Jangan lupa untuk meninggalkan jejak.
-
-
-
Di Sebuah gedung bertingkat yang hampir tingginya setara dengan sebuah menara di pusat kota.
Dipimpin oleh seorang Ceo muda, yang sudah menyelesaikan S3 di amerika dan baru saja mengambil alih Group JS. satu tahun yang lalu ini menjadi perbincangan hangat dan trending kala itu, banyak sekali yang bertanya-tanya sosok tampan yang menjadi pria idaman di kantornya pasalnya umurnya yang sudah siap menikah namun pria itu belum memiliki kejelasan apapun tentang hubungan dengan wanita entah itu status pacaran, tunangan atau calon istri.
Dia adalah Grew Julian, pria yang baru beberapa minggu yang lalu berulang tahun ke 33 tahun itu masih sangat tampan seperti tidak cocok dengan usianya saat ini, anak dari pasangan Tuan Grew dan Nyonya Grew ini memiliki warisan ketampanan dari sang ayah dan sifat baiknya dari sang ibu.
Sejenak kecil Julian sudah dikenalkan dengan dunia sang ayah, perusahaan Group JS. bergerak di bidang IT dan robot, saat anak berusia 5 tahun lebih suka bermain pasir di luar atau setidak mengenal dunia luar lain berbeda dengan Julian yang lebih suka bermain dengan teknologi, selain memiliki kepintaran dalam bidang IT, ada hal lain yang tidak banyak orang lain ketahui dari kegemaran Julian, dia sangat menyukai bermain piona dan biliar.
Selain itu semua Julian sangatlah mudah bergaul dengan orang lain, setiap akhir pekan dia akan mengunjungi yayasan yang dia bangun atas nama ibunya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu akibat kanker perut yang dialami sejak lama, kini Julian hanya tinggal bersama dengan ayah dan satu adik laki-laki yang memiliki gangguan mental sehingga sifatnya mirip seperti anak kecil padahal usia sudah 25 tahun.
Dia adalah Grew Sean, putra kedua dari keluarga Grew, menyakit itu diderita oleh Sean sangat sebuah kecelakaan terjadi di masa SMA-nya hingga membuat Sean kehilangan memori kehidupan dan pada akhirnya pria itu hanya bisa bersifat layaknya anak kecil yang lebih suka menangis jika permennya habis dan juga tidak bisa lagi mengenal dunia luar.
Satu alasan kenapa Julian saat ini masih tidak bisa menikah karena dia takut publik akan tahu jika dia memiliki adik gangguan mental, bukannya Julian tidak ingin mengakui itu namun Julian lebih takut jika nantinya adiknya harus menjadi bulan-bulanan media massa. Sudah cukup bagi Julian untuk menjadi kakak yang menjadi tumpuan keluarga dan dia belum sanggup untuk melepaskan semua ini.
Mungkin banyak diluaran sana yang ingin sekali menikah dengan Julian, tapi akan sangat sulit mengetahui fakta sebenarnya kehidupan Julian, dia bukan pria bodoh yang bisa dibutakan oleh cinta, Julian tahu jika wanita dia luaran sana hanya mengincar ketampanannya dan juga kekayaan yang pertahunnya bisa menghasilkan lebih dari 200 miliar Dollar. Namun jika mereka tahu kehidupan Julian yang sesungguhnya, mungkinkah mereka akan berani menerima kondisi itu?
Setiap harinya Julian selalu dihantui dengan pertanyaan kapan dirinya akan menikah oleh sang ayah, Julian tahu jika dia tidak segera memberikan cucu pada sang ayah, Group JS. bisa menjadi ancaman untuk dirinya jika benar-benar jatuh dari genggaman saudaranya, di sebuah keluarga dan sebuah kehidupan semua orang akan menghadapi sebuah persaingan walau harus menumpahkan darah sekalipun, tapi itulah kehidupan begitu kejam dan tidak manusiawi, namun jika Julian hanya mengikuti keinginan hati nuraninya maka bukankah itu akan menghancurkan Group JS?
Itu juga merupakan satu dari bagian dari kehidupan bisnis.
Ayah Julian pernah membuat wasiat sebelum sang ayah turun jabatan, ayahnya pernah berkata jika dalam hitungan beberapa tahun lagi Julian belum menikah maka secara otomatis Grup JS. akan di bagikan oleh Tiga sepupunya yang sudah lebih dahulu menikah, wasiat itu berlaku jika di usia Julian yang 35 tahun dan belum menikah itu akan langsung jatuh ke tangan tiga sepupunya.
Itu berarti tinggal 2 tahun lagi.
Namun apa?
Julian tidak pernah benar-benar memikirkan masalah itu apalagi peduli, namun desakkan sang ayah membuat dirinya terus berputar otak untuk menentukan siapa gadis yang mau menerima keadaannya tanpa takut dengan kondisi sang adik, Julian ingin mempunyai istri yang bisa merawat sang ayah yang sudah tua dan bisa memahami sifat adiknya, jika memang wanita seperti itu ada Julian akan melakukan cara apapun untuk menarik gadis itu bersedia menikah.
Tapi ini zaman modern! Semua gadis di luaran sana lebih suka pergi ke salon dengan uang pemberian suaminya daripada mengurus pria tua yang sakit-sakitan dan adik gilanya, semua itu hanya ada di cerita dongeng cinderella saja.
Selebihnya hanya ada kemustahilan untuk ditemukan.
"Presiden Grew ..."
"Tuan Muda ..."
"Julian!"
Julian langsung berbangun dari lamunannya dari pemikirannya, dirinya lagi-lagi tidak bisa konsentrasi dalam bekerja semua berasal dari desakkan sang ayah yang bahkan mengatakan jika Julian tidak mau menikah juga ayahlah yang akan memutuskan untuk menjodohkan dirinya dengan anak teman lama ayahnya.
"harus panggil berapa lagi agar kau mendengar Julian? Sudah seminggu kau seperti ini, kita sudah banyak kerugian karena kau kurang fokus Jun!" ucap sekretarisnya.
dia adalah Yuri yang satu-satu orang yang begitu mengerti kehidupan Julian, namun sangat disayang wanita itu sudah menikah, jadi Julian hanya bisa menganggapnya sebagai kakak perempuan yang sangat dibutuhkan.
"kau sekertaris yang sangat tidak sopan pada atasanmu!"
"baiklah aku akan berhenti jika kau begitu!"
"tunggu! Baik aku salah, aku hanya pusing dengan desakkan ayah yang terus menyuruhku menikah."
Dengan kesal Yuri meletakkan dokumen di tangannya, dan melipat kedua tangannya saat Julian menyuruhnya untuk duduk sofa.
"kau tampan, kaya, pewaris dari Group JS, aku yakin diluar sana banyak yang ingin menikah denganmu! Hanya perlu mengajak mereka berkenalan dan cari siapa tipemu!"
"tapi kau tidak mau menikah denganku!"
"bodoh! Aku sudah menikah!"
"itu mudah, kau hanya perlu menceraikannya, aku yakin kamu tidak akan menolak semua yang aku miliki."
"kau ingin ku kirim rumah sakit atau ku kubur hidup-hidup!"
"jika begitu, carikan untukku yang seperti dirimu." ucap Julian, hanya pada Keira dia bersikap seperti adik yang butuh perhatian dari Yuri, Julian punya alasan tersendiri kenapa begitu percaya pada Yuri yang sudah menjadi sekretarisnya sejak awal dia mengambil alih Group JS.
"Tidak! Hidupku sudah repot mengurus dua anak ditambah dirimu! Dan sekarang kau memintaku mencarikan wanita sepertiku? Oh Presiden Grew. aku bahkan tidak mendapatkan gaji untuk mengurus itu, aku tidak akan mau!"
"kau menyebalkan sekali!"
"aku tidak peduli, cepatlah tanda tangani semua dokumen ini dan berhenti menahanku disini! Aku juga butuh waktu untuk bersama suamiku!"
Yuri segera bangkit dari Sofa, dia menunduk pada Julian dan segera meninggalkan ruangan kerjanya.
Setelah terdengar suara pintu tertutup, barulah Julian menyandarkan tubuhnya di sofa dengan helaan nafas panjangnya, dia lelah dengan semua dengan tekanan ini, tapi dia tidak bisa menolak keinginan sang ayah dan terus ingin mempertahankan Group JS. dalam genggamannya.
Jam sudah menunjukan pukul jam 12 siang.
Julian mengambil jas silvernya, mungkin dengan sedikit menghirup udara diluar bisa menjernihkan pikiran kacau-nya.
Dengan mobil sport yang belah jalanan kota di siang hari, Julian baru ingat jika hari ini tepat kepergian mendiang sang ibu, tetap saat itu juga mobil sedang berhenti di sebuah toko bunga bertuliskan "flowers lovely".
Dengan kacamata hitam, pria itu berjalan masuk kedalam toko bunga yang hanya sedikit pengunjungnya.
Sebelum memilih bunga dia akan menghubungi Yuri untuk menanyakan hal sepele bertujuan mengganggu Yuri yang sedang makan siang bersama suami.
"sekretaris Yuri, apa bunga kesukaan ibuku?"
"kau galak sekali, baiklah mawar merah."
Setelah itu Julian langsung mencari dimana letak bunga mawar merah berada, dia melewati beberapa bunga hingga akhirnya melihat bunga mawar merah yang berada didekat jendela. Saat berada di dekat bunga mawar Julian tidak menyadari jika ada seseorang disana hingga dirinya tidak sengaja menyentuh tangan gadis itu.
Pertama kali Julian melihat wajah itu, dalam hitungan detik dia langsung bisa mengenali sosok gadis di sampingnya.
'Keira'
Nama itu terucap begitu saja saat beberapa detik Julian menahan tangan gadis itu. Namun saat akan bertanya gadis itu malah berlari menjauh seperti dia bukan sosok yang Julian kenal.
"kenapa dia mirip sekali dengan Keira?"
Julian tidak berani untuk mengejar gadis itu, karena tiba-tiba saja ponselnya berdering dan membuat dia harus meninggalkan toko bunga itu.
Di Dalam mobil menuju ke kantornya, Julian masih dibuat bingung dengan gadis itu, pasalnya Keira si model terkenal itu tidak lugu dan sangat ketakutan sang berinteraksi dengannya, di Kota ini siapa yang tidak mengenal Cris Keira Arth. yang model muda dan sekarang mengikuti Miss World di paris.
"bukankah Heejin sedang di paris? Lalu—ahk! mungkin aku salah lihat"
Perjalanan menuju ke pemakaman nenek dan kakek Liera, yaitu kedua orang tua Merry yang sangat dia sayangi walau terkadang Merry harus dituntut untuk bisa pintar dalam segala bidang namun dibenci atau tidak sukanya Merry kepada orang tuanya mereka tetaplah orang yang harus Merry hormat dan selalu berjasa dalam kehidupannya yang masih panjang.Merry masih merenungkan ucapan para klien yang selalu menanyakan kabar Keira yang hingga saat ini belum pernah Merry publikasikan pada teman-teman ataupun mereka yang ikut kursus di kelas 'flowers lovely' dia memang seorang anak model yang terkenal tapi hubungannya tidak sebaik yang mereka lihat dan mereka dengar.Merry sendiri bahkan tidak pernah berbicara dengan Keira lebih dari 10 kalimat, ji
Masih menjadi sebuah keharusan yang bisa dikatakan kewajiban menjadi seorang putra sulung di keluarga Grew untuk memberikan keturunan yang harus memiliki DNA murni sang ayah dan kesehatan dari calon sang ibu. Didepan cermin yang bisa memberikan gambaran betapa tampan dan tingginya seorang Julian yang dibaluti oleh jas hitam dan kemeja putih, ditambah dengan dasi kupu-kupu semakin memperlihatkan sisi pemimpin masa depan idaman kaum hawa. Dengan wajah datar dan sikap yang begitu cool melebihi lemari kulkas dua pintu itu membuat Julian terlihat begitu dingin namun sesungguhnya dia adalah pria yang lemah dalam ikatan masa lalu, sikap baik itu benar-benar sudah terkubur di gantikan dengan sikap keras kepala dan prince ice. Sebagai pemimpi sudah seharusnya Julian memiliki sikap seperti itu sejak di
Siang hari di Group JS--lebih tepatnya di ruangan presiden Julian.Yuri masuk keruangan dengan banyak sekali laporan keluhan dari pemasaran penjualan alat elektronik yang di produksi oleh Group JS, dia sangat kesal melihat Julian lagi-lagi hanya melamun di meja kantornya, mau sampai kapan masalahnya akan berakhir. Yuri menjauhkan tumpukkan kertas itu di mejanya bertujuan membangunkan pria itu."Oh! ayolah Yuri, kamu bisa membuatku mati muda jika seperti itu terus." ucap Julian terkejut, dia ingin sekali lari dari semua masalah ini namun tidak ada tempat baginya untuk pergi kesana."seharusnya aku mengatakan itu padamu presiden Julian! Tidak bisakah
Suara musik dari DJ di dalam klub Sun Flowers begitu mengundang untuk terus menari, terletak di pinggiran kota dengan fasilitas yang cukup bagi untuk kalangan atas sampai menengah, Klub Sun Flowers yang terdiri dari dua lantai dan beberapa ruangan VVIP, begitu mengiringi malam panjangan dengan suara teriakkan dari berbagai kalangan untuk menyalurkan segala kesenangan atau sebuah perasaan frustasi karena sebuah stress dalam menjalani hidup, semua yang berada di lantai dansa menari bagaikan tidak ada hari esok untuk sekedar mengingat mereka punya rumah.Semua begitu bersemangat dengan musik yang tidak kenal takut akan mengguncangkan klub malam, begitu berisik hingga untuk berbicara saja harus saling berbisik, jika tidak seperti itu, namanya sebuah klub malam, bukan?Tak hanya menyediakan berbagai kebutuhan entah itu musik,
Pagi yang cerah di musim summer ini, hari ini Leira dan Merry berencana akan menghabiskan liburan Lisa dipantai, rencana awal Liera memang ingin pergi kesana karena saat menyenangkan melihat pantai di musim panas seperti ini, ditambah dengan ombak dan angin yang selalu menjadi penyelengkap setiap dirinya berkunjung ke pantai.Tapi itu harus tertunda untuk beberapa jam karena tiba-tiba Merry memiliki sebuah jadwal pertemuan dengan tamu yang datang dari London, kali ini setelah sekian lama akhirnya Merry mendapatkan kerjasama dengan negara bunga sakura itu.Jadi mereka memutuskan menunda keberangkatan sampai Merry selesai melakukan pertemuannya.Liera menatap bosan pada layar TV yang menayangkan banyak program bagus, tangannya hanya terus menekan tombol 'next' yang tidak tahu apa tujuan dia melakukan itu, dia sudah mengemasi pakaiannya dan juga sudah menyiapkan kebutuhan lainnya, tapi sekarang dia harus menunggu sang ibu yang belum pulang."aku bosan!
Udara daerah yang terasa begitu menyejukkan ketika pertama kali meninggalkan bandara.Keira, Leira dan Merry, ketiganya menyeret koper masing-masing sambil berjalan meninggalkan bandara, jam sudah menunjukkan pukul lima sore.Karena Merry yang melakukan pertemuannya begitu lama belum lagi tiba-tiba Keira yang meminta ikut membuat ketiganya memesan penerbangan sore hari secara mendadak untuknya, awalnya Merry ingin menunda lagi keberangkatan menjadi besok tapi saat Keira memutuskan untuk ikut, entah kenapa Merry begitu senang sampai setelah kembali langsung bergegas menuju bandara.Wajah bahagia sangat terlihat jelas ketika Merry menatap kedua putri, walau Keira mengatakan terang-terang membenci dirinya tapi Merry masih bisa bersyukur karena Keira tidak menunjukkan jika dirinya tidak menyukai adiknya, walau sikapnya sangat dingin tapi dia masih mau menganggap Leira adiknya.Ketiganya menunggu mobil yang sudah pesan Merry, dengan barang yang tidak terlalu banya
Julian sama sekali tidak dapat memejam matanya, dia hanya bermodalkan nekat untuk datang ke pernikahan mantan kekasihnya tanpa memikirkan kesiapan apa yang akan dia lakukan ketika dia berada di acara tersebut, dia juga tidak terlalu menyukai suasana pernikahan yang menurutnya begitu membosankan jika berlama-lama berada disana.Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, seharusnya masih ada beberapa jam lagi sebelum dirinya melihat upacara pernikahan itu, tapi rasanya seperti dirinya-lah yang akan berdiri di depan altar, perasaan gugup bercampur khawatir menyelimuti pikirannya, tidak henti-hentinya langkah pria itu berjalan tak tentu arah."Akh!!! Menyebalkan!! Mereka yang ingin menikah kenapa harus diriku yang dibuat rumit!!" ucapnya, tak tahu ucapan itu tersampaikan untuk siapa."ayolah Jul!! Kau hanya perlu memberikan selamat lalu setelah itu pergi, tidak sulit bukan?"Haruskah sekarang dia menyesali pilihannya?Hanya menghadiri sebuah pernikahan
Menikmati suasana sore hari bersama dengan udara pantai sejuk dan angin yang menerpa tubuh, membuat segala kepenatan dalam hidup menjadi berkurang dan menghilang bersama indahnya suasana disana.Liera duduk diantara pasir putih dan suara ombak yang terus menggoda dirinya walau hanya sekedar mencelupkan kakinya disana, sang ibu maupun sang kakak tidak ada yang memiliki waktu untuk menemaninya untuk melihat indahnya matahari terbenam, padahal mereka hanya berada disana tidak lebih dari tiga hari tapi seakan-akan pekerjaan selalu membuat mereka lupa tujuan awal mereka bertiga kesini.Gadis Lugu itu hanya terdiam disana, disekitar dirinya banyak sekali pasangan yang juga menunggu moment itu, tak ada rasa iri dalam hatinya. Lisa selalu berpikir jika dirinya masih terlalu jauh untuk melangkah dalam hubungan 'pacaran' dirinya bahkan masih begitu canggung berinteraksi dengan teman sekolahnya, hal itu membuat Liera ingat dengan kejadian beberapa hari lalu dimana dirinya tak senga
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel