Beranda / Romansa / My Butler Actor / BAB 9. Dewa Yang Suka Berulah

Share

BAB 9. Dewa Yang Suka Berulah

Asoka memang selalu terlihat luar biasa dalam kondisi apapun. Ia profesional ketika bekerja dan bersikap akrab dengan lawan mainnya. Segala hal yang berada di sekeliling Asoka seperti ikut merasakan sinar bintang yang mengelilingi cowok itu. Mata Asoka yang berkilat tajam saat memerankan tokoh pangeran bijaksana membuat hati Kyra meleleh. Bagaimana bisa ia mempunyai kemampuan akting yang luar biasa?

Sudah puluhan drama hingga film yang dibintangi Asoka selalu Kyra tonton, dan ia selalu mengagumi cara Asoka membangun chemistry dengan setiap lawan mainnya. Cowok itu selalu cocok dipasangkan dengan siapapun, baik aktris yang berusia lebih tua maupun lebih muda darinya. Dengan Videlia, ini adalah kali kedua Asoka terlibat dalam project yang sama. Mereka pernah satu frame dua tahun lalu di film bergenre romance-fantasy yang sukses meraup satu juta penonton pada penayangan hari pertamanya. Dan Kyra, cukup beruntung bisa menghadiri gala premier film itu karena koneksinya sebagai Patibrata.

Kini, melihat keduanya begitu dekat bahkan saat syuting telah berakhir membuat Kyra senang sekaligus iri. Kyra bahagia melihat kisah mereka di dalam drama. Tapi di kehidupan nyata, bisakah Kyra yang menggantikan posisi Videlia? Kyra sangat-sangat ingin menjadi pemeran utama bersama dengan Asoka. Dia ingin dekat dengan Asoka sebagai teman dan menaikkan levelnya dari seorang fans. 

Apakah Kyra terdengar serakah?

Ya. Tentu saja.

Kyra sudah sejauh ini. Dia berhasil masuk ke agensi yang sama dengan Asoka, dan dia juga berkesempatan berada dalam satu project drama dengan Asoka. Bukankah itu adalah berkah yang luar biasa? Kyra seperti akan jadi makhluk paling tidak tahu diri jika meminta lebih. Karena itulah, Kyra akan mengerahkan segala kemampuannya agar bisa bertahan di drama ini. 

Kyra tak akan membiarkan Asoka mendepaknya bahkan sebelum drama ini merilis treaser pertamanya! Karena, itu akan melukai harga diri Kyra. Dan juga hatinya. Sebab, tak ada hal yang paling menyakitkan di dunia ini selain diusir oleh idola sendiri. Benar, kan? 

Kyra tersentak saat seseorang menepuk pundaknya. Menoleh, dia mendapati Kendra yang sedang mengulum senyum manis dan mengepalkan satu tangannya ke udara memberi semangat. 

"Lo pasti bisa. Gue yang paling tahu sendiri gimana berbakatnya aktris Vanila, jadi, jangan biarin si brengsek Asoka nginjak-nginjak harga diri lo lagi, oke?" 

Mata Kyra seketika melotot. Dia refleks mencubit lengan Kendra karena kesal. Niat Kendra memang baik dengan memberi Kyra semangat. Hanya saja, dia tidak suka ketika ada orang yang mencerca Asoka. "Enak aja ngatain Asoka brengsek. Meski gimana pun kelakuan Asoka, dia tetap bakal jadi idola gue."

"Meskipun dia sering bentak staf dan sutradara?" sebelah alis Kendra menukik. "Atau ketika dia dengan seenak jidatnya nyuruh writer ngubah skrip yang udah disusun mateng-mateng?" 

"Asoka nggak kayak gitu!" Kyra menghentakkan kakinya kesal. Matanya melotot marah. Tentu saja Kyra tidak terima jika idola yang dia cintai dihina oleh orang lain, meski itu adalah sahabatnya sendiri. Meski harus berperang membawa tombak dan pedang, Kyra tak akan ragu. "Jangan fitnah idola gue seolah lo dewa." 

Kendra geleng-geleng kepala. Dia melipat kedua tangannya dan menatap Kyra seolah sedang mengomeli keponakannya yang bandel. "Gue udah beberapa kali ada project bareng sama Asoka. Udah bukan rahasia lagi soal kelakuan buruk Asoka dikalangan staf dan kru film. Tapi tetap aja, mereka berlomba-lomba buat dapetin Asoka karena popularitasnya." 

Kyra tidak segan-segan menginjak kaki Kendra kuat-kuat. "Gue nggak akan percaya sebelum lihat dengan mata kepala gue sendiri." Dada Kyra naik turun menahan emosi yang mulai memuncak. "Asoka pasti punya alasan tersendiri kalau dia bener ngelakuin apa yang lo bilang. Dan gue bakal tetap ngefans sama Asoka! Gue suka sama karyanya. Bukan attitude-nya." 

Bukannya marah dan kesal karena Kyra susah menerima kenyataan, Kendra justru terkekeh dan megusap puncak kepala Kyra gemas. "Dasar keras kepala. Kalau udah bucin emang gitu sih, susah buat nerima kenyataan." 

"Nggak apa-apa bucin asal bahagia." Kyra menyentak tangan Kendra di kepalanya sambil memeletkan lidah mengejek. "Toh, kebucinan gue nggak bakal ngaruh apa-apa di hidup lo." 

Bibir Kendra setengah mengerucut. Kyra memeletkan lidah mengejek. Kemudian, gadis itu setengah berlari sambil menjinjing kain jariknya menuju set yang digunakan untuk syuting. Jantung Kyra sudah berdebar keras menunggu gilirannya memainkan peran di depan Asoka. Kali ini, Kyra akan membuktikan bahwa dirinya mampu. Bahwa Asoka tidak akan punya alasan lagi untuk mendepak Kyra dari drama ini. 

****

"Gue pengin dayang itu mati setelah scene ini," kata Asoka kepada penulis dan sutradara yang tampak serius berdiskusi. Mereka sedang break sejenak sebelum ganti set. 

Bastian, sang sutradara, memandang Asoka bingung. "Maksudmu perannya Vanila?" 

Asoka mengangguk mantap. "Ya, gue pengin dia keluar secepatnya." 

"Tapi peran dayang Vanila masih ada sampai pertengahan episode." Bastian membuka-buka halaman skrip. "Peran dia cukup penting untuk membuat kedua tokoh utama semakin dekat." 

"Gue nggak mau tahu." Asoka mengibaskan tangan tak acuh. Jika Asoka tidak bisa mengusir Kyra dengan tangannya sendiri, maka dia bisa menggunakan Bastian. Peran Kyra harus hilang agar gadis itu bisa segera pergi. "Vanilla harus tetap ada di drama ini, tapi gue nggak mau dia terlalu lama ada." 

Benar. Asoka tidak bisa mengusir Kyra begitu saja. Tidak dengan memecatnya dengan cara tidak hormat. Tetapi jika perannya sudah selesai, maka mau tak mau, Kyra juga akan pergi dengan sendirinya. Dan setelah itu, Asoka tak perlu repot-repot menghindari cewek itu dan beresiko kutukan sialan ini diketahui. Jika sampai Kyra tahu bahwa Asoka tak bisa menolak permintaan gadis itu... entah apa yang akan terjadi? Asoka tidak sanggup membayangkannya. 

Dari pada menjadi budak Kyra, Asoka lebih memilih mati. 

"Kehilangan peran Vanilla di episode awal bakal ngerombak keseluruhan naskah." Bastian memijit ujung hidungnya karena lelah. "Tapi kalau kamu pengin Vanilla segera pergi, kita akan take seluruh adegan yang ada Vanilla-nya dulu. Mungkin bakal makan waktu paling cepat tiga minggu." 

Jika seperti ini, maka jadwal tayang drama akan semakin molor. Tetapi, memangnya apa yang bisa Bastian lakukan? Akan semakin gawat jika Asoka yang notabennya pemeran utama, mogok syuting. Tidak ada cara untuk membujuk Asoka. 

Sementara itu, Asoka tampak sedang menimbang-nimbang. Karena tidak bisa segera menyingkirkan Kyra, maka setidaknya Asoka harus mau berkompromi. Lebih baik bertahan menghadapi Kyra selama tiga minggu daripada tiga bulan, kan? 

"Oke. Deal," kata Asoka akhirnya. Diam-diam, seringai puas terlukis di bibir indahnya. 

Setelah drama ini berakhir, Asoka bersumpah untuk memblokir nama Kyra dari project-project Asoka mendatang. Dengan begitu, maka peluang dia bertemu Kyra lagi akan semakin menipis, kan? 

****

Kyra tidak tahu apa yang sedang terjadi. Seluruh kru, terutama di bagian properti, tampak semakin sibuk dengan pekerjaannya. Kyra juga bisa melihat beberapa kru tambahan datang untuk membangun set-set baru di ruangan yang masih kosong. Entah ini perasaan Kyra saja, atau sesuatu memang sudah terjadi? 

"Yok. Vanilla ganti kostum lagi. Scene sama Asoka dan Kendra udah mau mulai." Nila menepuk bahu Kyra pelan, membuat Kyra mengerutkan kening bingung. Kyra baru saja menyelesaikan dua scene bersama Videlia, dan seharusnya Kyra sudah bisa pulang sekarang. Tapi... kenapa mendadak harus shoot lagi? 

Kyra mengerjabkan mata. "Bukannya aku udah selesai, Kak? Kenapa ada lagi? Kali ini shoot adegan apa?" 

Nila mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Raut wajahnya tampak lelah sekaligus frustrasi. Perubahan mendadak ini membuat Nila harus mengubah seluruh jadwal yang sudah dia susun mati-matian. 

"Biasalah. Dewa kita berulah lagi. Aku sebenarnya udah nggak mau ambil project ini karena aktor utamanya Asoka, tapi..." Nila menghela napas panjang. Dia memutuskan untuk berhenti mengeluh, kemudian menyerahkan selembar kertas pada Kyra. "Itu jadwal shoot untuk tiga minggu ke depan. Kita selesaikan dulu bagian kamu." 

Kening Kyra terlipat semakin dalam. Peran Kyra tak terlalu menonjol di drama ini. Dia juga akan berakhir mati untuk menyelamatkan tokoh utama wanita. Tapi kenapa... seluruh adegan yang ada Kyra harus didahulukan? Bukankah itu mengganggu proses keseluruhan? 

Bola mata Kyra membulat saat menyadari sesuatu. Apa jangan-jangan.... ini adalah... ulah Asoka? Tapi kenapa? Kenapa dia seolah-olah ingin Kyra segera angkat kaki dari drama ini? Kyra harus menemui Asoka dan menanyakan kebenarannya! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status