Eleanor penasaran melihat ekspresi wajah sang asisten berubah drastis. Dahinya menampakkan kerutan, menggeser tubuhnya mendekati Alice, tetapi Alice langsung menghindarinya.
Eleanor masih tetap tidak menyerah. Ingin mengambil ponsel itu, langsung direbut kembali oleh Alice. Batas kesabarannya sudah habis kali ini. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai sang asisten terus menyembunyikannya.
“Kamu kenapa sih mau intip ponselku?!” Alice mengomel sedikit gugup.
“Sedangkan kamu sendiri kenapa menyembunyikannya dariku? Ada orang yang mengancamku?”
“Bukan karena itu. Tapi—”
“Tapi kenapa? Cepat perlihatkan pesan itu kalau ada kaitannya denganku!”
Alice menggarukkan kepala sambil memperlihatkan isi pesan itu untuk Eleanor. “Direktur Cedric mau bertemu aku.”
Eleanor membelalakan mata, mendengar nama sang direktur justru menghubungi asistennya membuatnya marah. “Apa yang dia inginkan sebenarnya setelah menyebabkan semua kekacauan ini?!”
“Tenang dulu, Eleanor! Kenapa kamu jadi marah-marah begini?”
“Menyebalkan sekali! Setelah berhari-hari tidak mengabariku malahan dia mau bertemu kamu tiba-tiba! Memang dia tidak ada tanggung jawab sama sekali!”
“Tapi Eleanor—”
“Pasti dia mau memberiku sejumlah uang sebagai kompensasi atas kekacauan yang diperbuatnya!”
Alice memutar bola mata. Cukup lelah menghadapi sang model yang sifat keras kepalanya terus membara. “Bagaimana kalau aku menemuinya sekarang?”
“Baiklah. Tapi, kalau sampai dia memberimu uang atau kompensasi apa pun itu, aku tidak akan menerimanya! Kasih tahu dia terang-terangan bahwa aku bukan tipe wanita murahan yang tergila uang!”
“Kamu selalu bilang muak padanya, padahal selama ini kamu juga mencemaskannya,” ejek Alice terkekeh.
Eleanor memalingkan mata sambil fokus mengamati drama yang ditontonnya masih berlangsung. “Kalau itu aku hanya sembarangan bicara! Aku tidak terlalu mencemaskannya. Lagi pula memang dia sangat menyebalkan! Seharusnya dia bertemu denganku langsung, bukan jadikan kamu sebagai perantara! Dasar direktur tidak punya sopan santun!”
*****
Alice memasuki sebuah kafe. Cedric sudah tiba lebih awal. Dari kejauhan melambaikan tangannya pada Alice.
Dengan sigap Alice mendatanginya dan menduduki kursi tepat di hadapannya. Sengaja memasang wajah datar seolah-olah tidak tahu apa pun dengan tujuan pertemuan ini.
Cedric memasang ekspresi wajah ramah memberikan segelas Aren Latte untuk Alice.
“Kamu tahu alasan aku memintamu bertemu denganku tiba-tiba.”
Alice menaruh gelas dan memasang tatapan serius pada sang direktur. “Aku tidak peduli apa yang kamu inginkan, Pak Cedric. Kamu tiba-tiba berbicara informal padahal hubungan kita tidak akrab. Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Kamu mau memberikan kompensasi untuk Eleanor?”
Cedric tertawa lepas sambil menggeleng pelan dan memajukan kepala. “Sudah kuduga dia akan menganggapku seperti itu. Dia masih belum tahu aku tipe direktur yang berbeda dari lainnya. Aku bukan tipe direktur yang suka memberikan kompensasi berupa material.”
“Lalu, apa tujuan kamu menemuiku tiba-tiba?”
“Alamat kediaman Eleanor di mana?”
Apa tidak salah mendengar? Ekspektasi dan realita sangat berbeda jauh. Kenapa seorang direktur tiba-tiba ingin bertemu dengan seorang model apalagi di kediaman pribadi? Ini gila!
Alice tersenyum tipis dan menyilangkan kaki berlagak sombong. “Kenapa kamu minta alamatnya?”
“Karena ada yang ingin kubicarakan dengannya secara pribadi.”
“Kamu bisa membicarakan hal penting itu padaku.”
“Tidak bisa. Aku harus menyampaikannya secara langsung. Karena ini ada kaitannya antara aku dan dia.”
Alice berdecak kesal. “Kamu membuat hidup Eleanor tidak bebas! Dia dianggap wanita murahan yang pekerjaan sampingannya adalah bermalam bersama pria lain di kamar hotel! Karier Eleanor hancur! Sebentar lagi dia akan putus kontrak dengan agensi dan proyek terbarunya akan dibatalkan!”
Tubuh Cedric hampir terjatuh lemas hingga netranya memerah. Sekarang gilirannya merenungkan kesalahan yang telah diperbuat justru merusak karier dan citra nama baik sang teman baru.
“Pokoknya kamu harus memikirkan cara mengembalikan kariernya. Aku sebagai asisten pribadinya tidak tega melihatnya terus menghadapi masalah seperti ini! Kalau dia mengundurkan diri, aku harus mengikuti jejaknya juga.”
“Kalau begitu, kamu harus kasih tahu alamat rumahnya kepadaku. Aku harus menjelaskan semuanya padanya. Saat dia meninggalkanku tanpa berpamitan, aku sangat mencemaskannya sampai tidak bisa tidur nyenyak.”
Dilihat ekspresi sang direktur terlihat jujur, Alice senang karena Cedric masih memiliki sisi kecemasan terhadap Eleanor meski hubungannya sekadar teman biasa. Memang direktur tampan ini sangat berbeda dari CEO lainnya yang tidak bertanggung jawab atas kesalahan diperbuat terhadap para gadis.
Bisa disimpulkan baik Eleanor maupun Cedric, sebenarnya mereka saling mencemaskan satu sama lain. Hanya saja tidak berani mengungkapkannya terang-terangan. Apalagi Eleanor yang selalu jual mahal.
“Kalau seandainya aku memberikan alamatnya padamu, kamu mau berlutut meminta maaf padanya sampai menangis? Eleanor bukan tipe wanita mudah memaafkan orang yang berbuat kesalahan padanya.”
*****
Eleanor membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia sangat muak dengan hidupnya yang ada masalah terus bermunculan. Ditambah kehadiran Cedric yang membuat hidupnya semakin kacau. Kesal karena direktur itu terus bersembunyi tanpa ingin berbincang dengannya terang-terangan.
Dua jam berlalu, Alice masih belum berkunjung kembali. Eleanor mulai tidak bisa menahan kesabarannya. Sejenak berjalan mondar-mandir semakin penasaran apa yang diperbincangkan asistennya dengan direktur menyebalkan itu. Jika dipikirkan baik-baik, ini bukan percakapan biasa sampai menghabiskan waktu lama.
‘Sebenarnya apa tujuanmu menculik asistenku sampai berjam-jam? Apakah sekarang kamu beralih menggodanya setelah menyebabkan semua kekacauan ini?! Apa mungkin kamu mengancamnya seperti seorang CEO di semua drama yang pernah kutonton? Awas saja kamu beneran melakukannya, aku tidak akan mengampunimu!’
Ding…dong…
Akhirnya terdengar suara bel kediamannya berbunyi nyaring. Namun, kenapa Alice menekan bel padahal tahu kode akses kediaman ini? Dengan penuh waspada, ia mendekati pintu kediamannya dan menekan layar LCD di samping pintu, mengamati sosok tamu tidak terduga mendatangi kediamannya tiba-tiba, membuat tatapannya melotot.
“Cedric?”
“Eleanor, ini aku.”
Ada apa ini? Kenapa direktur menyebalkan itu ingin bertemu tiba-tiba?
Eleanor panik dicampur kesal. Seminggu mengurungkan diri di dalam kediamannya, penampilannya berantakan. Ia sangat sensitif jika bertemu seseorang dengan penampilan berantakan tanpa persiapan apa pun. Lalu, bagaimana Cedric bisa mengetahui alamat kediamannya?
Sudah satu menit berdiri di pintu sambil mengamati layar LCD. Sebenarnya Eleanor juga penasaran maksud kedatangannya tiba-tiba, meski bermaksud tidak menyambut kedatangan sang direktur. Seperti biasa selalu jual mahal dan tidak pernah membiarkan orang lain menginjak kediamannya.
“Eleanor, ini aku Cedric. Kumohon biarkan aku masuk.”
“Bagaimana kamu bisa tahu alamat kediamanku?”
“Alice yang kasih tahu.”
Tangan Eleanor terkepal kuatvseperti ingin menjambak rambut Alice tanpa segan. “Dasar mulut ember! Memang dia tidak bisa dipercaya!”
“Jangan memarahinya! Memang aku yang memaksanya tadi.”
“Oh, jadinya sekarang kamu membela wanita lain! Beginikah sikapmu selama seminggu kita tidak bertemu?!”
“Bukan. Tujuanku mendatangimu sekarang karena ada sesuatu penting yang ingin kubicarakan padamu.”
“Kalau kamu mau memberiku uang atau cek, aku tidak akan terima. Sebaiknya kamu pergi saja sebelum aku panggil petugas keamanan mengusirmu!”
Wajah lesu terpampang pada wajah tampan Cedric. “Aku tidak akan memberimu apa pun. Justru aku mau menyampaikan sesuatu penting. Kumohon izinkan aku masuk. Kamu harus dengarkan perkataanku dulu. Aku bukan pria berengsek seperti yang kamu bayangkan selama ini.”
Eleanor semakin kesal sambil memainkan rambut indahnya dan sebenarnya sedikit kasihan mengamati wajah sang direktur yang tidak bersinar. Namun, tetap rasa kekesalannya yang mencegahnya bersikap empati sekarang.
“Aku tidak akan mengizinkan kamu masuk, meski kamu memohon ampun dengan cara apa pun atau kamu berlutut juga aku tidak akan membiarkanmu masuk. Karena aku sangat marah dan malas melihat wajahmu! Pergilah! Aku tidak mau berbincang denganmu!”
Eleanor langsung mematikan layar LCD dengan tatapan dingin. Namun, hatinya sesak saat mengatakan hal menyakitkan itu. Dirinya duduk lemas dan bersandar di pintu. Sebenarnya tidak tega melakukannya, tangan kanannya ingin menyambut kedatangan sang direktur.
Cedric juga tidak menyerah. Tetap menunggu di depan pintu sampai diperbolehkan menginjak ke kediaman mewah itu. Tidak peduli siapa pun mengamatinya sekarang, yang terpenting misi penting sudah direncanakannya sejak awal harus berjalan dengan lancar. Meski butuh perjuangan membujuk hati sang model cantik di balik pintu. Ia mulai merasa lelah, lalu duduk bersandar di pintu sambil menunggu. Napasnya sangat lemas sambil meraba sebuah benda dalam saku jasnya lambat laun.
‘Eleanor, aku tidak peduli kamu sangat membenciku. Tapi, aku tetap tidak akan menyerah. Aku pasti akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kesalahan yang aku perbuat. Makanya, aku tetap akan menunggumu di sini sampai kamu membuka pintu untukku.’
*****
Satu jam telah berlalu sejak kedatangan sang direktur. Eleanor masih penasaran apakah sang direktur tampan masih menampakkan batang hidungnya atau sudah pergi dengan penuh putus asa. Apalagi ia tahu kepribadian Cedric seperti apa padahal baru bertemu beberapa saat lalu. Kepribadian Cedric yang selalu mengkhawatirkannya hingga saat ini, membuat perasaannya tercampur aduk sekarang. Kemungkinan besar Cedric masih menunggu tepat di balik pintu.
Dengan penuh penasaran menekan layar LCD mengamati keadaan di luar kediamannya. Dugaannya benar. Sang direktur tampan sedang duduk termenung di balik pintu menampakkan wajah kusut. Ia membelalakan mata mengamati jam dinding di dekatnya. Rasa bersalah timbul pada dirinya seolah-olah tidak memiliki hati nurani terhadap Cedric. Apalagi jika dibayangkan lagi momen kebersamaannya bersama Cedric selama ini membuatnya selalu nyaman, tentunya tidak tega kalau kondisi seperti ini terus berlanjut.
‘Kamu sangat menyebalkan! Kalau begini kan seolah-olah aku beneran kejam padamu. Haruskah aku membiarkanmu masuk?’
Kali ini Eleanor tidak ingin membiarkan sang direktur menunggu terlalu lama di depan pintu. Membuka pintu kediamannya perlahan mengamati sang direktur yang awalnya berwajah lesu kini kembali bersemangat. Cedric langsung berdiri percaya diri dan merapikan penampilannya kusut. Tidak peduli menunggu sampai membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya bisa berbincang lagi dengan temannya.“Masuklah.” Akhirnya Eleanor mengucapkan satu kata yang sangat ingin didengarkan Cedric. Tanpa berbasa-basi, Cedric langsung memasuki kediaman dan mengekori sang pemilik kediaman dari belakang. Sorot matanya mengamati sekeliling kediaman ini masih terlihat rapi membuatnya sedikit lega. Mereka duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sampai sekarang bibir mereka masih terkunci rapat. Namun, tidak berlaku untuk Eleanor ingin memarahinya sekarang, karena direktur tampan sempat lesu membuatnya bersalah. “Kenapa kamu keras kepala? Bagaimana kalau ada orang yang melihatmu dari tadi? Kamu mau masuk berita lagi
Mengingat kejadian malam yang sebenarnya. Saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas wine sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambut terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. ‘Pria ini tampan juga.’Untung Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sofa sambil menepuk pelan. “Eleanor, kemarilah.”Eleanor meresponsnya den
Kembali lagi di saat Eleanor dan Cedric duduk di sofa ruang tamu. Dengan penampilan gagahnya, Cedric masih memegang kotak cincin itu. Sedangkan Eleanor masih kesal dengan lamaran terkesan kurang ajar. Meminta menikah tiba-tiba tanpa ada rasa cinta, sudah pasti semua orang sangat tidak menyetujuinya, terutama menikah karena skandal. Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menampar direktur tampan ini tanpa segan. Tapi setengah hatinya, ia juga merasa kasihan karena sang direktur sebenarnya tidak bersalah. Jika dipikirkan maksud tawaran pernikahan terkesan paksaan, ada sisi untungnya juga. Jika diingat kisah masa lalu Cedric secara sekilas, Cedric juga mengalami hal yang sama dengannya, yaitu sama-sama diberi ancaman akan dicelakai seketika menginjak usia dewasa. Maka dari itu, mereka memiliki trauma yang sama. Jika Cedric mempersilakan mempergunakannya demi mencari pelaku yang ingin mencelakai mereka. Sangat tidak masalah. Yang membuat masalah baginya adalah pernikahan impian yang
Awalnya berdebat karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala tunangannya dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini. Cedric tertawa kecil sambil mengelus pipi lembut itu perlahan supaya tidak membangunkan san
Seketika baru memasuki apartemennya, Eleanor langsung melepas stilettonya berserakan dan membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya. Membayangkan pelukan hangat selalu membuatnya nyaman, sedikit menyesal menolak tawaran demi menjaga harga dirinya keras seperti tembok beton. Bahkan terus berguling-guling di ranjang melampiaskan kekesalannya. Drrt…drrt… Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan masuk. Di dalam pikirannya, sedikit berharap dari calon suaminya. Maka dari itu, langsung menggeser layar ponsel menatap pesan itu. Ekspektasi berbeda jauh dari realita. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu temannya tukang pamer. Siapa lagi kalau bukan Jessica? Beberapa saat lalu memamerkan hubungan asmara dengan temannya sendiri, lalu sengaja mengompori Eleanor supaya iri. Senyuman manis langsung memudar. Eleanor melempar ponselnya di ranjang dan menghembuskan napas kasar. ‘Sudah kuduga dia manis di mulut. Sedangkan urusan menghubungiku saja tidak dilakukan. Tapi, kenapa aku sangat me
Cedric mengajak tunangannya berjalan santai di taman kota. Sesungguhnya tujuannya mengajak jalan-jalan di taman bukan sekadar ingin berkencan. Namun, sekaligus ingin mengatakan hal sebenarnya mengenai penguntit yang memantau pergerakan mereka saat di kafe. Sepanjang jalan menelusuri taman kota, mereka saling bergandengan tangan. Di satu sisi bermaksud ingin bersandiwara di hadapan semua orang supaya terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan, di sisi lainnya Cedric bermaksud ingin melindungi sang tunangan dari penguntit atau siapa pun yang berani menyentuh tubuh sang tunangan. “Cedric. Eleanor.” Keduanya saling memanggil serentak. “Kamu duluan saja.” Cedric berinisiatif mengalah. “Cedric, sebenarnya ada sesuatu penting yang harus kamu ketahui.”“Kamu merasa diincar seseorang dari tadi?”Eleanor membulatkan mata, tangannya langsung terlepas. “Bagaimana kamu tahu?”“Karena aku juga merasakannya dari tadi. Tapi, aku sengaja berpura-pura tidak tahu.”“Lalu, kenapa kamu diam saja? Seha
Eleanor tersentak. Seketika tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, Cedric berinisiatif menangkap punggung indah itu dengan lengan kekarnya. Eleanor menunduk malu, menyingkirkan helaian rambut panjang menutupi pandangan matanya. Pemuda yang dikenal sejak kuliah, bagaimana bisa setelah beberapa tahun berlalu mereka dipertemukan kembali? Tentunya hal ini sangat tidak nyaman sampai ingin memanfaatkan calon suaminya sekarang. Tubuh kekar Cedric begitu kokoh mampu menutupinya. Perlahan Eleanor bersembunyi tepat di belakang tubuh gagah itu, sengaja menutupi rasa kegelisahannya dengan wajah datar. Cedric menyadari situasi sekarang sangat tidak nyaman. Sangat peka dalam hal ini, apalagi berkaitan dengan masalah pujaan hatinya. Baru mencoba memenangkan hati wanita manis ini, sudah dihadapi masalah baru lagi, meski ia tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Hanya Eleanor yang mengetahui jawabannya. Pemuda itu tersenyum tipis. Melangkah perlahan mendekati Eleanor dengan penampilan casual.
Seketika sang tunangan selesai menceritakan apa yang dialaminya beberapa tahun lalu, Cedric semakin mempererat pelukannya. Mendengar tunangannya sungguh bertekad tidak ingin menjalin hubungan asmara dengan siapa pun, Cedric semakin bersemangat ingin memperjuangkan memenangkan hati tunangannya sepenuhnya. Senyuman percaya diri terus terpampang pada wajah tampannya. Tangan kanannya lambat laun mengusap kepala lembut sang tunangan sambil mendaratkan kecupan manis di puncak kepala untuk menunjukkan kasih sayangnya. Memang masih belum sebulan berjalan hubungan mereka. Cedric semakin tertarik pada Eleanor dan semakin tidak sabar menantikan pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan kemudian. Bahkan ia sudah berasumsi dirinya sudah kalah dan pastinya akan melanggar semua aturan kontrak hubungan asmara mereka padahal belum tanda tangan secara resmi. “Terima kasih sudah menceritakannya padaku, Eleanor.”“Kamu jangan terlalu percaya diri dulu! Bagaimana kalau selama setahun aku masih belum
Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun
Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se
Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.
Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan
Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m
Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,
Kebetulan hari ini hari libur, Cedric mengajak istrinya melakukan USG untuk memastikan alat testpack itu menunjukkan hasil akurat, meski sebelumnya ia sudah sangat bahagia mendapatkan kabar gembira dari sang istri mengenai buah hati.Seketika Eleanor melakukan tes USG ditemani suaminya terus menggenggam tangannya erat sambil memandangi layar menampakkan ada janin di dalam perut Eleanor.Air matanya terus berlinang mengamati senyuman cantik istrinya kemudian mendaratkan kecupan manis di kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Setelah dipastikan Eleanor sudah memasuki masa kandungan sekitar lima hari, tidak ada yang perlu diragukan lagi memberitahukan kabar baik ini pada semua temannya. Biasanya restoran ini adalah markas mereka setiap kali mendiskusikan persoalan kasus, sekarang dijadikan tempat
Dua minggu kemudian…Hari ini adalah hari ulang tahun Cedric. Maka dari itu, Eleanor sengaja bangun lebih awal memasak sarapan spesial untuk suami tercinta masih tertidur karena sepanjang malam lembur untuk persiapan rapat hari ini.Eleanor memasak berbagai macam makanan dan terutama adalah sup rumput laut untuk suaminya sedang berulang tahun. Sambil memasak, ia juga bernyanyi sekilas menghibur hatinya sangat bahagia padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.Sontak Eleanor merasakan tubuhnya hangat, karena pelukan cinta dari sang suami membuat senyumannya semakin mengambang sambil mengelus punggung tangan suaminya lembut.“Kamu sangat manis setiap sedang memasak.” Cedric menggombal dengan nada sexy.
Sekarang saatnya kembali ke realita. Bisnis Violette Star Company Limited seiring waktunya berjalan semakin berkembang pesat, meski selama beberapa bulan terakhir dilanda berbagai musibah yang membuat pergerakan harga saham selalu tidak stabil.Bahkan berkat peluncuran produk baru sunscreen yang semakin membuat produk Violette Star menjadi sukses, ada kegiatan lain yang direncanakan Eleanor untuk memperluas pemasaran produk. Selain itu, berkat video syuting iklan ulang yang dilakukannya berhasil membuat para penggemarnya terkagum dan akun sosial medianya dibanjiri komentar positif dari penggemarnya.Agenda rapat hari ini membahas acara pameran yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Semua manajer seperti biasa menghadiri rapat, termasuk Cedric juga penanggung jawab berkaitan dengan persoalan keuangan.