta
Kondisi kamar hotel masih terlihat rapi tanpa ada pakaian berserakan. Seperti tidak terjadi apa pun pada mereka. Bahkan keduanya masih dibaluti bathrobe masing-masing dalam kondisi masih tertidur pulas. Perlahan Eleanor membuka matanya sambil mengamati sekelilingnya, menyadari bahwa tempat ini bukan kamar pribadinya, melainkan kamar hotel tempat berbincang dengan pemuda tampan itu sebelumnya. Sekarang giliran Cedric terbangun dari dunia mimpi. Pertama yang dilakukan langsung mencemaskan kondisi wanita cantik yang masih duduk manis di ranjang. Untuk mengurangi suasana canggung, dengan lincah menghampiri sang model dan menduduki tepi ranjang. “Semalam kamu tidur nyenyak?” Eleanor mengangguk gugup. “Lumayan.” Ia mengatupkan bibir dengan senyuman malu, bertekad ingin melampiaskan isi pikirannya terngiang-ngiang karena sang direktur sungguh menepati janji. “Terima kasih sudah tidak menodai tubuhku. Aku kira kamu beneran melakukannya diam-diam.”Cedric tertawa lepas hingga wajahnya meme
Dengan panik Cedric menggeser layar tab membaca berita itu hingga dirinya terlihat seperti orang tidak waras dan netranya mulai memerah. Eleanor baru menyelesaikan menandatangani kontrak kerja, masih belum mengetahui kejadian sebenarnya yang membuat wajah tampan direktur memudar dalam sekejap. “Cedric, kamu kenapa?”Cedric masih membisu. Tangan kanannya dengan lemas memberikan tab untuk Eleanor. Baru membaca judul berita, Eleanor membulatkan mata. Dengan tangan lincah menggeser layar tab mengamati foto-foto kejadian di hotel hingga sarapan di restoran hotel. Netranya kini memerah dan tangannya gemetar ketakutan. “Siapa … yang menyebarkan berita ini?”“Aku juga tidak tahu. Tadi tiba-tiba pegawai kantor memperbincangkan berita ini. Apalagi beritanya sekarang—““Beritanya masuk trending 5!!” Amarah Cedric meledak. Eleanor berjalan mondar-mandir dengan panik menggigit bibirnya. Pertama kali menghadapi skandal panas, mustahil tidak panik. Terutama kejadian sesungguhnya bukan seperti it
Eleanor penasaran melihat ekspresi wajah sang asisten berubah drastis. Dahinya menampakkan kerutan, menggeser tubuhnya mendekati Alice, tetapi Alice langsung menghindarinya. Eleanor masih tetap tidak menyerah. Ingin mengambil ponsel itu, langsung direbut kembali oleh Alice. Batas kesabarannya sudah habis kali ini. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai sang asisten terus menyembunyikannya. “Kamu kenapa sih mau intip ponselku?!” Alice mengomel sedikit gugup. “Sedangkan kamu sendiri kenapa menyembunyikannya dariku? Ada orang yang mengancamku?”“Bukan karena itu. Tapi—”“Tapi kenapa? Cepat perlihatkan pesan itu kalau ada kaitannya denganku!”Alice menggarukkan kepala sambil memperlihatkan isi pesan itu untuk Eleanor. “Direktur Cedric mau bertemu aku.”Eleanor membelalakan mata, mendengar nama sang direktur justru menghubungi asistennya membuatnya marah. “Apa yang dia inginkan sebenarnya setelah menyebabkan semua kekacauan ini?!”“Tenang dulu, Eleanor! Kenapa kamu jadi marah-marah be
Kali ini Eleanor tidak ingin membiarkan sang direktur menunggu terlalu lama di depan pintu. Membuka pintu kediamannya perlahan mengamati sang direktur yang awalnya berwajah lesu kini kembali bersemangat. Cedric langsung berdiri percaya diri dan merapikan penampilannya kusut. Tidak peduli menunggu sampai membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya bisa berbincang lagi dengan temannya.“Masuklah.” Akhirnya Eleanor mengucapkan satu kata yang sangat ingin didengarkan Cedric. Tanpa berbasa-basi, Cedric langsung memasuki kediaman dan mengekori sang pemilik kediaman dari belakang. Sorot matanya mengamati sekeliling kediaman ini masih terlihat rapi membuatnya sedikit lega. Mereka duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sampai sekarang bibir mereka masih terkunci rapat. Namun, tidak berlaku untuk Eleanor ingin memarahinya sekarang, karena direktur tampan sempat lesu membuatnya bersalah. “Kenapa kamu keras kepala? Bagaimana kalau ada orang yang melihatmu dari tadi? Kamu mau masuk berita lagi
Mengingat kejadian malam yang sebenarnya. Saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas wine sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambut terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. ‘Pria ini tampan juga.’Untung Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sofa sambil menepuk pelan. “Eleanor, kemarilah.”Eleanor meresponsnya den
Kembali lagi di saat Eleanor dan Cedric duduk di sofa ruang tamu. Dengan penampilan gagahnya, Cedric masih memegang kotak cincin itu. Sedangkan Eleanor masih kesal dengan lamaran terkesan kurang ajar. Meminta menikah tiba-tiba tanpa ada rasa cinta, sudah pasti semua orang sangat tidak menyetujuinya, terutama menikah karena skandal. Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menampar direktur tampan ini tanpa segan. Tapi setengah hatinya, ia juga merasa kasihan karena sang direktur sebenarnya tidak bersalah. Jika dipikirkan maksud tawaran pernikahan terkesan paksaan, ada sisi untungnya juga. Jika diingat kisah masa lalu Cedric secara sekilas, Cedric juga mengalami hal yang sama dengannya, yaitu sama-sama diberi ancaman akan dicelakai seketika menginjak usia dewasa. Maka dari itu, mereka memiliki trauma yang sama. Jika Cedric mempersilakan mempergunakannya demi mencari pelaku yang ingin mencelakai mereka. Sangat tidak masalah. Yang membuat masalah baginya adalah pernikahan impian yang
Awalnya berdebat karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala tunangannya dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini. Cedric tertawa kecil sambil mengelus pipi lembut itu perlahan supaya tidak membangunkan san
Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun
Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se
Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.
Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan
Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m
Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,
Kebetulan hari ini hari libur, Cedric mengajak istrinya melakukan USG untuk memastikan alat testpack itu menunjukkan hasil akurat, meski sebelumnya ia sudah sangat bahagia mendapatkan kabar gembira dari sang istri mengenai buah hati.Seketika Eleanor melakukan tes USG ditemani suaminya terus menggenggam tangannya erat sambil memandangi layar menampakkan ada janin di dalam perut Eleanor.Air matanya terus berlinang mengamati senyuman cantik istrinya kemudian mendaratkan kecupan manis di kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Setelah dipastikan Eleanor sudah memasuki masa kandungan sekitar lima hari, tidak ada yang perlu diragukan lagi memberitahukan kabar baik ini pada semua temannya. Biasanya restoran ini adalah markas mereka setiap kali mendiskusikan persoalan kasus, sekarang dijadikan tempat
Dua minggu kemudian…Hari ini adalah hari ulang tahun Cedric. Maka dari itu, Eleanor sengaja bangun lebih awal memasak sarapan spesial untuk suami tercinta masih tertidur karena sepanjang malam lembur untuk persiapan rapat hari ini.Eleanor memasak berbagai macam makanan dan terutama adalah sup rumput laut untuk suaminya sedang berulang tahun. Sambil memasak, ia juga bernyanyi sekilas menghibur hatinya sangat bahagia padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.Sontak Eleanor merasakan tubuhnya hangat, karena pelukan cinta dari sang suami membuat senyumannya semakin mengambang sambil mengelus punggung tangan suaminya lembut.“Kamu sangat manis setiap sedang memasak.” Cedric menggombal dengan nada sexy.
Sekarang saatnya kembali ke realita. Bisnis Violette Star Company Limited seiring waktunya berjalan semakin berkembang pesat, meski selama beberapa bulan terakhir dilanda berbagai musibah yang membuat pergerakan harga saham selalu tidak stabil.Bahkan berkat peluncuran produk baru sunscreen yang semakin membuat produk Violette Star menjadi sukses, ada kegiatan lain yang direncanakan Eleanor untuk memperluas pemasaran produk. Selain itu, berkat video syuting iklan ulang yang dilakukannya berhasil membuat para penggemarnya terkagum dan akun sosial medianya dibanjiri komentar positif dari penggemarnya.Agenda rapat hari ini membahas acara pameran yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Semua manajer seperti biasa menghadiri rapat, termasuk Cedric juga penanggung jawab berkaitan dengan persoalan keuangan.