Share

Bab 5

Author: NitNoth
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Libur telah tiba

Libur telah tiba

Hore ... Hore ... Hore ...

Sorak semangat Elina, menggosok tubuhnya dengan puff yang penuh dengan busa yang lembut.

Penyanyi kamar mandi itu sedang bahagia hatinya. Semalam Aland menelpon memberikan kabar gembira.

Elina membongkar lemari pakaiannya, mengeluarkan satu persatu dress yang dia miliki.

Tubuhnya berputar-putar di depan cermin, berganti dress satu dengan dress yang lainnya.

Akhirnya setelah mencoba beberapa dress, pilihannya jatuh kepada blose berwarna baby pink dengan celana jeans berwarna putih.

Ya memang begitulah Elina, pilihannya tak sesuai dengan apa yang dia coba. Seperti hatinya juga, memilih Sean yang terpaut 10 tahun darinya.

Elina duduk di depan cermin, dia bersolek dengan cantiknya. Memakai bedak tipis dengan lipstik warn nude andalannya. Elina terlihat sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai.

Kriiing!

Ponselnya berbunyi, nama Aland tertera di layar ponselnya. Dengan cepat gadis imut itu menyelipkan kakinya ke dalam flat shoes berwarna coklat muda.

"Aku datang ...!" teriaknya sumringah menuruni anak tangga di rumahnya.

"Kurang lama!" ketus Aland saat Elina berdiri di depan kaca mobilnya. "Ayo cepat masuk!"

"Jangan galak dong sama pacar," rayu Elina menempelkan kepalanya di pundak Aland.

"Apa sih!" bentak Aland dia menoyor kepala Elina. "Aku sedang menyetir."

"Idih ... aku, gitu dong aku kamu, cie!" ledek Elina mendengar Aland tak lagi menyebut dirinya saya.

"Diamlah, aku sedang menyetir."

Elina membuka setengah kaca mobil di sampingnya, dengan lantang kemudian dia berteriak, "Hei ... hari ini aku akan bertemu calon Mama mertua!"

Kesal dengan apa yang dilakukan Elina, Aland menarik lengan Elina. "Apa sih yang kamu lakukan, teriak-teriak dasar norak!"

"Brisik! Mengganggu saja," ketus Elina.

"Tutup jendelanya Elina, panas!" perintah Aland yang langsung menjadi bahan cibiran Elina.

"Ya ampun, Om Aland! Kamu itu cowok, janganlah takut panas, gak macho!" Elina memajukan bibirnya berbentuk huruf 0.

"Sudah aku bilang jangan panggil aku Om!" Aland menolehkan wajahnya, matanya melebar karena kesal, lagi-lagi Elina memanggil dirinya Om.

"Lihat depan, fokus nyetir." Elina membenarkan kepala Aland agar menghadap ke depan.

"Oh iya ... kita kan sudah pacaran ya, jadi aku panggil kamu sayang." Elina membentuk jari telunjuk dan jempolnya menjadi bentuk love. Kemudian mengarahkannya ke wajah Aland.

Aland memilih diam, tak menanggapi ocehan Elina itu. Memang Aland sendiri juga tak menolak jika Elina mau menjadi kekasihnya. Hanya saja kadang Aland merasa malas jika Elina bertindak seperti bocah.

Aland menghentikan mobilnya di halaman rumahnya yang luas. Rumah berlantai dua bak istana dengan nuansa putih bersih membuat suasana rumah Aland seperti di dalam negeri dongeng.

"Wow ... rumahmu bagus banget!" Elina takjub saat berdiri tepat menghadap rumah Aland.

"Beruntung banget dong ya aku, dapat suami kaya." Elina menyenggol manja lengan Aland.

"Dasar matre!" umpat Aland, meninggalkan Elina yang celingukan menikmati suasana rumah Aland.

"Ma, tuh calon menantu yang Mama tunggu sudah datang." Aland memberitahukan berita gembira itu kepada Nyonya Anita.

"Dimana Elina?" tanya Nyonya Anita tak menemukan sosok yang dia cari.

"Di luar, lagi bengong lihat rumah ini, kampungan!" ejek Aland yang memang tak pernah bisa berbicara dengan sedikit lembut.

"Hus, kamu ini. Panggil Elina, bawa kesini."

Aland menuruti perintah Anita. Aland kembali keluar rumah, tapi dia tak menemukan Elina.

"Elina, Eli ...."

"Tidak usah berteriak aku disini." potong Elina cepat.

"Ngapain sih kamu, cepat masuk!" ketusnya saat melihat Elina dibalik tanaman bambu air.

"Kamu tidak lihat aku sedang melihat ikan!"

Warna hijau dari tanaman bambu air menjadikan sekitar kolam ikan lebih segar, membuat Elina betah disana.

"Ayo cepat masuk, Mama sudah menunggumu." Aland menarik lengan Elina.

"Calon Mama mertua ya, oke siap!" Elina memberikan hormat kepada Aland.

Sayangnya, semua hal konyol yang Elina lakukan tak pernah bisa membuat Aland tersenyum.

Aland masuk kembali ke dalam rumahnya, diikuti Elina dari belakang.

"Hai Tante," sapa Elina memeluk tubuh Nyonya Anita.

Aland senang melihat Elina akrab dengan Mamanya. Mamanya pun baru pertama kali ini bisa langsung suka dengan perempuan yang dia kenalkan.

Padahal sebelum Elina, Aland pernah memperkenalkan Wiza mantan kekasihnya dulu, tapi Mamanya hanya memberikan respon yang biasa saja.

"Tante apa kabar?" tanya Elina setelah melepaskan pelukannya dari Elina.

"Baik sayang, kamu sendiri bagaimana, Aland tidak menyusahkan kamu, kan?" Nyonya Anita melirik ke arah anak semata wayangnya itu.

"Tidak Tante, Om Aland tidak menyusahkan Elina kok, hanya saja sering galak," bisik Elina dengan keras, memang dia sengaja agar Aland mendengarnya.

"Elina jangan panggil aku Om!" bentak Aland, lupa kalau diantara mereka ada Mamanya.

"Tuh kan, seperti itu, tu! Dia selalu membentak Elina." Elina mengadu dengan manjanya.

"Aland, halus sedikit dong, yang romantis, bisa kan?" Nyonya Anita membela calon menantu kesayangannya itu.

"Aland kesal, Ma. Dia selalu saja memanggil Aland Om." Giliran Aland yang mengadu kepada Nyonya Anita.

"Memang kamu sudah Om-om kan!" ketus Elina tak terima diadukan ke Nyonya Anita.

"Kamu saja yang masih ingusan, dasar!" Aland tak mau kalah.

"Hei ... sudah, kalian semua benar. Aland memang Om-om dan Elina memang masih terlalu muda. Tapi tante tidak masalah kok kalau kalian menikah." Nyonya Anita berusaha netral tak membela Aland ataupun Elina.

Melihat Aland dan Elina berdebat seperti itu menjadi hiburan tersendiri untuk Nyonya Anita

Menurut Nyonya Anita, Elina memang berbeda. Dia gadis yang ceria dan kekanak-kanakan, akan sangat cocok jika di sandingkan dengan Aland yang angkuh dan sombong.

"Elina ayo ikut Tante, kita ngobrol di ruang tengah saja." Anita menggandeng tangan Elina membawanya masuk ke dalam.

"Terus Aland bagaimana, Ma?" tanya Aland merasa diabaikan karena kehadiran Elina.

"Kamu disini saja, cuci itu mobil kamu, sudah berdebu begitu, jangan jorok!"

"Tapi Ma," Aland merengek, melupakan sifat angkuhnya yang dominan.

Elina terkekeh melihat sifat asli CEO galak itu.

"Om Aland sayang, ayo cuci mobil kamu, jangan mengganggu aku dan Tante Elina ya. Ini khusu perempuan." ejek Elina merasa puas.

Entah kenapa, gadis imut itu sangat senang melihat sifat manja Aland saat bersama dengan Mamanya.

Elina berfikir, jika sifat arogan Aland itu hanya sebagai formalitas pekerjaannya saja.

"Diam kamu Elina!" ketus Aland.

"Tante ... Om galak itu marah lagi." Elina merengek manja mengadu kepada Nyonya Anita.

"Sudah ... kalian ini seperti kucing dan anjing, bertengkar saja kerjaannya."

"Elina yang mulai, Ma." jari telunjuk kanan Aland menunjuk ke arah Elina yang menjulurkan lidahnya mengejek Aland.

"Kamu ini, manja sekali Om Aland." Elina berkacak pinggang. "Di depan aku aja galak, giliran di depan Tante manja. Dasar anak Mama, ha ha ha!"

Elina tertawa, mengetahui CEO tampannya itu ternyata anak yang manja.

Related chapters

  • My Dear My CEO   Bab 6

    Di sebuah ruangan semi terbuka yang menghadap langsung ke kolam renang. Nyonya Anita, mengajak Elina duduk di set kursi yang terbuat dari anyaman rotan. "Tante dan Aland pasti suka olahraga ya?" tanya Elina saat matanya menangkap beberapa alat olahraga yang tertata rapi di sebelah kiri ruangan itu "Aland aja sih, Tante jarang." "Masak sih, Tan? Kok badan tante masih oke banget," puji Elina mengambil hati Nyonya Anita. "Kamu bisa aja, Tante jarang olahraga berat-berat kaya gitu." Nyonya Anita menunjuk ke arah treadmill dan beberapa barbel yang tertata dengan rapi. Elina berdiri dari duduknya, dia tertarik dengan deretan foto yang menempel pada dinding sebelah kanan ruangan itu. Elina tersenyum saat melihat foto anak kecil berambut panjang setelinga, dengan poni depan yang menutupi kening. "Ini siapa, Tan?" tanya Elina menunjuk foto itu. Nyonya Anita berdiri, berjalan menghampiri Elina. "Itu foto Aland, ini juga foto Aland." Nyonya Anita menunjuk ke foto sebelahnya, wajah yang s

  • My Dear My CEO   Bab 7

    Tubuh Elina menggigil karena basah kuyup. Gadis imut itu paling tak bisa berlama-lama terkena air, dia bisa pingsan karena kedinginan. Tak tega melihat bibir Elina yang sudah pucat, Aland membawa Elina masuk ke dalam rumahnya. "Ma ...!" Aland memanggil Mamanya. Nyonya Anita panik melihat keadaan Elina yang sudah pucat karena kedinginan. "Astaga Aland kenapa bisa begini sih, kamu cepet bikinin Elina teh panas. Mama mau mengganti bajunya Elina dulu," perintah Nyonya Anita. Nyonya Anita merangkul tubuh Elina yang basah, dia mengajak Elina masuk ke dalam kamarnya. "Kamu pakai ini ya." Nyonya Anita memberikan bajunya kepada Elina. "Terima kasih Mama." Elina mengambil baju itu dari Nyonya Anita, dan segera Elina mengganti bajunya. "Maaf ya, bajunya jelek, tapi kamu tetap terlihat cantik kok, tenang saja," puji Nyonya Anita. Elina mengenakan dress berwarna cokelat selutut miliknya. Meskipun modelnya bukan model anak muda, tapi potongan baju itu sangat pas di tubuh mungil Elina. Dia t

  • My Dear My CEO   Bab 8

    Aland menatap dalam wajah Elina, dia tahu gadis itu tengah gugup sekarang. Wajahnya bersemu merah, tak biasanya gadis imut itu diam tak bereaksi. Elina, dia memejamkan matanya karena tak sanggup lagi mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang. Di saat matanya terpejam, Elina merasakan ada sensasi yang berbeda di bibirnya. Terasa lembab dan hangat saat Aland menempelkan bibirnya ke bibir lembutnya. Aland, dia mencoba merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Rasa yang hangat dan lembut, yang mampu membuat Aland terhanyut. Bak petir yang menyambar, dengan kuat Aland mendorong tubuh Elina, membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah. "Akh ...!" teriak Aland memegangi bibir bawahnya yang terluka, rasa perihnya mampu membuat dirinya menjadi hilang selera. "Om Aland ... kenapa kamu mendorongku!" teriak Elina, pinggangnya terasa mau patah. Baru saja Elina merasakan pengalaman pertamanya, belum juga puas dia harus mengalami kesakitan di pinggangnya karena

  • My Dear My CEO   Bab 9

    Setibanya di rumah Elina."Sudah sampai, cepat turun!" sungut Aland, setelah menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah Elina.Alih-alih turun, Elina malah memiringkan tubuhnya ke arah Aland. "Om, bukain," rengek Elina melirik ke arah seat belt yang masih melekat pada pinggangnya.Aland mengela nafas. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa ada gadis semanja Elina. Seat belt saja minta dilepaskan."Emangnya kamu nggak bisa buka sendiri, hem? Punya tangan kan?!" Elina tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya. "Bisa sih, cuma males aja. Lagian, ini kan mobilnya Om. Jadi Om lah yang harus bukain."Enggan berdebat dengan gadis cerewet itu, Aland mendekat, sangat dekat bahkan sampai pipinya sampai hampir menyentuh bibir Elina.Tak ingin melewatkan kesempatan, Elina memejamkan matanya, mengendus aroma parfum Aland yang entah kenapa sangat Aland suka. Masa puber benar-benar membuat Elina hampir menggila karena jatuh cinta.Ternyata memang benar apa kata orang, kalau ja

  • My Dear My CEO   Bab 10

    "Pak Aland ... Elina ... kalian ...." Yuan sampai terbengong melihat sang Bos dan Elina yang tampak sangat mencurigakan. Dalam pikiran Yuan, Aland pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak pada Elina. Kalau tidak, tidak mungkin Elina sampai mengatakan kalau Aland orang yang mesum. "Elina, sini!" Yuan menarik tangan Elina. Mengajak gadis itu sedikit menjauh dari Aland. "Ih, Mbak Yuan sebentar, aku belum selesai sama Om galak ini!" sungut Elina menolak. "Om?" Yuan mengerutkan keningnya. Lalu menoleh ke arah Aland. "Pak Aland ...." "Tunggu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Yuan. Ini semua ... haakh!" Aland mengacak rambutnya, ia menjadi kesal dengan keadaan yang seperti menjebaknya sekarang."Kamu bawa deh Elina pergi. Kemana gitu, atau kamu kasih dia perkerjaan biar dia sibuk. Pusing saya!" sungut Aland lalu masuk ke dalam ruang kerjanya, dan menutup pintunya sedikit lebih keras. "Tidak ada apa-apa. Kembali kerja ya, jangan pada ngerumpi di sini, udah sana-sana!" ucap Yuan

  • My Dear My CEO   Bab 1

    "Woy!" teriak Elina mengejar mobil sedan hitam mengkilat yang tak sengaja mencipratkan air kubangan ke baju putihnya. Elina berlari dengan sepatu heelsnya. Karena tak hati-hati dia tersandung kakinya sendiri hingga tersungkur ke aspal. "Au!" Elina memekik kesakitan, memegangi lututnya yang berdarah. "Hah ... sial banget sih hari ini," keluhnya kesal. Dari kaca spion, Aland melihat seorang gadis yang mengejar mobilnya. Tak tega melihat gadis itu terjatuh Aland keluar dari mobilnya menghampiri Elina. "Kamu mengejar mobil saya?" tanya Aland tanpa basa-basi. Elina mendongakkan kepalanya ke atas mencari sumber suara yang mengingatkan dia akan bajunya yang kotor karena cipratan air kotor tadi. "Heh, kamu gak lihat aku jatuh karena mengejar mobil kamu, bantuin kek, malah diam!" bentak Elina. Dia menutup matanya karena silau. Sinar matahari yang cerah menyilaukan pandangan matanya. Aland, dia mengulurkan tangan kanannya, membantu Elina untuk berdiri. "Ada perlu apa mengejar mobilku!"

  • My Dear My CEO   Bab 2

    Hawa dingin di pagi hari menguliti wajah Elina. Dia mengusap wajahnya lembut dengan kedua telapak tangannya. Mengusap berkali-kali hingga menimbulkan hawa hangat di sekitar wajahnya. Hari ini, Elina sengaja berangkat lebih pagi. Setengah jam sebelum jam kerja, dia sudah harus duduk manis di ruangannya, menunggu kedatangan CEO tempat dia magang. Dia tidak ingin lagi telat dan menjadi sasaran omelan Aland. "Pagi ... Pak Aland," sapa Elina menyambut kedatangan Aland, sang CEO tampan. Tak membalas sapaan Elina, Aland hanya memandang dingin ke arah gadis imut itu. "Dasar sombong!" gerutu Elina. Sialnya telinga Aland cukup tajam untuk mendengar itu semua. "Kamu bicara apa, Elina?" Elina mendongakkan kepalanya melihat Aland sudah berdiri di hadapannya. Elina terlihat bingung mencari alasan apa yang tepat untuk dia utarakan. "Tidak Pak, saya tidak bicara apa-apa." Elina menarik bibirnya paksa, melukiskan senyuman palsu agar tak terlihat gugup di hadapan Aland. "Jelas-jelas saya mendeng

  • My Dear My CEO   Bab 3

    Elina gadis imut pemilik hidung kecil mancung itu berdiri di samping pintu ruang meeting. Dia merapikan rambut hitam lurus sepunggungnya saat melihat Aland berjalan mendekat ke arahnya. Bibir tipis yang selalu di polesnya dengan lipstik berwarna nude itu tersenyum menyambut Aland yang lewat di hadapannya. "Selamat siang, Pak Aland," sapa Elina dengan ramah. Aland hanya melirikkan matanya tak menghiraukan gadis berponi depan itu. "Sudah sombong anak Mama lagi," sinis Elina mengikuti langkah kaki Aland dari belakang. Meskipun dia kesal karena diabaikan CEO tampan itu, tapi tetap saja Elina mengagumi sosok Aland yang kharismatik itu. Aland, membalikkan badannya, langkahnya membawa dia mendekat ke arah Elina memandang kesal kepada gadis berwajah imut itu. "Siapa yang kamu bilang anak Mama, Elina?" tanya Aland dengan matanya yang memicing. "Bapak lah, siapa lagi!" kesal Elina. Aland semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Elina yang bersandar pada dinding. Aroma parfum maskulin yang

Latest chapter

  • My Dear My CEO   Bab 10

    "Pak Aland ... Elina ... kalian ...." Yuan sampai terbengong melihat sang Bos dan Elina yang tampak sangat mencurigakan. Dalam pikiran Yuan, Aland pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak pada Elina. Kalau tidak, tidak mungkin Elina sampai mengatakan kalau Aland orang yang mesum. "Elina, sini!" Yuan menarik tangan Elina. Mengajak gadis itu sedikit menjauh dari Aland. "Ih, Mbak Yuan sebentar, aku belum selesai sama Om galak ini!" sungut Elina menolak. "Om?" Yuan mengerutkan keningnya. Lalu menoleh ke arah Aland. "Pak Aland ...." "Tunggu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Yuan. Ini semua ... haakh!" Aland mengacak rambutnya, ia menjadi kesal dengan keadaan yang seperti menjebaknya sekarang."Kamu bawa deh Elina pergi. Kemana gitu, atau kamu kasih dia perkerjaan biar dia sibuk. Pusing saya!" sungut Aland lalu masuk ke dalam ruang kerjanya, dan menutup pintunya sedikit lebih keras. "Tidak ada apa-apa. Kembali kerja ya, jangan pada ngerumpi di sini, udah sana-sana!" ucap Yuan

  • My Dear My CEO   Bab 9

    Setibanya di rumah Elina."Sudah sampai, cepat turun!" sungut Aland, setelah menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah Elina.Alih-alih turun, Elina malah memiringkan tubuhnya ke arah Aland. "Om, bukain," rengek Elina melirik ke arah seat belt yang masih melekat pada pinggangnya.Aland mengela nafas. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa ada gadis semanja Elina. Seat belt saja minta dilepaskan."Emangnya kamu nggak bisa buka sendiri, hem? Punya tangan kan?!" Elina tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya. "Bisa sih, cuma males aja. Lagian, ini kan mobilnya Om. Jadi Om lah yang harus bukain."Enggan berdebat dengan gadis cerewet itu, Aland mendekat, sangat dekat bahkan sampai pipinya sampai hampir menyentuh bibir Elina.Tak ingin melewatkan kesempatan, Elina memejamkan matanya, mengendus aroma parfum Aland yang entah kenapa sangat Aland suka. Masa puber benar-benar membuat Elina hampir menggila karena jatuh cinta.Ternyata memang benar apa kata orang, kalau ja

  • My Dear My CEO   Bab 8

    Aland menatap dalam wajah Elina, dia tahu gadis itu tengah gugup sekarang. Wajahnya bersemu merah, tak biasanya gadis imut itu diam tak bereaksi. Elina, dia memejamkan matanya karena tak sanggup lagi mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang. Di saat matanya terpejam, Elina merasakan ada sensasi yang berbeda di bibirnya. Terasa lembab dan hangat saat Aland menempelkan bibirnya ke bibir lembutnya. Aland, dia mencoba merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Rasa yang hangat dan lembut, yang mampu membuat Aland terhanyut. Bak petir yang menyambar, dengan kuat Aland mendorong tubuh Elina, membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah. "Akh ...!" teriak Aland memegangi bibir bawahnya yang terluka, rasa perihnya mampu membuat dirinya menjadi hilang selera. "Om Aland ... kenapa kamu mendorongku!" teriak Elina, pinggangnya terasa mau patah. Baru saja Elina merasakan pengalaman pertamanya, belum juga puas dia harus mengalami kesakitan di pinggangnya karena

  • My Dear My CEO   Bab 7

    Tubuh Elina menggigil karena basah kuyup. Gadis imut itu paling tak bisa berlama-lama terkena air, dia bisa pingsan karena kedinginan. Tak tega melihat bibir Elina yang sudah pucat, Aland membawa Elina masuk ke dalam rumahnya. "Ma ...!" Aland memanggil Mamanya. Nyonya Anita panik melihat keadaan Elina yang sudah pucat karena kedinginan. "Astaga Aland kenapa bisa begini sih, kamu cepet bikinin Elina teh panas. Mama mau mengganti bajunya Elina dulu," perintah Nyonya Anita. Nyonya Anita merangkul tubuh Elina yang basah, dia mengajak Elina masuk ke dalam kamarnya. "Kamu pakai ini ya." Nyonya Anita memberikan bajunya kepada Elina. "Terima kasih Mama." Elina mengambil baju itu dari Nyonya Anita, dan segera Elina mengganti bajunya. "Maaf ya, bajunya jelek, tapi kamu tetap terlihat cantik kok, tenang saja," puji Nyonya Anita. Elina mengenakan dress berwarna cokelat selutut miliknya. Meskipun modelnya bukan model anak muda, tapi potongan baju itu sangat pas di tubuh mungil Elina. Dia t

  • My Dear My CEO   Bab 6

    Di sebuah ruangan semi terbuka yang menghadap langsung ke kolam renang. Nyonya Anita, mengajak Elina duduk di set kursi yang terbuat dari anyaman rotan. "Tante dan Aland pasti suka olahraga ya?" tanya Elina saat matanya menangkap beberapa alat olahraga yang tertata rapi di sebelah kiri ruangan itu "Aland aja sih, Tante jarang." "Masak sih, Tan? Kok badan tante masih oke banget," puji Elina mengambil hati Nyonya Anita. "Kamu bisa aja, Tante jarang olahraga berat-berat kaya gitu." Nyonya Anita menunjuk ke arah treadmill dan beberapa barbel yang tertata dengan rapi. Elina berdiri dari duduknya, dia tertarik dengan deretan foto yang menempel pada dinding sebelah kanan ruangan itu. Elina tersenyum saat melihat foto anak kecil berambut panjang setelinga, dengan poni depan yang menutupi kening. "Ini siapa, Tan?" tanya Elina menunjuk foto itu. Nyonya Anita berdiri, berjalan menghampiri Elina. "Itu foto Aland, ini juga foto Aland." Nyonya Anita menunjuk ke foto sebelahnya, wajah yang s

  • My Dear My CEO   Bab 5

    Libur telah tiba Libur telah tiba Hore ... Hore ... Hore ... Sorak semangat Elina, menggosok tubuhnya dengan puff yang penuh dengan busa yang lembut. Penyanyi kamar mandi itu sedang bahagia hatinya. Semalam Aland menelpon memberikan kabar gembira. Elina membongkar lemari pakaiannya, mengeluarkan satu persatu dress yang dia miliki. Tubuhnya berputar-putar di depan cermin, berganti dress satu dengan dress yang lainnya. Akhirnya setelah mencoba beberapa dress, pilihannya jatuh kepada blose berwarna baby pink dengan celana jeans berwarna putih. Ya memang begitulah Elina, pilihannya tak sesuai dengan apa yang dia coba. Seperti hatinya juga, memilih Sean yang terpaut 10 tahun darinya. Elina duduk di depan cermin, dia bersolek dengan cantiknya. Memakai bedak tipis dengan lipstik warn nude andalannya. Elina terlihat sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Kriiing! Ponselnya berbunyi, nama Aland tertera di layar ponselnya. Dengan cepat gadis imut itu menyelipkan kakinya

  • My Dear My CEO   Bab 4

    "Mas ... yang bayar Om galak ini ya!" teriak Elina kepada petugas dibagian kasir. "Hei ... Dasar bocah ingusan!" teriak Aland. Elina berlari meninggalkan Aland membayar makanan yang sudah dia makan. "Ba!" Elina mengageti Aland yang baru saja keluar. Tapi bukannya kaget Aland malah mengumpat dengan kesal. "Dasar bodoh, kamu tidak lihat di sini kaca transparan, mau kamu ngumpet pun kelihatan!" ketus Aland menanggapi canda Elina yang sama sekali tak lucu buatnya. "Om ... kamu tidak mau menggandeng tanganku?" Elina mendongakkan pandangannya memberikan pertanyaan yang malas Aland jawab. "Om ... kenapa diam? Om marah?" Elina terus menggoda Aland. "Elina, diamlah!" bentak Alend. Aland tidak mau wibawanya hancur karena si usil Elina selalu saja memanggil dirinya Om. Elina yang iseng terus mengekori Aland, kemanapun dia pergi Elina ada di belakangnya. "Kamu tidak ada kegiatan lain selain mengikuti aku, Elina?" bentak Aland kesal. "Siapa yang ngikutin, saya itu mau masuk ke ruangan

  • My Dear My CEO   Bab 3

    Elina gadis imut pemilik hidung kecil mancung itu berdiri di samping pintu ruang meeting. Dia merapikan rambut hitam lurus sepunggungnya saat melihat Aland berjalan mendekat ke arahnya. Bibir tipis yang selalu di polesnya dengan lipstik berwarna nude itu tersenyum menyambut Aland yang lewat di hadapannya. "Selamat siang, Pak Aland," sapa Elina dengan ramah. Aland hanya melirikkan matanya tak menghiraukan gadis berponi depan itu. "Sudah sombong anak Mama lagi," sinis Elina mengikuti langkah kaki Aland dari belakang. Meskipun dia kesal karena diabaikan CEO tampan itu, tapi tetap saja Elina mengagumi sosok Aland yang kharismatik itu. Aland, membalikkan badannya, langkahnya membawa dia mendekat ke arah Elina memandang kesal kepada gadis berwajah imut itu. "Siapa yang kamu bilang anak Mama, Elina?" tanya Aland dengan matanya yang memicing. "Bapak lah, siapa lagi!" kesal Elina. Aland semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Elina yang bersandar pada dinding. Aroma parfum maskulin yang

  • My Dear My CEO   Bab 2

    Hawa dingin di pagi hari menguliti wajah Elina. Dia mengusap wajahnya lembut dengan kedua telapak tangannya. Mengusap berkali-kali hingga menimbulkan hawa hangat di sekitar wajahnya. Hari ini, Elina sengaja berangkat lebih pagi. Setengah jam sebelum jam kerja, dia sudah harus duduk manis di ruangannya, menunggu kedatangan CEO tempat dia magang. Dia tidak ingin lagi telat dan menjadi sasaran omelan Aland. "Pagi ... Pak Aland," sapa Elina menyambut kedatangan Aland, sang CEO tampan. Tak membalas sapaan Elina, Aland hanya memandang dingin ke arah gadis imut itu. "Dasar sombong!" gerutu Elina. Sialnya telinga Aland cukup tajam untuk mendengar itu semua. "Kamu bicara apa, Elina?" Elina mendongakkan kepalanya melihat Aland sudah berdiri di hadapannya. Elina terlihat bingung mencari alasan apa yang tepat untuk dia utarakan. "Tidak Pak, saya tidak bicara apa-apa." Elina menarik bibirnya paksa, melukiskan senyuman palsu agar tak terlihat gugup di hadapan Aland. "Jelas-jelas saya mendeng

DMCA.com Protection Status