Share

Bab 7

Author: NitNoth
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tubuh Elina menggigil karena basah kuyup. Gadis imut itu paling tak bisa berlama-lama terkena air, dia bisa pingsan karena kedinginan.

Tak tega melihat bibir Elina yang sudah pucat, Aland membawa Elina masuk ke dalam rumahnya.

"Ma ...!" Aland memanggil Mamanya.

Nyonya Anita panik melihat keadaan Elina yang sudah pucat karena kedinginan.

"Astaga Aland kenapa bisa begini sih, kamu cepet bikinin Elina teh panas. Mama mau mengganti bajunya Elina dulu," perintah Nyonya Anita.

Nyonya Anita merangkul tubuh Elina yang basah, dia mengajak Elina masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu pakai ini ya." Nyonya Anita memberikan bajunya kepada Elina.

"Terima kasih Mama." Elina mengambil baju itu dari Nyonya Anita, dan segera Elina mengganti bajunya.

"Maaf ya, bajunya jelek, tapi kamu tetap terlihat cantik kok, tenang saja," puji Nyonya Anita. Elina mengenakan dress berwarna cokelat selutut miliknya.

Meskipun modelnya bukan model anak muda, tapi potongan baju itu sangat pas di tubuh mungil Elina. Dia terlihat sederhana dan natural dengan baju yang dia kenakan itu.

"Mama ini merendah, sudah dipinjami baju saja Elina sudah berterima kasih." Elina tak hentinya tersenyum.

Berada di rumah Aland seperti berasa di surga dunia, Elina sangat betah berada disana. Bahkan jika boleh, Elina ingin tinggal saja di sana.

"Aland mana tehnya!" teriak Nyonya Anita saat melihat meja makan masih kosong.

"Iya, ini sudah kok, Ma." Aland menyahuti dari dapur.

Aland berjalan dari dapur menghampiri Elina dan Nyonya Anita. Mata Elina tak berkedip melihat laki-laki yang sedang membawa segelas teh panas itu.

Elina sangat suka melihat Aland memakai kaos saat berada di rumahnya. Itu membuat Aland terlihat lebih muda.

"Nih minum, makanya kalau gak bisa kena dingin itu jangan sok mau bantu, pakai main segala lagi, begini kan akhirnya." Aland memarahi Elina yang selalu bertingkah seperti anak kecil.

"Kamu ini, sudah dibantu bukannya terima kasih malah ngomel gak jelas." Elina jadi kesal dengan CEO tampan itu.

"Hei ... sudah, Elina ayo minum tehnya, dan kamu Aland cepat ganti baju kamu dan antar Elina pulang setelah ini." Nyonya Anita memberi perintah kepada keduanya.

"Tapi Ma, kenapa harus Aland sih yang antar dia pulang, biarlah dia pulang sendiri," tolak Aland manja.

"Hei Om, kamu yang jemput aku, jadi kamu juga yang harus antar aku pulang!" teriak Elina, dia tak mau tahu, Aland harus mengantar dia pulang.

"Iya dasar bawel!" umpat Aland meninggalkan Elina dan Mamanya.

Elina meneguk habis teh panas yang sudah hangat itu. Teh buatan Aland terasa manis, lumayan bisa menghangatkan tubuh Elina yang kedinginan.

"Maaf ya Elina, pertama kamu main kesini malah jadi basah kuyup begitu." Elina mengelus pundak gadis imut itu.

"Gak apa-apa Mama, justru Elina seneng banget bisa kenalan sama Mama. Mama hangat dan juga friendly." Elina memeluk Nyonya Anita dengan erat.

"Hei ... ngapain peluk Mamaku, ayo lepaskan." Aland menarik tubuh Elina menjauhi Nyonya Anita. "Kamu jangan coba-coba rayu Mama aku ya!"

"Apa sih, Om!" Elina menghentakkan kakinya kesal.

"Tuh kan, berantem lagi, ayo Aland minta maaf ke Elina."

"Kenapa harus minta maaf, Aland gak salah, udah ayo buruan!" Aland menarik tangan Elina agar cepat pulang.

"Sebentar, aku ingin pamitan dengan Mama." Elina memeluk Nyonya Anita dan mencium pipi kanan dan kiri Nyonya Anita bergantian.

"Apa-apaan ini, kenapa kamu panggil Mamaku, Mama, ha!" bentak Aland.

"Bawel, ayo antar aku pulang." Elina menarik tangan Aland. "Bye ... Ma!" Elina melambaikan tangannya ke arah Nyonya Anita.

"Hati-hati Elina, Aland!" pesan Nyonya Anita mengiringi langkah mereka.

"Stop, Om!" Elina menghentikan langkah kaki Aland kemudian menarik tangan Aland ke arah kolam ikan.

"Ngapain sih, kurang kerjaan banget kamu!" bentak Aland tak ingin bermain di kolam ikan.

"Aku suka tempat ini Aland, terutama kolam ikan ini." Gadis itu tersenyum, terlihat sangat polos.

Aland berjongkok mengikuti apa yang Elina lakukan.

"Kamu tahu, dulu waktu aku masih kecil, Mama dan Papa aku sering banget ngajak aku mancing." Elina menceritakan masalalunya.

Aland menemani Elina memberi makan ikan-ikannya. Elina tertawa bahagia saat ikan itu bergerumbul merebutkan makanan yang Elina lempar.

Aland, dia tersenyum melihat Elina. Aland juga tak tahu, kenapa dia sangat menyukai tingkah gadis manis itu.

"Ngapain senyum-senyum, kamu suka aku ya?" tanya Elina meledek Aland.

Aland yang tertangkap basah sedang tersenyum sambil memandangi Elina, dia menjadi gugup.

"Ha ... si-siapa yang senyum, kamu salah lihat mungkin." Terlihat jelas Aland sedang gugup.

"Hei ... wajahmu memerah, Om Aland," ledek Elina, membuat Aland salah tingkah, dia memegangi pipinya yang sama sekali tak merah itu. Elina hanya bercanda saja.

Aland berdiri, dia mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk berkaca. Aland berdiri di samping mobilnya, matanya melihat ke kaca spion memperhatikan wajahnya yang bersemu merah. Sayangnya dia tak menemukan itu.

'Akh ... Elina mengerjai aku,' kesal Aland dalam hati, dia mengacak rambutnya kesal.

Melihat tingkah Aland yang salah tingkah seperti itu membuat Elina tertawa hingga menahan perutnya yang terasa sakit. "Apa yang kamu lakukan, ha ha ha!"

"Kamu membohongi aku kan Elina." tuduh Aland kepada Elina. Jika memang Elina tengah mengerjainya, Aland akan memberi pelajaran untuk Elina.

Elina menghampiri Aland. "Siapa yang sengaja mengerjai kamu, Om. Aku hanya ingin ...."

"Ingin apa, ha!" potong Aland.

Aland, dia berlari mengelilingi taman depan rumahnya mengejar Elina yang sangat usil padanya.

"Hei ... berhenti, Elina!" teriak Aland, dia berhenti dengan nafas yang memburu, Aland sudah tak kuat lagi mengejar Elina yang berlari bak kelinci.

"Ayo Om, cepat tangkap aku, kalau kamu gak bisa, itu artinya kamu memang sudah tua! teriak Elina, setelah itu menjulurkan lidahnya mengejek Aland.

Aland mengatur nafasnya, dia kumpulkan seluruh tenaganya untuk mengejar Elina lagi.

Elina tidak lagi berlari melainkan melangkah kecil menikmati suasana taman rumah Aland yang memang sangat indah.

Aland menangkap tubuh Elina seperti kelinci, langsung di dekapnya tubuh Elina yang sedang lengah itu.

Dada Elina berguncang, saat dada Aland menempel pada punggungnya, rasa hangatnya mejalar merasuk ke hati Elina yang tak pernah merasakan ini sebelumnya.

Aland, dia cinta pertama Elina, orang pertama yang membuatnya jatuh cinta, bahkan orang pertama yang memeluk tubuh Elina.

Elina gugup berada sedekat itu dengan Aland. Dia takut untuk membuka mulutnya, takut untuk berkata.

Elina, untuk sejenak dia membiarkan tubuhnya dalam pelukan Aland, CEO tampan yang sudah mencuri hatinya.

Sementara Aland, dia tak ada niat untuk memeluk tubuh Elian. Dia hanya berusaha menghentikan langkah Elina.

Tapi kecerobohan Aland membuat tubuhnya seakan sengaja memeluk tubuh gadis itu

Related chapters

  • My Dear My CEO   Bab 8

    Aland menatap dalam wajah Elina, dia tahu gadis itu tengah gugup sekarang. Wajahnya bersemu merah, tak biasanya gadis imut itu diam tak bereaksi. Elina, dia memejamkan matanya karena tak sanggup lagi mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang. Di saat matanya terpejam, Elina merasakan ada sensasi yang berbeda di bibirnya. Terasa lembab dan hangat saat Aland menempelkan bibirnya ke bibir lembutnya. Aland, dia mencoba merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Rasa yang hangat dan lembut, yang mampu membuat Aland terhanyut. Bak petir yang menyambar, dengan kuat Aland mendorong tubuh Elina, membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah. "Akh ...!" teriak Aland memegangi bibir bawahnya yang terluka, rasa perihnya mampu membuat dirinya menjadi hilang selera. "Om Aland ... kenapa kamu mendorongku!" teriak Elina, pinggangnya terasa mau patah. Baru saja Elina merasakan pengalaman pertamanya, belum juga puas dia harus mengalami kesakitan di pinggangnya karena

  • My Dear My CEO   Bab 9

    Setibanya di rumah Elina."Sudah sampai, cepat turun!" sungut Aland, setelah menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah Elina.Alih-alih turun, Elina malah memiringkan tubuhnya ke arah Aland. "Om, bukain," rengek Elina melirik ke arah seat belt yang masih melekat pada pinggangnya.Aland mengela nafas. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa ada gadis semanja Elina. Seat belt saja minta dilepaskan."Emangnya kamu nggak bisa buka sendiri, hem? Punya tangan kan?!" Elina tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya. "Bisa sih, cuma males aja. Lagian, ini kan mobilnya Om. Jadi Om lah yang harus bukain."Enggan berdebat dengan gadis cerewet itu, Aland mendekat, sangat dekat bahkan sampai pipinya sampai hampir menyentuh bibir Elina.Tak ingin melewatkan kesempatan, Elina memejamkan matanya, mengendus aroma parfum Aland yang entah kenapa sangat Aland suka. Masa puber benar-benar membuat Elina hampir menggila karena jatuh cinta.Ternyata memang benar apa kata orang, kalau ja

  • My Dear My CEO   Bab 10

    "Pak Aland ... Elina ... kalian ...." Yuan sampai terbengong melihat sang Bos dan Elina yang tampak sangat mencurigakan. Dalam pikiran Yuan, Aland pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak pada Elina. Kalau tidak, tidak mungkin Elina sampai mengatakan kalau Aland orang yang mesum. "Elina, sini!" Yuan menarik tangan Elina. Mengajak gadis itu sedikit menjauh dari Aland. "Ih, Mbak Yuan sebentar, aku belum selesai sama Om galak ini!" sungut Elina menolak. "Om?" Yuan mengerutkan keningnya. Lalu menoleh ke arah Aland. "Pak Aland ...." "Tunggu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Yuan. Ini semua ... haakh!" Aland mengacak rambutnya, ia menjadi kesal dengan keadaan yang seperti menjebaknya sekarang."Kamu bawa deh Elina pergi. Kemana gitu, atau kamu kasih dia perkerjaan biar dia sibuk. Pusing saya!" sungut Aland lalu masuk ke dalam ruang kerjanya, dan menutup pintunya sedikit lebih keras. "Tidak ada apa-apa. Kembali kerja ya, jangan pada ngerumpi di sini, udah sana-sana!" ucap Yuan

  • My Dear My CEO   Bab 1

    "Woy!" teriak Elina mengejar mobil sedan hitam mengkilat yang tak sengaja mencipratkan air kubangan ke baju putihnya. Elina berlari dengan sepatu heelsnya. Karena tak hati-hati dia tersandung kakinya sendiri hingga tersungkur ke aspal. "Au!" Elina memekik kesakitan, memegangi lututnya yang berdarah. "Hah ... sial banget sih hari ini," keluhnya kesal. Dari kaca spion, Aland melihat seorang gadis yang mengejar mobilnya. Tak tega melihat gadis itu terjatuh Aland keluar dari mobilnya menghampiri Elina. "Kamu mengejar mobil saya?" tanya Aland tanpa basa-basi. Elina mendongakkan kepalanya ke atas mencari sumber suara yang mengingatkan dia akan bajunya yang kotor karena cipratan air kotor tadi. "Heh, kamu gak lihat aku jatuh karena mengejar mobil kamu, bantuin kek, malah diam!" bentak Elina. Dia menutup matanya karena silau. Sinar matahari yang cerah menyilaukan pandangan matanya. Aland, dia mengulurkan tangan kanannya, membantu Elina untuk berdiri. "Ada perlu apa mengejar mobilku!"

  • My Dear My CEO   Bab 2

    Hawa dingin di pagi hari menguliti wajah Elina. Dia mengusap wajahnya lembut dengan kedua telapak tangannya. Mengusap berkali-kali hingga menimbulkan hawa hangat di sekitar wajahnya. Hari ini, Elina sengaja berangkat lebih pagi. Setengah jam sebelum jam kerja, dia sudah harus duduk manis di ruangannya, menunggu kedatangan CEO tempat dia magang. Dia tidak ingin lagi telat dan menjadi sasaran omelan Aland. "Pagi ... Pak Aland," sapa Elina menyambut kedatangan Aland, sang CEO tampan. Tak membalas sapaan Elina, Aland hanya memandang dingin ke arah gadis imut itu. "Dasar sombong!" gerutu Elina. Sialnya telinga Aland cukup tajam untuk mendengar itu semua. "Kamu bicara apa, Elina?" Elina mendongakkan kepalanya melihat Aland sudah berdiri di hadapannya. Elina terlihat bingung mencari alasan apa yang tepat untuk dia utarakan. "Tidak Pak, saya tidak bicara apa-apa." Elina menarik bibirnya paksa, melukiskan senyuman palsu agar tak terlihat gugup di hadapan Aland. "Jelas-jelas saya mendeng

  • My Dear My CEO   Bab 3

    Elina gadis imut pemilik hidung kecil mancung itu berdiri di samping pintu ruang meeting. Dia merapikan rambut hitam lurus sepunggungnya saat melihat Aland berjalan mendekat ke arahnya. Bibir tipis yang selalu di polesnya dengan lipstik berwarna nude itu tersenyum menyambut Aland yang lewat di hadapannya. "Selamat siang, Pak Aland," sapa Elina dengan ramah. Aland hanya melirikkan matanya tak menghiraukan gadis berponi depan itu. "Sudah sombong anak Mama lagi," sinis Elina mengikuti langkah kaki Aland dari belakang. Meskipun dia kesal karena diabaikan CEO tampan itu, tapi tetap saja Elina mengagumi sosok Aland yang kharismatik itu. Aland, membalikkan badannya, langkahnya membawa dia mendekat ke arah Elina memandang kesal kepada gadis berwajah imut itu. "Siapa yang kamu bilang anak Mama, Elina?" tanya Aland dengan matanya yang memicing. "Bapak lah, siapa lagi!" kesal Elina. Aland semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Elina yang bersandar pada dinding. Aroma parfum maskulin yang

  • My Dear My CEO   Bab 4

    "Mas ... yang bayar Om galak ini ya!" teriak Elina kepada petugas dibagian kasir. "Hei ... Dasar bocah ingusan!" teriak Aland. Elina berlari meninggalkan Aland membayar makanan yang sudah dia makan. "Ba!" Elina mengageti Aland yang baru saja keluar. Tapi bukannya kaget Aland malah mengumpat dengan kesal. "Dasar bodoh, kamu tidak lihat di sini kaca transparan, mau kamu ngumpet pun kelihatan!" ketus Aland menanggapi canda Elina yang sama sekali tak lucu buatnya. "Om ... kamu tidak mau menggandeng tanganku?" Elina mendongakkan pandangannya memberikan pertanyaan yang malas Aland jawab. "Om ... kenapa diam? Om marah?" Elina terus menggoda Aland. "Elina, diamlah!" bentak Alend. Aland tidak mau wibawanya hancur karena si usil Elina selalu saja memanggil dirinya Om. Elina yang iseng terus mengekori Aland, kemanapun dia pergi Elina ada di belakangnya. "Kamu tidak ada kegiatan lain selain mengikuti aku, Elina?" bentak Aland kesal. "Siapa yang ngikutin, saya itu mau masuk ke ruangan

  • My Dear My CEO   Bab 5

    Libur telah tiba Libur telah tiba Hore ... Hore ... Hore ... Sorak semangat Elina, menggosok tubuhnya dengan puff yang penuh dengan busa yang lembut. Penyanyi kamar mandi itu sedang bahagia hatinya. Semalam Aland menelpon memberikan kabar gembira. Elina membongkar lemari pakaiannya, mengeluarkan satu persatu dress yang dia miliki. Tubuhnya berputar-putar di depan cermin, berganti dress satu dengan dress yang lainnya. Akhirnya setelah mencoba beberapa dress, pilihannya jatuh kepada blose berwarna baby pink dengan celana jeans berwarna putih. Ya memang begitulah Elina, pilihannya tak sesuai dengan apa yang dia coba. Seperti hatinya juga, memilih Sean yang terpaut 10 tahun darinya. Elina duduk di depan cermin, dia bersolek dengan cantiknya. Memakai bedak tipis dengan lipstik warn nude andalannya. Elina terlihat sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Kriiing! Ponselnya berbunyi, nama Aland tertera di layar ponselnya. Dengan cepat gadis imut itu menyelipkan kakinya

Latest chapter

  • My Dear My CEO   Bab 10

    "Pak Aland ... Elina ... kalian ...." Yuan sampai terbengong melihat sang Bos dan Elina yang tampak sangat mencurigakan. Dalam pikiran Yuan, Aland pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak pada Elina. Kalau tidak, tidak mungkin Elina sampai mengatakan kalau Aland orang yang mesum. "Elina, sini!" Yuan menarik tangan Elina. Mengajak gadis itu sedikit menjauh dari Aland. "Ih, Mbak Yuan sebentar, aku belum selesai sama Om galak ini!" sungut Elina menolak. "Om?" Yuan mengerutkan keningnya. Lalu menoleh ke arah Aland. "Pak Aland ...." "Tunggu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Yuan. Ini semua ... haakh!" Aland mengacak rambutnya, ia menjadi kesal dengan keadaan yang seperti menjebaknya sekarang."Kamu bawa deh Elina pergi. Kemana gitu, atau kamu kasih dia perkerjaan biar dia sibuk. Pusing saya!" sungut Aland lalu masuk ke dalam ruang kerjanya, dan menutup pintunya sedikit lebih keras. "Tidak ada apa-apa. Kembali kerja ya, jangan pada ngerumpi di sini, udah sana-sana!" ucap Yuan

  • My Dear My CEO   Bab 9

    Setibanya di rumah Elina."Sudah sampai, cepat turun!" sungut Aland, setelah menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah Elina.Alih-alih turun, Elina malah memiringkan tubuhnya ke arah Aland. "Om, bukain," rengek Elina melirik ke arah seat belt yang masih melekat pada pinggangnya.Aland mengela nafas. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa ada gadis semanja Elina. Seat belt saja minta dilepaskan."Emangnya kamu nggak bisa buka sendiri, hem? Punya tangan kan?!" Elina tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya. "Bisa sih, cuma males aja. Lagian, ini kan mobilnya Om. Jadi Om lah yang harus bukain."Enggan berdebat dengan gadis cerewet itu, Aland mendekat, sangat dekat bahkan sampai pipinya sampai hampir menyentuh bibir Elina.Tak ingin melewatkan kesempatan, Elina memejamkan matanya, mengendus aroma parfum Aland yang entah kenapa sangat Aland suka. Masa puber benar-benar membuat Elina hampir menggila karena jatuh cinta.Ternyata memang benar apa kata orang, kalau ja

  • My Dear My CEO   Bab 8

    Aland menatap dalam wajah Elina, dia tahu gadis itu tengah gugup sekarang. Wajahnya bersemu merah, tak biasanya gadis imut itu diam tak bereaksi. Elina, dia memejamkan matanya karena tak sanggup lagi mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang. Di saat matanya terpejam, Elina merasakan ada sensasi yang berbeda di bibirnya. Terasa lembab dan hangat saat Aland menempelkan bibirnya ke bibir lembutnya. Aland, dia mencoba merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Rasa yang hangat dan lembut, yang mampu membuat Aland terhanyut. Bak petir yang menyambar, dengan kuat Aland mendorong tubuh Elina, membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah. "Akh ...!" teriak Aland memegangi bibir bawahnya yang terluka, rasa perihnya mampu membuat dirinya menjadi hilang selera. "Om Aland ... kenapa kamu mendorongku!" teriak Elina, pinggangnya terasa mau patah. Baru saja Elina merasakan pengalaman pertamanya, belum juga puas dia harus mengalami kesakitan di pinggangnya karena

  • My Dear My CEO   Bab 7

    Tubuh Elina menggigil karena basah kuyup. Gadis imut itu paling tak bisa berlama-lama terkena air, dia bisa pingsan karena kedinginan. Tak tega melihat bibir Elina yang sudah pucat, Aland membawa Elina masuk ke dalam rumahnya. "Ma ...!" Aland memanggil Mamanya. Nyonya Anita panik melihat keadaan Elina yang sudah pucat karena kedinginan. "Astaga Aland kenapa bisa begini sih, kamu cepet bikinin Elina teh panas. Mama mau mengganti bajunya Elina dulu," perintah Nyonya Anita. Nyonya Anita merangkul tubuh Elina yang basah, dia mengajak Elina masuk ke dalam kamarnya. "Kamu pakai ini ya." Nyonya Anita memberikan bajunya kepada Elina. "Terima kasih Mama." Elina mengambil baju itu dari Nyonya Anita, dan segera Elina mengganti bajunya. "Maaf ya, bajunya jelek, tapi kamu tetap terlihat cantik kok, tenang saja," puji Nyonya Anita. Elina mengenakan dress berwarna cokelat selutut miliknya. Meskipun modelnya bukan model anak muda, tapi potongan baju itu sangat pas di tubuh mungil Elina. Dia t

  • My Dear My CEO   Bab 6

    Di sebuah ruangan semi terbuka yang menghadap langsung ke kolam renang. Nyonya Anita, mengajak Elina duduk di set kursi yang terbuat dari anyaman rotan. "Tante dan Aland pasti suka olahraga ya?" tanya Elina saat matanya menangkap beberapa alat olahraga yang tertata rapi di sebelah kiri ruangan itu "Aland aja sih, Tante jarang." "Masak sih, Tan? Kok badan tante masih oke banget," puji Elina mengambil hati Nyonya Anita. "Kamu bisa aja, Tante jarang olahraga berat-berat kaya gitu." Nyonya Anita menunjuk ke arah treadmill dan beberapa barbel yang tertata dengan rapi. Elina berdiri dari duduknya, dia tertarik dengan deretan foto yang menempel pada dinding sebelah kanan ruangan itu. Elina tersenyum saat melihat foto anak kecil berambut panjang setelinga, dengan poni depan yang menutupi kening. "Ini siapa, Tan?" tanya Elina menunjuk foto itu. Nyonya Anita berdiri, berjalan menghampiri Elina. "Itu foto Aland, ini juga foto Aland." Nyonya Anita menunjuk ke foto sebelahnya, wajah yang s

  • My Dear My CEO   Bab 5

    Libur telah tiba Libur telah tiba Hore ... Hore ... Hore ... Sorak semangat Elina, menggosok tubuhnya dengan puff yang penuh dengan busa yang lembut. Penyanyi kamar mandi itu sedang bahagia hatinya. Semalam Aland menelpon memberikan kabar gembira. Elina membongkar lemari pakaiannya, mengeluarkan satu persatu dress yang dia miliki. Tubuhnya berputar-putar di depan cermin, berganti dress satu dengan dress yang lainnya. Akhirnya setelah mencoba beberapa dress, pilihannya jatuh kepada blose berwarna baby pink dengan celana jeans berwarna putih. Ya memang begitulah Elina, pilihannya tak sesuai dengan apa yang dia coba. Seperti hatinya juga, memilih Sean yang terpaut 10 tahun darinya. Elina duduk di depan cermin, dia bersolek dengan cantiknya. Memakai bedak tipis dengan lipstik warn nude andalannya. Elina terlihat sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Kriiing! Ponselnya berbunyi, nama Aland tertera di layar ponselnya. Dengan cepat gadis imut itu menyelipkan kakinya

  • My Dear My CEO   Bab 4

    "Mas ... yang bayar Om galak ini ya!" teriak Elina kepada petugas dibagian kasir. "Hei ... Dasar bocah ingusan!" teriak Aland. Elina berlari meninggalkan Aland membayar makanan yang sudah dia makan. "Ba!" Elina mengageti Aland yang baru saja keluar. Tapi bukannya kaget Aland malah mengumpat dengan kesal. "Dasar bodoh, kamu tidak lihat di sini kaca transparan, mau kamu ngumpet pun kelihatan!" ketus Aland menanggapi canda Elina yang sama sekali tak lucu buatnya. "Om ... kamu tidak mau menggandeng tanganku?" Elina mendongakkan pandangannya memberikan pertanyaan yang malas Aland jawab. "Om ... kenapa diam? Om marah?" Elina terus menggoda Aland. "Elina, diamlah!" bentak Alend. Aland tidak mau wibawanya hancur karena si usil Elina selalu saja memanggil dirinya Om. Elina yang iseng terus mengekori Aland, kemanapun dia pergi Elina ada di belakangnya. "Kamu tidak ada kegiatan lain selain mengikuti aku, Elina?" bentak Aland kesal. "Siapa yang ngikutin, saya itu mau masuk ke ruangan

  • My Dear My CEO   Bab 3

    Elina gadis imut pemilik hidung kecil mancung itu berdiri di samping pintu ruang meeting. Dia merapikan rambut hitam lurus sepunggungnya saat melihat Aland berjalan mendekat ke arahnya. Bibir tipis yang selalu di polesnya dengan lipstik berwarna nude itu tersenyum menyambut Aland yang lewat di hadapannya. "Selamat siang, Pak Aland," sapa Elina dengan ramah. Aland hanya melirikkan matanya tak menghiraukan gadis berponi depan itu. "Sudah sombong anak Mama lagi," sinis Elina mengikuti langkah kaki Aland dari belakang. Meskipun dia kesal karena diabaikan CEO tampan itu, tapi tetap saja Elina mengagumi sosok Aland yang kharismatik itu. Aland, membalikkan badannya, langkahnya membawa dia mendekat ke arah Elina memandang kesal kepada gadis berwajah imut itu. "Siapa yang kamu bilang anak Mama, Elina?" tanya Aland dengan matanya yang memicing. "Bapak lah, siapa lagi!" kesal Elina. Aland semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Elina yang bersandar pada dinding. Aroma parfum maskulin yang

  • My Dear My CEO   Bab 2

    Hawa dingin di pagi hari menguliti wajah Elina. Dia mengusap wajahnya lembut dengan kedua telapak tangannya. Mengusap berkali-kali hingga menimbulkan hawa hangat di sekitar wajahnya. Hari ini, Elina sengaja berangkat lebih pagi. Setengah jam sebelum jam kerja, dia sudah harus duduk manis di ruangannya, menunggu kedatangan CEO tempat dia magang. Dia tidak ingin lagi telat dan menjadi sasaran omelan Aland. "Pagi ... Pak Aland," sapa Elina menyambut kedatangan Aland, sang CEO tampan. Tak membalas sapaan Elina, Aland hanya memandang dingin ke arah gadis imut itu. "Dasar sombong!" gerutu Elina. Sialnya telinga Aland cukup tajam untuk mendengar itu semua. "Kamu bicara apa, Elina?" Elina mendongakkan kepalanya melihat Aland sudah berdiri di hadapannya. Elina terlihat bingung mencari alasan apa yang tepat untuk dia utarakan. "Tidak Pak, saya tidak bicara apa-apa." Elina menarik bibirnya paksa, melukiskan senyuman palsu agar tak terlihat gugup di hadapan Aland. "Jelas-jelas saya mendeng

DMCA.com Protection Status