Kali ini Eleanor tidak ingin membiarkan sang direktur menunggu terlalu lama di depan pintu. Membuka pintu kediamannya perlahan mengamati sang direktur yang awalnya berwajah lesu kini kembali bersemangat.
Cedric langsung berdiri percaya diri dan merapikan penampilannya kusut. Tidak peduli menunggu sampai membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya bisa berbincang lagi dengan temannya.
“Masuklah.” Akhirnya Eleanor mengucapkan satu kata yang sangat ingin didengarkan Cedric.
Tanpa berbasa-basi, Cedric langsung memasuki kediaman dan mengekori sang pemilik kediaman dari belakang. Sorot matanya mengamati sekeliling kediaman ini masih terlihat rapi membuatnya sedikit lega.
Mereka duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sampai sekarang bibir mereka masih terkunci rapat. Namun, tidak berlaku untuk Eleanor ingin memarahinya sekarang, karena direktur tampan sempat lesu membuatnya bersalah.
“Kenapa kamu keras kepala? Bagaimana kalau ada orang yang melihatmu dari tadi? Kamu mau masuk berita lagi seperti sebelumnya?!”
“Sudah kubilang. Aku memang mau bertanggung jawab.”
“Tapi, kamu bisa mengunjungiku lain kali. Bagaimana kalau aku tidak membiarkanmu masuk sampai besok pagi? Kamu bisa terserang flu juga!”
Bola matanya terbelalak. Baru menyadari ucapannya tidak sengaja keceplosan. Apalagi sepanjang hidupnya, ini pertama kalinya mengatakan hal paling memalukan terhadap seorang pria, terutama pria baru dikenal.
Tentunya bagi Cedric perkataan itu membuatnya bahagia dalam sekejap. Senyuman ceria menghiasi wajah tampannya dan menggenggam tangan kiri Eleanor. “Karena aku merindukanmu, Eleanor. Tidak peduli aku terserang flu atau apa pun, aku lebih mencemaskan keadaanmu. Makanya, sejak kita berpisah, aku mau mendatangimu sebenarnya.”
Jantung berdebar kencang seketika mendengar ucapan direktur sangat memedulikannya. Pipinya mulai memanas, tetapi sulit mengendalikannya. Langsung memalingkan matanya dan melepas sentuhan tangan perlahan untuk menghilangkan rasa canggung.
“Ternyata kamu masih ada hati nurani juga. Kukira kamu akan mengabaikanku atau mungkin kamu menyimpan dendam.” Eleanor menuduh dengan nada sedikit angkuh.
“Justru selama ini aku selalu mencemaskanmu. Mungkin kamu tidak bisa tidur nyenyak atau selera makanmu menurun drastis.”
Eleanor tidak bisa berkata apa pun selain melakukan hal lain untuk mengalihkan pikirannya. Dirinya beranjak sejenak melangkah menuju pantry. Tanpa menolehkan kepala, menyalakan mesin kopi berniat membuatkan kopi untuk dirinya dan tamu istimewa.
“Kamu mau kopi?”
“Sebenarnya aku tidak mau merepotkanmu. Tapi, karena kamu sudah berniat mau membuatkan untukku, sudah pasti aku tidak menolak.”
Tidak membutuhkan waktu lama, Eleanor membawa dua cangkir kopi dan menaruhnya di meja ruang tamu. Netra indahnya masih sulit memandang pesona ketampanan sang direktur. Meski penampilan sang direktur sedikit kusut, tetap saja di matanya masih terlihat menyegarkan. Begitulah dirinya sejak pertemuan pertama saat itu.
“Kopi untuk kamu.”
“Terima kasih, Eleanor.”
Eleanor sengaja berdeham sambil menyesap kopi panas itu tanpa meniupnya hingga bibirnya seperti terbakar. “Aahh! Panas!”
Dengan panik Cedric menaruh gelasnya dan memajukan wajahnya mendekati bibir indah itu. “Kamu tidak apa-apa? Bibirmu terluka?”
“Aku baik-baik saja. Tadi aku hanya sedikit terkejut.”
“Kamu harus berhati-hati. Bagaimana kalau bibirmu beneran terluka? Aku juga panik tadi!”
“Terima kasih sudah mencemaskan aku.” Eleanor menunduk malu sambil menyelipkan helaian rambut panjang ke belakang telinga.
Tatapan Cedric semakin fokus memandang bibir indah berkilauan itu mulai menggoda netra gagahnya. Namun, masih bisa menahan dirinya tidak melakukan apa pun terhadap bibir itu. Yang bisa dilakukan adalah mengusap bibir indah itu dengan jempol, menambah debaran jantung Eleanor semakin tidak beraturan. Sudah pasti, ini pertama kalinya saat bersikap ceroboh, ada pria yang sangat memedulikannya, dibandingkan pria lain menyindirnya atau menertawakannya.
Jika dibayangkan posisi mereka saat ini, mungkin orang lain akan menganggap mereka sungguh ingin berciuman. Padahal situasi sangat berbeda jauh dari ekspektasi. Cedric lebih mementingkan kondisi bibir itu dibandingkan menikmati kenikmatan penuh hawa nafsu yang biasanya dilakukan pria lain di saat ada kesempatan emas.
Matanya sampai tidak berkedip menikmati pemandangan indah tepat di hadapannya yang jaraknya kurang dari dua meter. Mungkin kalau Eleanor memajukan kepalanya sedikit lagi, sentuhan bibir itu akan terjadi. Namun, ia tidak ingin melakukannya. Karena belum memiliki perasaan istimewa.
“Cedric, kamu tidak minum kopimu? Nanti keburu dingin.”
“Tidak apa-apa. Aku lebih mementingkan kamu daripada kopi.”
Satu kalimat terakhir itu berhasil membuat hati Eleanor sangat tersentuh. Meski terdengar sederhana, tetapi ia sangat menyukainya. Memang selama ini banyak pria yang menggombalnya, tetapi entah kenapa ketika Cedric mengatakannya terdengar sangat tulus dan sangat menyukainya.
“Kalau begitu, aku tidak akan bertanggung jawab kalau kopinya dingin, lalu kamu terserang flu.”
Cedric tertawa lepas sambil memundurkan kepala. “Kamu tidak akan bertanggung jawab juga tidak masalah. Yang penting aku harus bertanggung jawab atas kesalahanku beberapa saat lalu.”
Situasi mulai canggung karena masalah utama yang mereka hadapi belakangan ini. Cedric merapikan dasinya sedikit miring dan berdeham sejenak. “Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi, Eleanor. Sebenarnya belakangan ini aku sangat marah melihat para haters selalu menyerangmu di media sosial. Makanya, aku harus bertanggung jawab. Kamu jangan memarahiku kalau kamu tidak menyetujui ideku terkesan gila. Tapi ini demi kebaikan kita berdua.”
“Omong-omong, sejak insiden ini kamu dimarahi kedua orang tuamu? Biasanya di drama yang pernah aku tonton, keluarga orang kaya itu sangat ketat peraturannya. Kalau anaknya melakukan kesalahan fatal sampai melibatkan media, pasti orang tuanya tidak akan mengampuninya dengan mudah dan akan menghukum anaknya tanpa segan.”
Lagi-lagi Cedric tidak bisa menahan tawanya hingga wajahnya memerah. Jika dipikirkan, apa yang dikatakan Eleanor itu sungguh berbeda dengan keluarganya. Meski beberapa saat lalu sang ayah sempat memarahinya habis-habisan, tetapi tidak pakai metode siksaan seperti mertua jahat di drama.
“Ternyata kamu suka menonton drama gituan, ya.”
“Biasanya di saat waktu luang aku tidak melakukan apa pun selain menonton drama, baca novel atau komik.”
“Benarkah? Hobimu berarti sama sepertiku!” Cedric bertepuk tangan girang.
“Jadinya, orang tuamu beneran menyiksamu karena skandal ini? Pasti harga saham Violette Star Company Limited turun drastis.”
Cedric tersenyum sambil menyesap kopi sejenak. “Awalnya ayahku sempat memarahiku, tapi tidak menyiksaku. Tenang saja, keluargaku bukan tipe keluarga seperti di drama.”
“Syukurlah. Sebenarnya aku mencemaskanmu juga.”
Cedric tidak ingin berbasa-basi lagi. Mengambil napasnya panjang dan membuangnya perlahan mempersiapkan mental untuk mengatakan hal yang tidak pernah diucapkannya sepanjang hidupnya. “Eleanor, aku mau melindungimu sepanjang hidupku. Aku tidak mau membiarkanmu terluka lagi dan aku tidak akan membiarkan seseorang mengancammu lagi. Kamu bisa pergunakan aku selama kamu hidup bersamaku. Kamu pasti terkejut, apalagi hubungan kita hanya teman. Tapi, hanya ini satu-satunya cara aku bisa mengatasi masalah ini bersamamu.”
Cedric mengeluarkan sebuah kotak kecil terlihat elegan dari saku jasnya, lalu menyerahkannya untuk Eleanor dengan tatapan tulus.
“Cedric, apa yang kamu lakukan?” Reaksi Eleanor gugup melihat tingkah lawan bicaranya aneh.
Isi dari kotak itu adalah sebuah cincin berlian membuat mulutnya menganga. Telapak tangannya menutupi mulutnya dengan anggun dan tatapannya langsung melotot pada sang direktur.
“Menikahlah denganku, Eleanor.”
“Apa?!”
“Memang aku dan kamu belum memiliki perasaan istimewa satu sama lain. Tapi, aku yakin kita berdua pasti bisa saling mencintai seiring waktunya berjalan.”
Namun, kehidupan pernikahan adalah hal sulit bagi Eleanor, tentu saja pasti keberatan dengan ide gila ini membuatnya sangat syok. “Tapi Cedric, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan!”
“Aku tahu. Tapi, sejak pertama kali bertemu kamu, aku sangat nyaman. Aku juga selalu mencemaskan kondisimu setiap kamu tidak bersamaku.”
Eleanor berdecak kesal, kembali menunjukkan sisi amarahnya meledak seperti sebelumnya. “Jadinya, tujuanmu mendatangiku hari ini adalah memaksaku menikah denganmu? Meski aku tidak mencintaimu sama sekali?”
“Aku tidak memaksamu. Aku hanya mau menjadi pengawalmu setiap kali kamu dalam bahaya. Apalagi mendengar kisahmu waktu itu, aku jadi takut juga. Bagaimana kalau aku kehilanganmu suatu hari nanti?”
“Perkataan manis sama sekali tidak bisa membujuk hatiku! Sudah kuduga, kebanyakan pria kaya itu hobinya mempermainkan hati wanita!”
“Eleanor ….”
Eleanor berbalik badan. Sangat marah dicampur bingung dengan hatinya. Marah karena dilamar tiba-tiba padahal belum pernah berpacaran. Di satu sisi, bingung karena sebenarnya tidak tega memarahi Cedric karena kondisi mereka senasib selama ini. Apalagi hanya Cedric, pria yang sangat dipercayainya.
“Kenapa kamu tiba-tiba melamarku? Kamu anggap aku mainan? Kalau mau menggoda wanita, kamu salah orang.”
Cedric menatap percaya diri. “Tidak, Eleanor. Justru aku memilih wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupku. Sebenarnya ini juga satu-satunya cara memperbaiki skandal. Kalau kita menikah, bukankah semua orang tidak akan berprasangka buruk lagi? Kamu tidak akan dianggap sebagai wanita murahan.”
“Kalau kamu menikahiku karena skandal itu, aku tidak akan setuju.”
“Sebenarnya aku mau menikahimu bukan karena skandal itu, bukan karena menghindari perjodohan juga. Tapi karena aku sangat memedulikanmu. Selama ini aku dan kamu tidak pernah berpacaran karena trauma yang kita alami di masa lalu. Maka sejak saat itu, kita tidak pernah memercayai siapa pun dan memutuskan tidak berpacaran. Sejak bertemu kamu, entah kenapa aku sudah memercayaimu sepenuhnya dan kamu sangat pantas menjadi istriku. Selain itu, kamu juga penyembuh luka trauma yang dialamiku.”
Eleanor duduk mematung dan menolehkan kepala perlahan kembali menghadap wajah tampan itu masih terlihat bersinar.
“Eleanor, kalau kamu tidak mencintaiku, kamu bisa memanfaatkan aku. Aku rela melakukannya demi kamu, agar trauma yang kamu alami sembuh sepenuhnya dan aku bisa melindungi kamu dari orang jahat yang mau mencelakakanmu selama ini. Aku juga bisa merelakan nyawaku demi kamu.”
“Cedric ….”
“Jadilah istriku, maka aku dan kamu bisa memecahkan misteri yang kita hadapi selama ini bersama.”
Mengingat kejadian malam yang sebenarnya. Saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas wine sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambut terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. ‘Pria ini tampan juga.’Untung Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sofa sambil menepuk pelan. “Eleanor, kemarilah.”Eleanor meresponsnya den
Kembali lagi di saat Eleanor dan Cedric duduk di sofa ruang tamu. Dengan penampilan gagahnya, Cedric masih memegang kotak cincin itu. Sedangkan Eleanor masih kesal dengan lamaran terkesan kurang ajar. Meminta menikah tiba-tiba tanpa ada rasa cinta, sudah pasti semua orang sangat tidak menyetujuinya, terutama menikah karena skandal. Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menampar direktur tampan ini tanpa segan. Tapi setengah hatinya, ia juga merasa kasihan karena sang direktur sebenarnya tidak bersalah. Jika dipikirkan maksud tawaran pernikahan terkesan paksaan, ada sisi untungnya juga. Jika diingat kisah masa lalu Cedric secara sekilas, Cedric juga mengalami hal yang sama dengannya, yaitu sama-sama diberi ancaman akan dicelakai seketika menginjak usia dewasa. Maka dari itu, mereka memiliki trauma yang sama. Jika Cedric mempersilakan mempergunakannya demi mencari pelaku yang ingin mencelakai mereka. Sangat tidak masalah. Yang membuat masalah baginya adalah pernikahan impian yang
Awalnya berdebat karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala tunangannya dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini. Cedric tertawa kecil sambil mengelus pipi lembut itu perlahan supaya tidak membangunkan san
Seketika baru memasuki apartemennya, Eleanor langsung melepas stilettonya berserakan dan membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya. Membayangkan pelukan hangat selalu membuatnya nyaman, sedikit menyesal menolak tawaran demi menjaga harga dirinya keras seperti tembok beton. Bahkan terus berguling-guling di ranjang melampiaskan kekesalannya. Drrt…drrt… Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan masuk. Di dalam pikirannya, sedikit berharap dari calon suaminya. Maka dari itu, langsung menggeser layar ponsel menatap pesan itu. Ekspektasi berbeda jauh dari realita. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu temannya tukang pamer. Siapa lagi kalau bukan Jessica? Beberapa saat lalu memamerkan hubungan asmara dengan temannya sendiri, lalu sengaja mengompori Eleanor supaya iri. Senyuman manis langsung memudar. Eleanor melempar ponselnya di ranjang dan menghembuskan napas kasar. ‘Sudah kuduga dia manis di mulut. Sedangkan urusan menghubungiku saja tidak dilakukan. Tapi, kenapa aku sangat me
Cedric mengajak tunangannya berjalan santai di taman kota. Sesungguhnya tujuannya mengajak jalan-jalan di taman bukan sekadar ingin berkencan. Namun, sekaligus ingin mengatakan hal sebenarnya mengenai penguntit yang memantau pergerakan mereka saat di kafe. Sepanjang jalan menelusuri taman kota, mereka saling bergandengan tangan. Di satu sisi bermaksud ingin bersandiwara di hadapan semua orang supaya terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan, di sisi lainnya Cedric bermaksud ingin melindungi sang tunangan dari penguntit atau siapa pun yang berani menyentuh tubuh sang tunangan. “Cedric. Eleanor.” Keduanya saling memanggil serentak. “Kamu duluan saja.” Cedric berinisiatif mengalah. “Cedric, sebenarnya ada sesuatu penting yang harus kamu ketahui.”“Kamu merasa diincar seseorang dari tadi?”Eleanor membulatkan mata, tangannya langsung terlepas. “Bagaimana kamu tahu?”“Karena aku juga merasakannya dari tadi. Tapi, aku sengaja berpura-pura tidak tahu.”“Lalu, kenapa kamu diam saja? Seha
Eleanor tersentak. Seketika tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, Cedric berinisiatif menangkap punggung indah itu dengan lengan kekarnya. Eleanor menunduk malu, menyingkirkan helaian rambut panjang menutupi pandangan matanya. Pemuda yang dikenal sejak kuliah, bagaimana bisa setelah beberapa tahun berlalu mereka dipertemukan kembali? Tentunya hal ini sangat tidak nyaman sampai ingin memanfaatkan calon suaminya sekarang. Tubuh kekar Cedric begitu kokoh mampu menutupinya. Perlahan Eleanor bersembunyi tepat di belakang tubuh gagah itu, sengaja menutupi rasa kegelisahannya dengan wajah datar. Cedric menyadari situasi sekarang sangat tidak nyaman. Sangat peka dalam hal ini, apalagi berkaitan dengan masalah pujaan hatinya. Baru mencoba memenangkan hati wanita manis ini, sudah dihadapi masalah baru lagi, meski ia tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Hanya Eleanor yang mengetahui jawabannya. Pemuda itu tersenyum tipis. Melangkah perlahan mendekati Eleanor dengan penampilan casual.
Seketika sang tunangan selesai menceritakan apa yang dialaminya beberapa tahun lalu, Cedric semakin mempererat pelukannya. Mendengar tunangannya sungguh bertekad tidak ingin menjalin hubungan asmara dengan siapa pun, Cedric semakin bersemangat ingin memperjuangkan memenangkan hati tunangannya sepenuhnya. Senyuman percaya diri terus terpampang pada wajah tampannya. Tangan kanannya lambat laun mengusap kepala lembut sang tunangan sambil mendaratkan kecupan manis di puncak kepala untuk menunjukkan kasih sayangnya. Memang masih belum sebulan berjalan hubungan mereka. Cedric semakin tertarik pada Eleanor dan semakin tidak sabar menantikan pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan kemudian. Bahkan ia sudah berasumsi dirinya sudah kalah dan pastinya akan melanggar semua aturan kontrak hubungan asmara mereka padahal belum tanda tangan secara resmi. “Terima kasih sudah menceritakannya padaku, Eleanor.”“Kamu jangan terlalu percaya diri dulu! Bagaimana kalau selama setahun aku masih belum
Sepanjang malam Eleanor tidak bisa tidur nyenyak setelah mendengar penjelasan sang pemilik toko buku mengenai Austin yang akan menjadi tokoh ketiga atau akan menjadi penghancur kehidupan asmaranya bersama Cedric. Itulah alasan kenapa Eleanor tidak pernah memercayai satu pria pun, kecuali Cedric. Eleanor semakin ingin melekat dengan Cedric dan ingin melindunginya dari ancaman apa pun. Selain itu, ingin membalas semua jasa baik yang diberikan Cedric untuknya. Sinar matahari akhirnya menyambut pagi hangat untuk sang model. Pagi hari kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Tidak biasanya seseorang mengunjunginya di pagi hari. Padahal tidak meminta asistennya melayaninya. Terpaksa Eleanor beranjak dari ranjang sambil merapikan penampilannya sangat kusut setiap kali bangun. Hanya berdurasi singkat merias dirinya, menghampiri pintu utama dan menyambut kedatangan tamu misterius yang mengganggu suasana pagi. Siapa sangka kalau yang mendatanginya sekarang adalah calon suaminya sendiri. Apala
Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun
Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se
Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.
Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan
Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m
Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,
Kebetulan hari ini hari libur, Cedric mengajak istrinya melakukan USG untuk memastikan alat testpack itu menunjukkan hasil akurat, meski sebelumnya ia sudah sangat bahagia mendapatkan kabar gembira dari sang istri mengenai buah hati.Seketika Eleanor melakukan tes USG ditemani suaminya terus menggenggam tangannya erat sambil memandangi layar menampakkan ada janin di dalam perut Eleanor.Air matanya terus berlinang mengamati senyuman cantik istrinya kemudian mendaratkan kecupan manis di kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Setelah dipastikan Eleanor sudah memasuki masa kandungan sekitar lima hari, tidak ada yang perlu diragukan lagi memberitahukan kabar baik ini pada semua temannya. Biasanya restoran ini adalah markas mereka setiap kali mendiskusikan persoalan kasus, sekarang dijadikan tempat
Dua minggu kemudian…Hari ini adalah hari ulang tahun Cedric. Maka dari itu, Eleanor sengaja bangun lebih awal memasak sarapan spesial untuk suami tercinta masih tertidur karena sepanjang malam lembur untuk persiapan rapat hari ini.Eleanor memasak berbagai macam makanan dan terutama adalah sup rumput laut untuk suaminya sedang berulang tahun. Sambil memasak, ia juga bernyanyi sekilas menghibur hatinya sangat bahagia padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.Sontak Eleanor merasakan tubuhnya hangat, karena pelukan cinta dari sang suami membuat senyumannya semakin mengambang sambil mengelus punggung tangan suaminya lembut.“Kamu sangat manis setiap sedang memasak.” Cedric menggombal dengan nada sexy.
Sekarang saatnya kembali ke realita. Bisnis Violette Star Company Limited seiring waktunya berjalan semakin berkembang pesat, meski selama beberapa bulan terakhir dilanda berbagai musibah yang membuat pergerakan harga saham selalu tidak stabil.Bahkan berkat peluncuran produk baru sunscreen yang semakin membuat produk Violette Star menjadi sukses, ada kegiatan lain yang direncanakan Eleanor untuk memperluas pemasaran produk. Selain itu, berkat video syuting iklan ulang yang dilakukannya berhasil membuat para penggemarnya terkagum dan akun sosial medianya dibanjiri komentar positif dari penggemarnya.Agenda rapat hari ini membahas acara pameran yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Semua manajer seperti biasa menghadiri rapat, termasuk Cedric juga penanggung jawab berkaitan dengan persoalan keuangan.