"Maafkan saya tuan, tapi saya janji akan melunasi hutang saya pada anda. Berikan saya waktu agar saya bisa mengumpulkan uang itu terlebih dahulu."
"Perkataan itu sudah ku dengar sejak dua minggu yang lalu Mr. Smith," ujarnya dingin dan terdengar angkuh.
"Tapi kali ini saya berjanji untuk melunasinya Mr. De Lavega."
Di tengah perdebatan itu muncul seorang gadis muda dari ambang pintu menatap dingin kepada daddy-nya.
BRAKK!!
"Hai Dad, ini ku bawakan makan siang dari Mom, dia berkata bahwa daddy harus menghabiskannya,” ucap sang gadis.
Setelah mengucapkan itu dia tanpa menoleh sedikit pun pada tamu daddynya langsung duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut serta mengangkat satu kakinya.
"Tabitha, Sopan sedikit! Disini ada tamu Daddy!" peringat sang ayah.
"Dad, aku hanya duduk disini, apa salahnya?" ujarnya.
"Mrs.Smith sudah berapa kali kukatakan jangan pernah memakai baju yang kurang bahan seperti itu! Kenapa kau tak pernah mau mendengarkan Daddy?,” cap sang ayah.
"Ini trend Dad, mana mungkin aku hanya memakai baju yang seharusnya dipakai 10 tahun yang lalu,” ujar Tabitha.
"Pulanglah, kepalaku pusing jika kau berada disini," pinta sang ayah.
"Okey lagi pula aku akan ke mall siang ini, baiklah aku pergi jangan lupa kirimkan aku uang ya Dad, aku ingin refreshing hari ini. Bye, love you Dad," ucap Tabitha berlalu pergi dan mencium pipi kanan daddynya.
Setelah kepergian Tabitha keadaan bertambah hening, ditambah tatapan dari Arthur yang seperti singa yang hendak memangsa buruannya. "Dia putri mu?" tanya Arthur.
"Iya, dia putri semata wayang ku, kau tau dia selalu menghabiskan uangku untuk berbelanja dan pergi ke salon. Tapi aku tetap menyayanginya"
"Ekhm!" Arthur membenahi duduknya dan lebih mendekati Jonathan.
"Begini tuan Jonathan, saya pikir saya berubah pikiran, saya akan berikan dua opsi untuk anda, yang pertama saya akan menunggu anda melunasi hutang anda sekarang juga atau opsi kedua adalah saya akan melupakan hutang anda jika anda menyerahkan putri anda agar diurus oleh saya!" tegasnya.
"Diurus? Maksud anda diangkat menjadi putri anda begitu?" Tanya Jonathan.
"Tentu saja bukan, maksudku adalah aku akan menikahinya."
Mendengar itu Jonathan hanya diam dia tak berani menatap manik mata Arthur disisi lain dia ingin lepas dari orang seperti Arthur sedangkan jika dia memilih opsi yang kedua maka dia harus rela menyerahkan putrinya kepada Arthur. "Tolong Arthur, Tabitha masih sekolah dia baru berusia 18 tahun, bahkan dia masih takut jika ada petir yang bergemuruh, bagaimana bisa dia menikah di usianya yang masih dibilang muda?" ujar sang ayah.
"Saya akan tetap membiarkannya untuk sekolah, dan masalah finansial saya jamin putri anda tak akan kekurangan. Jadi saya pikir anda memang sudah tidak memiliki pilihan lain kecuali memilih opsi kedua Mr.Smith,” ujar Arthur dingin.
"Jika memang itu terjadi berapa banyak waktu untuk saya bicara pada Tabitha tentang perjodohan ini, dan kapan pernikahannya digelar?"
"Satu minggu, hanya 7 hari anda memiliki waktu untuk bersama dengan putri anda, karena setelah itu saya akan membawa putri anda ke mansion saya."
"Baiklah Arthur, aku setuju. Tapi kau harus menjamin bahwa Tabitha akan tetap lulus SMA."
"Itu mudah, lagi pula putri anda akan lulus 4 bulan lagi bukan?"
"Iya, kau benar."
"Baiklah Mr. Smith kurasa semua pembicaraan ini sudah selesai, pengacara ku akan mengirimkan surat perjanjian yang isinya kesepakatan bahwa anda tak bisa membayar hutang anda dan menggantinya dengan putri anda. Saya permisi." Ucap nya berlalu.
Setelah pembicaraan selesai Arthur melenggang dengan angkuhnya dan menghilang dibalik pintu. "Bagaimana caranya aku mengatakan pada Tata masalah ini?" lirih Jonathan.
***
Jonathan pulang ke rumahnya dan duduk di sofa ruang tamu, lalu datanglah Renata, istrinya. "Jo, ada apa? Mengapa kau terlihat khawatir seperti itu? Ceritakan padaku!"
"Ren, kuharap setelah kau mendengar kabar ini kau akan siap, dan mau menerimanya."
"Kabar apa?" tanya Renata.
"Kau tau Arthur De Lavega?"
"Tentu, siapa yang tidak mengenal CEO muda itu" ucap Renata bersemangat.
"Aku berhutang padanya, dan tadi siang dia datang untuk menagih hutang ku. Namun aku tak memiliki uang untuk membayarnya. Di saat perdebatan kami Tata datang, dia berlaku tidak sopan setelah itu dia pergi."
"Hanya itu? Jo masalah itu tak perlu sekhawatir begini. Kecuali Arthur meminta untuk menikahi anak kita,” ucap Renata sambil tertawa dan hendak pergi.
"Memang itulah yang terjadi Ren." lirih Jonathan.
Renata yang tadi berdiri langsung menatap ke arah suaminya dan mencerna dengan baik setiap kata yang dia dengar.
"APA!!!"
Setelah berucap itu Renata lunglai dan terduduk di sofa. "Bagaimana nasib putri ku jika harus menikah di usianya yang masih remaja, Jo bagaimana ini bisa terjadi? Katakan padaku!" sentak Renata.
"Aku juga tak tau tiba-tiba Arthur meminta agar dia menikahi Tata, aku bingung dan akhirnya aku menerimanya. Jadi kita harus membicarakan ini bersama dengan Tata," final Jonathan.
"Ya Tuhan, bagaimana caranya__" lirih Renata dan sudah tak bisa lagi membendung tangisnya.
Di tengah itu tiba- tiba Tabitha datang, dia membawa belanjaannya, dan kemudian duduk di hadapan orang tuanya. Dia bingung mengapa orang tuanya terlihat begitu kacau, akhirnya ia pun membuka suara.
"Mom, Dad ada apa?"
Hening tak ada jawaban dari kedua orang tuanya hanya ada isakan dari Renata. Renata pun berjalan menghampiri putrinya dan memeluknya. "Tata, maafkan kami bukan maksud kami mengorbankan mu, Daddy mu tak punya pilihan lain," lirih Renata.
"Korban? Memangnya ada apa Dad?"
"Ta, kamu akan menikah satu minggu lagi," ujar Jonathan.
"Apa!! Tapi siapa, maksudku bagaimana bisa aku menikah. Bahkan aku masih sekolah Daddy. Siapa orang gila yang berani melamar ku? Akan kubunuh dia," sentak Tata.
"Kau ingat pria yang ada di ruangan Daddy tadi siang?"
"Ya tentu pria dengan muka datar itu? Aku bahkan sudah merasa malas melihatnya."
"Dia yang akan menikahi mu minggu depan"
"Double shit! Apa-apaan ini Dad?"
"Dad berhutang padanya Ta, dan Daddy tak bisa membayar hutang Daddy, kemudian dia meminta agar kau menjadi gantinya."
"Tapi, kenapa harus aku?"
"Mom mohon Ta, lakukan ini demi kami. Kami mengerti bagaimana keadaanmu, tapi kami juga bingung dan tertekan jika terus begini,” ucap Renata.
"Baiklah Mom, aku akan menikah dengan pria sialan itu," ucap Tata.
"Terimakasih nak," ujar Renata dan memeluk sayang putrinya.
"Pria itu ingin menikahi
ku? Baiklah kita lihat apakah dia bertahan dengan sikapku?Dan jika tidak kujamin belum setahun pernikahan dia akan menceraikan ku. Dan aku pasti akan bebas, baiklah tuan muka datar kita lihat saja apa yang akan terjadi kedepan," batin Tabitha.***
Setelah Jonathan mengatakan hal yang ingin disampaikannya pada putrinya. Tabitha pun memasuki kamarnya dan mengunci diri. Namun dia berusaha mengingat wajah dari pria itu lebih jelas. Dia seperti sering melihatnya dimajalah bisnis.
"Siapa Pria itu? Aku harus mencari taunya!" tekad Tata.
Ia pun turun menemui Daddy nya. “Dad, siapa nama pria itu?" tanya Tabitha.
"Dia Arthur De Lavega."
"Oke, bisakah Daddy menghubunginya dan memintanya bertemu denganku?"
"Tabitha, jangan kau mencoba untuk melakukan hal bodoh pada calon suamimu itu."
"Iya, jika aku tidak khilaf," ucapnya setengah dalam batinnya.
"Tabitha, jangan menyembunyikan sesuatu pada Daddy mu ini!" ancam Jonathan.
"Iya Dad, cepat hubungi dia," pinta Tabitha.
Akhirnya Jonathan menghubungi Arthur. "Halo Arthur, kau sedang sibuk atau tidak?" tanya Jonathan.
"Memangnya ada masalah apa Mr.
Smith?" Tanya seseorang di seberang sana."Ekhm! Begini jadi putri ku ingin bertemu terlebih dahulu denganmu. Itu pun jika kau tak sibuk."
"Sayang sekali saya sedang di New York sekarang untuk mengurus beberapa perusahaan disini, jadi mungkin saya akan kembali lebih lama ke Indonesia."
"Begitukah? Baiklah Arthur maafkan aku jika mengganggu mu."
"Tak apa Mr.
Smith lagi pula saya merasa tak terganggu hanya saja saya tak bisa pulang sekarang, katakan saja pada Tabitha agar menunggu ku di Altar pernikahan.""Baiklah Arthur kalau begitu."
"Baiklah aku tutup."
Setelah menutup teleponnya dengan Arthur. Jonathan pun menatap manik mata putrinya. “Dia tak bisa menemui mu sekarang Ta, Dia bilang dia ada urusan Di New York. Jadi dia hanya berpesan bahwa akan menemui mu di Altar pernikahan," ujar Jonathan.
"Dasar sombong, angkuh, dingin. Ah entahlah aku membencinya," ucap Tabitha dan berlalu memasuki kamarnya lalu merebahkan tubuhnya yang lelah.
"Aku harus mencari tau tentang Arthur terlebih dahulu, tapi dari mana?"
"Ya ampun, aku bodoh sekali mengapa aku tak mencarinya di Internet saja."
Ia pun membuka handphone nya dan mengetikkan nama Arthur De Lavega. Setelah sepersekian detik muncul profil dan biodata Arthur. Yang sukses membuat mata Tata melotot seketika. “Jadi gue bakal nikah sama om-om yang jadi CEO dari perusahaan terbesar di dunia De Lavega Group. Ini mimpikah? Dan dia pedofil kah?"
Tabitha mengacak-acak rambutnya frustrasi dan memikirkan apa yang terjadi seminggu ke depan. Membayangkan namanya berubah menjadi Tabitha Valerie De Lavega saja sudah membuatnya merinding. Bagaimana tidak, penyandang nama De Lavega adalah orang-orang terberuntung karena dilimpahi kemewahan di mana-mana. Dan dirinya adalah salah satunya.
••••
TO BE CONTINUED!!
Seminggu berlalu setelah Jonathan mengatakan Tabitha akan menikah hari ini. Semenjak Tabitha mulai mencari tau latar belakang calon suaminya. Semenjak itu pula tak ada kabar dari Arthur. Dia pikir pernikahannya akan batal namun khayalannya hanya sebatas menjadi hayalan. Karena ternyata setelah seminggu menghilang, pernikahan ini tetap diadakan oleh pihak Arthur.Alhasil Tabitha pun hanya bisa menurut dan memikirkan masalah sekolahnya. Pernikahan akan diadakan jam 10 pagi, dan sekarang masih pukul 08.36 itu artinya dia masih bisa kabur. Tapi jika dia kabur akankah orang tuanya selamat?Akhirnya ia pun menuruti permainan Arthur.Pukul 09.45 WIB.Rombongan mempelai pria sudah datang dengan menggunakan berbagai super car, entahlah Tabitha merasa akan di nikahi oleh pangeran Inggris jika melihat rombongan Arthur.Arthur keluar dari mobil mewahnya, dan langsung memasuki rumah keluarga Smith. “Dimana calon istriku? Dia tidak kabur kan?" tanya Arthur dingin."Dia ada di kamarnya bersama istri
"Jadi dia adalah istrimu? Astaga Arthur apa yang ada di otakmu sampai kau berpikir untuk menikahinya? Dia hanya gadis biasa yang masih sangat muda!" Bentak Brian."Enough Brian, kau terlalu cerewet, dan kau baru saja mengomentari pakaian istriku bahkan mengatakan bahwa kau bergairah melihatnya! Aku bisa memecat mu sekarang juga Brian!" ancam Arthur. “Bahkan kau berani membentak ku!" lanjutnya."Baiklah maafkan aku Boss, tapi ini aneh ada apa denganmu sampai kau berpikir untuk menikahinya?""I don't know maybe i'm fallin love with her," ujar Arthur santai."Damn, i know it's impossible!" "You don't know anything about me Brian.""You fault, i know anything about you, about you and your secret from world, about you and your dark world Arthur," ujar Brian.Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. "Maaf, Tata ganggu om ya?""Tidak, masuklah!" ujar Arthur dingin."Tata mau pamit sekolah," ujar Tabitha."Mau ku antar?""Tidak usah, kan om lagi ada tamu.""Tak apa k
"Om!" teriak seseorang sembari membuka pintu ruang kerja Arthur kasar, sontak membuat Brian dan Arthur hampir terkejut."Kenapa?" tanya Arthur tanpa menoleh pada Tata."Kenapa? Om nggak tau apa yang udah om lakuin ke Tata?" jawab Tata sambil melangkah dan duduk di hadapan Arthur tanpa mempedulikan Brian. Arthur menatap Brian seolah memberitahu untuk meninggalkan ia dan istrinya, Brian pun mengerti dan langsung berdiri lalu bergegas untuk pergi namun."Brian, tetap di situ Tata mau Brian jadi saksi!" ucap Tabitha penuh penekanan.Arthur menganggukkan kepalanya pertanda agar Brian menuruti perintah Tata. "Jadi om bener-bener nggak tau maksud Tata?" tanya Tabitha."Emangnya apa yang sudah saya lakukan?" tanya Arthur polos."Om!" entak Tata sambil sedikit menggebrak meja Arthur yang sukses membuat Arthur mendongakkan kepalanya."Apa?" ucap Arthur lembut."Nih liat, ini semua perbuatan om kan?" ucap Tabitha sambil menunjukkan bekas merah di lehernya."Masa sih?" tanya Arthur menahan tawan
Hari ini Tabitha dijemput oleh Arthur karena supir Brian tak bisa menjemputnya, dan di sinilah Tabitha sekarang tepat di depan pagar sekolahnya namun setelah lima menit menunggu Arthur belum juga menjemputnya tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya."Hai, nungguin jemputan ya?" tanya si pria yang seumuran dengannya."Eh, Clark bikin kaget aja, iya nih lagi nungguin jemputan. Tumben lo pulang jam segini?" tanya Tabitha."Lo gimana sih Ta, biasalah gue kan harus latian basket dulu. Lo lupa ya?" tanya Clark."Eh iya, abisnya lo cute banget sih kayak oppa Korea jadi kan fokus gue teralihkan," ujar Tabitha diikuti cengiran kudanya."Ah, lo mah bisa aja. Pulang bareng aja yuk ini udah jam lima loh udah sore nggak baik cewek nunggu disini sendirian lagi. Ketahuan banget jomblonya," ucap Clark."Lagian kalo lo mau juga gue siap kok jadi cowok lo," lanjut Clark yang sukses membuat Tabitha tegang. Pasalnya ia pun mengharapkan untuk menjadi kekasih Clark. Dia mencintainya, namun karena pernikahan
"Ta, sudahkah kita hentikan acara peluk memeluk ini? Aku lapar," ucap Arthur diikuti cengiran kudanya."Ah, iya Tata lupa masak. Tunggu disini Tata mau ambil dulu.""Tak usah cukup lepaskan saja pelukan mu, lalu duduklah di sampingku aku akan memanggil maid ke sini." Tabitha pun akhirnya melepaskan pelukannya pada Arthur dan duduk tepat di sebelah Arthur. Arthur segera mengambil ponselnya dan tak lama berselang pintu terbuka. Tabitha sedikit kaget karena sepengetahuannya Arthur sudah mengunci pintu kamarnya. Di tengah keterkejutan Tabitha seorang maid membawa beberapa makanan dan mempersilakan Tabitha dan Arthur untuk menikmati hidangannya. Tabitha masih bingung dengan apa yang terjadi disini. "Kau tak usah bingung, aku tau kau sedang memikirkan dari mana datangnya maid-maid itu kan? Dan mengapa pintunya bisa dibuka?" tebak Arthur yang diikuti anggukan Tabitha."Aku sudah mengatur semua kegiatan di mansion ini. Jadi apapun bisa aku lakukan dan aku liat dari ponselku saja.""Fanta
Tabitha terganggu dalam tidurnya saat mendengar seseorang bercakap dengan menaikkan suaranya. Ia terbangun dari tidur nyenyaknya dan mendapati diri dalam sebuah ruangan asing. Ia panik, dalam pikirannya hanya ada satu pertanyaan, dimana dirinya sekarang? Tabitha mendekati suara orang tersebut namun ia sedikit terkejut karena seseorang yang sedang berteriak adalah suaminya, Arthur."BAGAIMANA BISA GUDANG TERBAKAR! DAN BAGAIMANA SI BRENGSEK ITU BISA MEMBAKARNYA! BUKANYA KALIAN SUDAH MENJAGANYA! JAWAB AKU ALEXANDER!" teriak Arthur sembari menghajar orang di depannya."Maafkan kami bos, Damian menyamar jadi kami kurang waspada," ujar orang tersebut.Tabitha hanya bisa menutup mulutnya saat mendapati Arthur menodongkan sebuah pistol tepat dikening orang itu."Hancurkan gudang si bedebah itu sekarang! Jangan sampai dia menyelamatkan apapun dari gudang itu! Jika tidak akan kupastikan kepala semua anak buahmu yang jadi gantinya," final Arthur sembari mengeluarkan seringaian nya. Arthur berb
BAB 08 : CEMASKeesokannya Arthur terbangun dari tidurnya ia merasa sangat pusing tapi dia tetap memaksa untuk pergi bekerja. Arthur menuruni tangga dan berakhir di meja makan. Disana sudah ada Tabitha yang menekuk wajahnya."Hai, What Happen with my little wife?" tanya Arthur."Kenapa Om usir Tata kemaren? Apa karna Tata udah ngelanggar omongan om Arthur buat nggak pergi ke club?""Kamu salah, aku tak pernah marah padamu hanya___""Dia takut tak bisa mengendalikan nafsunya saat dibawah obat perangsang Ta," lanjut Brian yang tiba-tiba datang."Brian benar aku tak bermaksud mengusirmu kemarin, aku tak ingin menyakitimu Ta," terang Arthur.Mendengar perkataan Arthur, Tabitha merasa tersentuh karena Arthur rela tersiksa kemarin daripada menyakiti dirinya. Ia pun berjalan kearah Arthur dan memeluknya.“Makasih Om.""Okey Tabitha sepertinya kamu harus pergi sekolah jika tidak kau akan
Setelah kepergian Arthur handphone Tata yang berlogo apel tergigit itu berdering, ia melihatnya tertera nama Diana di sana ia pun mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. "Hai, kenapa lo gangguin gue?""Ta, lo tau hari ini Clark ulang tahun, dia bilang dia udah usaha ngehubungi lo tapi lo gak jawab.""Iya, karna gue udah ngeblokir nomer Clark.""What?!" sentak Diana di seberang."Kenapa?""Okey whatever sekarang lo siap siap gih, solanya Clark bilang dia mau jemput lo.""Gue nggak mau dateng.""Ya ngomong sendiri lah sama orangnya.""Terserah!" Di tengah perbincangan itu seorang maid datang menghampiri Tabitha. "Nyonya maaf, ada seseorang di luar katanya teman nyonya.""Siapa?""Pria yang sama seperti tadi pagi.""Baiklah terimakasih," ujar Tabitha diikuti oleh kepergian maid itu."Gue bilang juga apa Clark bakal jemput lo," ujar Diana, Tabitha pun makin kesal dibuatnya."Berisik lo!" sentak Tata menutup panggilan itu.Tabitha berjalan dengan kesal menghampiri pintu mansion nya.