Beranda / Romansa / My Bad Doctor / 32. Kakak Aneh

Share

32. Kakak Aneh

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Eh, lepasin sialan!” Seseorang memekik dengan keras.

“Itu kata-kataku brengsek! Kau duluan yang menjambak rambutku.”

Kedua alis Jovi langsung terjungkit naik, ketika mendengar suara yang dia kenal. Itu jelas-jelas adalah suara Vanessa. Makin terkejut lagi, ketika dia melihat istrinya sedang saling menarik rambut dengan entah siapa.

Padahal dia baru saja sampai di depan kantor sang istri, tapi malah mendapati Vanessa sedang bertengkar. Luar biasa sekali.

“Hei, ada apa ini?” Jovi mendekat untuk mencari tahu.

“Tidak tahu juga.” Seseorang menjawab. “Tiba-tiba saja mereka saling jambak dan berteriak.”

“Lepaskan aku babi penggoda!” Perempuan yang tidak Jovi kenali, berteriak cukup keras.

“Aku tidak menggoda siapa pun, Sialan. Dia itu kakakku.” Vanessa balas berteriak.

Sebelah alis Jovi terangkat mendengar suara teriakan yang saling bersahutan itu. Sepertinya, dia bisa menduga apa yang terjadi di sini. Tapi kenapa tidak ada yang menghentikan kekacauan ini.

“Hei, bisakah kalian ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Bad Doctor   33. Diusir

    “Kakakmu itu kenapa sih?” Begitu sampai ke rumah, Jovi langsung bertanya. “Hah? Memangnya Kak Ben kenapa? Perasaan dia baik-baik saja,” jawab Vanessa dengan kening berkerut. “Dia memang baik-baik saja, tapi ... tatapannya tadi itu loh.” Jovi agak ragu saat menjelaskan. “Kayak dia tidak suka dengan kedekatan kita.” “Memangnya tadi kita dekat?” Jujur saja, Vanessa merasa bingung dengan pernyataan sang suami. “Ya, iyalah.” Jovi melotot, karena merasa istrinya terlalu aneh. “Memangnya tadi kita tidak gandengan tangan? Terus tadi aku juga sempat memegang rambutmu.” Kening Vanessa berkerut mendengar apa yang dikatakan lelaki yang tampak marah itu. Mereka memang melakukan itu semua, tapi bukankah memang harus seperti itu? Lagi pula, apakah itu terlihat dekat dan mesra? “Aku tidak tahu apa yang kau maksud, tapi aku rasa sekarang tidak penting lagi membahas Kak Ben.” Vanessa segera mengalihkan pembicaraan. “Sekarang aku ingin tahu apakah kau sudah mengurus Manda?” “Dia kenapa lagi?” ta

  • My Bad Doctor   34. Mesum

    “DASAR MESUM!” Vanessa berteriak keras, saat dia keluar dari kamar keesokan harinya. “What the ....” Jovi yang sedang santai meminum air, kini dengan panik menyembunyikan diri. “Apa yang kau lakukan?” pekik Vanessa dengan mata yang terpejam setengah. “Minum?” jawab Jovi dengan ragu-ragu, masih berjongkok di belakang counter table yang tinggi untuk menutupi dirinya. “Mana ada orang minum tanpa menggunakan sehelai benang pun? Hanya orang tidak waras yang berkelakuan seperti itu.” Jovi menggeram dan menunduk sebentar menatap tubuhnya yang memang tidak tertutup apa pun. Sekarang dia menyesal karena keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan pakaian terlebih dahulu. “Maaf, aku lupa ada kau di kamar.” Mau tidak mau, Jovi pada akhirnya mengaku saja. “Lupa?” Vanessa mendengus pelan. “Jadi maksudmu kalau tidak lupa, kau akan berkeliaran tanpa pakaian? Tidakkah itu tindakan orang mesum yang sakit jiwa?” “Aku baru selesai mandi di kamar mandi luar,” hardik Jovi kesal. “Bukan sesuatu yan

  • My Bad Doctor   35. Perempuan Penggoda

    “Apakah itu normal?” Jovi bertanya dengan kedua alis terangkat. “Apanya yang normal?” Ezra balas bertanya pada sahabatnya itu. “Istri yang meminta izin memakai uang suami, bahkan dia ingin meminjam. Minta izin untuk meminjam uang.” Wajah Ezra yang terlihat di benda berbentuk pipih alias ponsel, tampak menaikkan sebelah alis. Dia terlihat bingung dengan kalimat yang diucapkan Jovi, terutama kalimat yang paling terakhir. “Aku tidak tahu kalau orang lain, tapi istriku tidak seperti itu.” Ezra mencoba menjelaskan, sambil mengingat. “Maksudku bagian yang minta izin untuk meminjam uang, tapi memang aku selalu diberitahu pengeluaran sekecil apa pun itu.” “Itu juga masih tidak masuk akal.” Jovi menggeleng tidak puas dengan jawaban yang dia dapat. “Manda tidak seperti itu.” “Tolong jangan samakan mantanmu, dengan wanita normal lainnya.” Ezra dengan cepat membantah. “Memangnya Manda tidak normal?” Jovi kini menaikkan sebelah alisnya karena makin bingung. “Tentu saja. Dia bahkan mungki

  • My Bad Doctor   36. Dijebak

    “Siapa yang kau sebut dengan perempuan penggoda?” tanya Jovi dengan tatapan menyipit. “Maaf, aku hanya salah bicara saja.” Aurora dengan terburu-buru mengoreksi ucapannya. “Kebetulan, aku juga mengenal seseorang yang bermana sama dan dia bukan perempuan baik.” “Yang kau kenali mungkin tidak baik, tapi jangan samakan dengan orang lain yang bernama sama,” desis Jovi tampak kesal. “Maaf.” Jovi mengembuskan napas cukup keras, untuk menetralkan emosi. Dia menatap dokter perempuan di depannya, dengan tatapan kesal. Sayangnya, Jovi tidak bisa asal menghukum junior begitu saja. “Pergilah saja.” Pada akhirnya, Jovi hanya bisa mengusir saja. “Lupakan saja tentang makan siang, karena aku merasa harus pergi ke tempat lain.” “Tapi ....” “Tolong Aurora,” potong Jovi kini kembali kesal. “Aku tidak ingin mengasari perempuan, siapa pun itu.” Mau tidak mau, Aurora memilih untuk menyerah saja. Dia tentu tidak ingin membuat lelaki di depannya menjadi lebih marah lagi. Itu tentu akan berdampak bu

  • My Bad Doctor   37. Orang Mesum

    “Oh, ayolah! Lepaskan aku.” Vanessa masih mencoba untuk melepaskan diri dari sekuriti yang menyeretnya. “Kau tidak bisa mengasariku seperti ini tanpa bukti.” “Ini perintah atasan.” “Atasanmu sekali pun, harus punya bukti sebelum menangkapku seperti kriminal,” pekik Vanessa mencoba untuk menarik perhatian banyak orang, berharap akan ditolong. Sayangnya orang-orang yang melihat kejadian itu, hanya menatap dengan nada bertanya. Beberapa bahkan memilih untuk merekam apa yang terjadi. “Tidak bisa seperti ini.” Vanessa kembali berteriak. “Kalian harus melepasku, kalau tidak aku akan melapor ke polisi.” “Melapor ke polisi?” Lelaki yang menjadi nasabah Vanessa kini muncul, padahal mereka masih di lobi dan sama sekali masih jauh dari ruangan lelaki itu. “Lapor saja kalau kau mampu,” lanjut lelaki tadi dengan senyum lebar. “Toh, pada akhirnya tetap aku yang akan menang.” Vanessa menggeram kesal. Dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh lelaki angkuh di depannya. Sang nasabah, pastinya ak

  • My Bad Doctor   38. Kebohongan

    “Seharusnya kau tidak perlu seperti itu,” desis Vanessa terlihat agak kesal. “Aku menyelamatkanmu, tapi kau malah protes?” tanya Jovi dengan kedua alis yang terangkat. “Masalahnya, karena kau memukul kita sekarang jadi di kantor polisi tahu,” hardik Vanessa dalam nada rendah. “Ini hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar, apalagi kau dokter dan dia pengusaha.” “Apa hubungannya dengan pekerjaan?” Tentu saja, Jovi akan merasa bingung. “Berhubungan, karena ini menyangkut reputasimu sebagai dokter. Menurutmu, apa masih ada orang yang mau berobat pada dokter yang suka memukul orang?” “Lalu, apa hubungannya dengan pengusaha?” Walau tadi sudah sempat mengangguk mengerti, Jovi kembali bertanya. “Dia punya banyak uang dan bisa menghalalkan segala cara untuk menjebloskan kita ke penjara. Uang bisa membeli segalanya.” Jovi kembali mengangguk. Dia kini mengerti apa yang dikhawatirkan oleh Vanessa, tapi baginya itu adalah kekhawatiran yang sangat tidak berguna. Jovi ingi

  • My Bad Doctor   39. Mantan Pembuat Onar

    “Dia siapa?” tanya Vanessa dengan suara berbisik, menatap sekian banyak tato yang menutupi tubuh lelaki yang menyapa tadi. “Temanmu?” Alih-alih menjawab, Jovi hanya menatap lelaki yang baru saja menyapanya. Lelaki itu juga melakukan hal yang sama, bahkan dia sampai menatap Vanessa dengan kening berkerut. “Walau aku pikir itu hanya bercanda, aku dengar kau sudah putus dari Manda.” Tiba-tiba saja, lelaki tadi mendengus pelan. “Aku pikir kenapa, tapi rupanya hanya karena perempuan tidak jelas ini.” “Maaf?” tanya Jovi dengan kening berkerut. “Aku tidak menyangka kau lebih memilih perempuan gendut seperti ini, dari pada Manda yang seksi.” Lelaki tadi, menggoyangkan tangannya, seolah sedang melukis bentuk tubuh seseorang. “Kau.” Jovi yang terlihat berang, sudah mengepalkan tangan dan beranjak maju. Untung saja Vanessa kali ini lebih sigap untuk menahan suaminya, agar tidak melakukan kekerasan. “Jovi, ini di kantor polisi,” desis Vanessa pelan. “Kau bisa kena masalah jika berulah.”

  • My Bad Doctor   40. Surat Peringatan

    “Mungkin kau bisa berhenti membuat keributan dan pergi saja.” “Kau itu kenapa sih?” tanya Manda dengan tangan terlipat di depan dada. “Kau selalu menghalangi hubunganku dengan Jovi. Ada masalah atau kau hanya cemburu?” “Siapa yang kau sebut cemburu?” Manda hanya mendengus menahan tawa, melihat tingkah laku dokter muda di depannya. Dia sebenarnya sudah lupa nama dokter perempuan itu, tapi bisa membaca pada gantungan tanda pengenal. “Dokter Aurora, aku ini ke sini mau berobat dan memilih dokter Jovi. Aku tidak melakukan keributan loh,” ucap Manda dengan sombongnya. “Kau sebagai dokter, tentu tidak bisa mengusir pasien kan?” “Kau terlihat sangat sehat, jadi aku yakin kau datang hanya untuk mengganggu Jovi. Lagi pula, kalian sudah putus kan? Kenapa malah berobat pada mantanmu? Itu kan aneh.” “Dokter umum yang sedang praktik hanya Jovi saja,” balas Manda terlihat sangat geram. Aurora memutar bola matanya dengan kesal, karena yang dikatakan oleh Manda adalah benar. Saat

Bab terbaru

  • My Bad Doctor   78. Berkelahi

    “Kau bertengkar dengan suamimu? Kalau benar begitu, jangan coba-coba pulang ke rumah.” Kening Vanessa berkerut ketika mendengar suara sang ibu dari balik sambungan telepon. Padahal dia sudah berada di depan rumah, tapi sekarang malah diusir? Yang benar saja. “Apa aku pencet bel saja ya?” gumam Vanessa, menatap bel yang ada di depannya. “Tapi kan ini sudah jam sebelas malam. Anak-anak nanti malah terbangun karena ribut.” Vanessa dengan cepat menggeleng. “Mending aku pergi ke rumah teman-temanku saja.” Vanessa sudah mengambil ponsel, kemudian menghela napas. Dia sempat lupa jika teman-temannya pun sudah berkeluarga dan hari sudah malam. Tentu saja Vanessa tidak mungkin mengganggu keluarga orang lain bukan? Keluarganya sendiri tidak ingin diganggu, apalagi keluarga orang lain kan? Teman-temannya tidak hidup sendirian saja. “Menghubungi Kak Ben saja?” Jemari Vanessa melayang di atas nama sang kakak, yang tertera pada ponselnya. “Tapi sepertinya dia pergi tugas luar kota. Rasanya k

  • My Bad Doctor   77. Menginap Di Luar

    “Aku rasa, sebentar lagi aku akan menjadi istri Jovi.” Manda yang baru keluar dari rumah sakit, mengatakan hal itu sambil menempelkan ponsel di telinganya. "Setelah itu mungkin akan sulit untuk mencari lebih dari satu sumber pendapatan, tapi aku akan bekerja keras untuk Jovi.” “Itu sudah benar, Sayang.” Suara lelaki yang terdengar di balik sambungan telepon terdengar sangat puas. “Kita bisa memaksimalkan pendapatan dari satu orang saja dulu, setelah itu nanti baru dipikir lagi.” “Kalau begitu, mungkin aku harus menghapus beberapa tato dulu?” tanya Manda menatap tato pada pergelangan tangannya. “Calon mertuaku mungkin tidak akan terlalu menyukainya.” “Tapi aku sangat menyukainya,” keluh suara di ujung sambungan telepon. “Terutama yang ada di pangkal pahamu itu dan di bawah payudara. Itu seksi.” “Aku tidak akan menghapus bagian yang itu, jadi kau tenang saja.” Manda tertawa mendengarnya. “Aku hanya akan menghapus beberapa yang terlihat saja.” “Kalau itu demi masa depan kita, ak

  • My Bad Doctor   76. Dua Mantan

     “Kenalin, ini anakku satu-satunya loh.” Cindy tersenyum ceria, ketika memperkenalkan perempuan muda di sebelahnya pada sang putra.  “Halo.” Perempuan tadi mengulurkan tangan dengan senyum yang sama cerahnya. “Kenalin aku ....”  “Ma. Aku sedang sibuk.” Jovi memilih untuk menyela, sebelum perkenalan barusan selesai diucapkan. “Sudah ada pasien yang mengantri.”  “Ah, alasan.” Cindy mengibaskan tangan dengan santainya. “Mama tahu kau selalu cari alasan jika sedang ingin dijodohkan. Padahal kalau sama dua mantanmu yang lain, kau pasti mengizinkan mereka masuk ruanganmu, walau ada pasien.”  “Dua mantan?” tanya Jovi dengan sebelah alis yang terangkat.  “Manda dan Vanessa.”  “Ma.” Mendengar nama istrinya disebut, tentu saja Jovi akan menegur. “Vanessa bukan ....”  “Akan segera menjadi mantan. Kau menjanjikan Mama seperti itu.” Giliran Cindy yang menyel

  • My Bad Doctor   75. Undangan Ibu Mertua

     “Apa kita cerai saja ya?”  “Ya?” Jovi yang baru saja pulang dan masih membuka sepatu di sebelah rak sepatu langsung membulatkan mata dan menghentikan gerakannya.  “Buka saja dulu sepatumu.” Vanessa mengembuskan napas dengan berat. “Kalau sudah kita makan saja sambil bicara serius.”  Jovi pun melepas sepatunya dengan cepat. Meletakkan kunci mobil secara sembarangan dan bergegas untuk bergabung dengan sang istri.   “Sebelum kau mengatakan apa pun, aku ingin makan sedikit dulu.” Jovi segera memberi tahu, agar nanti dia tidak sakit perut.   “Makan saja.” Vanessa memberikan sepiring penuh nasi dan lauk. “Hari ini aku memasak nasi karena berpikir kita mungkin perlu tenaga ekstra.”  “Oh, aku suka dengan pemikiranmu.” Jovi mengangguk, sembari menyuap dengan lahap. Dia memang lapar.   “Tolong jangan menyimpulkan yang tidak-tidak, karena yang aku maksud

  • My Bad Doctor   74. Menjijikkan

     “Apa Mama sudah gila?” tanya Jovi dengan mata melotot.  “Sama sekali tidak,” jawab Cindy dari balik sambungan telepon.  “Aku ini sudah punya istri loh, Ma. Masa mau dikenalkan pada perempuan lain lagi?”  Apa yang dikatakan Jovi membuat mata Ezra-sang sahabat nyaris menyemburkan kopinya. Siapa pun akan terkejut mendengar hal yang baru saja dikatakan sahabatnya. Apalagi istri Jovi adalah sahabat dari istrinya.  “Istrimu itu sama sekali tidak berguna,” cibir Cindy. “Lagi pula, setelah kau menemukan perempuan yang tepat, kau pasti mau punya anak yang banyak.”  “Dengan siapa pun itu, aku tetap tidak mau,” balas Jovi yang kini menyugar rambutnya dengan sangat pelan, saking lelahnya dia berbicara dengan sang ibu. “Itu keputusanku juga, Ma. Bukan hanya keputusan Vanessa.”  “Kau pasti dihasut oleh dia.” Suara Cindy cukup keras, sampai sang putra perlu menjauhkan ponsel. Ez

  • My Bad Doctor   73. Dijodohkan

     “Ini apa?” tanya Meghan melempar setumpuk kertas pada perempuan gempal yang berdiri di depannya.  “Laporan, Bu. Juga berkas nasabah,” jawab Vanessa dengan kening berkerut. Dia sudah mengerjakan benda itu sejak pagi untuk disetor, tapi kenapa malah dikembalikan dengan kasar?  “Coba kau cek itu semua.” Meghan kembali membentak. “Menurutmu kenapa bagian reviewer mengembalikan semua hasil kerjamu? Pikirkan juga kenapa aku mengembalikan laporan mingguanmu.”  Walau tidak mengerti apa yang terjadi, Vanessa memungut kertas-kertas yang berserakan. Tidak terlalu banyak, karena sebagian besar sudah tidak perlu dicetak dan cukup dilihat pada komputer saja.  “Oh, sialan!” Vanessa berbisik sepelan mungkin, ketika dengan mudah menemukan kesalahannya. Bagian yang salah sudah dilingkari dengan spidol merah.  “Maaf, Bu. Sepertinya saya salah menulis angka.” Tentu saja Vanessa harus meminta maaf. “Untu

  • My Bad Doctor   72. Dibenci

     “Kalian berdua itu sebenarnya kenapa sih?” tanya Cindy terlihat sangat kesal. “Sebenarnya ingin punya anak atau tidak?”  Vanessa dan Jovi saling melirik satu sama lain, dengan kepala yang sedikit menunduk. Mereka berdua sama sekali tidak bisa melihat perempuan paruh baya di depan mereka dengan benar.   “Kalau ingin menunda, seharusnya bilang dari awal.” Cindy kembali menghardik  “Kami sudah sempat ....”  “Berikan alasan yang jelas.” Cindy memotong kalimat putranya dengan hardikan keras dan pelototan mata. “Memangnya kalian ada menjelaskan secara detail?”  “Maaf, Ma.” Vanessa melirik ke arah mertuanya dengan takut-takut, seraya mengangkat tangan.  “Apa?”  Vanessa tersentak mendengar suara keras sang ibu mertua. Bukannya dia bermental setipis tisu, tapi rasanya baru kali ini Vanessa melihat ibu mertuanya benar-benar marah dan itu menyeramkan. Unt

  • My Bad Doctor   71. Firasat Buruk

     “Jadi Bu Meghan menilaiku seperti itu ya?” Vanessa mengangguk pelan.   “Memang kenyataannya seperti itu, Vanessa. Itu bukan hanya sekedar penilaianku,” balas Meghan dengan sombongnya.  “Tapi lebih rendah yang mana?” Tiba-tiba saja Vanessa berdiri dan tersenyum dengan lebar. “Tidur dengan pacar sendiri, atau tidur dengan pacar orang? Leher Bu Meghan punya lebih banyak bekas merah loh waktu itu. Mau saya tunjukkan fotonya?”  “Apa maksudmu dengan itu?” Meghan memukul meja dengan wajah yang memerah karena marah dan bercampur sedikit malu.  “Semua orang di sini juga tahu faktanya, Bu.” Vanessa menantang dengan melipat tangan di depan dada. “Rocky itu awalnya pacarku yang Bu Meghan tikung entah dengan cara apa. Mungkin dengan membuka kaki di depannya.”  “Kau ....”   Meghan menunjuk perempuan gempal di depannya menggunakan jari telunjuk berkuku panjang. Bahkan kuku itu n

  • My Bad Doctor   70. Fitnah

     “Sebentar malam, kalian berdua harus bicara sama Mama dan Papa.”  Vanessa mengembuskan napas pelan, ketika mengingat apa yang dikatakan ibu mertuanya. Kejadian tadi pagi, tentu saja merupakan kejadian yang sangat memalukan sepanjang sejarah kehidupan Vanessa.  “Bagaimana bisa Mama Cindy malah menemukan karet pengaman bekas pakai Jovi?” desis Vanessa dengan suara sekecil mungkin. “Dasar dokter mesum sialan.”  “Kak Vanessa kenapa?” Putri yang baru saja berbalik, bertanya.  “Sedang banyak pikiran,” jawab Vanessa tanpa ragu.   “Apa yang membuatmu banyak pikiran?” Ardy ikut menimpali. “Apa karena pacarmu ....”  “Jaga mulutmu, Ardy.” Vanessa tentu saja akan melotot pada rekan kerja lelaki itu. “Jangan menyumpahiku dengan hal yang tidak-tidak.”  “Aku bahkan belum mengatakan apa-apa.” Ardy mengedikkan bahu, seolah tidak bersalah.  “

DMCA.com Protection Status