Eleanor bingung melihat ekspresi wajah sang asisten berubah drastis. Dengan penasaran hingga dahinya berkerut, Eleanor menggeser tubuhnya mendekati Alice, namun Alice langsung menghindarinya cepat.
Eleanor masih tetap tidak menyerah. Ia ingin mengambil ponsel itu, langsung direbut kembali oleh Alice. Batas kesabarannya sudah habis kali ini. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai sang asisten terus menyembunyikannya seolah-olah seperti ada kaitan dengannya.
“Kamu kenapa sih mau intip ponselku?!” Alice mengomel sedikit gugup.
“Sedangkan kamu sendiri kenapa menyembunyikannya dariku? Ada seseorang yang mengancamku?”
“Bukan karena itu. Tapi—”
“Tapi kenapa? Cepat perlihatkan pesan itu kalau ada kaitannya denganku!”
Alice menggarukkan kepala kesal hingga rambutnya sedikit terlihat berantakan. Kali ini ia menyerah dan memperlihatkan isi pesan itu untuk Eleanor.
“Direktur Cedric memintaku bertemu dengannya nanti.”
Dahi Eleanor berkerut kesal. “Apa yang dia inginkan sebenarnya setelah menyebabkan semua kekacauan ini?!”
“Tenang dulu, Eleanor! Kenapa kamu jadi marah-marah begini? Bukankah mencemaskan keadaannya selama ini?” Alice menepuk pundak Eleanor pelan.
“Menyebalkan sekali pria itu! Setelah berhari-hari tidak mengabariku malahan dia ingin bertemu denganmu tiba-tiba! Memang dia sungguh tidak ada tanggung jawab sama sekali!”
“Tapi Eleanor—”
“Pasti dia ingin memberiku sejumlah uang sebagai kompensasi atas kekacauan yang diperbuatnya!”
Alice memutar bola mata. Cukup lelah menghadapi sang model yang sifat keras kepalanya terus membara. “Bagaimana kalau aku menemuinya sekarang? Aku juga harus tahu rencana apa yang diperbuatnya sekarang.”
“Baiklah, kamu boleh menemuinya. Tapi, kalau sampai dia memberimu uang atau kompensasi apa pun itu, aku tidak akan menerimanya! Beritahu dia secara terang-terangan bahwa aku bukan tipe wanita murahan yang tergila uang!”
“Kamu selalu bilang muak dengannya, tapi selama ini kamu juga sedikit mencemaskannya,” ejek Alice terkekeh.
Eleanor memalingkan mata sambil kembali fokus mengamati drama yang ditontonnya masih berlangsung. “Kalau itu aku hanya sembarangan bicara! Aku tidak berniat terlalu mencemaskannya. Lagi pula memang dia sangat menyebalkan! Seharusnya dia bertemu denganku langsung, bukan jadikan kamu sebagai perantara! Dasar direktur tidak punya sopan santun!”
Alice memasuki sebuah Kafe tempat pertemuan yang diatur Cedric sebelumnya. Cedric sudah tiba lebih awal. Dari kejauhan ia melambaikan tangannya pada Alice memberitahukan kehadirannya.
Dengan sigap Alice langsung mendatanginya dan menduduki kursi tepat di hadapannya. Sengaja memasang wajah datar seolah-olah seperti tidak tahu apa pun dengan tujuan pertemuan ini.
Cedric memasang ekspresi wajah ramah memberikan segelas Aren Latte untuk Alice. “Ini minuman untukmu.”
“Terima kasih.” Alice menyesap kopi pelan.
“Kamu tahu alasan aku memintamu bertemu denganku secara pribadi tiba-tiba.”
Alice menaruh gelas kopi itu dan memasang tatapan serius pada sang direktur. “Aku tidak peduli apa yang kamu inginkan, Pak Direktur Cedric. Kamu tiba-tiba berbicara informal padaku padahal hubungan kita tidak akrab. Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Kamu ingin memberikan kompensasi untuk Eleanor?”
Cedric tertawa lepas sambil menggeleng pelan dan sedikit memajukan kepala. “Sudah kuduga dia akan menganggapku seperti itu. Dia masih belum tahu aku tipe direktur yang berbeda dari lainnya. Aku bukan tipe direktur yang suka memberikan kompensasi berupa material.”
“Lalu, apa tujuan kamu menemuiku tiba-tiba?”
“Alamat kediaman Eleanor di mana?”
Apa Alice tidak salah mendengarnya? Ekspektasi dan realita sangat berbeda jauh. Kenapa seorang direktur tiba-tiba ingin bertemu dengan seorang model apalagi di kediaman pribadi? Ini gila!
Alice hanya meresponnya tersenyum tipis dan menyilangkan kaki berlagak sombong. “Kenapa kamu minta alamatnya?”
“Karena ada sesuatu penting yang ingin kubicarakan dengannya secara pribadi.”
“Kamu bisa membicarakan hal penting itu padaku. Aku tidak bisa memberikan alamat kediamannya pada orang lain.”
“Tidak bisa. Aku harus memberitahukannya secara langsung. Karena ini ada kaitannya antara aku dan dia.”
Alice berdecih kesal, ia tidak peduli sikap kesopanannya memudar dalam sekejap karena situasi semakin memuakkan. Apalagi ada permainan rahasia, ia sangat membenci hal itu.
“Kesalahanmu itu membuat hidup Eleanor tidak bebas! Apalagi setiap saat dia diserang haters, dia dianggap wanita murahan yang pekerjaan sampingannya adalah bermalam bersama pria lain di kamar hotel! Karier Eleanor akan hancur! Sebentar lagi dia akan putus kontrak dengan agensi periklanan dan projek terbarunya mungkin akan dibatalkan!”
Tubuh Cedric hampir terjatuh lemas. Sekarang gilirannya merenungkan kesalahan yang telah diperbuat justru merusak karier dan citra nama baik sang teman baru yang ia sangat percayai sekarang. Ia terus merutukki dirinya sendiri dalam hatinya hingga netranya sedikit memerah sekarang.
“Pokoknya kamu harus memikirkan cara untuk mengembalikan kariernya seperti semula. Aku sebagai asisten pribadinya juga tidak tega melihatnya terus menghadapi masalah seperti ini! Kalau seandainya dia mengundurkan diri, maka aku harus mengikuti jejaknya juga.”
“Kalau begitu, kamu harus memberitahukan alamat rumahnya kepadaku. Aku harus menjelaskan semuanya padanya. Saat dia meninggalkanku tanpa berpamitan, aku sangat mencemaskannya sampai tidak bisa tidur nyenyak.”
Dilihat ekspresi Cedric terlihat sangat jujur, Alice sedikit merasa senang karena direktur ini ternyata masih memiliki sisi kecemasan terhadap Eleanor meski hubungannya hanya sekadar teman biasa. Memang direktur tampan ini sangat berbeda dari CEO lainnya yang selalu tidak bertanggung jawab atas kesalahan diperbuat setiap malam terhadap para gadis.
Berarti bisa disimpulkan baik Eleanor maupun Cedric, sebenarnya mereka saling mencemaskan satu sama lain. Hanya saja mereka tidak berani mengungkapkannya terang-terangan. Apalagi Eleanor yang selalu jual mahal selama ini.
“Kalau seandainya aku memberikan alamatnya padamu, kamu ingin berlutut meminta maaf padanya sampai menangis? Eleanor bukan tipe wanita mudah memaafkan orang yang berbuat kesalahan padanya.”
“Sebenarnya tujuanku ingin menemuinya bukan ingin berlutut.”
“Lalu, kamu ingin melakukan apa? Aku sebagai sekretarisnya harus tahu maksud tujuan kedatanganmu supaya aku memberikan alamatnya padamu tanpa keraguan.”
Eleanor membaringkan dirinya di sofa ruang tamu sambil mengamati semua pesan dari sang ibu yang terus mencemaskan keadaannya sekarang. Eleanor sangat muak dengan hidupnya selama ini yang ada masalah terus bermunculan. Ditambah kehadiran Cedric yang membuat hidupnya semakin kacau.
Eleanor masih membenci sang direktur. Ia kesal karena direktur itu terus bersembunyi tanpa ingin berbincang dengannya terang-terangan.
Sudah dua jam, Alice masih belum berkunjung kembali. Eleanor mulai tidak bisa menahan kesabarannya. Sejenak ia berjalan mondar-mandir. Ia semakin penasaran apa yang diperbincangkan asistennya dengan direktur menyebalkan itu. Jika dipikirkan baik-baik, ini bukan percakapan biasa sampai menghabiskan waktu lama.
‘Cedric, kamu sangat menyebalkan! Sebenarnya apa tujuanmu menculik asistenku sampai berjam-jam? Apakah mungkin sekarang kamu beralih menggodanya setelah menyebabkan semua kekacauan ini?! Apa mungkin kamu mengancamnya seperti seorang CEO di semua drama yang pernah kutonton? Awas saja sampai kamu sungguh melakukannya, aku tidak akan mudah mengampunimu!’
Ding…dong…
Akhirnya terdengar juga suara bel kediamannya berbunyi nyaring. Tapi, kenapa Alice menekan bel padahal selama ini tahu kode akses kediaman ini?
Dengan penuh waspada, ia mendekati pintu kediamannya dan menekan layar LCD di samping pintu, mengamati sosok tamu tidak terduga mendatangi kediamannya tiba-tiba.
“Cedric?”
“Eleanor, ini aku.”
Ada apa ini? Kenapa direktur menyebalkan itu ingin bertemu tiba-tiba?
Eleanor panik dicampur kesal. Seminggu mengurungkan diri di dalam kediamannya terus, penampilannya berantakan. Ia sangat sensitif jika ia bertemu dengan seseorang berpenampilan berantakan tanpa persiapan apa pun. Lalu, bagaimana bisa Cedric mengetahui alamat kediamannya? Padahal selama ini mereka belum pernah saling berbagi nomor ponsel.
Sudah satu menit berdiri di pintu sambil mengamati layar LCD. Sebenarnya Eleanor juga penasaran maksud kedatangannya tiba-tiba, meski ia bermaksud tidak menyambut kedatangan sang direktur. Seperti biasa Eleanor selalu berlagak jual mahal dan tidak pernah membiarkan orang lain menginjak kediamannya.
“Eleanor, ini aku Cedric. Kumohon biarkan aku masuk.”
“Bagaimana kamu bisa tahu alamat kediamanku?” Eleanor sengaja berbasa-basi.
“Alice yang memberitahukan padaku.”
Tangan Eleanor terkepal kuat. Seolah-olah seperti ingin menjambak rambut Alice tanpa segan. “Dasar mulut ember! Memang dia sungguh tidak bisa dipercaya sepenuhnya!”
“Jangan memarahinya! Memang aku yang memaksanya saat kami bertemu tadi.”
“Oh, jadinya sekarang kamu membela wanita lain! Beginikah sikapmu padaku selama seminggu ini kita tidak bertemu?!”
“Bukan itu. Tujuanku ingin mendatangimu sekarang karena ada sesuatu penting yang ingin kubicarakan padamu.”
“Kalau kamu ingin memberiku uang atau cek, aku tidak akan menerimanya sebagai kompensasi. Sebaiknya kamu pergi saja sebelum aku panggil petugas keamanan mengusirmu!”
Wajah lesu terpampang pada wajah tampan Cedric. “Aku tidak ingin memberimu apa pun sebagai kompensasi. Justru aku ingin memberitahumu sesuatu lainnya. Jadinya, kumohon izinkan aku memasuki kediamanmu. Kamu harus dengarkan perkataanku dulu. Aku bukan pria berengsek seperti yang kamu bayangkan selama ini.”
Eleanor semakin kesal. Ia terus memainkan rambut indahnya dan sebenarnya sedikit kasihan mengamati wajah sang direktur yang kini tidak bersinar. Namun, tetap saja rasa kekesalannya yang mencegahnya bersikap empati sekarang.
“Aku tidak akan mengizinkanmu masuk, meski kamu memohon ampun dengan cara apa pun atau kamu berlutut juga aku tidak akan membiarkanmu masuk. Karena aku sangat marah dan malas melihat wajahmu! Pergilah! Aku tidak ingin berbincang denganmu!”
Eleanor langsung mematikan layar LCD dengan tatapan dingin. Namun, hatinya terasa sesak saat mengatakan hal menyakitkan itu. Dirinya duduk lemas dan bersandar di pintu. Sebenarnya tidak tega melakukannya. Entah kenapa tangan kanannya ingin menyambut kedatangan sang direktur.
Sedangkan Cedric juga tidak akan menyerah. Tetap saja ia keras kepala menunggu di depan pintu sampai dirinya diperbolehkan menginjak ke kediaman mewah itu. Tidak peduli siapa pun mengamatinya sekarang, yang terpenting misi penting sudah direncanakannya sejak awal harus berjalan dengan lancar. Meski butuh perjuangan membujuk hati sang model cantik di balik pintu.
Cedric mulai merasa lelah, lalu ia duduk bersandar di pintu sambil menunggu. Napasnya sangat lesu sambil meraba sebuah benda dalam saku jasnya lambat laun.
‘Eleanor, aku tidak peduli kamu sangat membenciku. Tapi, aku tetap tidak akan menyerah. Aku pasti akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kesalahan yang aku perbuat. Maka dari itu, aku tetap akan menunggumu di sini sampai kamu membuka pintu untukku.’
Satu jam telah berlalu sejak kedatangan Cedric. Eleanor masih penasaran apakah sang direktur tampan masih menampakkan batang hidungnya atau sungguh sudah pergi dengan penuh putus asa.
Apalagi ia tahu kepribadian Cedric seperti apa padahal baru bertemu beberapa saat lalu. Kepribadian Cedric yang selalu mengkhawatirkannya hingga saat ini, membuat perasaannya tercampur aduk sekarang. Menurut pikirannya, kemungkinan besar Cedric masih menunggu tepat di balik pintu ini. Meski sudah tidak mengganggunya lagi seperti sebelumnya.
Dengan penuh rasa penasaran, akhirnya ia menekan layar LCD mengamati keadaan di luar kediamannya. Dugaannya benar. Sang direktur tampan sedang duduk termenung di balik pintu ini menampakkan wajah kusut.
Eleanor membelalakan mata mengamati jam dinding di dekatnya. Rasa bersalah timbul pada dirinya seolah-olah ia tidak memiliki hati nurani terhadap Cedric. Apalagi jika dibayangkan lagi momen kebersamaannya bersama Cedric selama ini membuatnya selalu merasa nyaman, tentunya ia tidak tega kalau kondisi seperti ini terus berlanjut.
‘Kamu sangat menyebalkan! Kalau kamu lesu begini, seolah-olah aku sungguh berbuat kejam padamu. Haruskah aku membiarkanmu masuk dan menyelesaikan masalah ini dengan baik?’
Kali ini Eleanor tidak ingin membiarkan sang direktur menunggu terlalu lama di depan pintu. Ia membuka pintu kediamannya perlahan mengamati sang direktur yang awalnya berwajah lesu kini kembali bersemangat. Cedric langsung berdiri percaya diri dan merapikan penampilannya sedikit kusut. Akhirnya senyuman tipis kembali menghiasi wajah tampannya. Tidak peduli ia menunggu sampai membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya ia bisa berbincang lagi dengan wanita yang sangat ia percayai. “Masuklah.” Pada akhirnya Eleanor mengucapkan satu kata yang sangat ingin didengarkan Cedric. Tanpa berbasa-basi, tentunya Cedric langsung memasuki kediaman itu dan mengekori sang pemilik kediaman dari belakang. Sorot matanya mengamati sekeliling kediaman ini masih terlihat rapi membuatnya sedikit lega. Eleanor dan Cedric duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sampai sekarang bibir mereka masih terkunci rapat. Namun, tidak berlaku untuk Eleanor ingin mengomelinya sekarang, karena direktur tampan sempat
*****Mengingat kejadian pada malam yang sebenarnya. Memang saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas winenya sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ia juga ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambutnya terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. ‘Pria ini tampan juga ternyata.’Untung saja Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya ia mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini ia dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sebuah sofa sambil m
Kembali lagi di saat Eleanor dan Cedric duduk di sofa ruang tamu. Dengan penampilan gagahnya, Cedric masih memegang kotak cincin itu. Sedangkan Eleanor masih kesal dengan lamaran terkesan kurang ajar. Meminta menikah tiba-tiba tanpa ada rasa cinta, sudah pasti semua orang sangat tidak menyetujuinya, terutama menikah karena skandal. Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menampar direktur tampan ini tanpa segan. Tapi setengah hatinya, ia juga merasa kasihan karena sang direktur sebenarnya tidak bersalah. Jika dipikirkan maksud tawaran pernikahan terkesan paksaan, ada sisi untungnya juga. Jika diingat kisah masa lalu Cedric secara sekilas, Cedric juga mengalami hal yang sama dengannya, yaitu sama-sama diberi ancaman akan dicelakai seketika menginjak usia dewasa. Maka dari itu, mereka memiliki trauma yang sama. Jika Cedric mempersilakan mempergunakannya demi mencari pelaku yang ingin mencelakai mereka. Sangat tidak masalah. Yang membuat masalah baginya adalah pernikahan impian yang
Dari awalnya perdebatan karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tapi tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Seketika tunangannya sudah tertidur lelap, ia masih tetap ingin menemaninya. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala Eleanor dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya ia sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa ia bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini.
Seketika baru memasuki apartemennya, Eleanor langsung melepas stilettonya berserakan dan membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya. Membayangkan pelukan hangat selalu membuatnya selalu nyaman, ia sedikit menyesal menolak tawaran itu demi menjaga harga dirinya keras seperti tembok beton. Ia terus merutukki dirinya berguling-guling di ranjang. Drrt…drrt… Tiba-tiba terdengar suara getaran ponsel menunjukkan sebuah notifikasi pesan masuk. Di dalam pikirannya, ia sedikit berharap dari calon suaminya. Maka dari itu, ia langsung menggeser layar ponselnya menatap pesan itu. Ekspektasi berbeda jauh dari realita. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu temannya tukang pamer. Siapa lagi kalau bukan Jessica? Beberapa saat lalu memamerkan hubungan asmaranya dengan temannya sendiri, lalu sengaja mengompori Eleanor supaya iri. Senyuman manis langsung memudar. Eleanor menaruh ponselnya kasar di ranjang dan menghembuskan napas kasar. ‘Sudah kuduga dia manis di mulut. Sedangkan urusan menghub
Cedric mengajak tunangannya berjalan santai di taman kota. Sesungguhnya tujuannya mengajak jalan-jalan di taman bukan sekadar ingin berkencan. Tapi sekaligus ingin mengatakan hal sebenarnya mengenai penguntit yang memantau pergerakan mereka saat di Kafe tadi. Sepanjang jalan menelusuri taman kota, mereka saling bergandengan tangan erat. Di satu sisi bermaksud ingin bersandiwara di hadapan semua orang supaya mereka terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan, di satu sisi lainnya Cedric bermaksud ingin melindungi sang tunangan dari penguntit atau siapa pun yang berani menyentuh tubuh sang tunangan. Karena hanya mereka berdua di area taman ini, Eleanor ingin mengungkapkan rasa ketakutannya selama di Kafe. Eleanor tidak ingin dirinya terus ketakutan. Bibir indahnya sedikit terangkat, akhirnya ingin membuka suaranya setelah beberapa menit terbungkam. “Cedric. Eleanor.” Keduanya saling memanggil serentak. “Kamu duluan saja.” Cedric berinisiatif mengalah. “Cedric, sebenarnya ada sesuat
Eleanor tersentak. Seketika tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, Cedric berinisiatif menangkap punggung indah itu dengan lengan kekarnya. Eleanor menunduk malu, menyingkirkan helaian rambut panjang menutupi pandangan matanya. Pemuda yang sangat ia kenal sejak masa kuliah, bagaimana bisa setelah beberapa tahun berlalu, mereka dipertemukan kembali? Tentunya hal ini sangat tidak nyaman baginya sampai rasanya ingin memanfaatkan calon suaminya sekarang. Tubuh kekar Cedric begitu kokoh mampu menutupinya. Perlahan Eleanor bersembunyi tepat di belakang tubuh gagah itu, sengaja juga ia menutupi rasa kegelisahannya dengan wajah datar. Cedric menyadari situasi sekarang sangat tidak nyaman. Ia sangat peka dalam hal ini, apalagi berkaitan dengan masalah wanita pujaan hatinya. Baru mencoba memenangkan hati wanita manis ini, sudah dihadapi masalah baru lagi, meski ia tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Hanya Eleanor yang mengetahui jawabannya. Pemuda itu tersenyum tipis. Melangkah per
Seketika Eleanor selesai menceritakan apa yang dialaminya beberapa tahun lalu, Cedric semakin mempererat pelukannya. Mendengar soal Eleanor sungguh bertekad tidak ingin menjalin hubungan asmara dengan siapa pun, Cedric semakin bersemangat ingin memperjuangkan memenangkan hati Eleanor sepenuhnya. Senyuman percaya diri terus terpampang pada wajah tampannya. Tangan kanannya lambat laun mengusap kepala lembut sang tunangan sambil mendaratkan kecupan manis di puncak kepala untuk menunjukkan rasa kasih sayangnya. Memang masih belum sebulan berjalan hubungan mereka. Cedric semakin tertarik dengan Eleanor dan semakin tidak sabar menanti pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan kemudian. Bahkan ia sudah berasumsi dirinya sudah kalah dan pastinya akan melanggar semua aturan kontrak hubungan asmara mereka padahal belum tanda tangan secara resmi. “Terima kasih sudah menceritakannya padaku, Eleanor.” “Kamu jangan terlalu percaya diri dulu! Bagaimana kalau selama setahun aku masih belum
Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun
Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se
Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.
Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan
Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m
Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,
Kebetulan hari ini hari libur, Cedric mengajak istrinya melakukan USG untuk memastikan alat testpack itu menunjukkan hasil akurat, meski sebelumnya ia sudah sangat bahagia mendapatkan kabar gembira dari sang istri mengenai buah hati.Seketika Eleanor melakukan tes USG ditemani suaminya terus menggenggam tangannya erat sambil memandangi layar menampakkan ada janin di dalam perut Eleanor.Air matanya terus berlinang mengamati senyuman cantik istrinya kemudian mendaratkan kecupan manis di kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Setelah dipastikan Eleanor sudah memasuki masa kandungan sekitar lima hari, tidak ada yang perlu diragukan lagi memberitahukan kabar baik ini pada semua temannya. Biasanya restoran ini adalah markas mereka setiap kali mendiskusikan persoalan kasus, sekarang dijadikan tempat
Dua minggu kemudian…Hari ini adalah hari ulang tahun Cedric. Maka dari itu, Eleanor sengaja bangun lebih awal memasak sarapan spesial untuk suami tercinta masih tertidur karena sepanjang malam lembur untuk persiapan rapat hari ini.Eleanor memasak berbagai macam makanan dan terutama adalah sup rumput laut untuk suaminya sedang berulang tahun. Sambil memasak, ia juga bernyanyi sekilas menghibur hatinya sangat bahagia padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.Sontak Eleanor merasakan tubuhnya hangat, karena pelukan cinta dari sang suami membuat senyumannya semakin mengambang sambil mengelus punggung tangan suaminya lembut.“Kamu sangat manis setiap sedang memasak.” Cedric menggombal dengan nada sexy.
Sekarang saatnya kembali ke realita. Bisnis Violette Star Company Limited seiring waktunya berjalan semakin berkembang pesat, meski selama beberapa bulan terakhir dilanda berbagai musibah yang membuat pergerakan harga saham selalu tidak stabil.Bahkan berkat peluncuran produk baru sunscreen yang semakin membuat produk Violette Star menjadi sukses, ada kegiatan lain yang direncanakan Eleanor untuk memperluas pemasaran produk. Selain itu, berkat video syuting iklan ulang yang dilakukannya berhasil membuat para penggemarnya terkagum dan akun sosial medianya dibanjiri komentar positif dari penggemarnya.Agenda rapat hari ini membahas acara pameran yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Semua manajer seperti biasa menghadiri rapat, termasuk Cedric juga penanggung jawab berkaitan dengan persoalan keuangan.