Home / Pernikahan / My Perfect Stranger / Chapter 3: Dipertemukan Kembali

Share

Chapter 3: Dipertemukan Kembali

Author: Chocollacious
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kondisi kamar hotel masih terlihat rapi tanpa ada pakaian berserakan. Seperti tidak terjadi apa pun pada mereka. Bahkan keduanya masih dibaluti bathrobe masing-masing dalam kondisi masih tertidur pulas. 

Perlahan Eleanor membuka matanya sambil mengamati sekelilingnya sedikit bingung. Apalagi pandangan matanya baru tersadar bahwa tempat ini bukan kamar pribadinya, melainkan kamar hotel tempat ia berbincang dengan pemuda tampan itu sebelumnya. 

Sekarang giliran Cedric terbangun dari dunia mimpi. Pertama yang ia lakukan langsung mencemaskan kondisi wanita cantik yang masih duduk manis di ranjang. 

Untuk mengurangi suasana canggung, dengan lincah ia menghampiri Eleanor dan menduduki tepi ranjang. “Semalam kamu tidur nyenyak?”  

“Lumayan.” Eleanor mengangguk gugup. 

Eleanor mengatupkan bibir dengan senyuman malu, bertekad ingin melampiaskan isi pikirannya. “Terima kasih sudah tidak menodai tubuhku. Aku kira kamu sungguh melakukannya diam-diam.”

Cedric tertawa lepas hingga wajahnya memerah. “Kamu masih tidak memercayaiku? Tenang saja, aku tipe pria yang selalu menepati janjiku.”

Sebenarnya dibalik perbincangan santai ini, mereka terlihat gugup. Hanya saja berusaha menutupinya agar tidak terjadi kesalahpahaman. 

“Aku sudah meminta asistenku belikan gaun yang lebih indah untukmu.”

“Kamu tidak perlu repot melakukannya. Lagi pula, bagaimana kalau asistenmu nanti salah paham?”

“Tenang saja, aku akan menghajarnya kalau sampai dia berani menuduh aneh-aneh!”

Tok…tok…

Sontak terdengar suara ketukan pintu sangat pelan. Cedric membuka pintu kamar hotel dan menyambut sang asisten. “Akhirnya kamu datang juga, Samuel!” 

Samuel melangkah memasuki kamar memukuli lengan atasannya berkali-kali memakai paper bag. “Kenapa kamu bermalam di sini? Kenapa kamu memintaku belikan sebuah gaun?”

“Itu karena—”

Sorot mata Samuel langsung terfokus pada sang wanita terlihat seperti bidadari masih bermalasan di ranjang. Bola matanya melotot langsung menghampirinya sambil menatap atasannya juga berpenampilan sama seperti wanita cantik itu. 

“Kalian sungguh melakukannya?!” 

“TIDAK!!” Eleanor dan Cedric membantah dengan tatapan melotot. 

“Lalu, kenapa kalian hanya memakai bathrobe? Kalian tidur seranjang sepanjang malam? Kalau sampai ayahmu tahu kejadian ini, tamatlah riwayatmu, Cedric!”

“Ceritanya panjang. Sudahlah, kamu tidak usah memedulikan hal tidak penting itu! Yang pasti aku dan Eleanor tidak melakukan apa pun!”

Tentunya Eleanor juga harus membela dirinya agar kesalahpahaman tidak akan terus berlanjut. “Kami tidak sengaja bertemu di bar dan akhirnya kami lanjutkan perbincangan kami di kamar karena Cedric tidak sengaja menumpahkan wine mengotori gaunku.”

Samuel berusaha mencerna perkataan yang diucapkan Eleanor, meski masih sedikit tidak percaya. Tapi karena raut wajah atasannya terlihat santai dicampur kesal seperti sungguh ingin menghajarnya, Samuel bertekad membuang pikiran kotor jauh-jauh. 

“Maaf kalau aku sempat salah paham tadi.”

Sejenak Cedric memukuli lengan Samuel sedikit kencang dan langsung merebut paper bag. Mengambil pakaian kerjanya sambil memberikan sebuah dress elegan untuk Eleanor. 

“Wah, kamu pandai juga dalam hal memilih gaun untuk wanita!”  

“Aku kira kamu menyuruhku beli gaun untuk pacar rahasiamu. Ternyata hubungan kalian itu—”

“Kami hanya sebatas teman. Tidak melebihi itu.” Eleanor langsung klarifikasi dengan wajah polos, tidak sepemikiran dengan Cedric sedikit kecewa mendengarnya. 

“Oh, hanya teman!” Samuel sengaja menekan nada bicaranya seolah-olah ia tidak memercayai perkataan Eleanor sepenuhnya. 

Dengan cepat Eleanor memasuki kamar mandi sambil membawa dress elegan. 

Sedangkan Samuel langsung menyeret atasannya menduduki sofa. “Wanita itu manis juga. Kamu sungguh menganggapnya seorang teman? Tidak melebihi itu?”

Cedric berkacak pinggang. “Kamu ini bicara apa sih! Baru saja aku mengenalnya beberapa jam lalu, masa aku mengajaknya berpacaran!” 

“Mari kita lihat saja hubungan kalian akan seperti apa. Menurutku wanita itu sangat cocok dijodohkan denganmu.”

Cedric membuang muka gugup. “Dia tidak akan menaruh perasaan istimewa padaku.”

Usai menghabiskan sarapan di restoran hotel hanya berdua tanpa didampingi Samuel, Eleanor terburu-buru berdiri dari kursi sambil membawa sling bag dan juga paper bag berisi pakaian kotor. 

“Terima kasih atas sarapannya dan juga dress ini.”

Cedric tersenyum manis. “Aku harap kita bisa berteman sampai seterusnya. Jarang sekali aku bertemu wanita ramah seperti kamu.”  

“Aku juga bersyukur memiliki teman yang baik seperti kamu.”

Sorot mata Eleanor tertuju pada arloji mewah di pergelangan tangan kirinya. “Aku pergi dulu, ya.” Eleanor terburu-buru meninggalkan Cedric sendirian. 

Samuel kembali menghampiri sang atasan mulai bersikap seperti asisten profesional. “Bagaimana kalau kita ke kantor sekarang? Kita tidak mungkin membuat tamu spesial kita menunggu lama.”

Cedric merenungkan dirinya di mobil. Sebenarnya sejak di restoran, ia lupa memberikan kartu nama untuk teman barunya. Padahal, ini pertama kalinya ia sangat nyaman berada di dekat seorang wanita baru dikenalnya, sekarang harapannya sirna memiliki teman langka yang sulit ditemukan di dunia ini. Mungkin sarapan tadi akan menjadi pertemuan terakhir mereka.

Setelah dipikir-pikir, untuk apa merenungkannya terus? Lebih baik kembali fokus pada pertemuan penting yang akan dilakukannya nanti. “Omong-omong, siapa model yang harus aku temui itu? Apakah dia sungguh cantik?”

Samuel tidak menghiraukannya. Bahkan reaksinya tertawa lepas seperti seolah-olah ia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Cedric. “Rahasia. Pokoknya model itu terlihat sangat manis. Pasti kamu sangat menyukainya nanti.”

Eleanor baru tiba di sebuah gedung perusahaan terlihat elit tampak dari luar. Sebelum melakukan pertemuan penting, ia memasuki kamar kecil merapikan penampilannya sedikit berantakan akibat terburu-buru saat di hotel. 

Hanya membutuhkan waktu singkat, Eleanor melanjutkan perjalanannya menuju ruangan direktur yang letaknya hampir puncak gedung pencakar langit. 

Eleanor menghampiri penjaga pintu. “Saya ingin bertemu dengan direktur pemasaran. Sebelumnya asisten saya sudah membuat janji dengan asisten direktur.”

“Mohon maaf, Pak direktur Cedric sedang tidak berada di dalam ruangannya. Kalau tidak keberatan, mungkin Anda bisa duduk sementara di sofa itu.” Petugas itu menunjuk sofa di seberangnya. 

Bola mata Eleanor langsung terbelalak seketika mendengar nama sang direktur tidak asing baginya. “Barusan Anda bilang direktur Cedric?”

Sorot mata petugas itu langsung terfokus pada sosok direktur tampan baru menampakkan diri.  “Pak direktur Cedric sudah datang.”

Eleanor berbalik badan, menyambut kedatangan sang direktur yang membuatnya terkejut hingga tubuhnya hampir terjatuh ke belakang. Untungnya dengan penuh cekatan, sang direktur berlari menghampirinya dan menahan punggung indah itu dengan telapak tangan sebelum terjatuh ke lantai. 

“Kamu tidak apa-apa?” Cedric menatap cemas mengelus kepala Eleanor lambat laun, supaya tidak terlihat mencolok di hadapan orang-orang menyaksikan adegan itu. 

“Aku baik-baik saja.” Dengan cepat Eleanor memposisikan berdiri seperti wanita profesional sambil merapikan dressnya sedikit kusut. 

Cedric menampakkan senyuman ramah. “Bagaimana kalau kita masuk dulu? Aku ingin berbincang denganmu lebih leluasa.”

Eleanor mengangguk anggun. “Boleh juga.”

Sejenak pandangan Cedric tertuju pada asistennya yang sibuk berbincang dengan penjaga pintu. Raut wajahnya sedikit kesal mengamati tingkah asisten seperti sedang menggosipkannya dari tadi. 

“Samuel, nanti kamu tolong buatkan kopi untuk tamu spesial kita, ya.” Cedric sengaja memerintahkan dengan nada manis dan menekankan kata ‘tamu spesial' untuk menambah rasa iri asistennya. 

Cedric mempersilakan sang tamu istimewa memasuki ruangannya dengan sopan. Tetap saja ia harus menjaga etikanya selama di kantor, meski hubungan mereka adalah teman sekarang. 

Eleanor menduduki sofa, sorot matanya terfokus mengamati sekeliling ruang direktur sangat rapi dan banyak penghargaan tersusun rapi di rak pajangan di belakangnya. 

Akhirnya keinginan Cedric terkabul juga bisa bertemu dengan teman terbaiknya lagi, meski ia tidak terlalu mengharapkan bisa bertemu secepat ini. 

“Maaf, aku tidak menceritakan identitasku sepenuhnya.”

Eleanor tertawa kikuk menyampingkan rambut panjangnya. “Aku tidak mempermasalahkannya. Justru aku merasa seperti ada di skenario drama yang pernah aku tonton. Identitas tidak terduga seorang teman sendiri ternyata adalah sang pewaris tunggal di masa mendatang.”

Mendengar kata ‘sang pewaris', Cedric tertawa terbahak menepuk pahanya berkali-kali. “Aku masih harus banyak belajar. Lagi pula sebenarnya jabatanku hanya seorang direktur merangkap banyak tugas di perusahaan ini. Meski di mata orang, aku adalah seorang CEO.”

“Kenapa kamu memilihku di antara semua model cantik dan terkenal di negeri ini sebagai brand ambassador perusahaan ini? Padahal masih banyak model lebih baik dariku.”

“Sebenarnya bukan aku yang bertugas memilih modelnya, tapi Samuel yang membantuku. Justru aku tidak tertarik melakukan hal gituan yang menghabiskan waktu berhargaku.”

Kepalanya langsung menunduk karena merasa kariernya memang tidak penting di mata sang direktur. Memang benar persepsi awalnya, sebenarnya berprofesi sebagai model juga ada sisi buruk. Kebanyakan seorang konglomerat beranggapan profesi itu tidak sebanding hebat dengan para petinggi perusahaan memiliki latar belakang pendidikan tinggi. 

Cedric baru menyadari ucapannya kasar. Ia berinisiatif berpindah tempat duduk menduduki sofa bersama Eleanor. Alisnya menurun, menunjukkan rasa bersalah dan empatinya agar wanita cantik itu kembali terlihat manis sebelumnya. 

“Maaf, aku tidak bermaksud mengejek kariermu. Setelah aku mengetahui kamu terpilih sebagai brand ambassador perusahaan kami, aku justru sangat bahagia. Memang sejak awal aku tidak pernah salah memilih seseorang yang bisa kupercayai.”

Eleanor mengangkat kepala. “Benarkah?”

“Kalau kamu adalah brand ambassador, maka kita akan sering bekerja sama untuk ke depannya. Daripada aku bekerja sama dengan wanita lain yang tidak kukenal. Belum tentu wanita itu adalah orang baik.”

“Tapi, kenapa kamu mudah memercayaiku? Bagaimana kalau seandainya aku sungguh orang jahat?”

“Sedangkan kamu kenapa memercayaiku? Bagaimana kalau aku bukan orang baik?”

Sebenarnya mereka baru menyadari apa yang telah mereka lakukan semalam sudah keluar dari zona nyaman. Masing-masing karakter mereka adalah tipe orang yang tidak mudah memercayai siapa pun, sejak insiden di masa lalu yang menanamkan luka dalam diri mereka. Namun, entah kenapa mereka saling mudah memercayai tanpa alasan apa pun, hanya batin mereka yang bisa menjawab pertanyaan itu sesungguhnya. 

Berkenalan secara acak di sebuah bar, lalu tidur bersama. Sarapan bersama dan dibelikan sebuah gaun indah sesuai selera. Apa lagi yang masih kurang dilakukan sepasang teman ini sudah seperti sepasang kekasih? Meski Cedric dan Eleanor belum memiliki perasaan istimewa satu sama lain, jantung mereka sebenarnya berdegup kencang.  

“Karena menurutku kamu adalah orang baik,” ujar keduanya serentak saling tertawa lepas.. 

Cedric hampir lepas kendali ingin menggenggam tangan lembut Eleanor. Untungnya, Cedric masih mengingat tujuan pertemuan penting ini. 

Cedric berdiri sejenak mengambil sebuah amplop di meja kerja, lalu menyerahkannya untuk Eleanor. “Karena kamu akan menjadi brand ambassador Violette Star Company Limited, kamu harus menandatangani kontrak kerja dulu.”

Tatapan mata dan pikiran Cedric terfokus pada sosok brand ambassador yang membuat matanya tidak berkedip. Memang ia bukan tipe direktur yang suka melakukan hal sembrono terhadap wanita asing, tapi ia merasa nyaman berada di dekat Eleanor. Merasa Eleanor mungkin satu-satunya wanita yang mampu menyembuhkan lukanya dan melindunginya di masa depan. 

“Cedric.”

“Kamu bingung dengan masalah kontrak kerjanya?” Cedric menggeserkan tubuhnya mendekati Eleanor lalu mengamati isi kontrak juga. 

“Tidak. Hanya saja aku suka dengan tawaran yang kamu berikan sepadan dengan hasil kerja kerasku.“

“Aku mengira kamu keberatan dengan persentase komisi yang akan kamu dapatkan.”

Eleanor tertawa anggun. Kepalanya menoleh menghadap wajah tampan sang direktur kini sangat menggodanya. Kini giliran pikirannya tidak terpusat pada isi kontrak kerja itu. Kedua tangannya meremas gaunnya berusaha menahan rasa gugup dialaminya sekarang. Apalagi jarak wajah mereka sangat berbeda tipis dan juga tubuh mereka sangat berdekatan.  

Eleanor tidak ingin mengganggu kesibukan sang direktur. Sedangkan ia sendiri juga harus kembali bekerja. Maka dari itu, ia memutuskan menyadarkan lamunannya kembali fokus pada pekerjaan. 

“Aku ingin menandatangani kontraknya. Violette Star Company Limited itu adalah tempat kerja impianku sejak dulu.“

Cedric memberikan salah satu koleksi pulpen mahal miliknya untuk Eleanor. “Kalau begitu, pakai pulpen ini tanda tangan.” 

Seketika sedang berlangsungnya proses penandatanganan kontrak kerja, tiba-tiba Samuel memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu. Membuat Cedric menampakkan wajah murka karena asistennya bersikap kurang ajar lagi. 

“Kenapa kamu masuk ke ruanganku tanpa mengetuk pintu dulu?!” 

“Gawat, Cedric! Kamu harus melihat berita di internet sekarang juga!” Samuel langsung memberikan tab miliknya untuk Cedric. 

Related chapters

  • My Perfect Stranger   Chapter 4: Skandal Panas

    Dengan panik Cedric menggeser layar tab membaca berita itu hingga dirinya terlihat seperti orang tidak waras dan netranya mulai memerah. Sedangkan Eleanor baru menyelesaikan menandatangani kontrak kerja, masih belum mengetahui kejadian sebenarnya yang membuat wajah tampan direktur memudar dalam sekejap. “Cedric, kamu kenapa?”Cedric masih membisu. Tangan kanannya dengan lemas memberikan tab untuk Eleanor. Baru membaca judul berita, bola matanya terbelalak. Dengan tangan lincah Eleanor menggeser layar tab mengamati foto-foto kejadian di hotel semalam dan saat sarapan di restoran hotel. Netranya kini memerah dan tangannya gemetar ketakutan. “Siapa … yang menyebarkan berita ini?”“Aku juga tidak tahu. Tadi tiba-tiba pegawai kantor ramai memperbincangkan berita ini. Apalagi beritanya sekarang—““Beritanya masuk trending 5!!” Amarah Cedric meledak. Eleanor berjalan mondar mandir dengan panik menggigit bibirnya. Pertama kali ia menghadapi persoalan skandal panas, mustahil ia tidak pani

  • My Perfect Stranger   Chapter 5: Masa Terpuruk

    Eleanor bingung melihat ekspresi wajah sang asisten berubah drastis. Dengan penasaran hingga dahinya berkerut, Eleanor menggeser tubuhnya mendekati Alice, namun Alice langsung menghindarinya cepat. Eleanor masih tetap tidak menyerah. Ia ingin mengambil ponsel itu, langsung direbut kembali oleh Alice. Batas kesabarannya sudah habis kali ini. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai sang asisten terus menyembunyikannya seolah-olah seperti ada kaitan dengannya. “Kamu kenapa sih mau intip ponselku?!” Alice mengomel sedikit gugup. “Sedangkan kamu sendiri kenapa menyembunyikannya dariku? Ada seseorang yang mengancamku?”“Bukan karena itu. Tapi—”“Tapi kenapa? Cepat perlihatkan pesan itu kalau ada kaitannya denganku!”Alice menggarukkan kepala kesal hingga rambutnya sedikit terlihat berantakan. Kali ini ia menyerah dan memperlihatkan isi pesan itu untuk Eleanor. “Direktur Cedric memintaku bertemu dengannya nanti.”Dahi Eleanor berkerut kesal. “Apa yang dia inginkan sebenarnya setelah me

  • My Perfect Stranger   Chapter 6: Lamaran Dadakan

    Kali ini Eleanor tidak ingin membiarkan sang direktur menunggu terlalu lama di depan pintu. Ia membuka pintu kediamannya perlahan mengamati sang direktur yang awalnya berwajah lesu kini kembali bersemangat. Cedric langsung berdiri percaya diri dan merapikan penampilannya sedikit kusut. Akhirnya senyuman tipis kembali menghiasi wajah tampannya. Tidak peduli ia menunggu sampai membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya ia bisa berbincang lagi dengan wanita yang sangat ia percayai. “Masuklah.” Pada akhirnya Eleanor mengucapkan satu kata yang sangat ingin didengarkan Cedric. Tanpa berbasa-basi, tentunya Cedric langsung memasuki kediaman itu dan mengekori sang pemilik kediaman dari belakang. Sorot matanya mengamati sekeliling kediaman ini masih terlihat rapi membuatnya sedikit lega. Eleanor dan Cedric duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sampai sekarang bibir mereka masih terkunci rapat. Namun, tidak berlaku untuk Eleanor ingin mengomelinya sekarang, karena direktur tampan sempat

  • My Perfect Stranger   Chapter 7: Malam Sesungguhnya

    *****Mengingat kejadian pada malam yang sebenarnya. Memang saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas winenya sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ia juga ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambutnya terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. ‘Pria ini tampan juga ternyata.’Untung saja Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya ia mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini ia dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sebuah sofa sambil m

  • My Perfect Stranger   Chapter 8: Jawaban

    Kembali lagi di saat Eleanor dan Cedric duduk di sofa ruang tamu. Dengan penampilan gagahnya, Cedric masih memegang kotak cincin itu. Sedangkan Eleanor masih kesal dengan lamaran terkesan kurang ajar. Meminta menikah tiba-tiba tanpa ada rasa cinta, sudah pasti semua orang sangat tidak menyetujuinya, terutama menikah karena skandal. Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menampar direktur tampan ini tanpa segan. Tapi setengah hatinya, ia juga merasa kasihan karena sang direktur sebenarnya tidak bersalah. Jika dipikirkan maksud tawaran pernikahan terkesan paksaan, ada sisi untungnya juga. Jika diingat kisah masa lalu Cedric secara sekilas, Cedric juga mengalami hal yang sama dengannya, yaitu sama-sama diberi ancaman akan dicelakai seketika menginjak usia dewasa. Maka dari itu, mereka memiliki trauma yang sama. Jika Cedric mempersilakan mempergunakannya demi mencari pelaku yang ingin mencelakai mereka. Sangat tidak masalah. Yang membuat masalah baginya adalah pernikahan impian yang

  • My Perfect Stranger   Chapter 9: Pertemuan Keluarga

    Dari awalnya perdebatan karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tapi tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Seketika tunangannya sudah tertidur lelap, ia masih tetap ingin menemaninya. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala Eleanor dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya ia sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa ia bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini.

  • My Perfect Stranger   Chapter 10: Firasat

    Seketika baru memasuki apartemennya, Eleanor langsung melepas stilettonya berserakan dan membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya. Membayangkan pelukan hangat selalu membuatnya selalu nyaman, ia sedikit menyesal menolak tawaran itu demi menjaga harga dirinya keras seperti tembok beton. Ia terus merutukki dirinya berguling-guling di ranjang. Drrt…drrt… Tiba-tiba terdengar suara getaran ponsel menunjukkan sebuah notifikasi pesan masuk. Di dalam pikirannya, ia sedikit berharap dari calon suaminya. Maka dari itu, ia langsung menggeser layar ponselnya menatap pesan itu. Ekspektasi berbeda jauh dari realita. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu temannya tukang pamer. Siapa lagi kalau bukan Jessica? Beberapa saat lalu memamerkan hubungan asmaranya dengan temannya sendiri, lalu sengaja mengompori Eleanor supaya iri. Senyuman manis langsung memudar. Eleanor menaruh ponselnya kasar di ranjang dan menghembuskan napas kasar. ‘Sudah kuduga dia manis di mulut. Sedangkan urusan menghub

  • My Perfect Stranger   Chapter 11: Kelebihan Lain

    Cedric mengajak tunangannya berjalan santai di taman kota. Sesungguhnya tujuannya mengajak jalan-jalan di taman bukan sekadar ingin berkencan. Tapi sekaligus ingin mengatakan hal sebenarnya mengenai penguntit yang memantau pergerakan mereka saat di Kafe tadi. Sepanjang jalan menelusuri taman kota, mereka saling bergandengan tangan erat. Di satu sisi bermaksud ingin bersandiwara di hadapan semua orang supaya mereka terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan, di satu sisi lainnya Cedric bermaksud ingin melindungi sang tunangan dari penguntit atau siapa pun yang berani menyentuh tubuh sang tunangan. Karena hanya mereka berdua di area taman ini, Eleanor ingin mengungkapkan rasa ketakutannya selama di Kafe. Eleanor tidak ingin dirinya terus ketakutan. Bibir indahnya sedikit terangkat, akhirnya ingin membuka suaranya setelah beberapa menit terbungkam. “Cedric. Eleanor.” Keduanya saling memanggil serentak. “Kamu duluan saja.” Cedric berinisiatif mengalah. “Cedric, sebenarnya ada sesuat

Latest chapter

  • My Perfect Stranger   Chapter 120: Akhir yang Dinantikan

    Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun

  • My Perfect Stranger   Chapter 119: Bulan Madu Kedua Kali

    Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se

  • My Perfect Stranger   Chapter 118: Keluarga Kecil

    Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.

  • My Perfect Stranger   Chapter 117: Anugerah dari Tuhan

    Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan

  • My Perfect Stranger   Chapter 116: Hari Jadian

    Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m

  • My Perfect Stranger   Chapter 115: Dua Sisi Manis

    Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,

  • My Perfect Stranger   Chapter 114: Berita Kebahagiaan

    Kebetulan hari ini hari libur, Cedric mengajak istrinya melakukan USG untuk memastikan alat testpack itu menunjukkan hasil akurat, meski sebelumnya ia sudah sangat bahagia mendapatkan kabar gembira dari sang istri mengenai buah hati.Seketika Eleanor melakukan tes USG ditemani suaminya terus menggenggam tangannya erat sambil memandangi layar menampakkan ada janin di dalam perut Eleanor.Air matanya terus berlinang mengamati senyuman cantik istrinya kemudian mendaratkan kecupan manis di kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Setelah dipastikan Eleanor sudah memasuki masa kandungan sekitar lima hari, tidak ada yang perlu diragukan lagi memberitahukan kabar baik ini pada semua temannya. Biasanya restoran ini adalah markas mereka setiap kali mendiskusikan persoalan kasus, sekarang dijadikan tempat

  • My Perfect Stranger   Chapter 113: Hadiah Istimewa

    Dua minggu kemudian…Hari ini adalah hari ulang tahun Cedric. Maka dari itu, Eleanor sengaja bangun lebih awal memasak sarapan spesial untuk suami tercinta masih tertidur karena sepanjang malam lembur untuk persiapan rapat hari ini.Eleanor memasak berbagai macam makanan dan terutama adalah sup rumput laut untuk suaminya sedang berulang tahun. Sambil memasak, ia juga bernyanyi sekilas menghibur hatinya sangat bahagia padahal hari ini bukan hari ulang tahunnya.Sontak Eleanor merasakan tubuhnya hangat, karena pelukan cinta dari sang suami membuat senyumannya semakin mengambang sambil mengelus punggung tangan suaminya lembut.“Kamu sangat manis setiap sedang memasak.” Cedric menggombal dengan nada sexy.

  • My Perfect Stranger   Chapter 112: Office Romance

    Sekarang saatnya kembali ke realita. Bisnis Violette Star Company Limited seiring waktunya berjalan semakin berkembang pesat, meski selama beberapa bulan terakhir dilanda berbagai musibah yang membuat pergerakan harga saham selalu tidak stabil.Bahkan berkat peluncuran produk baru sunscreen yang semakin membuat produk Violette Star menjadi sukses, ada kegiatan lain yang direncanakan Eleanor untuk memperluas pemasaran produk. Selain itu, berkat video syuting iklan ulang yang dilakukannya berhasil membuat para penggemarnya terkagum dan akun sosial medianya dibanjiri komentar positif dari penggemarnya.Agenda rapat hari ini membahas acara pameran yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Semua manajer seperti biasa menghadiri rapat, termasuk Cedric juga penanggung jawab berkaitan dengan persoalan keuangan.

DMCA.com Protection Status