"Jadi dia adalah istrimu? Astaga Arthur apa yang ada di otakmu sampai kau berpikir untuk menikahinya? Dia hanya gadis biasa yang masih sangat muda!" Bentak Brian.
"Enough Brian, kau terlalu cerewet, dan kau baru saja mengomentari pakaian istriku bahkan mengatakan bahwa kau bergairah melihatnya! Aku bisa memecat mu sekarang juga Brian!" ancam Arthur. “Bahkan kau berani membentak ku!" lanjutnya.
"Baiklah maafkan aku Boss, tapi ini aneh ada apa denganmu sampai kau berpikir untuk menikahinya?"
"I don't know maybe i'm fallin love with her," ujar Arthur santai.
"Damn, i know it's impossible!"
"You don't know anything about me Brian."
"You fault, i know anything about you, about you and your secret from world, about you and your dark world Arthur," ujar Brian.
Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. "Maaf, Tata ganggu om ya?"
"Tidak, masuklah!" ujar Arthur dingin.
"Tata mau pamit sekolah," ujar Tabitha.
"Mau ku antar?"
"Tidak usah, kan om lagi ada tamu."
"Tak apa kau tunggulah di luar lima menit aku akan keluar."
"Oke." Tabitha pun keluar dari ruangan Arthur, sementara itu Brian sudah tak bisa lagi menahan tawanya mendengar panggilan istri dari bos nya itu.
"She's call you what? Seriously? Damn it's funny you know?" tanya Brian sambil memegangi perutnya.
"Shut up! Akan ku keluarkan usus mu jika kau terus tertawa seperti itu!" sentak Arthur.
"Oke baiklah, aku ke sini untuk memberitahu bahwa Damian berusaha untuk membakar gudang mu di Maldive."
"Rupanya Mr.Ford belum menyerah juga."
"Sepertinya begitu Arthur."
"Hanguskan gudangnya sebelum mereka menghanguskan gudang kita,dan lakukan dengan bersih Brian," ujar Arthur dingin.
"Kau pulanglah, aku akan mengantar Tata dulu, jika tidak kau tunggulah aku disini sampai aku pulang."
"Aku memilih opsi yang kedua," ujar Brian.
Arthur pun keluar dan menuruni tangga dia pun langsung bergegas keluar, di sana sudah ada Tabitha yang berdiri dengan wajah masamnya. Akhirnya Arthur pun menarik Tabitha pelan dan menyuruhnya masuk mobil kemudian langsung menjalankan mobilnya. “Mulai sekarang kemana pun kau pergi kau harus izin terlebih dahulu."
"Tapi kenapa?"
"Karena banyak orang di luar sana yang berusaha mencelakai mu Ta, banyak hal yang kamu pikir tak berbahaya adalah hal yang paling berbahaya," ucap Arthur yang tak dimengerti Tabitha.
Setelah itu Tabitha hanya diam dan hanya ada keheningan diantara mereka. Sampai akhirnya mereka sampai di sekolah Tabitha, namun sebelum turun Tabitha ditahan oleh Arthur.
"Tunggu, ada yang ketinggalan," ucap Arthur.
"Hah, apaan?" ujar Tabitha bingung.
Namun hal tak terduga terjadi tiba-tiba lengan Tabitha ditarik, hingga mendekat ke arah Arthur dan secepat kilat ia memberikan kecupan lembut di kening Tabitha. Tabitha yang kaget hanya diam sambil mengerjabkan matanya berkali-kali mencari kesadaran.
"Hei, kenapa? Kok bengong?" tanya Arthur sambil menepuk pipi Tabitha.
"Eh, enggak kok. Nggak papa," dusta Tabitha sambil menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Lain kali tak usah disembunyikan aku suka melihat kamu blushing," ujar Arthur membuat pipi Tabitha bertambah panas.
"Apaan sih om, udah ah Tata masuk dulu yah."
Tabitha pun keluar dari mobil Arthur dan hendak pergi namun Arthur ikut turun dan menghampiri Tabitha, seketika siswi yang melewatinya berbisik dan melihat ke arah Arthur dengan tatapan mendamba. "Eh, itu Arthur kan? Gila tamvan mavan dan ruvawan banget gila!"
"Eh ya ampun, itu Tata kan yang di
anter,gue juga mau dong!""Ya ampun calon imamku kah itu?"
Kira-kira seperti itulah bisikan-bisikan yang dilontarkan oleh beberapa siswi yang melewatinya.
"Om, kenapa keluar?" ujar Tabitha.
"Ini, tas kamu ketinggalan, gara-gara tadi jadi ketinggalan deh."
"Eh, iya untung aja om ingetin, makasih yah."
"Kamu kapan pulang?"
"Paling jam 3 an om," ujar Tabitha.
"Ya udah nanti supir jemput kamu."
"Ya udah bye om!"
Tabitha berlari ke arah gerbang dan masuk ke kelasnya di sana sudah ada sahabatnya yaitu Fitri, Diana dan Amelia.
"Ekhm! Jadi siapa yang nganterin lo tadi di depan?" tanya Amel.
"Itu om gue," jawab Tabitha.
"Oh, kirain siapa," ucap Diana.
"Ganteng juga om lo, kok gue baru tau?" tanya Fitri.
"Dia baru ke sini makanya kalian nggak tau," dusta Tabitha. Mereka asik berbincang hingga guru jam pertama pun memasuki kelas.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Arthur belum juga pulang Tabitha cemas memikirkan keadaan Arthur bagaimana pun ia adalah suaminya. Tabitha berusaha menghubungi Arthur namun selalu sibuk akhirnya Tabitha menyerah ia pun memasuki kamarnya dan berbaring namun belum sempat ia menutup mata hujan lebat tiba-tiba datang diikuti dengan petir yang bergemuruh bahkan sekarang kamarnya terasa gelap.
Ia pun membuka matanya, ia melihat sekeliling semuanya nampak gelap. Ia yakin sekarang sedang mati lampu. Suara petir yang menyambar berkali- kali serasa membengkakkan telinga Tabitha, ia ketakutan. Jika saja dia bersama orang tuanya sudah pasti daddy nya akan kekamar Tabitha dan menenangkannya. Namun sekarang ia hanya sendiri di mansion sebesar ini.
Ia mengambil handphone nya dan mulai mencari nama Arthur dan menghubunginya. Namun lagi-lagi tak ada jawaban. Ia menangis dibalik selimut dan memeluk lututnya erat.
Tak berselang lama ia merasa ada seseorang yang membuka pintu kamarnya ia tak berani untuk memeriksa siapa itu ia semakin ketakutan dan kembali memeluk lututnya dibalik selimut tebalnya.
Orang itu semakin dekat hingga Tabitha merasa ranjangnya bergerak tak seberapa lama ia merasa sebuah lengan besar memeluk perutnya possessive sama seperti yang dilakukan daddy nya setiap di keadaan seperti ini. Tabitha membalikkan tubuhnya memeluk pria itu dengan erat tanpa ada niatan untuk melepaskannya. Ia mulai tenang dan berucap pelan.
"Daddy jangan tinggalin Tata sendiri lagi, Tata takut," lirihnya.
Mendengar itu Arthur semakin mempererat pelukannya dan mengecup pelan kepala Tabitha. Mereka pun akhirnya terbawa oleh mimpi mereka masing-masing.
***
Pagi datang namun kedua insan yang saling memeluk di atas ranjang itu belum juga terbangun dari mimpinya. Hingga akhirnya Tabitha bangun terlebih dahulu ia merasa kehangatan yang selama ini ia rindukan dari sosok daddynya kembali padanya. Namun saat ia mengangkat kepalanya ia terkejut bukan main pasalnya pria yang semalam dia peluk bukanlah daddy nya melainkan Arthur, suaminya sendiri. Tabitha memperhatikan pahatan wajah Arthur, Tabitha merasa Arthur adalah pria yang sangat tampan rahangnya yang tegas dan matanya yang tertutup begitu damai untuk dipandang, dan sialnya Tabitha malah betah untuk memperhatikan pahatan yang sempurna dari suaminya itu.
"Sudah puas memandang suamimu ini?" tanya Arthur tiba-tiba yang sukses membuat Tabitha kaget bukan main.
"Enggak Om aja kepedean."
"Kalau iya juga nggak papa Ta, lagian kamu itu istri saya kalau kamu mau liat seluruh tubuh saya juga nggak papa," ucap Arthur tanpa malu.
"Apaan sih om mesum banget udah ah, Tata mau mandi terus sekolah."
Tabitha pun keluar dari selimutnya dan memasuki kamar mandinya dia berdiri di pintu kamar mandi sambil menormalkan degub jantungnya. “Ngapain sih, pagi-pagi udah disuguhkan pemandangan kek gitu!"
"Tapi Om Arthur ganteng banget yah," lanjutnya.
"Ngapain gue jadi muji tuh orang!" ujar Tabitha sambil menoyor kepalanya sendiri.
***
Setelah selesai mandi dan bersiap Tabitha keluar dari kamar dan menuju ke meja makan di sana sudah tersaji berbagai makanan namun ia bingung siapa yang memasaknya. Akhirnya ia pun duduk di hadapan Arthur. “Ini siapa yang masak?"
"Saya," ujar Arthur.
"Oh ya? Jadi Om bisa masak? Wah multitalenta banget sih," ujar Tabitha.
Ia pun mengambil nasi dan beberapa lauk serta langsung melahap makanan yang tersedia di piringnya. "Enak," ujar Tabitha.
Setelah itu hening tak ada suara diantara kedua orang itu hanya ada suara sendok dan piring saja yang bertabrakan di meja makan. Akhirnya Tabitha pun berangkat sekolah diantar oleh Arthur. Seperti biasa Tabitha akan meminta diturunkan di depan gerbang dan tak memperbolehkan Arthur membawa super car nya memasuki halaman sekolah ia takut teman-temannya curiga pada hubungannya dengan Arthur De Lavega.
Ia pun berpamitan pada Arthur dan Arthur seperti biasa akan mencium kening Tabitha, dan Tabitha. Jangan ditanya lagi dia selalu blushing jika Arthur melakukan itu. Ia bergegas memasuki kelas dan duduk di bangkunya bersama Fitri.
Saat mereka tengah asik sibuk mengobrol tiba-tiba Diana melihat sesuatu di leher Tabitha yang ia yakini bukan gigitan serangga.
"Tata, itu leher lo kenapa? Kok merah gitu sih?" tanya Diana.
"Masa sih?” tanya Tabitha.
Amel yang merasa penasaran pun akhirnya melihat ke arah leher kiri Tabitha dan ia pun membulatkan matanya.
"Ta, itu bekas apaan?" tanya Amel.
"Mana?" tanya Tabitha masih santai.
"Nih ambil!" suruh Fitri memberikan cermin kepada Tabitha.
Tabitha pun mengambil cermin tersebut dan melihat tanda yang ketiga sahabatnya maksud, awalnya ia nampak biasa saja dan mengira itu hanya gigitan serangga walaupun bentuknya membingungkan sebab tanda itu lebih besar. Hingga Fitri mengatakan sesuatu kepada Tabitha yang sukses membuatnya sport jantung.
"Ta! Itu cupang!!" sentak Fitri.
Tabitha mengingat kejadian tadi malam dimana dia tidur seranjang dengan Arthur. Ia yakin suami sintingnya-lah yang melakukan ini padanya. Ia menyumpah serapahi tindakan kurang ajar dari suaminya dan berjanji untuk akan membalas ini pada Arthur. Sementara itu Diana yang menggunakan syal hari ini memberikan syal itu kepada Tabitha untuk menutupi bekas kissmark-nya.
"Lo harus ceritain semuanya sama kita bertiga Ta!" peringat Amel.
"Iya gue pasti bakal ngomong tapi nggak hari ini karena gue mau balas dendam sama tuh orang!" desis Tabitha.
"Awas yah Om, Om udah bikin Tata malu hari ini Tata nggak bakal ampuni Om. Tata bakal jambak tuh rambut Om terus sekalian bakal nonjok Om ampe babak belur!" batin Tabitha.
••••
TO BE CONTINUED....
"Om!" teriak seseorang sembari membuka pintu ruang kerja Arthur kasar, sontak membuat Brian dan Arthur hampir terkejut."Kenapa?" tanya Arthur tanpa menoleh pada Tata."Kenapa? Om nggak tau apa yang udah om lakuin ke Tata?" jawab Tata sambil melangkah dan duduk di hadapan Arthur tanpa mempedulikan Brian. Arthur menatap Brian seolah memberitahu untuk meninggalkan ia dan istrinya, Brian pun mengerti dan langsung berdiri lalu bergegas untuk pergi namun."Brian, tetap di situ Tata mau Brian jadi saksi!" ucap Tabitha penuh penekanan.Arthur menganggukkan kepalanya pertanda agar Brian menuruti perintah Tata. "Jadi om bener-bener nggak tau maksud Tata?" tanya Tabitha."Emangnya apa yang sudah saya lakukan?" tanya Arthur polos."Om!" entak Tata sambil sedikit menggebrak meja Arthur yang sukses membuat Arthur mendongakkan kepalanya."Apa?" ucap Arthur lembut."Nih liat, ini semua perbuatan om kan?" ucap Tabitha sambil menunjukkan bekas merah di lehernya."Masa sih?" tanya Arthur menahan tawan
Hari ini Tabitha dijemput oleh Arthur karena supir Brian tak bisa menjemputnya, dan di sinilah Tabitha sekarang tepat di depan pagar sekolahnya namun setelah lima menit menunggu Arthur belum juga menjemputnya tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya."Hai, nungguin jemputan ya?" tanya si pria yang seumuran dengannya."Eh, Clark bikin kaget aja, iya nih lagi nungguin jemputan. Tumben lo pulang jam segini?" tanya Tabitha."Lo gimana sih Ta, biasalah gue kan harus latian basket dulu. Lo lupa ya?" tanya Clark."Eh iya, abisnya lo cute banget sih kayak oppa Korea jadi kan fokus gue teralihkan," ujar Tabitha diikuti cengiran kudanya."Ah, lo mah bisa aja. Pulang bareng aja yuk ini udah jam lima loh udah sore nggak baik cewek nunggu disini sendirian lagi. Ketahuan banget jomblonya," ucap Clark."Lagian kalo lo mau juga gue siap kok jadi cowok lo," lanjut Clark yang sukses membuat Tabitha tegang. Pasalnya ia pun mengharapkan untuk menjadi kekasih Clark. Dia mencintainya, namun karena pernikahan
"Ta, sudahkah kita hentikan acara peluk memeluk ini? Aku lapar," ucap Arthur diikuti cengiran kudanya."Ah, iya Tata lupa masak. Tunggu disini Tata mau ambil dulu.""Tak usah cukup lepaskan saja pelukan mu, lalu duduklah di sampingku aku akan memanggil maid ke sini." Tabitha pun akhirnya melepaskan pelukannya pada Arthur dan duduk tepat di sebelah Arthur. Arthur segera mengambil ponselnya dan tak lama berselang pintu terbuka. Tabitha sedikit kaget karena sepengetahuannya Arthur sudah mengunci pintu kamarnya. Di tengah keterkejutan Tabitha seorang maid membawa beberapa makanan dan mempersilakan Tabitha dan Arthur untuk menikmati hidangannya. Tabitha masih bingung dengan apa yang terjadi disini. "Kau tak usah bingung, aku tau kau sedang memikirkan dari mana datangnya maid-maid itu kan? Dan mengapa pintunya bisa dibuka?" tebak Arthur yang diikuti anggukan Tabitha."Aku sudah mengatur semua kegiatan di mansion ini. Jadi apapun bisa aku lakukan dan aku liat dari ponselku saja.""Fanta
Tabitha terganggu dalam tidurnya saat mendengar seseorang bercakap dengan menaikkan suaranya. Ia terbangun dari tidur nyenyaknya dan mendapati diri dalam sebuah ruangan asing. Ia panik, dalam pikirannya hanya ada satu pertanyaan, dimana dirinya sekarang? Tabitha mendekati suara orang tersebut namun ia sedikit terkejut karena seseorang yang sedang berteriak adalah suaminya, Arthur."BAGAIMANA BISA GUDANG TERBAKAR! DAN BAGAIMANA SI BRENGSEK ITU BISA MEMBAKARNYA! BUKANYA KALIAN SUDAH MENJAGANYA! JAWAB AKU ALEXANDER!" teriak Arthur sembari menghajar orang di depannya."Maafkan kami bos, Damian menyamar jadi kami kurang waspada," ujar orang tersebut.Tabitha hanya bisa menutup mulutnya saat mendapati Arthur menodongkan sebuah pistol tepat dikening orang itu."Hancurkan gudang si bedebah itu sekarang! Jangan sampai dia menyelamatkan apapun dari gudang itu! Jika tidak akan kupastikan kepala semua anak buahmu yang jadi gantinya," final Arthur sembari mengeluarkan seringaian nya. Arthur berb
BAB 08 : CEMASKeesokannya Arthur terbangun dari tidurnya ia merasa sangat pusing tapi dia tetap memaksa untuk pergi bekerja. Arthur menuruni tangga dan berakhir di meja makan. Disana sudah ada Tabitha yang menekuk wajahnya."Hai, What Happen with my little wife?" tanya Arthur."Kenapa Om usir Tata kemaren? Apa karna Tata udah ngelanggar omongan om Arthur buat nggak pergi ke club?""Kamu salah, aku tak pernah marah padamu hanya___""Dia takut tak bisa mengendalikan nafsunya saat dibawah obat perangsang Ta," lanjut Brian yang tiba-tiba datang."Brian benar aku tak bermaksud mengusirmu kemarin, aku tak ingin menyakitimu Ta," terang Arthur.Mendengar perkataan Arthur, Tabitha merasa tersentuh karena Arthur rela tersiksa kemarin daripada menyakiti dirinya. Ia pun berjalan kearah Arthur dan memeluknya.“Makasih Om.""Okey Tabitha sepertinya kamu harus pergi sekolah jika tidak kau akan
Setelah kepergian Arthur handphone Tata yang berlogo apel tergigit itu berdering, ia melihatnya tertera nama Diana di sana ia pun mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. "Hai, kenapa lo gangguin gue?""Ta, lo tau hari ini Clark ulang tahun, dia bilang dia udah usaha ngehubungi lo tapi lo gak jawab.""Iya, karna gue udah ngeblokir nomer Clark.""What?!" sentak Diana di seberang."Kenapa?""Okey whatever sekarang lo siap siap gih, solanya Clark bilang dia mau jemput lo.""Gue nggak mau dateng.""Ya ngomong sendiri lah sama orangnya.""Terserah!" Di tengah perbincangan itu seorang maid datang menghampiri Tabitha. "Nyonya maaf, ada seseorang di luar katanya teman nyonya.""Siapa?""Pria yang sama seperti tadi pagi.""Baiklah terimakasih," ujar Tabitha diikuti oleh kepergian maid itu."Gue bilang juga apa Clark bakal jemput lo," ujar Diana, Tabitha pun makin kesal dibuatnya."Berisik lo!" sentak Tata menutup panggilan itu.Tabitha berjalan dengan kesal menghampiri pintu mansion nya.
Maldives "Sai chi ha sabotato il mio jet?" tanya sang pria angkuh.Sedangkan pria lain di hadapannya berdiri mematung pasalnya jika bossnya sudah berbicara bahasa asli kelahirannya itu artinya ia dalam mode angkuh dan sadisnya."Not Sir.""Prenditi cura di tornare in Indonesia.""Yes sir," ujar sang ajudan meninggalkan tuannya.***Jakarta, IndonesiaPagi ini Tabitha terbangun masih dengan mata sembabnya seperti kemarin malam, ia berjalan keluar dari kamar suaminya dan berakhir di sofa, tak lama ketiga temannya datang menghampirinya. "Ta, gue pamit dulu yah kita-kita mau pulang dulu takut dicariin nyokap di rumah, tapi kita janji bakal ke sini lagi okey," ujar Diana."Oke.""Lo serius nggak papa ditinggal?" tanya Amel khawatir."Gue nggak papa, makasih mau nemenin semalem.""It's okey Ta," lanjut Amel.Mereka pun memeluk Tabitha bergantian dan melangkahkan kaki mereka keluar mansion megah sahabatnya itu."Nyonya sarapan sudah siap," ujar Karin."Tak apa kalian sarapan saja duluan aku
Arthur tetap berjalan mengabaikan pertanyaan Tabitha yang sedikit mencuri perhatiannya, saat ia sampai ke dalam kamar Tabitha ia menurunkan tubuh mungil itu dari gendongannya, tak lama dr. Ryan datang dan memeriksa Tabitha."Luka tembaknya tidak terlalu dalam tapi mungkin kau harus sering memperhatikannya karna sialnya ia tertembak di lengan kanan Arthur.""Apa itu berbahaya?" tanya Arthur."Jangan berpura-pura bodoh Arthur kau paling mengerti masalah tembak-menembak," ujar Ryan berbisik.Setelah itu ruangab hening, dokter Ryan pun hendak Pergi dan diantar Arthur namun tangan kecil yang melingkar di lengan kanan Arthur menghentikan langkahnya" Tata nanya om," ujarnya polos.Arthur menempelkan jari telunjuknya ke kuping dan mulai bicara."Halo, Brian bisa kau ke mansion ku sekarang? Ada yang ingin ku bicarakan," ujar Arthur."Aku akan ke sana Arthur." "Baiklah," ujarnya menutup telepon dengan teknologi Sgnl itu.Arthur menududukkan badannya berhadapan dengan Tabitha yang masih memega
Arthur membalikkan tubuhnya menatap anak buahnya."Pekerjaan kita selesai, batalkan semua misi untuk satu tahun ke depan. Anggap saja itu cuti untuk kalian."Alexander dan Matthew sama-sama melebarkan senyumnya. Mereka saling pandang hingga. "YES, SIR," jawab mereka dengan tawa lebarnya.Brian yang gemas pun langsung menjitak kepala Matthew dan Alexander silih berganti. "Hai besok cutinya! Sekarang siapkan jet. Biss kita ingin pulang!""Sure!" Alexander dan Matthew langsung melaksanakan perintah Brian. Meninggalkan Brian dan Arthur.Arthur meraih cerutunya dan menghidupkannya. "Kau yakin?""Kau takut kekayaanku habis?""Tak mungkin!""Sudahlah Brian, ini cuti kita.""Ya, jika kau sudah berkata seperti itu aku bisa apa."Arthur terkekeh pelan, mereka pun sama-sama menikmati angin malam dengan cerutu yang saling terselip dibibir mereka.***5 tahun kemudian"Kakak! Kembalikan ice creamku!!" sentak bocah perempuan yang mengejar kakaknya."Kejarlah, ambil sendiri. Dasar lambat!" ejek boca
Keesokan paginya Arthur membuka matanya perlahan tubuhnya merasakan terpaan napas di tubuhnya, siapa lagi jika bukan istrinya.Tabitha menggeliat dari tidurnya saat merasakan telapak tangan besar suaminya yang membelai perlahan pipinya. Perlahan kedua kelopak mata Tabitha yang tertutup kini terbuka lebar. Ia menatap sang suami yang juga tengah menatapnya. "Apa?" tanya Tabitha saat mendapati tatapan aneh dari Arthur."Kau sangat cantik, sungguh," ucap Arthur dengan tampang serius."Dasar perayu!" rutuk Tabitha seraya bangkit dari baringannya dan ia pun menepuk bahu Arthur yang ternyata terdapat lebam disana.Langsung saja Arthur meringis merasakan nyeri yang menyerpa bahunya akibat tepukan dari Tabitha."Maafkan aku," sesal Tabitha dengan mengelus pelan bahu Arthur."Tak apa.""Baiklah."Tabitha kembali dengan niatan awalnya yaitu membersihkan dirinya.Arthur menatap punggung Tabitha yang mulai menjauh, ia melirik kearah nakas, tangannya meraih laptop dan mulai menghidupkannya.Jari ta
Arthur dan Tabitha sama-sama memasuki mansion dengan beriringan, Arthur dengan menggendong Leonardo di dalam dekapannya, sesekali mencium puncak kepala putranya yang tengah terlelap tidur. Sedangkan Tabitha menggendong Fiorella.Arthur menghentikan sejenak langkah kakinya dan menatap Tabitha lekat. "Aku akan ke kamar dulu, menidurkan Leo," ucap Arthur disambut anggukan pelan oleh Tabitha."Aku akan menunggu disini." Arthur mengangguk pelan, ia pun kembali melanjutkan jalannya menaiki kamarnya.Arthur berdiri di samping ranjang, dan ia pun menurunkan tubuh Leonardo ke atas ranjang."Daddy sangat menyayangimu Leo, Daddy bersyukur kau baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padamu, Daddy tak akan bisa memaafkan diri Daddy sendiri," bisik Arthur tepat di depan dahi Leonardo dan kembali mengecup dahi putranya lembut.Arthur memperjarak antara dirinya dan putranya, ia kembali membelai surai putranya. Arthur terus menatap gurat wajah Leonardo, masih ada setitik rasa trauma pada diri seorang Art
Ditempat lain Arthur masih berusaha mengejar Damian dengan boatnya. Arthur menekan telunjuknya di telinga dan langsung tersambung dengan Brian. "Brian!""Ya?""Bagaimana keadaan di sana?""Kelompok Damian sedikit memimpin tapi lima menit lagi pasukan yang lain datang ditambah dengan anak buah Thomas, kurasa kita akan menang.""Bagus, kau lihat keadaan Tabitha?""Aku tak terlalu memperhatikan mereka, tapi sepertinya semuanya baik. Bukanya itu tugas Matthew dan Laura?""Ya, baiklah sekarang susul aku. Aku akan berusaha menghentikan Damian.""Dimana?""Laut, munuju kota.""Baiklah Arthur, aku segera ke sana.""Baiklah."Arthur melepaskan telunjuknya dan kembali fokus mengikuti yacht milik Damian. Tak lama tanpa diduga Arthur langsung dihujani oleh peluru yang dilesatkan dari yacht milik Damian, ia yakin musuh bebuyutannya itu telah menyadari bahwa sedari tadi sudah diikuti oleh Arthur.Arthur melihat yacht itu berhenti dan semakin menghujani Arthur dengan peluru dan beberapa granat. Arth
Damian meraih ponselnya yang berbunyi, pria itu memeriksa si penelepon yang ternyata adalah anak buahnya."Markas FBI kosong sekarang boss hanya ada beberapa dari mereka yang masih berada disini.""Dimana sisa pasukan?""Kita sudah bersiap untuk menyerang.""Tunggu aku, aku akan langsung ke kota sekarang.""Baik."Damian mematikan sambungan teleponnya, dan menatap Tabitha yang masih memeluk erat Leonardo."Well, kita lihat. Seberapa cepat suamimu menyelamatkan dunia setelah aku mendapatkan disk itu," ucap Damian dengan nada sombongnya."Sebelum kau mendapatkan disk itu, Arthur terlebih dahulu membunuhmu Damian!""Ucapanmu sangat pedas, dengar kau hanyalah wanita kecil yang tak tau apapun tentang dunia. Jadi jangan pernah mencoba untuk menghinaku.""Aku sudah terlebih dahulu menghinamu Damian!!""And uncle lebih baik kau pergi sebelum Daddy datang dan membunuhmu!!" ucap Leonardo lantang bahkan anak itu mengangkat wajahnya menatap Damian tanpa ada rasa takut sedikit pun di matanya."Wel
Tiga bulan kemudian ....Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya seharian ini, pria itu sedikit tidak fokus. Entahlah tapi seperti ada yang mengganggunya hari ini. Tadi sebelum berangkat ia merasa seperti tak ingin meninggalkan Tabitha dan kedua anaknya tapi karena ada agenda dengan klien salah satu perusahaan besar dari Eropa akhirnya ia pun tetap bekerja hari ini. "Aku tak bisa tenang!" rutuk Arthur tajam.Arthur membuka ponselnya dan menelepon Tabitha. "Hallo?""Ya?""Sedang apa?""Aku sedang jalan menjemput Leo.""Kau tak apa?""Ya aku baik.""Ta, kau bersama bodyguard kan?""Arthur tenang lah aku baik, Alexander bahkan ada di depanku.""Baiklah.""Ada apa?""Entahlah, aku hanya sedikit merasa tak enak.""Tenanglah aku baik.""Fio?""Bersama Madam Rose, putrimu itu sangat baik dia sangat tenang.""Ya, baguslah.""Aku sudah sampai, aku tutup dulu Arthur.""Ya.""Bye, I love you.""Love you too." Arthur menutup ponselnya lalu meletakkannya di atas meja. Pria itu menyandarkan kepalan
7 bulan kemudian...Arthur menatap Tabitha yang tengah memakan snack ditangan kanannya seraya menonton acara reality show di TV. Wanita itu terlihat sangat berbeda dari kehamilan pertamanya, ia tak mengalami morning sickness begitupun dengan dirinya. Bahkan Tabitha tak meminta apapun ditengah kehamilannya. Hal itu sedikit mengganggu pikiran Arthur, Apa kehamilan istrinya normal? Batin Arthur."Ta?""Iya?""Apa kau tak menginginkan sesuatu?""Tidak," jawabnya dingin, dan ya. Selama kehamilan Tabitha wanita itu sangat irit bicara bahkan terkesan dingin. Ia hanya berbicara panjang saat ia berhadapan dengan Leo sementara dihadapannya? Tabitha tampak sangat cuek."Bukanya wanita hamil akan mengidam?""Memangnya jika aku tak mengidam kenapa?""Tidak aku hanya sedikit merasa aneh.""Oh, jadi kehamilanku aneh?""Bukan begitu maksudku.""Baiklah aku sedang ingin ..." Tabitha mengetukkan jarinya didagu seolah berpikir keras lalu."Ya!""Apa?" tanya Arthur tak kalah semangat."Aku ingin kau mem
Tabitha menggeliat perlahan kala sepasang tangan mungil mengguncang tubuhnya. Wanita itu membuka matanya dan menangkap sosok pria kecil yang begitu ia cintai, Leonardo."Ada apa Leo?" tanya Tabitha dengan suara serak khas orang yang bangun tidur."Ayo bangun Mom, Daddy sudah menunggu kita di luar.""Memangnya kenapa?""Daddy bilang, Daddy sedang membuat kejutan untukku. Tapi itu hanya akan Daddy tunjukkan saat Mommy juga ada di sana.""Baiklah Mommy mandi dulu.""Oke Leo tunggu."Tabitha pun tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya menanggapi sikap keras kepala yang sangat dominan pada putranya. Ia pun perlahan menuruni ranjang dan ia memulai ritual mandinya.Lima belas menit berlalu Tabitha pun sudah menyelesaikan acara mandinya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menjalankan kakinya kearah walk in closet. Wanita itu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang formal. Setelah dirasa sudah siap ia pun keluar dan mendudukkan tubuhnya di meja rias. Wanita itu memoles wajahnya dengan ria
Pukul tujuh malam keluarga itu berkumpul untuk makan malam, Leonardo selalu mengoceh disaat makan anak itu terus membahas agendanya selama dia disini. Sementara Tabitha, wanita itu memilih untuk diam. Ia hanya menikmati hidangan yang ada di depannya hal itu pun tak luput dari perhatian Arthur. Arthur pun menggenggam tangan kanan sang istri lalu tersenyum simpul. "Ada apa?""Tidak.""Kenapa kau tampak tak berselera?""Tidak, aku menikmatinya.""Serius?" tanya Arthur memastikan."Iya, aku tak apa Arthur," ujarnya lagi.Pukul delapan malam Arthur memasuki kamar Leo untuk menemani anak itu tidur, seperti biasa Arthur akan membacakan cerita yang ingin didengar oleh putranya sedangkan sang istri sudah lebih dahulu memasuki kamar.Setelah lima belas menit menemani Leonardo tidur, Arthur pun akhirnya keluar untuk menemui sang istri. Saat Arthur membuka pintu tampaklah Tabitha tengah memainkan ponselnya di atas ranjang. Wanita itu belum menyadari kehadiran Arthur di dalam kamar. Arthur yang pa