Setelah menjalani seminggu bulan madu, mereka kembali pulang di sibukkan dengan kegiatan kantor. Ricko melarang Adisty untuk datang ke kantor karena menurutnya Adisty harus banyak istirahat untuk program anak mereka.
Adisty menempati rumah barunya yang sangat megah. Ricko juga telah memberikan rumah baru untuk mertuanya dan memberikan tempat yang layak untuk berjualan soto dengan bangunan yang lebih besar serta parkiran luas.
Kehidupan Adisty sudah lebih baik daripada sebrlumnya. Tapi, Adisty merasa kesepian di rumah besarnya. Semua kebutuhan di cukupi oleh presdir kesayangannya.
Adisty berjalan-jalan di rumah barunya. Jarak antara ruangan satu dengan yang lainnya berjauhan karena tiap ruangan memiliki ukuran yang luas. Banyak pelayan yang membungkuk hormat ketika berpapasan dengannya. Tidak sedikit yang menawarkan bantuan untuknya. Tapi Adisty menolak, karena ia memang belum begitu butuh bantuan.
Pandangan Adisty tertuju pada sebuah hutan di belaka
Usai pulang dari kantor Adisty membersihkan tubuhnya. Hari ini ia cukup lelah karena Ricko selalu mengajaknya main berapa ronde meskipun di kantor. Awalnya ia hanya mengantarkan makan siang, eh malahan dia yang di makan habis oleh Ricko.Adisty tersenyum sendiri saat melihat bekas kismark yang di tinggalkan Ricko. Lelaki itu seperti hewan buas meninggalkan jejak di seluruh tubuhnya. Ia pun berendam di bath up untuk menghilangkan pegal-pegalnya. Setidaknya masih ada waktu sampai sore menjelang malam Ricko baru pulang dari kantornya.Usai berendam dan berganti pakaian yang agak longgar Adisty membuka ponselnya. Ia tersenyum membaca pesan suaminya."Sayang, siapkan dirimu untuk nanti malam. Aku telah membelikan baju yang seksi untukmu," kata Ricko."Baju seksi lagi?" tanya Adisty."Benar, pakailah jika kau sedang tidur bersamaku. Kau boleh lihat di lemarimu," balas Ricko.Penasaran Adisty langsung membuka almarinya. Benar, ada beberapa pa
Rania meraung-meraung histeris tatkala sadar mengetahui bayinya tidak ada lagi di perutnya. Ia menangis dalam pelukan Kevin. Lelaki itu tidak bisa berbuat banyak selain menenangkan Rania yang tengah emosional."Bersabarlah, ini musibah. Kau harus kuat melewatinya," kata Kevin mengelus rambut Rania.Rania mendongak melihat ke arah Kevin. Seolah ada tatapan tidak setuju dengan perkataan suaminya."Kau bisa dengan mudah mengatakan itu, seolah kau tidak kehilangan anak kita. Kau tidak mengandungnya!" balas Rania marah."Sayang, jangan berkata seperti itu. Aku juga kehilangan, meskipun aku sibuk bekerja aku juga memikirkan kalian," ucap Kevin lembut.Kevin tahu istrinya sekarang sedang depresi belum bisa menerima kenyataan yang sebenarnya. Harapannya yang terlalu besar pada bayi itu membuat Rania sedih luar biasa."Pergilah, aku ingin istirahat. Aku tidak ingin di ganggu siapa pun hari ini," kata Rania memeluk kedua betisnya yang berb
"Mama!" teriak Adisty. Perempuan paruh baya itu kaget melihat putrinya berdiri di depan pintu bersama dengan Ricko. Semua pengunjung warung makan ikut menoleh karena teriakan Adisty."Hei, lihat bukankah itu mereka. Adisty dan suami konglomeratnya," bisik salah seorang pembeli uang sedang menikmati sotonya."Iya, dia beruntung sekali. Suaminya tampan dan kaya raya," imbuh temannya."Hah, andai nasibku bisa semujur dia.""Hussh, mana ada konglomerat yang mau melamarmu. Kau juga tidak cantik seperti Adisty," ledek temannya."Menyebalkan. Kau selalu menghinaku," rutuk temannya mendengus kesal.Mama Adisty langsung meraih tangan putri dan menantunya untuk duduk di kursi VVIP. "Kok tidak bilang jika kau kemari bersama suamimu?""Aku juga tidak tahu, Ma. Tiba-tiba saja dia mengajakku kemari," kata Adisty."Kami rindu masakan mama," kata Ricko menimpali."Oh, kalau begitu duduklah. Akan ku suruh pelayan untuk menyajikan m
Adisty merasakan ada yang berbeda dengan dirinya hari ini. Tiap kali mencium sesuatu rasanya ingin muntah. Biasanya pagi hari ia menyiapkan baju yang di pakai Ricko untuk berangkat ke kantor. Namun, hingga sampai sekarang ia masih bermalas-malasan.Ricko keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di perutnya. Ia heran melihat Adisty masih tertidur. Mungkin ia kelelahan karena serangannya tadi malam. Ricko membuka almarinya dan mengambil sendiri pakaian yang di perlukannya.Samar-samar Adisty membuka matanya. Ia sebenarnya tidak tertidur, hanya saja kepalanya terlalu pusing untuk bangun."Sayang, kepalaku pusing sekali," kata Adisty lirih.Ricko duduk di pinggiran ranjang menempelkan telapak tangannya di dahi Adisty. Tidak panas, tapi kenapa Adisty wajahnya pucat?"Sebentar, akan ku telepon dokter," ucap Ricko.Ia mengambil ponselnya lalu menekan beberapa digit nomor. Terdengar ia memerintahkan seseorang untuk datang
Kevin mendatangi bar yang di maksud Ricko. Lelaki tampan itu masuk ke dalam bar dengan memberitahukan sebelumnya pada pelayan mengenai janjinya pada seseorang."Oh, Nona itu sudah menunggu Anda di ruang VIP," kata pelayan."Mari saya antar."Lampu gemerlap berwarna-warni dentuman suara musik yang cukup keras membuat yang lainnya turun untuk menari dengan bebasnya. Kevin melewati desakan para wanita berpakaian seksi yang menggodanya.Akhirnya ia berhasil lolos dan sampai di depan pintu ruang VIP yang telah di pesan kliennya."Silahkan Tuan. Tamu Anda telah menunggu di dalam. Saya pamit," kata pelayannya.Kevin membuka pintu ruangan itu, ia melihat seorang wanita duduk memunggunginya. Perlahan wanita itu memutar tubuhnya, tersenyum pada Kevin. Kevin kaget bukan main, ia kenal betul wanita itu. Dialah Maria, wanita yang pernah menjebaknya di Jepang."Kau!" tunjuk Kevin."Kita bertemu lagi Tuan Kevin," kata Maria
Menurut keterangan dokter, Rania harus mendapatkan bantuan perawatan dari seorang psikiater. Ia mengalami guncangan hebat di hatinya. Secara fisik kondisi Rania sudah pulih total, namun secara psikis Rania membutuhkan perawatan intensif.Kevin akhirnya membawa Rania pulang ke rumah. Ia merasa prihatin melihat kondisi Rania yang tidak seperti dulu lagi. Ia memilih banyak diam dan termenung di depan jendela kamarnya."Kau lapar?" tanya Kevin lembut. Rania menggeleng, ia tidak memberikan jawaban apapun tatapannya kosong ke depan."Baiklah, aku akan menemanimu di sini," kata Kevin. Tetap saja Rania hanya diam. Ia membiarkan Kevin seperti orang bodoh yang duduk di sampingnya."Sayang, bicaralah. Aku merindukanmu yang seperti dulu," kata Kevin memeluk Rania dari belakang. Kevin merasa Rania seperti patung beku. Ia tidak memberikan respon apapun. Lelaki itu sudah berusaha mencium bibir Rania. Namun, bibir itu tidak memberikan kelembutan lagi. Ia tidak membalas c
Adisty menunggu kepulangan Ricko dengan cemas, hujan begitu lebat petir menyambar-nyambar. Ia beranjak dari tempat duduknya untuk menutup jendela, takut jika air hujan akan membasahi lantai kamarnya. Tiba-tiba lampu padam seketika. Adisty meringkuk di dalam selimutnya, perasaannya tidak enak. Baru kali ini ia merasa ketakutan karena hujan.Dulu jika ia belum menikah, biasanya ketika hujan deras keluarganya justru berkumpul dalam satu tempat. Dan lilin sebagai alat bantu penerangannya. Darren selalu memberikan cerita-cerita mistis yang membuat bulu kuduk merinding. Adisty selalu memarahi Darren jika anak itu selalu menakutinya. Tapi, di balik itu semua Adisty merindukan kehangatan bersama keluarganya.Tak lama kemudian, Adisty mendengar ada yang mendorong pintu kamarnya."Siapa itu!" teriak Adisty.Tak ada yang menyahut, membuat Adisty sedikit ketakutan. "Siapapun kamu, aku tidak takut!" lanjut Adisty.Adisty merasa sebuah tangan d
Adisty sebenarnya enggan di ajak Ricko ke pesta. Ia bisa bayangkan bagaimana suasana pesta para putri konglomerat yang berbeda dengan kelasnya. Ia takut jika tidak bisa menyesuaikan pergaulan mereka. Mengingat Adisty terbiasa hidup sederhana."Ricko!" sapa seorang wanita cantik dengan tingginya bak peragawati berjalan ke arah Ricko.Tanpa basa-basi wanita itu langsung mengecup pipi Ricko. Adisty yang berada di samping Ricko menggeram marah. Tapi, ia berusaha menahannya."Kau bertambah tampan saja, bagaimana kabarmu?" tanya wanita itu manja."Perkenalkan ini istriku," kata Ricko.Mashella mengabaikan perkataan Ricko seolah ia tidak melihat Adisty.'Hai, Nona aku di sini. Sombong sekali kau!' rutuk Adisty dalam hati.Mashella terus saja menempel pada Ricko dan tidak menghargai keberadaan Adisty. Wanita itu pandai berkata-kata, seolah ia adalah teman terdekatnya Ricko.Beberapa wanita cantik mulai ber