Home / Romansa / My Bad Doctor / 31. Posesif

Share

31. Posesif

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-08-31 13:43:36

“Aku tidak tahu siapa kau, tapi berhenti menerorku,” hardik Vanessa ketika mengangkat telepon tidak dikenal. “Aku hanya berusaha menghubungi kakakku.”

“Kalau kau menganggap Jovi hanya sebagai kakak, bagaimana kalau kau bercerai saja darinya?”

Kening Vanessa langsung berkerut mendengar jawaban dari si penelepon. Dia kemudian menjauhkan ponsel dari telinga, hanya untuk melihat dengan jelas nomor yang tertera di sana.

“Maaf, ini siapa ya?” Gagal mengenali nomor yang dia lihat, Vanessa pada akhirnya bertanya.

“Apa sekarang kau amnesia atau apa?” tanya si penelepon terdengar sangat kesal. “Aku Manda. Pacarnya Jovi.”

“Oh, si Mantan Gamon.” Vanessa akhirnya mengangguk mengerti.

“Aku bukan mantan yang gagal move on, Sialan. Aku masih pacar Jovi dan kau yang merebutnya dariku,” hardik Manda terdengar makin kesal saja, bahkan mungkin marah.

“Dengar.” Vanessa perlu berbisik untuk berbicara dengan Manda, karena tidak ingin didengar orang lain. “Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Jovi di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • My Bad Doctor   32. Kakak Aneh

    “Eh, lepasin sialan!” Seseorang memekik dengan keras. “Itu kata-kataku brengsek! Kau duluan yang menjambak rambutku.” Kedua alis Jovi langsung terjungkit naik, ketika mendengar suara yang dia kenal. Itu jelas-jelas adalah suara Vanessa. Makin terkejut lagi, ketika dia melihat istrinya sedang saling menarik rambut dengan entah siapa. Padahal dia baru saja sampai di depan kantor sang istri, tapi malah mendapati Vanessa sedang bertengkar. Luar biasa sekali. “Hei, ada apa ini?” Jovi mendekat untuk mencari tahu. “Tidak tahu juga.” Seseorang menjawab. “Tiba-tiba saja mereka saling jambak dan berteriak.” “Lepaskan aku babi penggoda!” Perempuan yang tidak Jovi kenali, berteriak cukup keras. “Aku tidak menggoda siapa pun, Sialan. Dia itu kakakku.” Vanessa balas berteriak. Sebelah alis Jovi terangkat mendengar suara teriakan yang saling bersahutan itu. Sepertinya, dia bisa menduga apa yang terjadi di sini. Tapi kenapa tidak ada yang menghentikan kekacauan ini. “Hei, bisakah kalian ber

    Last Updated : 2024-09-01
  • My Bad Doctor   33. Diusir

    “Kakakmu itu kenapa sih?” Begitu sampai ke rumah, Jovi langsung bertanya. “Hah? Memangnya Kak Ben kenapa? Perasaan dia baik-baik saja,” jawab Vanessa dengan kening berkerut. “Dia memang baik-baik saja, tapi ... tatapannya tadi itu loh.” Jovi agak ragu saat menjelaskan. “Kayak dia tidak suka dengan kedekatan kita.” “Memangnya tadi kita dekat?” Jujur saja, Vanessa merasa bingung dengan pernyataan sang suami. “Ya, iyalah.” Jovi melotot, karena merasa istrinya terlalu aneh. “Memangnya tadi kita tidak gandengan tangan? Terus tadi aku juga sempat memegang rambutmu.” Kening Vanessa berkerut mendengar apa yang dikatakan lelaki yang tampak marah itu. Mereka memang melakukan itu semua, tapi bukankah memang harus seperti itu? Lagi pula, apakah itu terlihat dekat dan mesra? “Aku tidak tahu apa yang kau maksud, tapi aku rasa sekarang tidak penting lagi membahas Kak Ben.” Vanessa segera mengalihkan pembicaraan. “Sekarang aku ingin tahu apakah kau sudah mengurus Manda?” “Dia kenapa lagi?” ta

    Last Updated : 2024-09-02
  • My Bad Doctor   34. Mesum

    “DASAR MESUM!” Vanessa berteriak keras, saat dia keluar dari kamar keesokan harinya. “What the ....” Jovi yang sedang santai meminum air, kini dengan panik menyembunyikan diri. “Apa yang kau lakukan?” pekik Vanessa dengan mata yang terpejam setengah. “Minum?” jawab Jovi dengan ragu-ragu, masih berjongkok di belakang counter table yang tinggi untuk menutupi dirinya. “Mana ada orang minum tanpa menggunakan sehelai benang pun? Hanya orang tidak waras yang berkelakuan seperti itu.” Jovi menggeram dan menunduk sebentar menatap tubuhnya yang memang tidak tertutup apa pun. Sekarang dia menyesal karena keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan pakaian terlebih dahulu. “Maaf, aku lupa ada kau di kamar.” Mau tidak mau, Jovi pada akhirnya mengaku saja. “Lupa?” Vanessa mendengus pelan. “Jadi maksudmu kalau tidak lupa, kau akan berkeliaran tanpa pakaian? Tidakkah itu tindakan orang mesum yang sakit jiwa?” “Aku baru selesai mandi di kamar mandi luar,” hardik Jovi kesal. “Bukan sesuatu yan

    Last Updated : 2024-09-04
  • My Bad Doctor   35. Perempuan Penggoda

    “Apakah itu normal?” Jovi bertanya dengan kedua alis terangkat. “Apanya yang normal?” Ezra balas bertanya pada sahabatnya itu. “Istri yang meminta izin memakai uang suami, bahkan dia ingin meminjam. Minta izin untuk meminjam uang.” Wajah Ezra yang terlihat di benda berbentuk pipih alias ponsel, tampak menaikkan sebelah alis. Dia terlihat bingung dengan kalimat yang diucapkan Jovi, terutama kalimat yang paling terakhir. “Aku tidak tahu kalau orang lain, tapi istriku tidak seperti itu.” Ezra mencoba menjelaskan, sambil mengingat. “Maksudku bagian yang minta izin untuk meminjam uang, tapi memang aku selalu diberitahu pengeluaran sekecil apa pun itu.” “Itu juga masih tidak masuk akal.” Jovi menggeleng tidak puas dengan jawaban yang dia dapat. “Manda tidak seperti itu.” “Tolong jangan samakan mantanmu, dengan wanita normal lainnya.” Ezra dengan cepat membantah. “Memangnya Manda tidak normal?” Jovi kini menaikkan sebelah alisnya karena makin bingung. “Tentu saja. Dia bahkan mungki

    Last Updated : 2024-09-06
  • My Bad Doctor   36. Dijebak

    “Siapa yang kau sebut dengan perempuan penggoda?” tanya Jovi dengan tatapan menyipit. “Maaf, aku hanya salah bicara saja.” Aurora dengan terburu-buru mengoreksi ucapannya. “Kebetulan, aku juga mengenal seseorang yang bermana sama dan dia bukan perempuan baik.” “Yang kau kenali mungkin tidak baik, tapi jangan samakan dengan orang lain yang bernama sama,” desis Jovi tampak kesal. “Maaf.” Jovi mengembuskan napas cukup keras, untuk menetralkan emosi. Dia menatap dokter perempuan di depannya, dengan tatapan kesal. Sayangnya, Jovi tidak bisa asal menghukum junior begitu saja. “Pergilah saja.” Pada akhirnya, Jovi hanya bisa mengusir saja. “Lupakan saja tentang makan siang, karena aku merasa harus pergi ke tempat lain.” “Tapi ....” “Tolong Aurora,” potong Jovi kini kembali kesal. “Aku tidak ingin mengasari perempuan, siapa pun itu.” Mau tidak mau, Aurora memilih untuk menyerah saja. Dia tentu tidak ingin membuat lelaki di depannya menjadi lebih marah lagi. Itu tentu akan berdampak bu

    Last Updated : 2024-09-07
  • My Bad Doctor   37. Orang Mesum

    “Oh, ayolah! Lepaskan aku.” Vanessa masih mencoba untuk melepaskan diri dari sekuriti yang menyeretnya. “Kau tidak bisa mengasariku seperti ini tanpa bukti.” “Ini perintah atasan.” “Atasanmu sekali pun, harus punya bukti sebelum menangkapku seperti kriminal,” pekik Vanessa mencoba untuk menarik perhatian banyak orang, berharap akan ditolong. Sayangnya orang-orang yang melihat kejadian itu, hanya menatap dengan nada bertanya. Beberapa bahkan memilih untuk merekam apa yang terjadi. “Tidak bisa seperti ini.” Vanessa kembali berteriak. “Kalian harus melepasku, kalau tidak aku akan melapor ke polisi.” “Melapor ke polisi?” Lelaki yang menjadi nasabah Vanessa kini muncul, padahal mereka masih di lobi dan sama sekali masih jauh dari ruangan lelaki itu. “Lapor saja kalau kau mampu,” lanjut lelaki tadi dengan senyum lebar. “Toh, pada akhirnya tetap aku yang akan menang.” Vanessa menggeram kesal. Dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh lelaki angkuh di depannya. Sang nasabah, pastinya ak

    Last Updated : 2024-09-08
  • My Bad Doctor   38. Kebohongan

    “Seharusnya kau tidak perlu seperti itu,” desis Vanessa terlihat agak kesal. “Aku menyelamatkanmu, tapi kau malah protes?” tanya Jovi dengan kedua alis yang terangkat. “Masalahnya, karena kau memukul kita sekarang jadi di kantor polisi tahu,” hardik Vanessa dalam nada rendah. “Ini hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar, apalagi kau dokter dan dia pengusaha.” “Apa hubungannya dengan pekerjaan?” Tentu saja, Jovi akan merasa bingung. “Berhubungan, karena ini menyangkut reputasimu sebagai dokter. Menurutmu, apa masih ada orang yang mau berobat pada dokter yang suka memukul orang?” “Lalu, apa hubungannya dengan pengusaha?” Walau tadi sudah sempat mengangguk mengerti, Jovi kembali bertanya. “Dia punya banyak uang dan bisa menghalalkan segala cara untuk menjebloskan kita ke penjara. Uang bisa membeli segalanya.” Jovi kembali mengangguk. Dia kini mengerti apa yang dikhawatirkan oleh Vanessa, tapi baginya itu adalah kekhawatiran yang sangat tidak berguna. Jovi ingi

    Last Updated : 2024-09-10
  • My Bad Doctor   39. Mantan Pembuat Onar

    “Dia siapa?” tanya Vanessa dengan suara berbisik, menatap sekian banyak tato yang menutupi tubuh lelaki yang menyapa tadi. “Temanmu?” Alih-alih menjawab, Jovi hanya menatap lelaki yang baru saja menyapanya. Lelaki itu juga melakukan hal yang sama, bahkan dia sampai menatap Vanessa dengan kening berkerut. “Walau aku pikir itu hanya bercanda, aku dengar kau sudah putus dari Manda.” Tiba-tiba saja, lelaki tadi mendengus pelan. “Aku pikir kenapa, tapi rupanya hanya karena perempuan tidak jelas ini.” “Maaf?” tanya Jovi dengan kening berkerut. “Aku tidak menyangka kau lebih memilih perempuan gendut seperti ini, dari pada Manda yang seksi.” Lelaki tadi, menggoyangkan tangannya, seolah sedang melukis bentuk tubuh seseorang. “Kau.” Jovi yang terlihat berang, sudah mengepalkan tangan dan beranjak maju. Untung saja Vanessa kali ini lebih sigap untuk menahan suaminya, agar tidak melakukan kekerasan. “Jovi, ini di kantor polisi,” desis Vanessa pelan. “Kau bisa kena masalah jika berulah.”

    Last Updated : 2024-09-14

Latest chapter

  • My Bad Doctor   155. Akhirnya (TAMAT)

    "Kenapa kau tampak pucat?" Jovi menanyakan itu dengan kening berkerut. "Apa kau sakit?" "Tidak kok." Vanessa dengan cepat menggeleng. "Aku hanya belum memakai lipstik." "Yakin?" tanya Jovi, sembari memperhatikan istrinya yang pergi ke meja rias dan memakai lipstik. "Apa kita tidak usah pergi saja?" "Jangan begitu dong. Yang menikah ini kan teman kita berdua dan salah satu dokter di rumah sakit juga. Masa kita berdua tidak hadir." "Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja." Jovi benar-benar khawatir ketika melihat istrinya. "Atau kita singgah ke rumah sakit saja dulu? Kebetulan stetoskopnya aku tinggal di sana." "Tidak perlu Joviandri." Kali ini, Vanessa berbicara dengan lebih jelas. "Sebaiknya, kita berangkat sekarang. Karena kalau tidak, nanti terlambat." Walau masih keberatan, Jovi pada akhirnya hanya bisa mengalah. Vanessa benar-benar merajuk ingin segera berangkat ke tempat acara, karena rumah mereka kebetulan agak jauh juga. Apalagi, kali ini mereka menginap di rumah ora

  • My Bad Doctor   154. Bukan Rahasia Lagi

    "Kau itu kenapa?" tanya Vanessa, pada lelaki di depannya. "Kenapa wajahmu berantakan begitu?" "Aku dipukuli Ayah," jawab Ardy dengan nada kesal. "Kau melakukan apa lagi?" Kali ini giliran Jovi yang bersuara, sembari mempersiapkan beberapa hal untuk mengobati pasiennya itu. "Pasti melakukan hal yang aneh kan?" "Aku memang melakukan sesuatu, tapi bukan sesuatu yang harus dipukuli seperti sekarang," gerutu Ardy mencebik kesal. "Pelan-pelan ya," lanjutnya ketika Jovi sudah akan mengobati wajahnya. "Tidak akan ada seorang ayah yang akan memukuli putranya seperti ini, jika tidak melakukan hal yang tidak sepatutnya." Vanessa mengatakan itu dengan kedua tangan terlipat di dada. "Jadi katakan saja. Kami akan mendengar dan tidak akan menghakimi." Ardy mengembuskan napas cukup keras. Dia tidak bisa langsung menjawab, karena selain sedang diobati di bagian sudut bibir, Ardy juga tidak bisa mengatakan alasannya dengan jujur. Bia

  • My Bad Doctor   153. Hasil

    "Bisa jelaskan ini pada Kakak, Ra?" tanya seorang lelaki berkacamata pada Aurora. Sayangnya, perempuan yang berprofesi sebagai dokter itu pun tidak bisa menjawab. Lebih tepatnya, Aurora membatu dengan mulut terbuka saking terkejutnya melihat kehadiran orang-orang di rumahnya. "Kok malah bengong sih. Ra?" Kali ini seorang perempuan yang sedang menggendong anak bayi yang berbicara. "Ini pacarmu kan? Tapi kenapa malah datangnya rombongan?" "Maaf." Tiba-tiba saja Aurora memekik. "Tapi boleh saya bicara berdua dulu dengan Ardy?" Dua orang tua yang duduk di atas sofa saling melirik, sebelum menatap putra mereka. Tentu saja dua orang tua ini merasa tindakan Aurora barusan sedikit tidak sopan, apalagi mereka seperti tidak disambut dengan baik. "Biar aku bicara dengan Aurora dulu ya." Untung saja Ardy cukup cepat tanggap dan segera beranjak dari tempatnya duduk. "Maaf, ya Om dan Tante." Tahu dirinya terlihat sedikit kurang ajar, Aurora tak lupa mengucap maaf. "Saya pinjam anaknya d

  • My Bad Doctor   152. Melamar

    "Aku tidak hamil, Ar. Jadi tolong jangan terus menggangguku," desis Aurora terlihat sangat kesal, dengan ponsel menempel di telinga. "Apa kau sudah periksa?" Sayangnya, Ardy tidak mau menyerah begitu saja. "Kalau sudah, perlihatkan hasilnya. Aku hanya akan menerima hasil dari rumah sakit dan tidak dengan test pack." "Yang benar saja. Kalau aku memeriksa ke rumah sakit tempatku bekerja, nanti aku akan digosipi orang-orang. Aku tidak mau itu terjadi." Sang dokter masih bersikeras. "Itu memalukan." "Kau merasa malu karena teman-temanmu tahu, atau tidak mau sampai Jovi tahu?" Ardy membalas dengan pertanyaan. "Kenapa tiba-tiba membicarakan Jovi?" "Tentu saja karena dia adalah calon penerus rumah sakit tempatmu bekerja. Sedikit banyak, dia pasti akan tahu kalau kau memeriksakan diri kan? Lagi pula, rumah sakit tidak hanya satu." Aurora memijat pangkal hidungnya, merasa terlalu banyak hal yang membuatnya sakit kepala belakangan ini. Tentu saja Ardy adalah salah satunya. Lelaki it

  • My Bad Doctor   151. Gejala Hamil

    "Jadi bagaimana dengan perjalananmu dengan Ardy?" Aurora langsung melirik kesal ke arah suara yang dia dengar. Padahal dirinya baru masuk ke dalam ruang praktik, tapi malah sudah menemukan seseorang yang menyebalkan di sana. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Vanessa. "Bukankah kau harusnya bertanya pada dirimu saja dulu?" tanya Aurora yang kemudian menyimpan tasnya. "Bagaimana dengan program kehamilanmu?" "So far so good." Vanessa mengangguk tanpa ragu. "Cuma memang belum ada hasil saja. Mungkin setelah kuliah Jovi di semester ini berakhir, kami mau mencoba inseminasi saja." "Secepat itu?" Aurora menaikkan sebelah alisnya, menghentikan kegiatan menggunakan sneli. "Apa tidak mau menunggu lebih lama lagi? Bukankah katanya kau mau sekolah lagi?" "Iya sih, tapi entah kenapa pengennya begitu." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Akan lebih baik aku hamil saat sedang kuliah, dibanding melahir

  • My Bad Doctor   150. Gara-Gara Setan

    "Apa yang terjadi di sini," gumam Aurora sembari menempelkan selimut dengan erat ke tubuhnya. "Aku juga tidak tahu," gumam Ardy dengan mata melotot. "Apanya yang tidak tahu brengsek." Dengan kekuatan penuh, Aurora melemparkan bantal ke arah lelaki yang dia temani. "Kau jelas-jelas melakukan sesuatu padaku." "Ya, tapi aku juga tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi." Ardy menjawab, sembari berusaha menghindar. Dia bahkan sampai keluar dari dalam selimut. "Jangan memperlihatkan tubuh telanjang sialanmu itu," pekik Aurora sembari memejamkan mata dengan sangat rapat. "Maaf." Ardy segera berjongkok dan bersembunyi di dekat ranjang. Entah bagaimana, dua orang itu pagi ini berakhir di atas ranjang yang sama dengan keadaan tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuh. Padahal kemarin mereka hanya berniat untuk berlibur di daerah sekitar pegunungan yang bisa dijangkau tanpa mendaki, tapi malah berakhir di hotel. Padahal, kemarin rasanya semua baik-baik saja. Setidaknya, sampai huj

  • My Bad Doctor   149. Berlibur Bersama

    "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Ardy?" Aurora menatap perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruangan praktiknya dan langsung memutar mata karena gemas dan kesal. Hanya ada satu orang yang bisa membuat dia kesal, terutama saat jam kerja seperti sekarang. "Tidak bisakah kau berhenti menyelinap ke ruanganku, saat aku sedang bekerja?" Aurora tidak segan untuk menegur, sekalipun dia adalah menantu direktur. Yap. Penyusup itu adalah Vanessa. "Aku tidak menyelinap." Vanessa membantah dan segera duduk di kursi yang tersedia di depan meja dokter. "Aku mendaftar untuk bertemu denganmu tahu." "Sepertinya staff keuangan sangat kekurangan pekerjaan ya?" tanya Aurora dengan nada mengejek. "Bagaimana mungkin kau bisa berkeliaran saat jam kerja seperti sekarang? Kalau ingin bermain, bukankah lebih baik kau mencari Jovi?" "Pekerjaanku sudah selesai." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Entah kenapa, pekerjaan di rumah sakit sebesar ini tidak begitu banyak. Lalu soal Jov

  • My Bad Doctor   148. Dua Orang yang Cocok

    "Untuk apa kau ke sini?" tanya Aurora dengan kedua terlipat di depan dada. "Aku ini pasien loh. Masa kau memperlakukan pasien sejutek itu?" tanya Ardy yang sudah duduk di atas ranjang pasien dengan santainya. "Pasien apanya?" hardik Aurora terdengar kesal. "Kau jelas-jelas terlihat sangat sehat, berbeda dengan saat kau pertama kali datang ke sini." "Tapi aku benar-benar sakit." Ardy bersikeras. "Kalau begitu, bagian mana yang sakit?" Mau tidak mau, Aurora akhirnya bangkit dengan sneli yang dia pegang dengan erat. "Kalau aku tidak menemukan ada penyakit, maka aku akan memukulmu." "Kalau penyakit sih tidak ada, tapi aku terluka." Ardy tiba-tiba saja mengangkat kakinya. Dia tidak perlu menggulung celana untuk menunjukkan luka, karena hari ini menggunakan celana pendek. "Luka apa ini?" tanya Aurora dengan kening berkerut. Kini dia mulai terlihat serius. "Bukankah ini luka bekas gigitan hewan?" "Benar." Ardy mengangguk tanpa ragu. "Tadi pagi, aku digigit anjing tetangga." "

  • My Bad Doctor   147. Jodoh

    "Aurora dan Ardy?" tanya Jovi dengan sebelah alis terangkat. "Apa aku tidak salah dengar?" "Sama sekali tidak." Vanessa menggeleng pelan. "Soalnya, aku kemarin melihat interaksi lucu mereka dan itu menggemaskan. Sepertinya mereka akan cocok." Kening Jovi berkerut menatap istri yang dia peluk. Mereka sedang bersantai di atas ranjang, setelah menghabiskan malam panas bersama. Jovi sih masih ingin sekali lagi, tapi memilih menahan diri karena istrinya lelah. Alhasil mereka hanya berpelukan saja. "Tapi bagiku itu tetap aneh." Sayangnya, pikiran Jovi berbeda dengan sang istri. "Aku rasa sifat mereka bertolak belakang dan bisa memicu konflik." "Memangnya sifat kita tidak bertolak belakang?" Vanessa malah memukul dada bidang sang suami. "Sama sekali tidak." Jovi menyangkal dengan entengnya. "Kita sama-sama orang yang senang cari ribut." "Heh, aku tidak seperti itu ya." Kali ini Vanessa bukan memukul lagi, tapi mencubit. Tentu saja rasanya sakit, tapi Jovi hanya bisa meringis

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status