Hari ini Tabitha dijemput oleh Arthur karena supir Brian tak bisa menjemputnya, dan di sinilah Tabitha sekarang tepat di depan pagar sekolahnya namun setelah lima menit menunggu Arthur belum juga menjemputnya tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Hai, nungguin jemputan ya?" tanya si pria yang seumuran dengannya.
"Eh, Clark bikin kaget aja, iya nih lagi nungguin jemputan. Tumben lo pulang jam segini?" tanya Tabitha.
"Lo gimana sih Ta, biasalah gue kan harus latian basket dulu. Lo lupa ya?" tanya Clark.
"Eh iya, abisnya lo cute banget sih kayak oppa Korea jadi kan fokus gue teralihkan," ujar Tabitha diikuti cengiran kudanya.
"Ah, lo mah bisa aja. Pulang bareng aja yuk ini udah jam lima loh udah sore nggak baik cewek nunggu disini sendirian lagi. Ketahuan banget jomblonya," ucap Clark.
"Lagian kalo lo mau juga gue siap kok jadi cowok lo," lanjut Clark yang sukses membuat Tabitha tegang. Pasalnya ia pun mengharapkan untuk menjadi kekasih Clark. Dia mencintainya, namun karena pernikahan nya dengan Arthur membuatnya memendam perasaan itu.
“Eh?"
"Nggak lah, gue bercanda kok. Kata bokap kalo mau deketin anak orang butuh proses jadi yah liat tanggal main nya aja yah Tabitha Velerie Smith."
"Apaan sih Clark."
"Jadi bareng nggak?"
"Nggak usah paling bentar lagi jemputan gue dateng."
"Yakin nih? Tapi yaudah deh bye calon pacar," ujar Clark sambil berlalu.
"Kenapa setelah gue mendam perasaan ini dan setelah gue nikah lo baru berani deketin gue Clark? Apa mungkin kita bukan jodoh? Kalau iya artinya gue harus belajar buat move on dari lo Clark, Tapi kenapa sesesak ini," batin Tata.
Tanpa sepengetahuan dari Tabitha dan Clark seorang pria dengan pakaian mewahnya mengamati dari jarak yang lumayan dekat dengan mobil mewahnya. Ia terus memperhatikan pembicaraan Tabitha dan pria sebaya nya. Ia merasa kesal dan marah melihat semua itu. Tapi ia harus menahan semuanya dan bekerja lebih lembut.
Tak lama berselang datanglah sebuah mobil mewah. Tabitha maju dan megetuk pintu mobil Arthur dan Arthur pun membukakan pintu mobilnya untuk Tabitha, di dalam mobil ia hanya diam memikirkan perkataan dari Clark apa maksudnya dengan 'calon pacar' ia tak bisa berdiam terus seperti ini. Ia harus mengatakan hal yang sejujurnya kepada Clark dan mengubur rasa cintanya untuk pria itu.
"Bagaimana dengan sekolahmu? Kapan ujiannya akan dimulai?" tanya Arthur memecah keheningan.
"Ehm, baik kok semuanya berjalan kek biasanya terus masalah ujian kek nya 3 bulan lagi deh."
"Kalau ada materi yang tidak kamu mengerti tanyakan saja pada saya."
"Lho emang om ngerti gitu ama materi anak SMA?"
"Tabitha, asal kau tau suamimu ini adalah lulusan terbaik dari Harvard University."
"Wow so cool."
"Yeah I know I’m cool," ujar Arthur sombong.
"Ish, sombong amat pak, nih yah kalo misalkan nanti Tata jadi lulusan terbaik Tata bakal minta hadiah paling mahal dari om Arthur," ujar Tabitha.
"Okey buktikan," ucap Arthur sembari menaikkan satu alisnya.
Setelah itu keheningan kembali tercipta diantara mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di mansion megah Arthur, Tabitha berjalan terlebih dahulu dari pada Arthur sementara Arthur mengekori Tabitha. Namun saat Brian hendak menyambut kedatangan dua majikannya ia melihat hal aneh dari rok Tata. Ia mengenalinya, ia tak bodoh ia paham apa yang terjadi dengan rok Tabitha.
Akhirnya ia sedikit berlari ke arah Arthur yang baru saja akan duduk di sofanya.
"Arthur lihat lah kearah istri mu!" bisik Brian penuh penekanan.
"Apa? Cantik? Aku sudah mengetahuinya oleh karena itu aku menikahinya," ujar Arthur tanpa melihat kearah Tata.
"Ada bercak darah di rok Tabitha!" ucap Brian sambil mencengkram kedua pundak Arthur.
"Owh ayolah itu hanya darah," ucap Arthur belum sadar.
"Apa!! Sialan mengapa kau melihatnya Brian! Akan ku copot matamu!" ujar Arthur sembari berlari ke arah Tabitha yang sedang menaiki tangga dan langsung berjalan tepat di belakang Tabitha sembari merapatkan tubuhnya ke Tabitha.
Tabitha yang merasa risih dengan tingkah Arthur langsung melirik sadis ke arah Arthur. "Om! Ngapain sih! Tata risih tau nggak"
"Tabitha berjalan lah cepat ke kamar akan ku beritahumu di sana. Kita tak bisa bicara disini."
“Kenapa emang?" tanyanya.
"Tabitha turuti perintahku aku tak ingin hal ini dilihat oleh para maid yang baru sampai tadi siang cepat!" perintah Arthur.
“Okey" ucap Tata ketakutan karena di bentak Arthur, ia pun berjalan cepat ke kamarnya.
Saat dikamar Tata langsung menumpahkan ke kesalannya pada Arthur.
"Kenapa sih kan Tata cuman pengen tau hal apa! Kok malah di bentak!" ucapnya frustrasi.
"Ada darah di rok mu oleh karena itu aku menyuruhmu untuk berjalan cepat ke kamar agar tak Brian dan para maid di rumah ini. Tapi sialnya Brian yang memberitahu ku tentang itu"
Tabitha yang mendengar perkataan Arthur refleks langsung melihat ke arah rok nya dan ia pun langsung berdiri kaku. Ia sangat malu namun apa yang dilakukan Arthur tidaklah salah namun malah menyelamatkannya.
Tata berlari ke arah kamar mandi dan mulai membenahi semuanya. Namun baru beberapa menit ia masuk ia mengintip dari balik kamar mandi. Dan mendapati Arthur tengah bekerja di sofa sembari memangku laptopnya.
"Hmm, Om Tata minta tolong boleh?"
"Apa?" tanya Arthur.
"Disini, ada pembalut tidak? Tata lupa beli," ujar Tata.
Arthur yang mendengarnya pun langsung membelalakkan matanya tak percaya. Yang benar saja di rumah ini hanya ada Brian dan dirinya, juga beberapa maid itu juga baru sampai bagaimana dia memikirkan persediaan pembalut di rumah ini.
"Tidak ada," jawab Arthur.
"Om, bisa minta tolong beliin nggak? Soalnya Tata lagi dapet nih."
"Dimana?"
"Di supermarket depan juga ada."
"Oke tunggu disini, jangan keluar," peringat Arthur.
“Hmm, Thanks my sweet husband."
"Iya."
Arthur pun bergegas ke supermarket dan membeli barang pesanan Tabitha. Namun karena istrinya itulah ia sempat di lirik beberapa orang di sana mungkin karena barang belanjaanya yang aneh. Ia agak kesal namun ia berpikir ini semua demi istrinya. Jadi terpaksa ia mengacuhkan semua tatapan orang di sana. Setelah sampai di mansion nya, Arthur langsung bergegas memasuki kamar Tata dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Ta, ini barangnya," ujar Arthur sembari menyodorkan barang belanjaannya.
"Eh, iya makasih yah om," ucap Tata.
Tabitha melihat barang belanjaan Arthur ia terkejut karena berbagai merk pembalut ada di sana. Akhirnya ia menyelesaikan ritualnya dengan cepat.
"Om, makasih yah, tapi kok belinya banyak banget."
"Nggak papa biar ada stok," ujar Arthur sembari mengetikkan sesuatu pada laptopnya.
Tabitha mendekat ke arah Arthur dan dengan segan memeluknya dari belakang. Ia menopangkan dagunya ke pundak Arthur.
"Makasih yah Om, Maafin Tata kalau selama ini suka bikin Om kesel. Tapi Tata janji nggak bakal hianatin Om. Sekalipun hianatin hati Tata sendiri," ucapnya tanpa berbicara kalimat terakhir.
Arthur yang tengah fokus menatap layar laptopnya sedikit terkejut mendapati lengan kecil putih memeluk perutnya possessive. Ia berbalik dan membalas pelukan Tabitha.
"Saya akan selalu lindungi kamu dari apapun yang membahayakan mu. Sekalipun dari pria sialan itu," ujar Arthur tanpa diikuti kalimat terakhirnya.
Tabitha merasa sangat nyaman kepalanya bersandar di dada bidang Arthur membuatnya merasa seperti sangat disayangi disini, dan dia takkan menghianati Arthur dan lebih memilih Clark dari pada suami devil nya itu.
"Maukah kau berjanji untuk tak mendekati pria manapun selain aku?" tanya Arthur. Tetap dalam posisi memeluk Tabitha.
"Tergantung saja. memangnya kenapa?" ujar Tabitha menatap mata Arthur.
"Because I’m jealous"
••••
TO BE CONTINUED...
"Ta, sudahkah kita hentikan acara peluk memeluk ini? Aku lapar," ucap Arthur diikuti cengiran kudanya."Ah, iya Tata lupa masak. Tunggu disini Tata mau ambil dulu.""Tak usah cukup lepaskan saja pelukan mu, lalu duduklah di sampingku aku akan memanggil maid ke sini." Tabitha pun akhirnya melepaskan pelukannya pada Arthur dan duduk tepat di sebelah Arthur. Arthur segera mengambil ponselnya dan tak lama berselang pintu terbuka. Tabitha sedikit kaget karena sepengetahuannya Arthur sudah mengunci pintu kamarnya. Di tengah keterkejutan Tabitha seorang maid membawa beberapa makanan dan mempersilakan Tabitha dan Arthur untuk menikmati hidangannya. Tabitha masih bingung dengan apa yang terjadi disini. "Kau tak usah bingung, aku tau kau sedang memikirkan dari mana datangnya maid-maid itu kan? Dan mengapa pintunya bisa dibuka?" tebak Arthur yang diikuti anggukan Tabitha."Aku sudah mengatur semua kegiatan di mansion ini. Jadi apapun bisa aku lakukan dan aku liat dari ponselku saja.""Fanta
Tabitha terganggu dalam tidurnya saat mendengar seseorang bercakap dengan menaikkan suaranya. Ia terbangun dari tidur nyenyaknya dan mendapati diri dalam sebuah ruangan asing. Ia panik, dalam pikirannya hanya ada satu pertanyaan, dimana dirinya sekarang? Tabitha mendekati suara orang tersebut namun ia sedikit terkejut karena seseorang yang sedang berteriak adalah suaminya, Arthur."BAGAIMANA BISA GUDANG TERBAKAR! DAN BAGAIMANA SI BRENGSEK ITU BISA MEMBAKARNYA! BUKANYA KALIAN SUDAH MENJAGANYA! JAWAB AKU ALEXANDER!" teriak Arthur sembari menghajar orang di depannya."Maafkan kami bos, Damian menyamar jadi kami kurang waspada," ujar orang tersebut.Tabitha hanya bisa menutup mulutnya saat mendapati Arthur menodongkan sebuah pistol tepat dikening orang itu."Hancurkan gudang si bedebah itu sekarang! Jangan sampai dia menyelamatkan apapun dari gudang itu! Jika tidak akan kupastikan kepala semua anak buahmu yang jadi gantinya," final Arthur sembari mengeluarkan seringaian nya. Arthur berb
BAB 08 : CEMASKeesokannya Arthur terbangun dari tidurnya ia merasa sangat pusing tapi dia tetap memaksa untuk pergi bekerja. Arthur menuruni tangga dan berakhir di meja makan. Disana sudah ada Tabitha yang menekuk wajahnya."Hai, What Happen with my little wife?" tanya Arthur."Kenapa Om usir Tata kemaren? Apa karna Tata udah ngelanggar omongan om Arthur buat nggak pergi ke club?""Kamu salah, aku tak pernah marah padamu hanya___""Dia takut tak bisa mengendalikan nafsunya saat dibawah obat perangsang Ta," lanjut Brian yang tiba-tiba datang."Brian benar aku tak bermaksud mengusirmu kemarin, aku tak ingin menyakitimu Ta," terang Arthur.Mendengar perkataan Arthur, Tabitha merasa tersentuh karena Arthur rela tersiksa kemarin daripada menyakiti dirinya. Ia pun berjalan kearah Arthur dan memeluknya.“Makasih Om.""Okey Tabitha sepertinya kamu harus pergi sekolah jika tidak kau akan
Setelah kepergian Arthur handphone Tata yang berlogo apel tergigit itu berdering, ia melihatnya tertera nama Diana di sana ia pun mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. "Hai, kenapa lo gangguin gue?""Ta, lo tau hari ini Clark ulang tahun, dia bilang dia udah usaha ngehubungi lo tapi lo gak jawab.""Iya, karna gue udah ngeblokir nomer Clark.""What?!" sentak Diana di seberang."Kenapa?""Okey whatever sekarang lo siap siap gih, solanya Clark bilang dia mau jemput lo.""Gue nggak mau dateng.""Ya ngomong sendiri lah sama orangnya.""Terserah!" Di tengah perbincangan itu seorang maid datang menghampiri Tabitha. "Nyonya maaf, ada seseorang di luar katanya teman nyonya.""Siapa?""Pria yang sama seperti tadi pagi.""Baiklah terimakasih," ujar Tabitha diikuti oleh kepergian maid itu."Gue bilang juga apa Clark bakal jemput lo," ujar Diana, Tabitha pun makin kesal dibuatnya."Berisik lo!" sentak Tata menutup panggilan itu.Tabitha berjalan dengan kesal menghampiri pintu mansion nya.
Maldives "Sai chi ha sabotato il mio jet?" tanya sang pria angkuh.Sedangkan pria lain di hadapannya berdiri mematung pasalnya jika bossnya sudah berbicara bahasa asli kelahirannya itu artinya ia dalam mode angkuh dan sadisnya."Not Sir.""Prenditi cura di tornare in Indonesia.""Yes sir," ujar sang ajudan meninggalkan tuannya.***Jakarta, IndonesiaPagi ini Tabitha terbangun masih dengan mata sembabnya seperti kemarin malam, ia berjalan keluar dari kamar suaminya dan berakhir di sofa, tak lama ketiga temannya datang menghampirinya. "Ta, gue pamit dulu yah kita-kita mau pulang dulu takut dicariin nyokap di rumah, tapi kita janji bakal ke sini lagi okey," ujar Diana."Oke.""Lo serius nggak papa ditinggal?" tanya Amel khawatir."Gue nggak papa, makasih mau nemenin semalem.""It's okey Ta," lanjut Amel.Mereka pun memeluk Tabitha bergantian dan melangkahkan kaki mereka keluar mansion megah sahabatnya itu."Nyonya sarapan sudah siap," ujar Karin."Tak apa kalian sarapan saja duluan aku
Arthur tetap berjalan mengabaikan pertanyaan Tabitha yang sedikit mencuri perhatiannya, saat ia sampai ke dalam kamar Tabitha ia menurunkan tubuh mungil itu dari gendongannya, tak lama dr. Ryan datang dan memeriksa Tabitha."Luka tembaknya tidak terlalu dalam tapi mungkin kau harus sering memperhatikannya karna sialnya ia tertembak di lengan kanan Arthur.""Apa itu berbahaya?" tanya Arthur."Jangan berpura-pura bodoh Arthur kau paling mengerti masalah tembak-menembak," ujar Ryan berbisik.Setelah itu ruangab hening, dokter Ryan pun hendak Pergi dan diantar Arthur namun tangan kecil yang melingkar di lengan kanan Arthur menghentikan langkahnya" Tata nanya om," ujarnya polos.Arthur menempelkan jari telunjuknya ke kuping dan mulai bicara."Halo, Brian bisa kau ke mansion ku sekarang? Ada yang ingin ku bicarakan," ujar Arthur."Aku akan ke sana Arthur." "Baiklah," ujarnya menutup telepon dengan teknologi Sgnl itu.Arthur menududukkan badannya berhadapan dengan Tabitha yang masih memega
Arthur mendengar teriakan Brian pun menolehkan kepalanya ke belakang namun sedetik kemudian pria yang memegang pistol tepat di belakangnya terjatuh bersimbah darah, Arthur mengernyit kan dahinya, bingung. Namun setelah menatap pria yang sudah tak bernyawa itu Ia menatap sang pelaku. Manik matanya bertemu dengan iris coklat teduh kesukaannya."Tabitha ...." lirih Arthur."I'm sorry I can't waiting" seru Tabitha menenteng senapan Sharp Fusion AK-M16 di tangannya dan tersenyum simpul."Bagaimana kau bisa menembak?" tanya Arthur."Well, Tata udah minta diajari kan?" Tabitha menjeda ucapanya dan menembak musuh tepat di belakang sebelah kiri Arthur. Arthur pun hanya menggelengkan kepalanya."Tapi om Arthur nggak mau yaudah.""Arthur mereka mengirim 2 helikopter lagi ke sini, kalau dibiarkan kita kalah jumlah," ucap Brian tiba-tiba."Dimana Alexander?""Aku disini Boss," ucap Alexander ikut berkumpul dengan Arthur dan Brian dengan membawa hampir 40 orang anggota."Kita bisa tangani ini denga
"... The King" lanjut Petter."The King? Siapa itu?" tanya Arthur."Aku tak tau, aku hanya seorang penembak biasa yang dibayar untuk membunuh mu," ucap Petter."Kau pernah bertemu dengan The King sialan itu?""Tidak, selama perencanaan penyerangan ini tak ada yang bertemu The King, kami hanya diberi intruksi lewat e-mail dan anak buah The King yang mengintruksikan penyerangan ini, dia tidak pernah dilihat oleh kami percayalah Arthur.""Sialan! Siapa yang berusaha mengibarkan bendera perang denganku" tanya Arthur plus dengan desisan tajamnya."Brian! Alexander!" teriak Arthur memanggil kedua anak buahnya.Tak lama setelah teriakan bossnya Brian dan Alexander memasuki ruang penyekapan. "Ada apa Boss?""Alexander apakan saja pria ini, mau kau cincang tubuhnya dan diberikan ke Exter juga boleh, tapi jika mood mu sedang baik, lepaskan saja dia," ucap Arthur melenggang pergi diikuti oleh Brian, mereka memasuki ruang pribadi Arthur. Arthur duduk di kursi kejayaannya dan mengangkat satu kakin
Arthur membalikkan tubuhnya menatap anak buahnya."Pekerjaan kita selesai, batalkan semua misi untuk satu tahun ke depan. Anggap saja itu cuti untuk kalian."Alexander dan Matthew sama-sama melebarkan senyumnya. Mereka saling pandang hingga. "YES, SIR," jawab mereka dengan tawa lebarnya.Brian yang gemas pun langsung menjitak kepala Matthew dan Alexander silih berganti. "Hai besok cutinya! Sekarang siapkan jet. Biss kita ingin pulang!""Sure!" Alexander dan Matthew langsung melaksanakan perintah Brian. Meninggalkan Brian dan Arthur.Arthur meraih cerutunya dan menghidupkannya. "Kau yakin?""Kau takut kekayaanku habis?""Tak mungkin!""Sudahlah Brian, ini cuti kita.""Ya, jika kau sudah berkata seperti itu aku bisa apa."Arthur terkekeh pelan, mereka pun sama-sama menikmati angin malam dengan cerutu yang saling terselip dibibir mereka.***5 tahun kemudian"Kakak! Kembalikan ice creamku!!" sentak bocah perempuan yang mengejar kakaknya."Kejarlah, ambil sendiri. Dasar lambat!" ejek boca
Keesokan paginya Arthur membuka matanya perlahan tubuhnya merasakan terpaan napas di tubuhnya, siapa lagi jika bukan istrinya.Tabitha menggeliat dari tidurnya saat merasakan telapak tangan besar suaminya yang membelai perlahan pipinya. Perlahan kedua kelopak mata Tabitha yang tertutup kini terbuka lebar. Ia menatap sang suami yang juga tengah menatapnya. "Apa?" tanya Tabitha saat mendapati tatapan aneh dari Arthur."Kau sangat cantik, sungguh," ucap Arthur dengan tampang serius."Dasar perayu!" rutuk Tabitha seraya bangkit dari baringannya dan ia pun menepuk bahu Arthur yang ternyata terdapat lebam disana.Langsung saja Arthur meringis merasakan nyeri yang menyerpa bahunya akibat tepukan dari Tabitha."Maafkan aku," sesal Tabitha dengan mengelus pelan bahu Arthur."Tak apa.""Baiklah."Tabitha kembali dengan niatan awalnya yaitu membersihkan dirinya.Arthur menatap punggung Tabitha yang mulai menjauh, ia melirik kearah nakas, tangannya meraih laptop dan mulai menghidupkannya.Jari ta
Arthur dan Tabitha sama-sama memasuki mansion dengan beriringan, Arthur dengan menggendong Leonardo di dalam dekapannya, sesekali mencium puncak kepala putranya yang tengah terlelap tidur. Sedangkan Tabitha menggendong Fiorella.Arthur menghentikan sejenak langkah kakinya dan menatap Tabitha lekat. "Aku akan ke kamar dulu, menidurkan Leo," ucap Arthur disambut anggukan pelan oleh Tabitha."Aku akan menunggu disini." Arthur mengangguk pelan, ia pun kembali melanjutkan jalannya menaiki kamarnya.Arthur berdiri di samping ranjang, dan ia pun menurunkan tubuh Leonardo ke atas ranjang."Daddy sangat menyayangimu Leo, Daddy bersyukur kau baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padamu, Daddy tak akan bisa memaafkan diri Daddy sendiri," bisik Arthur tepat di depan dahi Leonardo dan kembali mengecup dahi putranya lembut.Arthur memperjarak antara dirinya dan putranya, ia kembali membelai surai putranya. Arthur terus menatap gurat wajah Leonardo, masih ada setitik rasa trauma pada diri seorang Art
Ditempat lain Arthur masih berusaha mengejar Damian dengan boatnya. Arthur menekan telunjuknya di telinga dan langsung tersambung dengan Brian. "Brian!""Ya?""Bagaimana keadaan di sana?""Kelompok Damian sedikit memimpin tapi lima menit lagi pasukan yang lain datang ditambah dengan anak buah Thomas, kurasa kita akan menang.""Bagus, kau lihat keadaan Tabitha?""Aku tak terlalu memperhatikan mereka, tapi sepertinya semuanya baik. Bukanya itu tugas Matthew dan Laura?""Ya, baiklah sekarang susul aku. Aku akan berusaha menghentikan Damian.""Dimana?""Laut, munuju kota.""Baiklah Arthur, aku segera ke sana.""Baiklah."Arthur melepaskan telunjuknya dan kembali fokus mengikuti yacht milik Damian. Tak lama tanpa diduga Arthur langsung dihujani oleh peluru yang dilesatkan dari yacht milik Damian, ia yakin musuh bebuyutannya itu telah menyadari bahwa sedari tadi sudah diikuti oleh Arthur.Arthur melihat yacht itu berhenti dan semakin menghujani Arthur dengan peluru dan beberapa granat. Arth
Damian meraih ponselnya yang berbunyi, pria itu memeriksa si penelepon yang ternyata adalah anak buahnya."Markas FBI kosong sekarang boss hanya ada beberapa dari mereka yang masih berada disini.""Dimana sisa pasukan?""Kita sudah bersiap untuk menyerang.""Tunggu aku, aku akan langsung ke kota sekarang.""Baik."Damian mematikan sambungan teleponnya, dan menatap Tabitha yang masih memeluk erat Leonardo."Well, kita lihat. Seberapa cepat suamimu menyelamatkan dunia setelah aku mendapatkan disk itu," ucap Damian dengan nada sombongnya."Sebelum kau mendapatkan disk itu, Arthur terlebih dahulu membunuhmu Damian!""Ucapanmu sangat pedas, dengar kau hanyalah wanita kecil yang tak tau apapun tentang dunia. Jadi jangan pernah mencoba untuk menghinaku.""Aku sudah terlebih dahulu menghinamu Damian!!""And uncle lebih baik kau pergi sebelum Daddy datang dan membunuhmu!!" ucap Leonardo lantang bahkan anak itu mengangkat wajahnya menatap Damian tanpa ada rasa takut sedikit pun di matanya."Wel
Tiga bulan kemudian ....Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya seharian ini, pria itu sedikit tidak fokus. Entahlah tapi seperti ada yang mengganggunya hari ini. Tadi sebelum berangkat ia merasa seperti tak ingin meninggalkan Tabitha dan kedua anaknya tapi karena ada agenda dengan klien salah satu perusahaan besar dari Eropa akhirnya ia pun tetap bekerja hari ini. "Aku tak bisa tenang!" rutuk Arthur tajam.Arthur membuka ponselnya dan menelepon Tabitha. "Hallo?""Ya?""Sedang apa?""Aku sedang jalan menjemput Leo.""Kau tak apa?""Ya aku baik.""Ta, kau bersama bodyguard kan?""Arthur tenang lah aku baik, Alexander bahkan ada di depanku.""Baiklah.""Ada apa?""Entahlah, aku hanya sedikit merasa tak enak.""Tenanglah aku baik.""Fio?""Bersama Madam Rose, putrimu itu sangat baik dia sangat tenang.""Ya, baguslah.""Aku sudah sampai, aku tutup dulu Arthur.""Ya.""Bye, I love you.""Love you too." Arthur menutup ponselnya lalu meletakkannya di atas meja. Pria itu menyandarkan kepalan
7 bulan kemudian...Arthur menatap Tabitha yang tengah memakan snack ditangan kanannya seraya menonton acara reality show di TV. Wanita itu terlihat sangat berbeda dari kehamilan pertamanya, ia tak mengalami morning sickness begitupun dengan dirinya. Bahkan Tabitha tak meminta apapun ditengah kehamilannya. Hal itu sedikit mengganggu pikiran Arthur, Apa kehamilan istrinya normal? Batin Arthur."Ta?""Iya?""Apa kau tak menginginkan sesuatu?""Tidak," jawabnya dingin, dan ya. Selama kehamilan Tabitha wanita itu sangat irit bicara bahkan terkesan dingin. Ia hanya berbicara panjang saat ia berhadapan dengan Leo sementara dihadapannya? Tabitha tampak sangat cuek."Bukanya wanita hamil akan mengidam?""Memangnya jika aku tak mengidam kenapa?""Tidak aku hanya sedikit merasa aneh.""Oh, jadi kehamilanku aneh?""Bukan begitu maksudku.""Baiklah aku sedang ingin ..." Tabitha mengetukkan jarinya didagu seolah berpikir keras lalu."Ya!""Apa?" tanya Arthur tak kalah semangat."Aku ingin kau mem
Tabitha menggeliat perlahan kala sepasang tangan mungil mengguncang tubuhnya. Wanita itu membuka matanya dan menangkap sosok pria kecil yang begitu ia cintai, Leonardo."Ada apa Leo?" tanya Tabitha dengan suara serak khas orang yang bangun tidur."Ayo bangun Mom, Daddy sudah menunggu kita di luar.""Memangnya kenapa?""Daddy bilang, Daddy sedang membuat kejutan untukku. Tapi itu hanya akan Daddy tunjukkan saat Mommy juga ada di sana.""Baiklah Mommy mandi dulu.""Oke Leo tunggu."Tabitha pun tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya menanggapi sikap keras kepala yang sangat dominan pada putranya. Ia pun perlahan menuruni ranjang dan ia memulai ritual mandinya.Lima belas menit berlalu Tabitha pun sudah menyelesaikan acara mandinya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menjalankan kakinya kearah walk in closet. Wanita itu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang formal. Setelah dirasa sudah siap ia pun keluar dan mendudukkan tubuhnya di meja rias. Wanita itu memoles wajahnya dengan ria
Pukul tujuh malam keluarga itu berkumpul untuk makan malam, Leonardo selalu mengoceh disaat makan anak itu terus membahas agendanya selama dia disini. Sementara Tabitha, wanita itu memilih untuk diam. Ia hanya menikmati hidangan yang ada di depannya hal itu pun tak luput dari perhatian Arthur. Arthur pun menggenggam tangan kanan sang istri lalu tersenyum simpul. "Ada apa?""Tidak.""Kenapa kau tampak tak berselera?""Tidak, aku menikmatinya.""Serius?" tanya Arthur memastikan."Iya, aku tak apa Arthur," ujarnya lagi.Pukul delapan malam Arthur memasuki kamar Leo untuk menemani anak itu tidur, seperti biasa Arthur akan membacakan cerita yang ingin didengar oleh putranya sedangkan sang istri sudah lebih dahulu memasuki kamar.Setelah lima belas menit menemani Leonardo tidur, Arthur pun akhirnya keluar untuk menemui sang istri. Saat Arthur membuka pintu tampaklah Tabitha tengah memainkan ponselnya di atas ranjang. Wanita itu belum menyadari kehadiran Arthur di dalam kamar. Arthur yang pa