Home / Romansa / My Bad Doctor / 28. Dijebak

Share

28. Dijebak

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-08-24 20:23:02

“Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Jovi melirik semua orang yang ada di meja panjang itu.

Tentu saja yang duduk di ruangan VIP dengan meja panjang itu sebagian besar adalah teman-teman Vanessa, walau di sana ada juga Ezra yang adalah teman Jovi. Belum ditambah dengan beberapa lelaki lain dan ... balita.

“Tentu saja.” Perempuan berambut pendek yang tadi diperkenalkan sebagai Erika yang pertama menjawab. “Kau terlihat seperti lelaki yang tidak bertanggung jawab.”

“Maaf?” tanya Jovi dengan kedua alis terangkat.

“Katanya dokter, tapi kenapa terlihat serampangan?” Kini seorang ibu hamil yang berbicara, membuat Jovi menatapnya. Kalau tidak salah, tadi namanya Lydia.

“Aku kecewa.” Cinta yang berbicara paling akhir. “Padahal aku kenal kalian berdua, tapi tidak ada satu pun yang mengundangku?”

Jovi hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Sungguh, ini pertama kalinya dia berhadapan dengan begitu banyak orang hanya karena hubungan asmara. Perasaan waktu sama Manda d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Bad Doctor   29. Firasat Buruk

    [Manda: Maaf, tapi aku lupa kembalikan kartumu. Kalau mau pakai, gimana kalau kau datang ambil saja di kos? Aku lagi sibuk soalnya.] “Mati aku.” Jovi langsung memukul jidatnya cukup keras, sampai membuat sang sahabat yang duduk di depannya mendongak. “Kau belum mengambil kartu itu?” Ezra langsung bertanya tepat pada sasaran. “Menurutmu?” balas Jovi dengan pertanyaan bernada kesal. “Kemarin kau tidak akan meminjam uangku kalau kartunya sudah kembali dan saldomu masih ada,” balas Ezra dengan dua tangan terlipat. “Kau tidak berniat mengambilnya?” “Bagaimana mungkin aku pergi mengambilnya?” tanya Jovi dengan mata melotot. “Manda itu mantanku dan mamaku bisa jantungan kalau sampai ketahuan kartuku ada padanya.” Ezra hanya bisa mendengus, sembari menyeruput kopinya. Dia dan Jovi sedang berusaha mencari jalan keluar, untuk mengambil karu Manda di hari minggu yang cerah ini. “Itulah kenapa dari awal aku tidak setuju kau memberikan kartu pada Manda. Sekarang, kau kesulitan sendiri kan?

    Last Updated : 2024-08-25
  • My Bad Doctor   30. Siapa ya?

    “Apa kau punya waktu di minggu ini?” Hari sudah berganti ke hari Senin, ketika Vanessa bertanya pada suaminya. “Waktu untuk apa dulu?” Jovi yang sudah bersiap ke rumah sakit, mengerutkan kening. “Mama dan Bapak mau bertemu,” ucap Vanessa dengan kepala menunduk dan ekspresi sedih. “Aku bisa sih meluangkan waktu sebentar, tapi kenapa wajahmu terlihat sedih begitu?” Jovi yang bisa merasakan ketidaknyamanan sang istri tentu akan bertanya. “Masa sih?” jawab Vanessa berusaha untuk tersenyum. “Kalau kau tidak mau memberi tahu kegelisahanmu sih tidak masalah, tapi ... kenapa kau memanggil orang tuamu dengan panggilan bapak dan mama?” Setelah sekian lama, Jovi akhirnya bertanya juga. “Kenapa tidak bapak dan ibu, atau papa dan mama saja?” lanjutnya masih terlihat sangat bingung. “Karena bapak itu bukan ayah kandungku,” jawab Vanessa tanpa ragu. “Anak-anaknya memanggil dia bapak dan aku memanggil ibuku dengan sebutan mama.” Kedua mata Jovi berkedip pelan. Dia sedang mencerna apa saja ya

    Last Updated : 2024-08-27
  • My Bad Doctor   31. Posesif

    “Aku tidak tahu siapa kau, tapi berhenti menerorku,” hardik Vanessa ketika mengangkat telepon tidak dikenal. “Aku hanya berusaha menghubungi kakakku.” “Kalau kau menganggap Jovi hanya sebagai kakak, bagaimana kalau kau bercerai saja darinya?” Kening Vanessa langsung berkerut mendengar jawaban dari si penelepon. Dia kemudian menjauhkan ponsel dari telinga, hanya untuk melihat dengan jelas nomor yang tertera di sana. “Maaf, ini siapa ya?” Gagal mengenali nomor yang dia lihat, Vanessa pada akhirnya bertanya. “Apa sekarang kau amnesia atau apa?” tanya si penelepon terdengar sangat kesal. “Aku Manda. Pacarnya Jovi.” “Oh, si Mantan Gamon.” Vanessa akhirnya mengangguk mengerti. “Aku bukan mantan yang gagal move on, Sialan. Aku masih pacar Jovi dan kau yang merebutnya dariku,” hardik Manda terdengar makin kesal saja, bahkan mungkin marah. “Dengar.” Vanessa perlu berbisik untuk berbicara dengan Manda, karena tidak ingin didengar orang lain. “Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Jovi di

    Last Updated : 2024-08-31
  • My Bad Doctor   32. Kakak Aneh

    “Eh, lepasin sialan!” Seseorang memekik dengan keras. “Itu kata-kataku brengsek! Kau duluan yang menjambak rambutku.” Kedua alis Jovi langsung terjungkit naik, ketika mendengar suara yang dia kenal. Itu jelas-jelas adalah suara Vanessa. Makin terkejut lagi, ketika dia melihat istrinya sedang saling menarik rambut dengan entah siapa. Padahal dia baru saja sampai di depan kantor sang istri, tapi malah mendapati Vanessa sedang bertengkar. Luar biasa sekali. “Hei, ada apa ini?” Jovi mendekat untuk mencari tahu. “Tidak tahu juga.” Seseorang menjawab. “Tiba-tiba saja mereka saling jambak dan berteriak.” “Lepaskan aku babi penggoda!” Perempuan yang tidak Jovi kenali, berteriak cukup keras. “Aku tidak menggoda siapa pun, Sialan. Dia itu kakakku.” Vanessa balas berteriak. Sebelah alis Jovi terangkat mendengar suara teriakan yang saling bersahutan itu. Sepertinya, dia bisa menduga apa yang terjadi di sini. Tapi kenapa tidak ada yang menghentikan kekacauan ini. “Hei, bisakah kalian ber

    Last Updated : 2024-09-01
  • My Bad Doctor   33. Diusir

    “Kakakmu itu kenapa sih?” Begitu sampai ke rumah, Jovi langsung bertanya. “Hah? Memangnya Kak Ben kenapa? Perasaan dia baik-baik saja,” jawab Vanessa dengan kening berkerut. “Dia memang baik-baik saja, tapi ... tatapannya tadi itu loh.” Jovi agak ragu saat menjelaskan. “Kayak dia tidak suka dengan kedekatan kita.” “Memangnya tadi kita dekat?” Jujur saja, Vanessa merasa bingung dengan pernyataan sang suami. “Ya, iyalah.” Jovi melotot, karena merasa istrinya terlalu aneh. “Memangnya tadi kita tidak gandengan tangan? Terus tadi aku juga sempat memegang rambutmu.” Kening Vanessa berkerut mendengar apa yang dikatakan lelaki yang tampak marah itu. Mereka memang melakukan itu semua, tapi bukankah memang harus seperti itu? Lagi pula, apakah itu terlihat dekat dan mesra? “Aku tidak tahu apa yang kau maksud, tapi aku rasa sekarang tidak penting lagi membahas Kak Ben.” Vanessa segera mengalihkan pembicaraan. “Sekarang aku ingin tahu apakah kau sudah mengurus Manda?” “Dia kenapa lagi?” ta

    Last Updated : 2024-09-02
  • My Bad Doctor   34. Mesum

    “DASAR MESUM!” Vanessa berteriak keras, saat dia keluar dari kamar keesokan harinya. “What the ....” Jovi yang sedang santai meminum air, kini dengan panik menyembunyikan diri. “Apa yang kau lakukan?” pekik Vanessa dengan mata yang terpejam setengah. “Minum?” jawab Jovi dengan ragu-ragu, masih berjongkok di belakang counter table yang tinggi untuk menutupi dirinya. “Mana ada orang minum tanpa menggunakan sehelai benang pun? Hanya orang tidak waras yang berkelakuan seperti itu.” Jovi menggeram dan menunduk sebentar menatap tubuhnya yang memang tidak tertutup apa pun. Sekarang dia menyesal karena keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan pakaian terlebih dahulu. “Maaf, aku lupa ada kau di kamar.” Mau tidak mau, Jovi pada akhirnya mengaku saja. “Lupa?” Vanessa mendengus pelan. “Jadi maksudmu kalau tidak lupa, kau akan berkeliaran tanpa pakaian? Tidakkah itu tindakan orang mesum yang sakit jiwa?” “Aku baru selesai mandi di kamar mandi luar,” hardik Jovi kesal. “Bukan sesuatu yan

    Last Updated : 2024-09-04
  • My Bad Doctor   35. Perempuan Penggoda

    “Apakah itu normal?” Jovi bertanya dengan kedua alis terangkat. “Apanya yang normal?” Ezra balas bertanya pada sahabatnya itu. “Istri yang meminta izin memakai uang suami, bahkan dia ingin meminjam. Minta izin untuk meminjam uang.” Wajah Ezra yang terlihat di benda berbentuk pipih alias ponsel, tampak menaikkan sebelah alis. Dia terlihat bingung dengan kalimat yang diucapkan Jovi, terutama kalimat yang paling terakhir. “Aku tidak tahu kalau orang lain, tapi istriku tidak seperti itu.” Ezra mencoba menjelaskan, sambil mengingat. “Maksudku bagian yang minta izin untuk meminjam uang, tapi memang aku selalu diberitahu pengeluaran sekecil apa pun itu.” “Itu juga masih tidak masuk akal.” Jovi menggeleng tidak puas dengan jawaban yang dia dapat. “Manda tidak seperti itu.” “Tolong jangan samakan mantanmu, dengan wanita normal lainnya.” Ezra dengan cepat membantah. “Memangnya Manda tidak normal?” Jovi kini menaikkan sebelah alisnya karena makin bingung. “Tentu saja. Dia bahkan mungki

    Last Updated : 2024-09-06
  • My Bad Doctor   36. Dijebak

    “Siapa yang kau sebut dengan perempuan penggoda?” tanya Jovi dengan tatapan menyipit. “Maaf, aku hanya salah bicara saja.” Aurora dengan terburu-buru mengoreksi ucapannya. “Kebetulan, aku juga mengenal seseorang yang bermana sama dan dia bukan perempuan baik.” “Yang kau kenali mungkin tidak baik, tapi jangan samakan dengan orang lain yang bernama sama,” desis Jovi tampak kesal. “Maaf.” Jovi mengembuskan napas cukup keras, untuk menetralkan emosi. Dia menatap dokter perempuan di depannya, dengan tatapan kesal. Sayangnya, Jovi tidak bisa asal menghukum junior begitu saja. “Pergilah saja.” Pada akhirnya, Jovi hanya bisa mengusir saja. “Lupakan saja tentang makan siang, karena aku merasa harus pergi ke tempat lain.” “Tapi ....” “Tolong Aurora,” potong Jovi kini kembali kesal. “Aku tidak ingin mengasari perempuan, siapa pun itu.” Mau tidak mau, Aurora memilih untuk menyerah saja. Dia tentu tidak ingin membuat lelaki di depannya menjadi lebih marah lagi. Itu tentu akan berdampak bu

    Last Updated : 2024-09-07

Latest chapter

  • My Bad Doctor   128. Pasangan Seumur Hidup

    "Gangguan bicara kadang terjadi pada pasien dengan pendarahan otak." Dokter bedah saraf memberi tahu. "Efeknya bisa jadi permanen, tapi bisa juga hanya sementara saja." "Saran saya, Mbak Vanessa boleh dicoba untuk terapi bicara saja dulu. Mungkin Dokter Danapati dan Dokter Jovi bisa sekalian ikut membantu. Saya yakin kalian bisa membantu untuk terapi juga." Walau terbalut dengan perban, semua orang tahu kalau Vanessa tengah mengerutkan keningnya. Dia sungguh tidak menyangka akan mendengar penjelasan seperti itu dari dokter yang menanganinya. Padahal, dia bisa bersuara walau tidak bisa merangkai kata. "Tidak apa-apa, Nes." Jovi berusaha untuk tersenyum dan menenangkan istrinya, ketika dokter yang menangani pergi. "Masih diterapi karena ini hanya gangguan sementara saja. Mungkin kau sudah bisa kembali berbicara dengan baik setelah beberapa minggu." Sayang sekali, Vanessa menggeleng. Dia tentu saja menjadi orang yang paling terpukul atas gangguan bicara yang dia alami sekarang in

  • My Bad Doctor   127. Bisu

    "Jovi tunggu dulu." Anna berlarian mengejar lelaki yang dia panggil itu. "Hei, apa kau tidak mendengar?" Tentu Jovi tidak peduli dengan panggilan itu, karena dia sedang terburu-buru. Vanessa masih di ruang operasi, jadi dia harus bergegas pergi ke rumah sakit. Jovi ingin berada di dekat sang istri. "Hei, apa kau tidak mendengar aku." Anna merentangkan tangan di depan motor yang baru saja dinaiki oleh Jovi. "Minggir," gumam Jovi yang sudah siap untuk berangkat. "Aku tidak mau." Sayang sekali, Anna bergeming. "Setidaknya berikan nomor ponselmu sebelum kau pergi." "Minggir sekarang atau aku akan menabrakmu." Jovi kembali meminta disertai dengan ancaman. "Berikan nomor ponselmu, agar kita bisa mengobrol dengan lebih tenang dan... Kyaa." Anna segera menghindar ketika Jovi benar-benar melajukan motornya. Padahal lelaki itu hanya melajukan motor dengan sangat lambat untuk menakut-nakuti. Tentu saja itu membuat Anna langsung menghindar karena takut ditabrak. "Tunggu dulu." Rupa

  • My Bad Doctor   126. Pengganggu

    "Mahasiswa baru ya?" Jovi mendongak ketika dia mendengar ada suara di sebelahnya. Ada seorang perempuan yang tampaknya lebih muda dari dirinya, tersenyum dengan sangat lebar. Hal yang membuat Jovi mendengus pelan. "Ada masalah dengan status kuliahku?" tanya Jovi kini kembali menatap ke depan. Sekarang ini, Jovi memang sudah mulai menjalankan kuliah kembali dan ini adalah hari pertamanya. Padahal, hari ini bersamaan dengan jadwal operasi Vanessa. Tapi karena dia juga tidak bisa bolos pada semester baru dan hari pertama, jika ingin cepat lulus. Alhasil Jovi memilih untuk pergi ke kampus dengan perasaan was-was. "Tidak ada sih." Bukannya menyerah, perempuan tadi malah duduk di sebelah Jovi yang memang kosong. "Tapi aku boleh berkenalan denganmu kan? Namaku Anna." "Maaf, tapi tidak bisa." Jovi segera menolak dan memilih untuk pindah ke deretan kursi paling belakang, walau dia suka duduk di tengah. "Kenapa tidak bisa?" tan

  • My Bad Doctor   125. Waktu Untukmu

    "Keguguran?" tanya Cindy dengan kedua alis terangkat. "Ya." Danapati mengangguk pelan. "Dan sepertinya baik Jovi maupun Vanessa tidak tahu tentang kehamilan itu. Bahkan Jovi mengaku sempat memberikan Vanessa obat untuk menghalangi kehamilan, tapi mungkin lupa diminum karena bertengkar." Cindy terduduk di kursi yang ada di dalam ruangan suaminya. Dia yang sejak tadi menunggu di sana karena Vanessa harus dibiarkan sendiri untuk istirahat, benar-benar merasa sangat terkejut. Padahal cucu adalah hal yang sangat Cindy inginkan, tapi dia malah kehilangan. "Ini mungkin hukuman untukku," bisik Cindy pelan. "Ini pasti karena aku menindas Vanessa dan memaksanya untuk memiliki anak yang tidak mereka inginkan." "Jangan menyalahkan dirimu." Danapati mencoba untuk menenangkan sang istri. "Itu semua terjadi bukan karena dirimu." "Ya." Cindy tidak segan untuk mengangguk, ketika mengingat apa yang terjadi. "Ini semua karena mobil sialan yang tid

  • My Bad Doctor   124. Keguguran

    "Dasar orang gila." Cindy nyaris saja berteriak, ketika masuk ke dalam kamar rawat inap menantunya. "Masa anaknya koma begini malah minta uang tiga ratus juta." "Pantas saja Vanessa selalu terlihat stres ketika membicarakan keluarganya." Danapati mengembuskan napas lelah. "Ternyata mereka memang sakit jiwa." "Tidak apa-apa." Hanya Jovi yang terdengar tenang, walau raut wajahnya jelas tidak terlihat baik-baik saja. "Setidaknya mereka tidak akan berani untuk mendekati Vanessa lagi setelah ini." "Ya, kau benar." Cindy mengangguk paham. "Memang lebih baik meminta mereka untuk membuat surat pernyataan seperti tadi." Saat kedua orang tua Vanessa meminta uang, Jovi memang langsung menyanggupi dengan satu syarat. Keluarga mereka tidak boleh lagi muncul di hadapan Vanessa, apa pun yang terjadi. Memang syarat itu terkesan durhaka, tapi itu rasanya akan lebih baik untuk Vanessa. Orang tua perempuan itu bahkan tidak mau repot-repot menjenguk putrinya yang sedang sekarat setelah menerima

  • My Bad Doctor   123. Minta Berapa?

    "Kau baru saja melakukan apa?" Gery bertanya dengan bola mata yang membesar. "Aku menabrak perempuan gendut itu," jawab Manda dengan santainya, bahkan sambil mengikir kuku. "Tadi aku kebetulan melihat mereka bergandengan tangan saat menyeberang jalan. Karena kesal, aku langsung asal tabrak saja. Untung hanya perempuan gendut itu yang benar-benar tertabrak," lanjut Manda seolah yang dia katakan bukanlah apa-apa. "Kau gila." Gery menggeleng pelan. "Kalau dia mati bagaimana?" "Mana mungkin dia mati." Manda malah menghardik. "Kejadian itu terjadi tepat di depan rumah sakit, jadi pasti dia akan segera diselamatkan. Apalagi perempuan itu kan menantu pemilik rumah sakit yang katanya akan segera bergelar direktur. Dia pasti diutamakan." "Tapi andaikata dia tidak selamat? Apa yang akan terjadi denganmu?" tanya Gery dengan kedua alis terangkat. Manda tidak langsung menjawab dan terlihat berpikir terlebih dahulu. Dia bahkan menghentikan kegiatannya mengikir kuku, karena pertanyaan san

  • My Bad Doctor   122. Bersekongkol

    Jovi berlarian mengikuti gerakan ranjang rumah sakit. Di atasnya, terbaring Vanessa yang nyaris sebagian tubuhnya ditutupi oleh warna merah dan luka. Aurora mengikuti di belakang, dengan kondisi yang seratus persen baik-baik saja. "Maaf dokter, Jovi." Seorang perawat menghalangi. "Kami harus memeriksa dia dulu, jadi Dokter Jovi juga bisa merawat luka." "Tapi aku tidak bisa berjauhan dari Vanessa," jawab Jovi terus menatap istrinya yang sudah mulai dikerumuni tenaga kesehatan di ruang IGD. "Dokter Jovi." Perawat yang sudah berumur itu kembali menghalangi, ketika lelaki yang dia ajak bicara mencoba untuk maju. "Kau tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk membantu memeriksa keadaan Vanessa, jadi lebih baik kau pergi merawat lukamu saja. Setelah kau sudah merasa lebih baik, datanglah untuk membantu." "Dia benar." Kali ini, Aurora ikut berbicara. "Biar aku bantu merawat lukamu." "Ini karena kau lagi kan?" gumam Jovi dengan tatapan yang masih terlihat kosong. "Kau bekerjasama d

  • My Bad Doctor   121. Kecelakaan

    Kaki Vanessa tidak berhenti bergerak di bawah meja. Saking cepatnya gerakan kakinya yang mengetuk lantai, meja itu sampai bergetar. Tentu saja, Vanessa bahkan tidak menyadari hal itu. "Kenapa mejanya bergetar ya?" Seseorang bertanya. "Mungkin ada seseorang yang sudah tidak sabar ingin pulang." Seseorang yang lain melemparkan candaan dan membuat semua orang tertawa. Tentu saja Cindy dan Vanessa juga ikut tertawa pelan, tapi mereka berdua tahu siapa pelakunya. Hal yang membuat Cindy memegang kaki sang menantu dengan cukup keras. "Sayang, yang sabar sedikit ya." Cindy berbisik pelan. "Kita tunggu papamu mengatakan bagiannya dan kita bisa turun ke bawah." "Aku sedang mencoba, Ma." Mau tidak mau, Vanessa harus mengangguk. "Tapi ini tidak akan berlangsung lama kan?" "Kalau kau begitu merindukan Jovi, kirim saja pesan padanya. Minta dia yang datang menjemputmu." Cindy mengatakan itu, sembari mengedipkan sebelah mata untuk me

  • My Bad Doctor   120. Perasaan Aneh

    "Bukankah kita seharusnya tidak datang ke rumah sakit?" tanya Vanessa dengan kedua alis terangkat. "Kata Mama kita akan pergi ke perkumpulan?" "Benar." Cindy mengangguk dengan tenang. "Perkumpulan para istri dokter. Sejenis perkumpulan rutin yang kami lakukan, setelah rapat umum pemegang saham." "Rapat umum pemegang saham?" Vanessa masih bertanya dengan kedua alis terangkat. "Apakah maksudnya Mama juga akan ikut rapat?" "Tidak." Cindy kini menggeleng. "Yang ikut hanya papamu dan Jovi saja. Aku rasa sudah waktunya Jovi diperkenalkan dengan lebih intens pada semua orang, tentu saja bersama dengan dirimu yang mungkin akan mewarisi itu semua." Kini bukan hanya kedua alis Vanessa yang terangkat, tapi juga mulutnya terbuka. Dia tentu tidak akan menyangka kalau hari liburnya akan diisi dengan hal yang sangat bermanfaat, seperti yang dikatakan ibu mertuanya. "Tapi, Ma." Setelah cukup menenangkan diri, Vanessa langsung protes. "Aku dan J

DMCA.com Protection Status