Sebagai dayang pribadi tokoh utama perempuan, peran Kyra nyaris ada dalam setiap scene yang memampilkan tokoh utama. Kyra akan menjadi dayang yang setia dan patuh, juga seorang pendengar yang baik. Ia bersahabat dengan majikannya dan diam-diam menyukai karakter utama pria. Hanya saja, di akhir cerita, Kyra akan mengorbankan dirinya untuk mati.
Bukankah, nasib Kyra terdengar mengenaskan?
Meskipun hanya seorang babu, tetapi peran Kyra cukup penting di drama ini. Ia juga yang akan membantu kisah kedua tokoh utama seperti mak comblang.
Kyra sengaja membeli beberapa perlengkapan yang biasa digunakan oleh para pelayan di era kerajaan jawa dan memamerkannya pada Bianca.
"Gue beli ini online, langsung dari Jawa Tengah," kata Kyra riang. Ia kemudian menunduk untuk memandang Bianca dengan sorot serius. "Dengan properti ini, gue yakin bisa mendalami peran dayang yang sesungguhnya."
"Jadi, gimana caranya jadi dayang yang baik dan benar?" tanya Bianca yang melihat Kyra tampak antusias dengan kostum ala penjual jamu yang dibawanya, seperti kain batik, kebaya polos model kutu baru, selendang, dan tak mau ketinggalan, sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu, yang biasanya sebagai tempat untuk menaruh botol-botol jamu. Bianca sendiri terakhir kali melihat penjual jamu adalah ketika ia berusia tujuh tahun dan masih tinggal di Jawa Tengah.
Kyra tersenyum sumringah. "Ini namanya bakul," ia mengangkat wadah ayaman bambu. "Gunanya buat bawa pakaian kotor yang mau dicuci di sungai." Kyra kemudian memeragakan cara menggunakan bakul, raut wajahnya begitu serius. "Bakul ini harus ditaruh tepat di atas pinggang, di sisi kiri. Sudut siku gue harus pas. Nggak boleh terlalu tinggi atau rendah, supaya gue tetap bisa kelihatan elegan meski bawa bakul."
Bianca mendesah sambil memijit pangkal hidungnya. Bagaimana bisa Bianca mempunyai sahabat yang gila seperti Kyra? Tokoh yang akan Kyra perankan hanyalah seorang dayang yang hanya perlu mengangguk, menggeleng dan menuruti perintah tanpa banyak dialog. Kenapa dia bertingkah seperti akan memerankan tokoh utama?
Akhirnya, Bianca memutuskan untuk mengerjai Kyra sekalian. "Mending lo pake baju sama jariknya deh. Biar gue bisa nilai dengan seksama."
"Begitu ya?" Kyra mengangguk-angguk polos. Ia kemudian mulai memakai jariknya terlebih dahulu, amat sangat kesusahan karena ia belum pernah memakai jarik sebelumnya. "Ini pakenya gimana biar enggak copot?"
Bianca kemudian memberi saran, "Coba dipakaein sabuk aja, biar kenceng."
Kyra seketika melotot. "Lo pikir lagi pakai seragam sekolah SD apa?"
"Ya terus emangnya lo punya cara?" Bianca bersedekap. Tiba-tiba ia mulai merasa menyesal karena sudah meladeni tingkah gila Kyra. "Udah lah Ra, lo nggak capek apa belajar jadi babu. Udah beberapa hari ini lo heboh banget. Syutingnya mulai besok kan? Kenapa lo nggak istirahat aja supaya fresh pas bangun besok?"
Kyra menutupi wajahnya dengan kain jarik, kemudian mendengus frustrasi. "Maka dari itu, Bi, gue jadi gugup banget dan nggak bisa melakukan sesuatu yang benar. Gimana kalau peran kecil aja gue nggak bisa bawain? Gue nggak mau kelihatan bodoh di depan Asoka. Gue juga takut nggak bisa ngontrol diri gue buat nggak teriak-teriak dan meluk Asoka."
"Gue bahkan nggak akan kaget liat lo bawa-bawa lighstik dan poster ke lokasi syuting." Bianca memutar bola mata. "Kalau tingkah lo kayak gini, gue malah heran kenapa lo bisa ditawari kontrak sama KI entertainment. Kok bisa, mereka milih aktris yang nggak profesional dan tingkahnya kayak bayi." melihat wajah Kyra yang berubah masam tak lantas membuat Bianca berhenti. "Lo harusnya bisa nunjukin kemampuan dan bakat lo, juga profesionalitas lo dalam bekerja supaya KI nggak menyesal nerima lo. Jangan malah ngerasa insecure. Emangnya lo nggak inget, berapa tahun lo belajar di kelas akting?"
"Udah sepuluh tahun," Kyra menunjukkan ke sepuluh jarinya. "Bahkan sampai sekarang pun, gue masih belajar, Bi."
Bianca kemudian menepuk-nepuk bahu Kyra memberi semangat. "Maka dari itu, lo harus profesional. Jangan karena Asoka, lo jadi lembek begini, oke?"
"Tap... tapi, alasan gue pengin jadi aktris kan karena Asoka," balas Kyra polos.
"Hilih udahlah. Males gue sama lo." Bianca kemudian berdiri dan mendorong pundak Kyra agar berdiri dari ranjangnya. "Udah sana lo pergi ke kamar lo sendiri. Gue mau tidur!"
Kyra menahan Bianca dan menoleh. Tatapannya berubah memelas. "Gue besok pinjem mobil ya?"
Bianca balas melotot. "Nggak usah serakah!"
"Yak! Lo juga jangan pelit dong! Gue nggak bisa desak-desakan naik MRT buat besok pagi."
Bianca berhasil mendorong Kyra melewati ambang pintu dan ia segera menutup pintunya keras-keras. "Mobil gue cuma satu. Derita lo, jangan bagi-bagi ke gue."
Kyra mengerjab sambil memegangi properti pelayan erat-erat. "Jahatnya..."
****
Pada akhirnya, Tia berbaik hati menjemput Kyra setelah Kyra bicara panjang lebar mengenai tugas manajer yang harus mengikuti artisnya pergi ke mana pun, serta menjadi sopir yang baik dan patuh. Tia mengiyakan saja karena tidak tahan dengan suara cempreng Kyra yang mengganggu sesi tidur paginya. Lagipula, Tia juga kasihan pada Kyra yang sudah kehilangan semua hartanya. Daripada Tia, nasib Kyra kini lebih menyedihkan. Puk puk puk untuk Kyra yang miskin dan bucin. Tia harus mulai memerankan peri baik hati yang melindungi Kyra dari serbuan orang jahat.
Tia kemudian melirik Kyra di sebelahnya, yang sedang menyanyi dan menari mengikuti alunan musik. Sudut-sudut bibir Kyra terangkat membentuk senyuman lebar. Ya, sebenarnya Kyra nggak menyedihkan amat, sih. Mungkin jika disuruh menukar semua warisannya dengan Asoka, Kyra akan dengan senang hati memberikannya.
"Udah hapal dialognya?" tanya Tia basa-basi.
"Di luar kepala," balas Kyra singkat. Sudut-sudut bibirnya melukis senyuman. "Jantung gue rasanya mau meledak karena bisa satu lokasi syuting sama Asoka."
"Jangan meledak dulu, Ra, kasihani gue yang nggak ada duit buat ngobatin jantung lo nantinya." balas Tia, meladeni kalimat absud Kyra.
Kyra justru memandang Tia dengan sorot serius. "Tenang, asuransi kesehatan gue masih belum dicabut sama Ayah."
Mereka berdua saling pandang, sejenak, kemudian tertawa bersamaan. Memangnya apa yang lucu, sih?
Lokasi syuting kali ini berada di sebuah gedung besar dengan empat lantai. Di lobi, sudah banyak orang yang berwara-wiri sambil membawa properti yang diperlukan untuk syuting. Tia kemudian menyeret Kyra untuk masuk ke dalam pintu yang diperuntukkan untuk para aktris. Mereka mempunyai id card khusus yang nantinya akan diperiksa oleh pengawal-pengawal yang berjaga di depan pintu.
Mini drama kali ini, rupaya tak main-main dalam membangun set bangunan kerajaan. Mata Kyra seperti dihipnotis saat melihat istana khas istana jawa dengan banyak ukiran kayu, gapura besar, dan juga patung-patung dewa. Istana itu yang dibuat dengan memberikan sentuhan modern, sehingga membuatnya tampak berkelas. Jika dibandingkan dengan istana dinasti Joseon di Korea Selatan, jelas tak mau kalah. Yang Kyra sayangkan adalah, kenapa set kerajaan ini tak dibuat di luar saja? Sehingga orang-orang bisa menikmati budaya jawa setelah syuting selesai?
Kemudian, mata Kyra bertemu dengan Asoka yang baru saja keluar dari ruang make up. Cowok itu memakai kostum khas raja-raja jawa yang tidak membuatnya terlihat norak, tetapi justru tampak semakin gagah dan memesona. Make up artist yang menangani Asoka, jelas berhasil menonjolkan garis-garis wajah Asoka yang tegas. Postur tubuh Asoka yang menawan membuat Asoka layak dipanggil Raja.
Rasanya, Kyra mau pingsan dan melambaikan tangan ke arah kamera. Pesona Asoka nyaris melemahkan semua sendi dan syaraf Kyra, membuatnya tak berdaya.
Kyra kemudian mengerjab saat melihat Videlia keluar dari tempat yang sama dengan Asoka. Kedua orang itu saling bertukar kata. Sesekali, Videlia akan tertawa dan Asoka tersenyum lebar.
Kyra juga mengagumi Videlia, tetapi hatinya terbakar api cemburu melihat kedekatan keduanya.
" Ingat, lo nggak boleh berbuat yang aneh-aneh dan bikin lo ditendang dari lokasi syuting," kata Tia, memperingati.
"Gue mau nyapa mereka," kata Kyra antusias, mengabaikan kalimat Tia. Ia baru saja akan melangkah menghampiri Asoka sebelum kerah belakang kemejanya ditarik oleh Tia.
"Giliran lo syuting dua jam lagi," kata Tia, memperingati. "Ayo, kita ke ruang ganti. Gue sendiri yang bakal dandanin lo jadi dayang hari ini."
"Tap... tapi--" Kyra hendak membantah, tetapi pegangan Tia di kerahnya lebih kuat. "Gue masih mau minta tanda tangan sama foto bareng!"
"Jadi aktris harus punya harga diri juga dong Ra," kata Tia kesal. "Gimana lo mau dianggap kompeten kalau tingkah lo kayak fans fanatik begini!"
"Sebentar!" kali ini Kyra mengeraskan suara. "Seengaknya, gue harus nyapa Videlia karena peran gue jadi babu pribadinya!" Kyra masih keras kepala. Ditatapnya Tia dengan sorot serius. "Biar gimana pun, kita berdua harus punya chemistry sebelum main, kan? Ini juga demi karakter yang bakal gue peranin!"
Kyra dan Tia saling melempar tatapan tajam. Jika ini adalah drama aksi, maka keduanya sudah pasti saling membunuh dengan tatapan yang mengeluarkan sinar berwarna merah dan biru. Dan akhirnya, kemenangan ada di pihak Kyra karena Tia melepaskan cengkeramannya di kerah kemeja Kyra.
Dengan senyum kelewat lebar, Kyra menghampiri Asoka dan Videlia. Sementara itu, Tia menatap punggung Kyra dengan tatapan cemas. Sekarang, Tia hanya bisa berharap jika Kyra tidak mempermalukan dirinya sendiri dan bertingkah seperti fans fanatik gila.
Rupanya, do'a Tia tidak terkabul, karena Kyra tiba-tiba jatuh tersandung, tepat berlutut di hadapan Asoka!
Tia, meskipun hanya sebagai penonton, tetapi ia malu melihat tingkah Kyra.
****
Bukan Asoka yang kemudian membantu Kyra berdiri, tetapi Videlia. Dengan tatapan khawatir yang tidak dibuat-buat, Videlia memegangi kedua bahu Kyra lembut. "Kamu nggak apa-apa?" "Aku nggak apa-apa," kata Kyra, dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Ia bahkan hanya bisa menunduk dan meremas kedua tangannya tanpa berani menatap Asoka. Kyra kesal karena pertemuan pertamanya dengan Asoka sebagai sesama artis, justru berakhir buruk. Tetapi, Kyra kemudian mengambil napas dalam-dalam dan meyakinkan diri. Tidak, Kyra harus ingat tujuannya menghampiri Asoka dan Videlia. Kyra hari ini datang sebagai aktris, bukan fans fanatik atau ketua klub yang mengidolakan Asoka. Kyra kemudian mengulurkan tangannya pada Videlia dan tersenyum manis. "Namaku Vanila, aku yang hari ini berperan sebagai Sarini, dayang pribadinya Gusti Roro. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Mohon bimbingannya." "Ah, ya
Asoka tidak bisa berhenti untuk bertanya-tanya dan merasa penasaran setengah mati. Jika Asoka tak menuntaskannya sekarang, nanti malam Asoka pasti tidak akan bisa tidur nyenyak dan terbayang-bayang. Dan itu akan berpengaruh pada performa aktingnya besok pagi. Asoka harus memastikan bahwa kejadian tadi hanyalah imajinasinya semata, atau kebetulan yang tidak disengaja. Karena itulah, didorong oleh keinginan implusif, Asoka mendatangi Kyra di parkiran basement dan membawanya pergi. Ia harus bicara pada Kyra agar semuanya jelas. Asoka kemudian menyandarkan punggung Kyra di tembok yang berada paling sudut tempat parkir, terlindung oleh bayang-bayang tembok besar dan cahaya yang remang. Asoka tidak bisa meresikokan dirinya tertangkap oleh paparazi sedang berduaan dengan Kyra, atau citranya sebagai aktor papan atas akan tercoreng. Selama ini, Asoka selalu menjadi aktor dengan image baik dan tak pernah terkena skand
Hal yang paling Kyra inginkan di dunia ini, adalah dekat dengan Asoka. Segala hal tentang Asoka selalu membuat hati Kyra berdebar keras. Bahkan kamarnya yang berada di mansion keluarga Patibrata, dipenuhi oleh foto-foto Asoka dalam berbagai pose. Berkali-kali Ayah memarahi dan menganggap Kyra gila. Ayah juga menyuruh orang melepaskan segala atribut tentang Asoka di dinding-dinding kamarnya, tetapi sebanyak itu pula Kyra menempelkannya kembali, sampai Ayah akhirnya menyerah. Ya, Kyra memang segila itu jika menyangkut Asoka. Ia bahkan rela melakukan apapun demi bisa disapa cowok itu. Tinggal di apartemen Bianca, tentu saja Kyra sudah menempelkan foto Asoka, mulai dari dinding-dinding kamar hingga perabotan. Bianca belum pernah masuk ke kamar ini, jadi, Kyra tak perlu khawatir cewek itu akan marah. Kyra tersenyum tipis saat melihat foto yang ia beri bingkai cantik. Foto itu Kyra dapatkan saat ia menghadiri jump
Kyra mulai mengarahkan ponselnya secara diam-diam untuk merekam Asoka yang sedang berakting di depan kamera. Cowok itu selalu bisa tenggelam dalam perannya dengan begitu sempurna, hanya dalam hitungan detik. Tatapan matanya yang tajam dan dalam, lekukan bibir dan setiap senti gerak tubuhnya meneriakkan kata keren. Kyra bahkan tak bisa berkedip saking terpesonanya pada sosok Asoka. Tak salah jika cowok itu dipuja bagai dewa di seluruh negeri. Dan peran yang Asoka lakoni, baik itu drama sejarah, melodrama maupun romance-komedi, selalu saja mendapatkan rating tertinggi. Bakat Asoka memang tidak main-main. Dia seperti terlahir sebagai aktor. Mengidolakan Asoka dan bisa sedekat ini dengannya, tentu saja merupakan berkah yang Kyra syukuri sepanjang hidupnya. Kesempatan sesempurna ini, harus Kyra abadikan sebaik-baiknya. Benar, kan? Karena Kyra tak tahu kapan lagi ia bisa berada sedekat ini dengan Asoka-nya. Kyra menepuk p
Asoka memang selalu terlihat luar biasa dalam kondisi apapun. Ia profesional ketika bekerja dan bersikap akrab dengan lawan mainnya. Segala hal yang berada di sekeliling Asoka seperti ikut merasakan sinar bintang yang mengelilingi cowok itu. Mata Asoka yang berkilat tajam saat memerankan tokoh pangeran bijaksana membuat hati Kyra meleleh. Bagaimana bisa ia mempunyai kemampuan akting yang luar biasa?Sudah puluhan drama hingga film yang dibintangi Asoka selalu Kyra tonton, dan ia selalu mengagumi cara Asoka membangun chemistry dengan setiap lawan mainnya. Cowok itu selalu cocok dipasangkan dengan siapapun, baik aktris yang berusia lebih tua maupun lebih muda darinya. Dengan Videlia, ini adalah kali kedua Asoka terlibat dalam project yang sama. Mereka pernah satu frame dua tahun lalu di film bergenre romance-fantasy yang sukses meraup satu juta penonton pada penayangan hari pertamanya. Dan Kyra, cukup beruntung bisa menghadiri gala premier film itu karena k
Bak sebuah takdir yang telah digariskan oleh semesta, Kyra melihat Asoka yang baru saja keluar dari kamar ganti. Cowok itu luar biasa tampan dengan kostum ala-ala pangeran Jawa. Tak ada kesan kuno atau aneh. Justru kharisma seorang Asoka bertambah berkali-kali lipat. Dia seolah baru saja keluar dari gerbang antar dimensi, seperti dongeng yang berubah jadi nyata. Kostum yang digunakan sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tampak lebih modern, tetapi tetap tidak meninggalkan kesan tradisional dan adat jawa yang kental. Sudah berkali-kali Kyra melihat penampilan Asoka yang menawan, tapi tetap saja, dia tak bisa mengedipkan mata barang sejenak. Asoka... memang betulan dewa yang diutus untuk menggetarkan hati setiap wanita di dunia. Ke mana perginya Kyra yang tadi sok-sok'an mau protes? Sosok Asoka yang kian menjauh akhirnya menyadarkan Kyra dari keterpakuannya. Dia buru-buru menghampiri Asoka, n
Jika saja bukan karena Ayudia yang mengenalkan Kyra dengan Pak Giovani yang merupakan produser kelas kakap, maka jalan Asoka untuk menjadi bintang top seperti sekarang akan lebih panjang. Asoka memang berbakat dan punya wajah serta fisik yang mumpuni sebagai aktor. Tapi tanpa agensi dan produser yang tepat, nama Asoka tidak akan melambung dengan cepat.Kemudian, ketika gadis itu memintanya untuk mengambil gelar master di universitas yang dia tunjuk, Asoka merasa menjadi babu. Memang, selama ini Ayudia tak pernah mengusik Asoka semenjak mereka lulus SMA, tetapi tetap saja. Balas budi dengan cara seperti ini, bukankah agak keterlaluan? Asoka tidak punya waktu untuk kuliah. Apalagi memeras otaknya mengerjakan tugas dan ujian.Ah, sial. Karena Ayudia baru kali ini meminta kepadanya, maka Asoka tidak punya alasan untuk menolak.Hanya saja, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, apa alasan gadis itu repot-repot melakukannya? Tidak mungk
"Bi, gue nggak bisa nyimpen ini sendirian!" Kyra berujar heboh sesaat setelah membuka pintu apartemen Bianca dengan serampangan. Dia setengah berlari, masih memakai make up dan dandanan ala dayang dengan rambut yang disanggul ke belakang.Sementara itu, Bianca hanya melirik Kyra sekilas dan melanjutkan kegiatannya menonton TV sambil ngemil kentang goreng. Bianca sudah terlalu hafal dengan tabiat Kyra. Kalau tidak heboh dengan berita sekecil apapun, bukan Kyra namanya. Dia juga tak keget kalau Kyra mendadak histeris. Itu pasti kalau bukan karena Asoka, ya karena idol grup kesukaanya, VTS.Kyra melempar tasnya ke atas meja dan duduk bersila menghadap Bianca. Baru saja mulutnya terbuka siap bercerita panjang lebar, Bianca sudah lebih dulu menyumpal mulut Kyra dengan keripik kentang."Jaga nada suara. Jangan kelewat heboh," kata Bianca tenang, tak mempedulikan Kyra yang terbatuk-batuk."Yak!" Kyra menepuk bahu Bianca keras. Matanya melotot m