Kyra mulai mengarahkan ponselnya secara diam-diam untuk merekam Asoka yang sedang berakting di depan kamera. Cowok itu selalu bisa tenggelam dalam perannya dengan begitu sempurna, hanya dalam hitungan detik. Tatapan matanya yang tajam dan dalam, lekukan bibir dan setiap senti gerak tubuhnya meneriakkan kata keren. Kyra bahkan tak bisa berkedip saking terpesonanya pada sosok Asoka. Tak salah jika cowok itu dipuja bagai dewa di seluruh negeri. Dan peran yang Asoka lakoni, baik itu drama sejarah, melodrama maupun romance-komedi, selalu saja mendapatkan rating tertinggi. Bakat Asoka memang tidak main-main. Dia seperti terlahir sebagai aktor.
Mengidolakan Asoka dan bisa sedekat ini dengannya, tentu saja merupakan berkah yang Kyra syukuri sepanjang hidupnya. Kesempatan sesempurna ini, harus Kyra abadikan sebaik-baiknya. Benar, kan? Karena Kyra tak tahu kapan lagi ia bisa berada sedekat ini dengan Asoka-nya. Kyra menepuk pipinya yang tiba-tiba memerah. Ia menahan diri agar tidak tersenyum seperti orang gila. "CUT! Good job Asoka, seperti biasanya." Sutradara menghentikan proses pengambilan gambar dan tersenyum puas melihat hasilnya di kamera. Asoka hanya mengangguk singkat dan membiarkan asistennya menyeka keringat di leher dan wajah Asoka, serta merapikan make-upnya. Saat itulah Asoka melihat Kyra yang sedang sembunyi-sembunyi merekamnya. Mata Asoka memicing. Ia menyuruh asistennya mundur dan berjalan dengan langkah tegap ke arah Kyra, sang putri kerajaan Patibrata. Cepat, bahkan sebelum Kyra sempat mengangkat kepala, Asoka menyambar ponsel Kyra. "Apa yang lo lakuin?" Asoka melihat ponsel Kyra dan menemukan rekaman videonya. Tatapan Asoka seketika berubah marah. Begitu pula dengan nada suaranya yang berubah dingin. "Lo tahu peraturannya, kan? Dilarang ambil gambar/video selama proses syuting. Lo mau alurnya bocor dan ngerugiin gue?" Kyra buru-buru menggeleng panik. Kyra memang sudah biasa melihat segala jenis ekspresi Asoka di layar kaca, tetapi melihatnya marah secara langsung, tetap saja membuat Kyra takut. "Enggak. Aku cuma nyimpen video-nya buat aku sendiri. Enggak akan aku sebarin ke publik." jari-jari Kyra gemetar saat merasakan tatapan seluruh kru tertuju padanya. Segala tingkah Asoka memang selalu memancing perhatian. Kyra menunduk dan menggigit bibir bawahnya. "Maaf." "Buka kunci galerinya." Asoka mengarahkan layar ponsel Kyra yang terkunci. "Gue mau hapus semua video yang lo ambil diam-diam." Mata Kyra berkaca-kaca. Semua video dan foto di ponsel Kyra sangatlah berharga. Dia berusaha keras untuk mendapatkan itu semua. Asoka yang berada di dalam galeri ponsel Kyra sangat menawan hingga terasa dekat, jauh berbanding terbalik dengan Asoka yang berada di depannya sekarang. Kyra mungkin tidak bisa hidup tenang jika miliknya dihapus. "Video yang ada Kak Soka-nya cuma satu kok." Kyra menahan suaranya agar tidak bergetar. "Enggak ada yang lain. Aku janji akan hapus rekamannya setelah ini." "Buka sekarang atau gue bakal tuntut lo atas pelanggaran privasi!" Asoka meninggikan nada suaranya. Beban pikiran Asoka sudah menumpuk sejak kemarin, dan itu gara-gara Kyra. Jadi ketika dapat kesempatan emas seperti ini, Asoka tidak akan menahan diri lagi untuk melampiaskannya pada Kyra. "Gue nggak pernah main-main sama perkataan gue." Nyaris semua orang di ruangan ini, memandang Kyra dengan sorot menghakimi. Tidak ada yang berani menyela Asoka atau menghentikan apapun yang ingin dia lakukan. Bahkan jika Asoka ingin mengganti apapun, sutradara akan menurutinya tanpa banyak bertanya. Asoka bisa mendepak Kyra kapan saja. "Aku bener-bener minta maaf," dengan tangan setengah bergetar, Kyra mengambil ponselnya dan membuka kata sandi galeri. Mata Kyra buram saat menyerahkan ponselnya kembali. "Tolong, jangan laporin aku ke polisi atau keluarin aku dari daftar pemain. Aku beneran berusaha keras buat sampai ke titik ini." "Hmm, gue nggak bakal laporin lo," Asoka mengangguk tanpa sadar. "Lo juga bakal tetep stay di sini." Asoka melihat isi galeri dan menemukan banyak sekali video Asoka yang diambil dari berbagai acara. Sebenarnya, siapa Kyra itu? Selain berlian Patibrata, dia juga merupakan stalker?Kening Asoka berkerut tak percaya. Saat jari-jarinya menggulir isi galeri, Asoka tiba-tiba tersadar bahwa ada sesuatu yang salah. Kenapa... ia tadi mengiyakan saja permintaan Kyra seperti sedang dihipnotis? Lagi? Cepat, Asoka melemparkan ponsel Kyra seolah terkejut dengan pemikirannya sendiri. Tatapan matanya berubah ngeri saat melihat Kyra yang memeluk ponselnya erat-erat sambil menangis. Biasanya, Asoka tak seperti ini. Ia selalu tegas pada siapa saja yang melanggar peraturan di lokasi syuting, apalagi jika menyangkut privasinya. Bagaimana bisa dia... menuruti perkataan Kyra begitu saja? Asoka hendak menarik kata-katanya tadi. Dia ingin Kyra keluar dari daftar pemain dan menjauh dari hidup Asoka selamanya. Hanya saja, lidah Asoka terasa kelu. Tubuhnya tidak bergerak sesuai dengan pikirannya. Asoka seperti cangkang robot yang diprogram untuk melaksanakan perintah Kyra. Benarkah kata kakek, bahwa majikan yang harus Asoka layani... adalah Kyra? Bahwa kutukan pelayan sialan itu, akan menghantui Asoka seumur hidup tanpa tahu cara untuk melepaskannya? Memikirkannya saja sudah membuat Asoka seperti kehilangan separuh nyawa. Jika sudah begini, Asoka akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauh dari Kyra! "Lo!" Asoka menunjuk Kyra dengan tatapan ngeri. "Jangan pernah liatin muka lo di depan gue lagi." Setelah mengatakan itu dengan kejam dan tanpa perasaan, Asoka meninggalkan Kyra yang masih berusaha menghentikan tangisnya seorang diri. Kyra memang bersalah. Tapi apakah pantas ia diperlakukan seperti ini? Hati Kyra terasa hancur berkeping-keping. Dadanya sesak luar biasa. Ini lebih menyakitkan daripada diusir dari mansion Patibrata. Asoka... idola yang begitu dia kagumi dan cintai, saat ini membencinya. Bagaimana cara Kyra untuk bertahan? ***** "Maaf tadi gue nggak bisa bantuin lo," Kendra mengusap rambut Kyra menenangkan. "Lo tenang aja. Gue bakal cari cara supaya lo bisa tetap bertahan di sini." Tangis Kyra sudah berhenti. Ia kini memandang lurus ke depan dengan sorot mata kosong, sementara jari-jarinya menggenggam erat ponselnya. Kyra pernah mendengar rumor bahwa Asoka akan mendepak siapa saja yang ketahuan melanggar privasi Asoka. Tidak ada ampun. Bahkan ada salah satu aktris papan atas yang seharusnya menjadi cameo hari itu, terpaksa harus diganti karena dia ketahuan mengambil video Asoka yang sedang mengelap keringat. Tak hanya itu, dia bahkan dipermalukan di depan banyak orang meski tidak berdampak cukup banyak pada karirnya. Tapi kenapa tadi, Asoka berkata bahwa ia tak akan mengeluarkan Kyra dari daftar pemain? Asoka juga tidak jadi menghapus video di galeri Kyra. Jadi, alih-alih merasa takut akan dikeluarkan, Kyra malah heran sendiri dengan sikap Asoka. Benarkah, Kyra bisa bertahan? "Vanilla. Giliran kamu buat make up dan ganti baju. Take setengah jam lagi." Nila menghampiri Kyra sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Dia menepuk bahu Kyra sekilas. "Tolong agak cepet ya. Asoka bisa ngamuk kalau ada yang telat." Masih setengah sadar, Kyra mengerjab dan menatap punggung Nila menjauh. Gadis itu kemudian sibuk menertibkan pemain lain, mondar-mandir sambil sesekali sibuk melihat jam tangannya. "Yah. Malah bengong ini anak." Kendra terkekeh kecil dan menepuk punggung Kyra keras. "Buruan masuk ke ruang kostum dan pastiin lo nggak buat masalah kali ini." Kyra buru-buru berdiri seolah sadar bahwa ia masih punya kesempatan untuk mengubah nasibnya. Dia menatap Kendra lekat. "Gue... masih bisa bertahan, kan?" Kendra mengangguk. "Gue bakal bantuin lo dengan segala cara. Pastiin aja akting lo bagus dan minim kesalahan kali ini. Buktiin kalau lo emang layak gabung di sini, Kyra." Senyum Kendra terlukis lebar, menampilkan lesung pipinya yang menawan. Dia mengepalkan kedua tangannya memberi semangat. "Lo pasti bisa." Kyra mengangguk, ikut tertular senyuman Kendra. Mungkin kemarin dan tadi Kyra membuat banyak kesalahan, tetapi kali ini, Kyra akan membuktikan pada semuanya bahwa ia adalah aktris berbakat dan kompeten. KI Entertainment tak salah saat memutuskan untuk merekrut Kyra sebagai aktris mereka. "Hm. Gue pasti bisa bertahan." Bola mata Kyra bersinar penuh tekad yang berkobar-kobar.
Asoka memang selalu terlihat luar biasa dalam kondisi apapun. Ia profesional ketika bekerja dan bersikap akrab dengan lawan mainnya. Segala hal yang berada di sekeliling Asoka seperti ikut merasakan sinar bintang yang mengelilingi cowok itu. Mata Asoka yang berkilat tajam saat memerankan tokoh pangeran bijaksana membuat hati Kyra meleleh. Bagaimana bisa ia mempunyai kemampuan akting yang luar biasa?Sudah puluhan drama hingga film yang dibintangi Asoka selalu Kyra tonton, dan ia selalu mengagumi cara Asoka membangun chemistry dengan setiap lawan mainnya. Cowok itu selalu cocok dipasangkan dengan siapapun, baik aktris yang berusia lebih tua maupun lebih muda darinya. Dengan Videlia, ini adalah kali kedua Asoka terlibat dalam project yang sama. Mereka pernah satu frame dua tahun lalu di film bergenre romance-fantasy yang sukses meraup satu juta penonton pada penayangan hari pertamanya. Dan Kyra, cukup beruntung bisa menghadiri gala premier film itu karena k
Bak sebuah takdir yang telah digariskan oleh semesta, Kyra melihat Asoka yang baru saja keluar dari kamar ganti. Cowok itu luar biasa tampan dengan kostum ala-ala pangeran Jawa. Tak ada kesan kuno atau aneh. Justru kharisma seorang Asoka bertambah berkali-kali lipat. Dia seolah baru saja keluar dari gerbang antar dimensi, seperti dongeng yang berubah jadi nyata. Kostum yang digunakan sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tampak lebih modern, tetapi tetap tidak meninggalkan kesan tradisional dan adat jawa yang kental. Sudah berkali-kali Kyra melihat penampilan Asoka yang menawan, tapi tetap saja, dia tak bisa mengedipkan mata barang sejenak. Asoka... memang betulan dewa yang diutus untuk menggetarkan hati setiap wanita di dunia. Ke mana perginya Kyra yang tadi sok-sok'an mau protes? Sosok Asoka yang kian menjauh akhirnya menyadarkan Kyra dari keterpakuannya. Dia buru-buru menghampiri Asoka, n
Jika saja bukan karena Ayudia yang mengenalkan Kyra dengan Pak Giovani yang merupakan produser kelas kakap, maka jalan Asoka untuk menjadi bintang top seperti sekarang akan lebih panjang. Asoka memang berbakat dan punya wajah serta fisik yang mumpuni sebagai aktor. Tapi tanpa agensi dan produser yang tepat, nama Asoka tidak akan melambung dengan cepat.Kemudian, ketika gadis itu memintanya untuk mengambil gelar master di universitas yang dia tunjuk, Asoka merasa menjadi babu. Memang, selama ini Ayudia tak pernah mengusik Asoka semenjak mereka lulus SMA, tetapi tetap saja. Balas budi dengan cara seperti ini, bukankah agak keterlaluan? Asoka tidak punya waktu untuk kuliah. Apalagi memeras otaknya mengerjakan tugas dan ujian.Ah, sial. Karena Ayudia baru kali ini meminta kepadanya, maka Asoka tidak punya alasan untuk menolak.Hanya saja, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, apa alasan gadis itu repot-repot melakukannya? Tidak mungk
"Bi, gue nggak bisa nyimpen ini sendirian!" Kyra berujar heboh sesaat setelah membuka pintu apartemen Bianca dengan serampangan. Dia setengah berlari, masih memakai make up dan dandanan ala dayang dengan rambut yang disanggul ke belakang.Sementara itu, Bianca hanya melirik Kyra sekilas dan melanjutkan kegiatannya menonton TV sambil ngemil kentang goreng. Bianca sudah terlalu hafal dengan tabiat Kyra. Kalau tidak heboh dengan berita sekecil apapun, bukan Kyra namanya. Dia juga tak keget kalau Kyra mendadak histeris. Itu pasti kalau bukan karena Asoka, ya karena idol grup kesukaanya, VTS.Kyra melempar tasnya ke atas meja dan duduk bersila menghadap Bianca. Baru saja mulutnya terbuka siap bercerita panjang lebar, Bianca sudah lebih dulu menyumpal mulut Kyra dengan keripik kentang."Jaga nada suara. Jangan kelewat heboh," kata Bianca tenang, tak mempedulikan Kyra yang terbatuk-batuk."Yak!" Kyra menepuk bahu Bianca keras. Matanya melotot m
Ini pertama kalinya Adrian datang ke sebuah lokasi syuting di dalam gedung besar yang setiap set-nya di desain begitu megah dan realistik. Ah, tidak. Ini pertama kalinya Adrian benar-benar berada di lokasi syuting. Ada banyak kamera berbagai jenis dan kru yang hilir mudik. Banyak juga aktor-aktor baru maupun aktor berpengalaman yang ikut berpartisipasi dalam project drama ini. Jika Asoka memutuskan untuk menerima sebuah naskah, maka sudah bisa dipastikan bahwa rating dramanya akan tinggi dan uang mengalir deras. Bahkan iklan-iklan menunggu giliran untuk bisa masuk. Entah berapa miliar uang yang ditransfer ke rekening Asoka setiap bulannya. Yang pasti, Adrian yakin bahwa impian kakaknya untuk membeli sebuah pulau pribadi dan menetap di sana bisa terwujud. Kemudian, dia bisa hidup dengan deviden dari banyaknya saham yang sudah dia beli sejak awal karirnya. Ah, bukan main. Karena itulah Adrian ingin menjadi seperti kakaknya. Dia ingin punya banyak uang dan hid
Asoka tidak peduli jika sikapnya akan terlihat aneh di mata Kyra. Karena dia hanya ingin membuktikan apakah kutukan pelayan itu hanya menjangkitnya saja atau Adrian juga terkena imbasnya. Asoka harus membuat Kyra meminta Adrian melakukan sesuatu yang sangat dibenci cowok itu. Misalnya memotong rambut berponi yang Adrian bangga-banggakan pada followers sosial medianya itu? Atau meminta Adrian agar tidak membocorkan sesuatu yang menjadi rahasia Kyra? Tentang rahasia gadis itu yang seorang keturunan Patibrata, misalnya?Ah, Asoka jadi bingung sendiri. Dia tidak bisa berada di antara Adrian dan Kyra sepanjang waktu untuk mengawasi mereka."Kenapa Hyung tiba-tiba bawa aku ke lokasi syuting? Apa ini ada hubungannya sama Vanila? Ah, maksudku, Kyra Patibrata?" Adrian menyatakan rasa penasarannya saat mereka berada di ruang istirahat, hanya berdua saja. Cowok itu menatap sang kakak dengan sorot penasaran. "Aku juga baru tahu
Adrian memang bisa diandalkan. Berita tentang Kyra yang seorang Patibrata langsung tersebar di media sosial dan Kyra seketika menjadi tranding topik. Bukankah sekarang adalah saat yang paling tepat bagi Kyra untuk mundur? Menjadi pewaris Patibrata sekaligus aktris bukanlah sesuatu yang mudah dijalani. Kyra harus memilih salah satunya jika ingin hidup tenang.Senyum Asoka cerah sepanjang perjalanan pulang. Jika Kyra mengundurkan diri dari dunia entertrainer, maka Asoka tak perlu khawatir akan bertemu gadis itu dan identitas pelayan turun-temurunnya terbongkar. Asoka tidak akan punya muka lagi jika Kyra sampai tahu dan memanfaatkannya.Tepat ketika Asoka hendak keluar dari lift menuju parkiran basement, tiba-tiba seseorang menarik tangan Asoka dan membawanya ke sudut ruangan yang paling sepi. Asoka tak sempat menghindar dan menurut saja ditarik. Biasanya refleks Asoka cepat. Tapi ntah kenapa, dia seperti merasakan aura aneh yang memaksanya menurut.
Lagi-lagi, sikap Asoka membuat Kyra pusing. Bagaimana bisa cowok itu meminta Kyra untuk menjauhinya padahal mereka berada dalam lokasi syuting yang sama? Selain itu, Kyra terlalu mengidolakan Asoka hingga tak bisa jauh-jauh dari cowok itu. Kyra bahkan bisa memandangi wajah Asoka seharian tanpa merasa bosan.Jika dipikir-pikir lagi, bukankah Asoka memang sedikit aneh? Selain plin-plan, cowok itu juga dingin dan bersikap kejam pada Kyra. Memangnya salah Kyra apa sampai Asoka begitu benci dan ingin Kyra enyah dari hidupnya? Identitas Kyra yamg seorang penggemar berat, Asoka tidak mengetahuinya kan? Sebab Kyra sudah menutupi wajahnya dengan sebaik mungkin ketika menghadiri setiap acara Asoka. Dia bahkan sudah terbiasa pengap karena masker.Kyra menghela napas dalam-dalam, kemudian duduk dan membuka laptop. Rasanya sudah cukup lama Kyra tidak memeriksa blog khusus penggemar Asoka yang selama ini dia kelola. Kyra juga tidak punya kolek
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak
Rupanya, tempat tinggal kakek Asoka dan Adrian berada di luar kota, tepatnya di kaki gunung Sewu. Butuh perjalanan sekitar empat jam untuk sampai di sana. Namun, Kyra tak merasakan lelahnya karena sepanjang perjalanan dia terus-terusan mengoceh dan Asoka yang mendengarkan dengan saksama. Sesekali, Asoka akan menjawab meski hanya dengan gumaman atau kata-kata singkat. Meski begitu, Kyra sama sekali tidak keberatan.Udara sejuk langsung menerpa wajah Kyra saat dia membuka kaca jendela mobil. Rambutnya yang terurai langsung berantakan, beterbangan ke segala sisi. Kyra terkekeh dan merapikan rambutnya, sebelum menoleh dan menatap Asoka lugu. “Kak Soka harus sering-sering ngajak aku ke sini, soalnya udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah di sini lama-lama.” Senyum Kyra bertambah lebar. “Kita nginep kan? Gimana kalau tiga hari? Kak Soka sibuk nggak?”&ldq
‘Aku ada di depan apartemenmu.’Mata Kyra membulat saat melihat pesan dari Ayudia di ponselnya. Tak lama, suara bel berbunyi dari pintu depan. Kyra buru-buru meloncat dari kasurnya dan keluar kamar. Diketuknya pintu kamar Asoka berulang kali.“Kak Soka, buka pintunya! Ada yang urgent nih!” Kyra masih mengetuk-ngetuk sambil melihat pintu bagian depan yang masih tertutup rapat, takut jika tiba-tiba kepala Ayudia muncul dari balik pintu. “Kak Soka! Ada Kak Ayudia di depan!”Tak lama, pintu terbuka dan Asoka muncul dengan rambut acak-acakan. Dia menatap Kyra dengan sorot datar. “Apaan sih ribut-ribut. Kalau dateng ya suruh masuk aja.”“Ya seenggaknya aku mau peringatin Kak Soka buat akting jadi suami yang baik.” Kyra mengerucutkan bibir. “Jangan cu
Asoka pikir, hanya dirinya dan Bianca saja yang akan duduk di meja juri dan menilai kualitas akting para aktor rookie yang akan bergabung dengan agensi Kyra. Namun, rupanya juga ada Bianca dan juga... Kendra. Bagaimana bisa cowok itu ada di sini? Seharusnya dia ada di lokasi syuting drama action barunya, bukannya di sini sambil buang-buang waktu. Lagi pula, kenapa Kyra harus meminta bantuan Asoka jika sudah ada Kendra?Melihat Kyra yang langsung mengobrol akrab dengan Kendra tepat saat mereka tiba di lokasi entah mengapa membuat Asoka merasa... jengkel. Terlebih, Asoka merasa dikhianati karena Kyra tidak bilang jika dia juga mengajak Kendra.Duduk di kursi, Asoka kemudian memainkan ponselnya sambil menunggu pemilihan dimulai. Dia tidak ingin bertambah