Share

Wisang Sakit

last update Last Updated: 2023-09-26 08:42:58

Rasanya sedikit aneh  tidak mendengar suara Wisang  beberapa hari ini di rumahnya. Taka bertanya pada Genta, tetapi anaknya pun tidak tahu alasan di balik ketidakhadiran gurunya tersebut.

“Pak, Tuan Dimas meminta bertemu!” ucap Magda di line telepon. Magda  seorang sekretaris  Taka yang cantik dan menaruh hati pada pria tampan keturunan Jepang itu.

‘Suatu kebetulan yang bagus, aku bisa sekalian bertanya kepada Dimas mengenai kabarnya Wisang,’ ucap Taka di dalam hatinya sambil berjalan keluar dari ruangannya.

Di ruangan tamu kantornya, Taka melihat Dimas tengah duduk bersama seseorang. Seperti biasa, wanita itu adalah sekretarisnya yang sudah cukup dikenal juga oleh Taka karena selalu mengekori kemanapun Dimas melangkah. 

“Hai Bro, apa kabarmu?” tanya Dimas langsung menyambut kedatangan Taka yang menghampiri mejanya.

Kedua pria itu pun berangkulan saling memberi salam.

“Hai, aku Sandra,” ucap wanita itu sambil menyodorkan tangannya. Namun Taka mengabaikannya.

“Bagaimana kabarmu? Oh ya … bagaimana dengan Wisang? Cukup lama aku tidak melihat kalian jalan bersama,” tanya Taka yang justru mengalihkan perbincangannya dengan menanyai kabar mengenai Wisang. 

Senyuman Dimas pun terbit.

“Kau ini, selalu saja menanyakannya. Dia ada di rumah seperti biasa. Dia sibuk dengan semua materi lesnya. Wanita itu benar-benar terlampau kaku, dia tak pandai memahamiku. Selalu sibuk dengan lesnya, tidak seperti wanita lainnya yang banyak kegiatan lain yang bisa membuat gairah kita para lelaki semakin jatuh cinta,” ucap Dimas kepada Taka dengan sangat entengnya. 

Taka bisa melihat gestur Sandra yang terlihat puas dengan kalimat Dimas tersebut. Hal ini memunculkan tanya di benak Taka.

Senyuman Taka pun menyimpul. Pria keturunan Jepang ini merasa sangat kesal dengan Dimas, meski begitu dia tak bisa menunjukkannya sedikitpun karena tidak ingin jika Dimas sampai mencurigai kedekatannya dengan Wisang.

‘Kau hanya tidak tahu  seperti apa Wisangmu itu, Dimas.’ 

“Jika aku jadi kau, aku justru sangat ingin seorang wanita yang tetap di rumah menyambut kepulanganku. Itulah aku,” ucap Taka sambil mempelajari sebuah proposal yang disodorkan oleh Dimas kepadanya. 

“Hey Bro, ngomong-ngomong aku datang ke sini untuk urusan bisnis bukan mengurusi para wanita. Lagi pula mengerti apa kau soal wanita, pria single sepertimu tidak akan tahu apa-apa. Sangat pusing sekali memiliki seorang istri yang kaku dan lugu,” ucap Dimas sambil terlihat asyik menunjukkan ponselnya kepada Sandra. 

“Kau benar, mungkin aku pria single yang tidak tahu menahu seorang wanita. Tapi jangan lupa jika aku juga sudah pernah beristri dan istriku dulu … “ ucap Taka terhenti.

Kenangan mengenai mendiang istrinya membuatnya seketika merasa kembali kehilangan.

Tentu saja, ditinggalkan sang istri saat pernikahan mereka masih seumur jagung bukanlah hal yang mudah untuk Taka melupakannya.

“Jika aku jadi kau, akan lebih baik jika aku menjadikan istriku sendiri sebagai sekretarisku,” ucap Taka terkesan menyindir apa yang dilakukan oleh Dimas dan Sandra saat ini. 

Kedua orang itu terlihat saling bergenggaman tangan diam-diam di atas paha Sandra dengan ditutupi tas wanita itu.

Bola mata menyipit milik Taka mendadak melebar saat melihat Sandra bergelayut manja kepada Dimas setelah tegurannya itu. 

Hal ini membuatnya terganggu sekali. 

Tak ingin memperpanjang kunjungan Dimas, Taka segera menandatangani MOU kerjasama terbaru perusahaannya dengan perusahaan Dimas yang bergerak di bidang benang sebagai supplier resmi di perusahaannya itu.

Dimas memang sudah beberapa tahun ini menjadi mitra bagi perusahaan yang dikelola oleh Taka dalam menyediakan material produksinya

“Aku sendiri tidak mengerti sampai kapan kau akan sendiri? Carilah wanita, jangan terlalu sibuk mencari uang. Anakmu akan semakin besar, sementara kau belum menikmati hidupmu,” ucap Dimas di akhir perbincangan mereka.

Pria itu tampak bahagia sekali setelah melihat Taka dengan mudah menandatangani MOU nya, padahal ada beberapa perubahan di dalam proposal pengajuan tersebut yang ternyata luput dari pengawasan Taka.

“Baiklah kami pamit,” ucap Dimas kepada Taka. 

Pria itu kemudian meninggalkan ruangan tamu kantornya. Sementara Taka langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Wisang. 

“Halo, kau ada dimana?” tanya Taka saat Wisang mengangkat panggilannya. 

Setelah berbincang beberapa saat, Taka pun bersiap untuk pergi. Kebetulan semua janjinya hari ini sudah selesai dan sudah waktunya makan siang. Taka memilih salah satu restoran favoritnya yang memiliki menu oriental untuk mengajak Wisang makan siang di sana. 

Setengah jam berlalu, Taka sudah tiba di halaman rumah makan yang di reservasinya itu. Tapi mendadak dia menjadi ragu ketika melihat mobil milik Dimas terparkir di sana. Bola mata Taka pun mengelilingi sepanjang restoran yang memiliki dinding transparan itu.

“Mereka di sini!” ucap Taka saat melihat jelas jika Dimas bersama Sandra tengah menikmati makan siang mereka. 

“Jadi wanita itu rupanya,” ucap Taka sambil terus memperhatikan gestur tubuh Dimas dan Sandra yang sama sekali tidak mencerminkan jika mereka adalah atasan dan bawahan. 

Praduga Taka pun semakin kuat ketika melihat beberapa kali Dimas menyuapi Sandra makan. Sesuatu yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh atasan kepada staf nya.

Taka mendecih sebal. 

Pria keturunan Jepang ini pun langsung menelpon pihak restoran dan membatalkan reservasinya. Dia tidak peduli dengan sepuluh dolar yang sudah ditransferkan untuk mereservasi salah satu ruangan makan di dalam restoran tersebut.

Taka tidak ingin Wisang sampai tahu jika Dimas tengah berselingkuh di sana. 

Baru saja Taka hendak memutar balik mobilnya, pria itu menghentikan laju mobilnya saat melihat ke arah tangga di pintu masuk restoran. 

“Wisang!” ucapnya saat menyadari jika Wanita itu sudah berdiri di sana mungkin sejak tadi. 

“Sedang apa dia berdiri di situ?” ucap Taka menjadi gemas sendiri karena melihat Wisang justru tengah memandangi Dimas yang sedang asyik-asyikan dengan Sandra di dalam sana.

Taka menghentikan langkahnya, dia melihat Wisang begitu lemah sehingga dia membiarkan begitu saja suaminya bersama wanita lain.

Merasa tak tahan dengan sakit hati yang pastinya cukup menyakitkan untuk Wisang mengetahui dirinya diselingkuhi, Taka kemudian melangkah turun dan bergegas menghampiri wanita itu. 

“Manusia macam apa kau ini? Ayo pergi dari sini!” ucap Taka sambil menggenggam tangan wanita itu hendak mengajaknya pergi. 

“Ayo masuk, bukankah kau mengajakku makan di sini? Jadi ayo kita masuk,” ucap Wisang sambil meneruskan langkahnya naik menuju pintu masuk restoran tanpa mempedulikan ajakan Taka. 

“Kau sudah tak waras? Kau ingin melihat mereka lebih dekat? Kau ingin menyakiti dirimu sendiri?” ucap Taka sambil memandangi Wisang yang justru terlihat datar saja itu.

Senyuman menyimpul di sudut bibir Wisang.

“Aku punya satu kesimpulan untuk Dimas, dia menikahiku tanpa mencintaiku. Selesai.” ucap Wisang dengan raut wajahnya yang dingin membuat Taka geleng-geleng kepala. 

“Aku sudah membatalkan reservasinya, aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan. Kau ini punya hati atau tidak?” ucap Taka yang menjadi bingung dengan sikap Wisang yang tidak masuk akal ini. 

“Baiklah jika begitu, ayo pergi!” sahut Wisang dengan tetap tenang. 

Taka pun mengikuti langkah Wisang menuju parkiran, wanita itu nampaknya sudah mengenali mobil miliknya sehingga Taka tidak perlu lagi menunjukkan di mana mobilnya terparkir. 

“Kau yakin kau baik-baik saja?” tanya Taka lagi. 

“Semua akan membaik saat kau bisa berkompromi dengan keadaan. Tenanglah, aku tidak apa-apa,” ucap Wisang sambil membuang wajahnya ke arah luar mobil. 

Perlahan mobil berwarna hitam itu pun merayap di jalanan dan bergabung dengan kendaraan lainnya di ibukota ini dalam padatnya lalu lintas pada jam makan siang seperti saat ini. 

Taka menjadi tak enakan, pria ini mendapatkan jawaban dari pertanyaannya yang tadi tidak sempat diajukannya kepada Dimas. Dari apa yang sepintas dia ketahui hari ini, sudah jelas dan sudah cukup jawaban bagi Taka untuk mengetahui bagaimana rumah tangga Wisang dengan Dimas selama ini.

“Tenanglah, aku ada disini untukmu,” gumam Taka di dalam  hatinya.

Related chapters

  • My Beloved Partner   Lunch

    Taka kemudian mengajak Wisang ke sebuah restoran yang terlihat tidak terlalu ramai.Kebetulan sekali tempat itu menyediakan menu yang cukup recommended sehingga Wisang pun menyetujuinya. “Sebenarnya aku tidak peduli kamu mau mengajakku makan apa,” ucap Wisang sambil tetap membuang pandangannya ke arah luar mobil. Taka tahu jika saat ini suasana hati Wisang pasti sangat-sangat buruk. Baru saja Taka menepikan mobilnya di parkiran, sebuah panggilan telepon dari putranya masuk. “Oh begitu ya, baiklah … Tidak masalah. Lagi pula besok kan kau libur panjang. Jadi kau bisa berangkat bersama Nenek dengan tenang. Bye, ayah akan menjemputmu nanti,” ucap Taka kepada sang putra“Putraku akan bepergian dengan ibu. Entah apa yang sedang direncanakan oleh ibuku itu dia selalu saja memiliki kesibukan,” ucap Taka sambil melangkah turun dari mobilnya. Wisang kemudian mengikuti dan mereka berjalan beriringan menuju bagian dalam restoran. “Kau mau pesan menu apa?” tanya Taka. “Hatiku sedang tidak ny

    Last Updated : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Sentuhan Yang Hebat

    “So, kita makan lagi atau kamu mau istirahat dulu,” ucap Taka sambil meraih wanita itu ke dalam pelukannya.“Aku lapar lagi, makan dulu yu sebelum perutku bernyanyi panjang,” ucap wanita bernama Wisang itu kepada Taka dengan manjanya.“Okay, just of to you, honey,” bisik Taka sangat lembut.“Mulai deh, gombal,” ucap Wisang sambil mencubit kecil pinggang pria tersebut.Mereka kemudian berjalan ke arah restoran yang berada tidak jauh dari hotel tersebut. Dengan menggunakan sebuah koridor penghubung, mereka bisa mengakses restoran berkelas itu dengan sangat mudah.Pilihan Wisang pun berakhir pada sebuah restoran Sunda yang menyuguhkan berbagai suguhan khas bumi Parahyangan ini.“Aku suka nasi liwet komplitnya, bagaimana?” ucap Wisang kepada Taka meminta persetujuan pria tersebut.“Terserah, aku ikut saja,” jawab Taka seperti biasa.“Ah, dan dua porsi sundae ice cream untuk penutupnya ya,” ucap Wisang dengan tanpa segan memesankan menu makan siang mereka kali ini.Sambil menunggu pesanan

    Last Updated : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Jerat Hasrat (21+)

    “Kau membuatku basah,” ucap Taka sambil menarik tubuh Wisang ke dalam dekapannya.Wisang yang mulai mencium bau hormon berkembang sejak masuk ke kamar bungalow ini tidak bisa lagi menampik tatapan sendu Taka.“Keringat maksudku!” ujar Taka sambil menyentil dahi Wisang untuk kesekian kalinya.“Awww … seneng banget nyentil jidat orang sih? Sakit, tau!” balas Wisang dengan bibir yang sudah manyun. Membuat Taka semakin gemas pada istri orang ini.Wisang tersenyum, jeda berikutnya dia justru memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Taka. Dia mencondongkan tubuhnya hingga membuat Taka harus memundurkan tubuh untuk memberikan Wisang ruang.“Cium aku lagi,” ucap Wisang yang entah mendapatkan keberanian dari mana melakukannya.Wanita itu terus menatap Taka dengan intens, membiarkan gairah kembali menyapa mereka berdua kali ini.“Ayo Taka, aku menginginkannya,” ucap Wisang dengan semakin menghimpit pria itu.Dua buntalan kembar Wisang yang berada di balik kemeja berkancing wanita itu kini sem

    Last Updated : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Kesayangan

    “Sialan lu. Gue kaget tau!” balas Taka sambil melempar pulpen dari saku nya. Untung saja lemparan Taka meleset. Jika tidak, sudah dipastikan jidat Dimas sebagai tempat mendarat yang sempurna.“Lagian gue panggil dari tadi lu diem aje.”Taka hanya tertawa melihat sahabatnya yang semakin lama semakin berisi itu.“Sejak nikah gendutan, Lu?”“Susunya cocok dong!!” jawab Dimas memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi.Jawaban Dimas menggelitik batin Taka, jika saja dia tidak tahu kondisi rumah tangga Dimas, dipastikan dia akan ikut tertawa. Nyatanya Taka malah bersikap datar setelah tadi sempat tertawa. Dia melihat Dimas sebagai sosok lelaki yang tidak bertanggung jawab sekarang. Meskipun dia sendiri juga bukan lelaki baik karena mengajak istri sahabatnya sendiri berselingkuh.“Ngapain lu kesini?” tanya Taka setelahnya.“Lu ikutan tender kain batik yang diminta Pak Menteri?” tanya Dimas mulai serius. Dimas tahu sepak terja

    Last Updated : 2024-04-12
  • My Beloved Partner   Kunjungan Dadakan Bunda Mertua

    “Wisang … Wisang …!!” Terdengar suara mertua Wisang di balik pintu, membuat ciuman itu berhenti dan Taka menjerit karena bibirnya digigit Wisang.“Auuww …!!”“Shut! Diem Taka… sana cepet ke kamar aku dan ngumpet!! Ada mertua aku!”Taka langsung melotot dan lari terbirit-birit ke dalam kamar diikuti Wisang dan menyimpan Taka di lemarinya. “Jangan keluar sampai aku datang ya!” perintah Wisang yang membuat Taka mengernyit.“Kaki aku ga muat, Sayang!”“Tekuk aja udah. Cepet Taka!!”Taka langsung mendesah dan langsung menekuk kakinya agar muat di lemari Wisang yang memang tidak mempunyai ruang yang besar.“Ampun deh! Sempit banget!!” Umpat Taka pasrah saat Wisang langsung menutup lemari itu dan menguncinya.Sambil membereskan wajah dan bajunya yang sempat berantakan akibat ulah Taka, Wisang menenangkan degup jantungnya dan sebisa mungkin santai menghadapi mertuanya.Wisang membuka pintu itu dan ber

    Last Updated : 2024-04-12
  • My Beloved Partner   Gairah Malam

    Bagai petir di siang bolong. Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Taka, dan bukan suaminya membuat Wisang benar-benar dilanda dilema. Wisang hanya wanita yang membutuhkan kata-kata seperti itu. Merasa dibutuhkan? Siapa yang tidak seperti itu? Tapi kenapa harus Taka yang mengatakannya?Kenapa bukan suaminya sendiri? Wisang benar-benar muak terhadap kisah cintanya yang kandas. Jika pun Taka menganggap dia hanya pelarian?“Kau bukan pelarian,” ucap Taka seakan tahu apa yang sedang di pikirkan Wisang.“Benarkah?” balas Wisang dengan suara pasrahnya. “Mungkinkah aku akan terluka untuk kali kedua?” Taka menatap jauh ke dalam mata bulat milik Wisang. Dia mencoba mencari alasan mengapa Dimas memperlakukan Wisang sedemikian rupa? Salah apa wanita ini sampai Dimas sama sekali tidak berhasrat padanya. Wisang menurut pandangan Taka seratus delapan puluh derajat berbeda.“Sampai saat ini … aku tidak ada alasan untuk melukaimu! Jangan bertanya masa depan padaku, karena yang aku tahu saat

    Last Updated : 2024-04-19
  • My Beloved Partner   Diceraikan

    Desah dan lenguh terus terdengar silih berganti, membuat kamar luas yang berada di lantai atas rumah mewah bergaya minimalis ini mendadak terasa panas.Suhu AC yang menunjukkan angka 20°C nyatanya terasa panas untuk kedua insan yang kini tengah dimabuk gelora membara ini.Mereka tak juga berhenti saling memuaskan dahaga yang seakan baru saja menemukan pemiliknya."Tidak Mas, aku lelah." Wisang menahan tubuh kekar yang kini sedang menindihnya itu dengan kedua tangannya saat si pemilik tubuh hendak kembali mencumbunya."Maafkan aku, sayang." Taka pun mengubah cumbuannya menjadi kecupan lembut pada kening Wisang.Setelahnya, Taka kemudian melepaskan penyatuan mereka dan berbaring di sebelah Wisang."Kemarilah," ucap Taka sambil merentangkan tangan kanannya dan membawa Wisang berbaring di atasnya.Keduanya berpelukan dengan tenang, sementara kedua tangan mereka masih saling menggenggam."Tidurlah.""Kau mau tidur disini?""Ya, tentu saja." Taka menjawab sambil mengusap lembut kepala Wisan

    Last Updated : 2024-04-25
  • My Beloved Partner   Melawan

    Wisang merasa terpukul dengan tuntutan Dimas yang begitu tiba-tiba. Dia merasa seperti semua yang dia bangun selama ini runtuh dalam sekejap. Namun, di balik keputusasaan, ada api keberanian yang mulai berkobar di dalam dirinya. Dia tahu dia harus bertahan, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depannya. Dengan gemetar, tapi dengan tekad yang bulat, Wisang menolak untuk menandatangani surat cerai itu."Dimas, aku tidak akan menandatangani ini. Aku akan melawanmu, aku tidak akan membiarkanmu mengambil segalanya dariku," ucap Wisang dengan suara gemetar, tetapi penuh dengan tekad.Dimas terkekeh sinis, tetapi juga bisa merasakan bahwa Wisang tidak lagi menjadi wanita yang mudah ditekan seperti sebelumnya. Dia menyadari bahwa perlawanan dari Wisang tidak akan mudah, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja."Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Aku sudah bersiap untuk segala kemungkinan. Dan video itu... aku akan menghadapinya dengan kepala tegak. Aku tidak akan mem

    Last Updated : 2024-05-08

Latest chapter

  • My Beloved Partner   Akhirnya

    Keesokan harinya, Taka dan Wisang bertemu dengan tim keamanan untuk merencanakan langkah selanjutnya. Mereka memutuskan untuk meningkatkan pengamanan, bukan hanya di rumah, tetapi juga saat mereka bepergian. Taka memutuskan untuk tidak membiarkan Dimas melihat ketakutan mereka, tetapi lebih memilih untuk menunjukkan sikap tenang dan terkontrol.Di sisi lain, Dimas tidak berhenti mengawasi. Setiap langkah Taka dan Ghenta dipantau dengan cermat. Namun, Dimas juga menyadari bahwa Taka semakin berhati-hati dan mulai menyusun langkah yang lebih strategis.Pada suatu sore, ketika Taka dan Wisang sedang berbincang di ruang kerja, seorang pengacara dari firma hukum Taka datang membawa kabar penting. Ternyata, Dimas telah mulai menggerakkan pengaruhnya untuk mengancam bisnis Taka dengan berbagai cara—baik melalui penyebaran rumor maupun dengan memanipulasi pasar.“Ini sudah di luar dugaan kita,” kata pengacara itu. “Dimas telah membeli saham dari beberapa perusahaan sekutu Taka dan mulai membe

  • My Beloved Partner   Kelemahan Terbesar Taka

    Seminggu berlalu dengan persiapan penuh kecemasan dan antisipasi. Ghenta, anak semata wayang Taka, akhirnya tiba di Indonesia.Di bandara, Taka berdiri dengan Wisang di sampingnya. Kedua pria itu sama-sama tampak cemas namun penuh harapan. Ketika pintu kedatangan internasional terbuka, seorang bocah lelaki berusia sekitar 10 tahun muncul, membawa koper kecil dengan ekspresi penuh kegembiraan.“Papa!” serunya sambil berlari menuju Taka.Ghenta memandang Wisang dengan mata penuh rasa ingin tahu.Taka berdiri, menepuk bahu Ghenta dengan lembut. “Dia lebih dari sekadar sahabat Papa, Nak. Nanti Papa ceritakan.”Ghenta mengangguk kecil, lalu kembali memegang tangan Taka. “Aku lapar, Papa. Bisa kita makan sesuatu dulu?”Taka dan Wisang saling pandang sebelum mengangguk serempak. “Tentu. Ada kafe kecil yang Papa suka di dekat sini. Yuk, kita ke sana,” kata Taka sambil membawa koper Ghenta.---Di kafe, mereka duduk di meja sudut yang tenang. Ghenta dengan antusias menceritakan kehidupan di Er

  • My Beloved Partner   Ghenta Akan Pulang

    Taka menghela napas keras, tetapi menuruti permintaan Wisang. Dia kembali duduk, meski tubuhnya masih tegang seperti busur yang siap memanah. "Baik. Arka, lanjutkan."Arka menelan ludah, suaranya bergetar ketika dia mulai berbicara lagi. “Mereka memberiku tugas untuk mendapatkan informasi. Apa pun tentang keuangan yayasan, jaringan relasi kalian, bahkan proyek-proyek kecil. Mereka ingin tahu kelemahan kalian.”Wisang menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit. "Jadi, semua data yang bocor beberapa bulan terakhir... itu ulahmu?"Arka mengangguk pelan, rasa bersalah terpancar jelas di wajahnya. "Aku tidak punya pilihan, Wisang. Mereka mengancam keluargaku. Aku... aku hanya ingin melindungi mereka."Taka mencondongkan tubuh ke depan, matanya menatap tajam ke dalam mata Arka. "Dan sekarang, kamu akan menebus kesalahanmu. Kamu akan memberikan setiap nama, setiap detail, dan semua bukti yang kamu miliki. Jika tidak, aku sendiri yang akan memastikan kamu tidak bisa menyentuh ke

  • My Beloved Partner   Tidak main-main

    Taka berdiri di depan jendela, matanya menatap mobil yang terbakar di luar dengan tatapan yang keras. Suasana malam itu terasa semakin menegangkan. Wisang berdiri di sampingnya, tangan terkepal erat. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran, namun juga tekad yang membara.“Dimas... ini sudah di luar kendali,” bisik Wisang, suara bergetar, meski dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.Taka mengalihkan pandangannya ke Wisang, kemudian berbalik menghadapnya dengan tatapan penuh rasa waspada. "Tidak, ini bukan hanya Dimas. Ini lebih dari itu, Wisang. Kita tahu siapa yang berusaha menjatuhkan kita, tapi sekarang mereka semakin berani."Wisang menggelengkan kepala, kebingungan merayapi pikirannya. “Tapi bagaimana bisa mereka tahu kita sedang mencari bukti tentang Arka? Bagaimana mereka bisa mendekati kita tanpa kita ketahui?”Taka menggenggam bahu Wisang, menatapnya dengan serius. “Ada seseorang di dalam kita. Seseorang yang mendekatkan diri untuk mendapatkan kepercayaan kita. Dan dia sekarang be

  • My Beloved Partner   Surat Ancaman Lagi

    Meskipun Taka dan Wisang mulai menemukan kebahagiaan mereka setelah melalui banyak cobaan, bayang-bayang masa lalu yang penuh intrik dan pengkhianatan tetap mengintai di sudut kehidupan mereka. Beberapa bulan setelah pernikahan mereka, kedamaian yang mereka bangun mulai terganggu oleh sebuah ancaman yang tak terduga.Sebuah kabar buruk datang melalui surat yang dikirimkan ke kantor yayasan mereka. Surat itu berisi ancaman yang jelas: "Kalian pikir kalian sudah menang? Tidak akan ada yang bisa melarikan diri dari masa lalu. Semuanya akan runtuh, satu per satu."Taka dan Wisang merasa ketegangan mulai kembali merayapi hidup mereka. Meski mereka berpikir bahwa Dimas sudah tidak memiliki kekuatan lagi setelah kejatuhannya, surat ini jelas mengindikasikan bahwa seseorang, mungkin dari lingkaran Dimas yang masih memiliki sisa-sisa pengaruh, berusaha untuk merusak mereka lagi.Taka menggelengkan kepalanya, matanya tajam menatap surat itu. “Ini pasti dari seseorang yang ingin membalas dendam.

  • My Beloved Partner   Mempercepat Investigasi

    Pesan itu membuat jantung Wisang berdetak kencang. Dia tahu bahwa Dimas pasti sudah mendapatkan informasi tentang mereka. Meskipun dia berusaha menenangkan dirinya, ketegangan kembali melanda. “Taka, kita harus lebih berhati-hati. Dimas tahu apa yang kita lakukan. Dia sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar,” ujar Wisang dengan suara tegang.Taka mengerutkan kening, merasakan dorongan kemarahan yang tiba-tiba. “Kami tidak akan mundur sekarang, Wisang. Ini saatnya untuk membuat langkah berani. Dimas tak bisa terus mendikte hidup kita. Kita harus hadapi dia dengan cara yang lebih besar.”Malam itu, mereka memutuskan untuk mempercepat proses investigasi dan mempersiapkan langkah hukum yang lebih tegas. Mereka tidak hanya ingin membersihkan nama yayasan, tetapi juga memberikan pelajaran kepada Dimas tentang betapa berbahayanya kebohongan dan manipulasi yang ia sebarkan.Namun, mereka tidak bisa bekerja sendirian. Dalam pertemuan rahasia dengan beberapa sekutu yang mereka percayai, me

  • My Beloved Partner   Dimas Tahu Rencananya

    Minggu-minggu berikutnya terasa penuh dengan ketegangan bagi Taka dan Wisang. Mereka terus berusaha untuk membersihkan nama yayasan dari tuduhan palsu yang dilontarkan Dimas. Setiap langkah mereka diawasi dengan cermat oleh para pihak yang ingin melihat mereka gagal. Namun, meskipun beban yang mereka tanggung semakin berat, mereka berdua tetap saling mendukung, berpegangan tangan dengan kuat dan saling memberi semangat.Sementara itu, Dimas semakin terobsesi dengan menghancurkan mereka. Ia tahu bahwa jika ia bisa mengalahkan Taka dan Wisang, ia akan bisa merebut kembali kekuasaan yang pernah ia miliki dan menjadikan mereka sebagai sasaran untuk balas dendam. Dengan pengaruh yang masih dimilikinya, Dimas mulai merancang serangan-serangan lebih licik, memanfaatkan celah di dunia bisnis dan politik untuk memanipulasi keadaan demi keuntungannya.Pada suatu malam, Taka dan Wisang duduk bersama di kantor yayasan, melihat laporan investigasi yang telah mereka susun bersama tim pengacara. Tak

  • My Beloved Partner   Lamaran Tak Terduga

    Hari itu, setelah hampir seminggu penuh dengan pertemuan hukum dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kebakaran, Wisang dan Taka akhirnya punya waktu untuk duduk bersama, beristirahat sejenak dari segala keruwetan. Mereka berada di sebuah kafe kecil yang sepi, di sudut kota yang sering mereka kunjungi sejak dulu. Tempat itu memiliki kenangan tersendiri bagi mereka, kenangan akan masa-masa sulit yang telah mereka lewati bersama.Wisang duduk dengan tenang, menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap Taka yang terlihat lelah namun tetap tegar. "Kamu sudah melalui banyak hal, Taka. Aku terkejut melihat bagaimana kamu bisa tetap teguh menghadapi semuanya."Taka menatap Wisang, senyumnya penuh kehangatan. "Karena aku tahu, aku tidak sendirian. Kamu ada di sini dengan aku. Itulah yang membuatku bisa bertahan."Wisang terdiam sejenak, hatinya dipenuhi oleh perasaan yang sulit diungkapkan. Mereka sudah melalui banyak hal bersama: kebangkitan yayasan, konfrontasi dengan Dimas, dan ket

  • My Beloved Partner   Kesetiaan yang Dipertanyakan

    Setelah percakapan emosional mereka, Wisang dan Taka memutuskan untuk menghadapi skandal ini bersama. Namun, usaha mereka untuk mengatasi masalah itu belum selesai. Dimas masih menjadi ancaman besar. Sementara itu, berita tentang kebakaran perusahaan Taka mulai menyebar, membawa konsekuensi yang lebih besar dari sekadar kerusakan fisik.Dua hari kemudian, Taka menerima laporan dari tim investigasi kebakaran. Dokumen yang diserahkan kepadanya mengungkapkan sesuatu yang mencurigakan: kebakaran itu bukan kecelakaan. Ada jejak bahan bakar yang tidak biasa ditemukan di lokasi.“Ini sabotase,” kata Taka, menggenggam laporan itu dengan tangan gemetar. “Seseorang sengaja menghancurkan ini.”Wisang, yang berada di sampingnya, mencoba menenangkan Taka. “Kita harus melapor ke polisi dan mengusut ini sampai tuntas.”Namun, Taka menggeleng. “Tidak semudah itu. Kalau kita membawa ini ke pihak berwajib sekarang, reputasi perusahaan yang tersisa akan hancur. Investor akan pergi, dan aku akan kehilang

DMCA.com Protection Status