Share

Menerka-nerka

Mengingat semua keanehan dari Mas Candra, tiba-tiba aku mengingat suatu obrolan yang kami bahas tentang masa lalu kami masing-masing. Sebagai seorang calon istri, waktu itu aku bertanya banyak hal pada pertemuan di suatu café di Bandung.

“Mas, aku nggak bermaksud untuk mengungkit masa lalu kamu, tapi aku perlu tahu tempat masa kecil kamu. Kamu itu bukan asli Bandung kan?”

Mas Candra yang sedang menyeruput Red Valvet, mendongak. Senyumnya lebar. “Boleh dong, masa calon istriku nggak boleh tahu?”

“So?” Salah satu alisku terangkat.

“Aku itu hidup di Makasar waktu itu,” ucapnya. “Aku hidup berdua dengan Mama di salah satu desa di sana. Desa yang masih tergolong asri. Kami hidup di perkampungan yang memang jarang banyak orang.” Mas Candra mengeluarkan foto dari tasnya. “Ini foto, Mama .....”

Aku melihat foto itu secara saksama. Foto yang terlihat sederhana dengan nuansa pedes

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status