Home / Romansa / My Bad Doctor / 23. Masakan Mantan

Share

23. Masakan Mantan

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-08-17 16:50:14
“Astaga!” Vanessa menepuk keningnya, ketika membaca pesan yang baru saja dia baca. “Sepertinya aku harus pulang lebih cepat.”

“Loh? Kenapa?” Ardy langsung menoleh karena kaget.

“Aku ada sedikit urusan,” gumam Vanessa disertai dengan ringisan pelan. “Maaf karena tidak bisa ikut makan malam tim kali ini.”

Setelah mengatakan itu, Vanessa segera membereskan barang-barangnya. Dia yang baru saja selesai lembur, masih punya banyak kertas yang menumpuk. Alhasil, waktu membereskan meja jadi lebih lambat.

“Kenapa kau lama sekali?” Lelaki berhelm, menyapa Vanessa ketika dia sudah berada di luar gedung kantor.

“Kau sendiri kenapa tiba-tiba datang menjemput?” balas Vanessa dengan mata melotot. “Bukankah kau punya pasien darurat? Lagi pula, tumben naik motor?”

“Naik motor jelas lebih mudah,” jawab Jovi dengan santainya. “Lagi pula, pasiennya sudah membaik.”

Apa yang dikatakan oleh Jovi seratus persen benar. Dia tadi mendapat pesan dari Manda dan mengetahui perempuan itu sudah ba
5Lluna

Bena-bena minta maaf karena sempat libur tanpa pemberitahuan. Semoga kedepannya gak gitu lagi.

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Bad Doctor   24. Kakak Gula

    [Vanessa MD: Apa maksudnya, ketika seorang lelaki mengungkit masakan mantannya?] Vanessa menatap pesan yang dia kirimkan di grup chat-nya. Sudah beberapa lama, tapi belum ada yang membalas. Hal yang membuatnya ingin segera menghapus pesan itu, selagi belum ada yang membaca. “Oh, Kak Ben kirim pesan.” Sayangnya, sebelum Vanessa menghapus pesan yang dimaksud, pesan lain masuk. Hal yang membuatnya melupakan pesan gila yang dia kirim. [Brother Ben: Hai, adik cantikku. Bagaimana harinya? Apa ada waktu senggang?] “Ih, apaan sih,” gumam Vanessa dengan bibir mencebik. “Ini Kak Ben gombal banget deh.” Walau tampak kesal karena kakaknya agak berlebihan, Vanessa tetap menekan tombol untuk menelepon. Dia jauh lebih senang mengobrol, dibanding mengirim pesan. Tentu saja selain dengan teman-temannya yang sangat ribut itu. “Kenapa Kak Ben?” tanya Vanessa disertai dengan senyum lebar di wajahnya. “Mau ngajak aku makan siang di luar kah?” “Dibanding makan siang, bagaimana kalau makan malam sa

    Last Updated : 2024-08-18
  • My Bad Doctor   25. Ketahuan

    “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?” hardik seorang lelaki paruh baya. “Padahal berkas yang kami tanda tangani itu hanya bernilai sepuluh milyar, tapi kenapa sekarang berubah jadi lima belas?” “Sudah itu, ini bukan tanda tangan dari pihak kami. Serupa, tapi tidak sama.” Lelaki tadi, melempar tumpukan kertas di atas meja. “Maaf, Pak.” Mau tidak mau, Vanessa menundukkan kepala. “Pihak kami sepertinya melakukan sedikit kesalahan.” “Itulah kenapa aku enggan ketika bukan kau yang mengurus,” dengus lelaki paruh baya tadi. “Anak baru tidak pernah teliti mengerjakan berkas, belum lagi berbohong tentang kau yang cuti.” “Maaf Pak, tapi itu bukan saya yang ....” Vanessa memegang tangan juniornya yang terkepal di atas pangkuan. Memang bukan salah anak itu, tapi untuk sekarang ini lebih baik diam saja. Membantah, hanya akan menambah masalah lain. “Nanti akan saya coba bicarakan lagi dengan teman dan atasan saya ya, Pak.” Vanessa memberikan senyum termanisnya. “Tapi mohon untuk t

    Last Updated : 2024-08-19
  • My Bad Doctor   26. Melayani

    [Cinta B: BERANI-BERANINYA KAU MENIKAH TANPA MEMBERITAHU KAMI!] Vanessa mengembuskan napas panjang, ketika membaca pesan pada grup chat teman-temannya. Dia tahu suatu hari akan ketahuan, tapi tidak menyangka akan secepat ini. Padahal, tadi dia sudah berhasil lolos dari pertanyaan Putri. Saat di rumah sakit tadi, sang ayah mertua dipanggil oleh entah siapa. Itu yang membuatnya bisa lolos dan memberikan jawaban yang ambigu. “Ini Jovi dan itu tadi ayahnya.” Itulah yang diucapkan Vanessa dengan senyum kikuk. Untung saja Jovi bisa diajak bekerja sama. Lagi pula, Jovi juga harus segera pergi. [Vanessa MD: Maaf, soalnya itu sangat tiba-tiba. Tapi, dari mana kau tahu?] [Erika WJ: Wah, tidak benar ini. Sudah tidak mengundang, tiba-tiba lagi.] [Lydia A: Hm. Mencurigakan sekali.] [Vanessa MD: Kalau mau diceritakan, agak panjang untuk diketik. Intinya, aku terjebak dalam pernikahan ini. Detailnya, nanti kita ketemuan saja.] “Apa yang membuatmu sangat bersemangat mengetik?”

    Last Updated : 2024-08-20
  • My Bad Doctor   27. Perkenalan

    “Ya, Tuhan! Apa yang terjadi padaku?” desis Jovi yang tiba-tiba saja bangun dari posisi tidurnya, kemudian menggaruk kepala dengan keras. Setelah duduk pun, Jovi tidak lantas berhenti menggaruk kepala. Dia bahkan melakukannya lebih keras lagi, walau tidak ada rasa gatal. “Jangan menoleh. Jangan menoleh.” Sang dokter bergumam pelan seorang diri, mencoba menyugesti diri sendiri. Sayang sekali, upaya itu gagal dia lakukan. Pada akhirnya, kepala Jovi berputar untuk menatap perempuan yang sedang terlelap di atas ranjangnya. “Dia itu sebenarnya cantik ya,” gumam Jovi tanpa sadar, sembari memperhatikan wajah Vanessa dalam keremangan. Cahaya lampu tidur yang memantul di wajah bulat manis itu, membuat yang empunya kamar sampai megerutkan kening. Jovi mesampai perlu mencermati garis wajah itu dua kali, sampai tersenyum tipis. Ketika perempuan yang tatap itu membalikkan badan, Jovi bisa melihat bagian yang menggiurkan karena tidak tertutup selimut. Makin menggiurkan karena kerah piyama

    Last Updated : 2024-08-23
  • My Bad Doctor   28. Dijebak

    “Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Jovi melirik semua orang yang ada di meja panjang itu. Tentu saja yang duduk di ruangan VIP dengan meja panjang itu sebagian besar adalah teman-teman Vanessa, walau di sana ada juga Ezra yang adalah teman Jovi. Belum ditambah dengan beberapa lelaki lain dan ... balita. “Tentu saja.” Perempuan berambut pendek yang tadi diperkenalkan sebagai Erika yang pertama menjawab. “Kau terlihat seperti lelaki yang tidak bertanggung jawab.” “Maaf?” tanya Jovi dengan kedua alis terangkat. “Katanya dokter, tapi kenapa terlihat serampangan?” Kini seorang ibu hamil yang berbicara, membuat Jovi menatapnya. Kalau tidak salah, tadi namanya Lydia. “Aku kecewa.” Cinta yang berbicara paling akhir. “Padahal aku kenal kalian berdua, tapi tidak ada satu pun yang mengundangku?” Jovi hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Sungguh, ini pertama kalinya dia berhadapan dengan begitu banyak orang hanya karena hubungan asmara. Perasaan waktu sama Manda d

    Last Updated : 2024-08-24
  • My Bad Doctor   29. Firasat Buruk

    [Manda: Maaf, tapi aku lupa kembalikan kartumu. Kalau mau pakai, gimana kalau kau datang ambil saja di kos? Aku lagi sibuk soalnya.] “Mati aku.” Jovi langsung memukul jidatnya cukup keras, sampai membuat sang sahabat yang duduk di depannya mendongak. “Kau belum mengambil kartu itu?” Ezra langsung bertanya tepat pada sasaran. “Menurutmu?” balas Jovi dengan pertanyaan bernada kesal. “Kemarin kau tidak akan meminjam uangku kalau kartunya sudah kembali dan saldomu masih ada,” balas Ezra dengan dua tangan terlipat. “Kau tidak berniat mengambilnya?” “Bagaimana mungkin aku pergi mengambilnya?” tanya Jovi dengan mata melotot. “Manda itu mantanku dan mamaku bisa jantungan kalau sampai ketahuan kartuku ada padanya.” Ezra hanya bisa mendengus, sembari menyeruput kopinya. Dia dan Jovi sedang berusaha mencari jalan keluar, untuk mengambil karu Manda di hari minggu yang cerah ini. “Itulah kenapa dari awal aku tidak setuju kau memberikan kartu pada Manda. Sekarang, kau kesulitan sendiri kan?

    Last Updated : 2024-08-25
  • My Bad Doctor   30. Siapa ya?

    “Apa kau punya waktu di minggu ini?” Hari sudah berganti ke hari Senin, ketika Vanessa bertanya pada suaminya. “Waktu untuk apa dulu?” Jovi yang sudah bersiap ke rumah sakit, mengerutkan kening. “Mama dan Bapak mau bertemu,” ucap Vanessa dengan kepala menunduk dan ekspresi sedih. “Aku bisa sih meluangkan waktu sebentar, tapi kenapa wajahmu terlihat sedih begitu?” Jovi yang bisa merasakan ketidaknyamanan sang istri tentu akan bertanya. “Masa sih?” jawab Vanessa berusaha untuk tersenyum. “Kalau kau tidak mau memberi tahu kegelisahanmu sih tidak masalah, tapi ... kenapa kau memanggil orang tuamu dengan panggilan bapak dan mama?” Setelah sekian lama, Jovi akhirnya bertanya juga. “Kenapa tidak bapak dan ibu, atau papa dan mama saja?” lanjutnya masih terlihat sangat bingung. “Karena bapak itu bukan ayah kandungku,” jawab Vanessa tanpa ragu. “Anak-anaknya memanggil dia bapak dan aku memanggil ibuku dengan sebutan mama.” Kedua mata Jovi berkedip pelan. Dia sedang mencerna apa saja ya

    Last Updated : 2024-08-27
  • My Bad Doctor   31. Posesif

    “Aku tidak tahu siapa kau, tapi berhenti menerorku,” hardik Vanessa ketika mengangkat telepon tidak dikenal. “Aku hanya berusaha menghubungi kakakku.” “Kalau kau menganggap Jovi hanya sebagai kakak, bagaimana kalau kau bercerai saja darinya?” Kening Vanessa langsung berkerut mendengar jawaban dari si penelepon. Dia kemudian menjauhkan ponsel dari telinga, hanya untuk melihat dengan jelas nomor yang tertera di sana. “Maaf, ini siapa ya?” Gagal mengenali nomor yang dia lihat, Vanessa pada akhirnya bertanya. “Apa sekarang kau amnesia atau apa?” tanya si penelepon terdengar sangat kesal. “Aku Manda. Pacarnya Jovi.” “Oh, si Mantan Gamon.” Vanessa akhirnya mengangguk mengerti. “Aku bukan mantan yang gagal move on, Sialan. Aku masih pacar Jovi dan kau yang merebutnya dariku,” hardik Manda terdengar makin kesal saja, bahkan mungkin marah. “Dengar.” Vanessa perlu berbisik untuk berbicara dengan Manda, karena tidak ingin didengar orang lain. “Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Jovi di

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • My Bad Doctor   127. Bisu

    "Jovi tunggu dulu." Anna berlarian mengejar lelaki yang dia panggil itu. "Hei, apa kau tidak mendengar?" Tentu Jovi tidak peduli dengan panggilan itu, karena dia sedang terburu-buru. Vanessa masih di ruang operasi, jadi dia harus bergegas pergi ke rumah sakit. Jovi ingin berada di dekat sang istri. "Hei, apa kau tidak mendengar aku." Anna merentangkan tangan di depan motor yang baru saja dinaiki oleh Jovi. "Minggir," gumam Jovi yang sudah siap untuk berangkat. "Aku tidak mau." Sayang sekali, Anna bergeming. "Setidaknya berikan nomor ponselmu sebelum kau pergi." "Minggir sekarang atau aku akan menabrakmu." Jovi kembali meminta disertai dengan ancaman. "Berikan nomor ponselmu, agar kita bisa mengobrol dengan lebih tenang dan... Kyaa." Anna segera menghindar ketika Jovi benar-benar melajukan motornya. Padahal lelaki itu hanya melajukan motor dengan sangat lambat untuk menakut-nakuti. Tentu saja itu membuat Anna langsung menghindar karena takut ditabrak. "Tunggu dulu." Rup

  • My Bad Doctor   126. Pengganggu

    "Mahasiswa baru ya?" Jovi mendongak ketika dia mendengar ada suara di sebelahnya. Ada seorang perempuan yang tampaknya lebih muda dari dirinya, tersenyum dengan sangat lebar. Hal yang membuat Jovi mendengus pelan. "Ada masalah dengan status kuliahku?" tanya Jovi kini kembali menatap ke depan. Sekarang ini, Jovi memang sudah mulai menjalankan kuliah kembali dan ini adalah hari pertamanya. Padahal, hari ini bersamaan dengan jadwal operasi Vanessa. Tapi karena dia juga tidak bisa bolos pada semester baru dan hari pertama, jika ingin cepat lulus. Alhasil Jovi memilih untuk pergi ke kampus dengan perasaan was-was. "Tidak ada sih." Bukannya menyerah, perempuan tadi malah duduk di sebelah Jovi yang memang kosong. "Tapi aku boleh berkenalan denganmu kan? Namaku Anna." "Maaf, tapi tidak bisa." Jovi segera menolak dan memilih untuk pindah ke deretan kursi paling belakang, walau dia suka duduk di tengah. "Kenapa tidak bisa?" tan

  • My Bad Doctor   125. Waktu Untukmu

    "Keguguran?" tanya Cindy dengan kedua alis terangkat. "Ya." Danapati mengangguk pelan. "Dan sepertinya baik Jovi maupun Vanessa tidak tahu tentang kehamilan itu. Bahkan Jovi mengaku sempat memberikan Vanessa obat untuk menghalangi kehamilan, tapi mungkin lupa diminum karena bertengkar." Cindy terduduk di kursi yang ada di dalam ruangan suaminya. Dia yang sejak tadi menunggu di sana karena Vanessa harus dibiarkan sendiri untuk istirahat, benar-benar merasa sangat terkejut. Padahal cucu adalah hal yang sangat Cindy inginkan, tapi dia malah kehilangan. "Ini mungkin hukuman untukku," bisik Cindy pelan. "Ini pasti karena aku menindas Vanessa dan memaksanya untuk memiliki anak yang tidak mereka inginkan." "Jangan menyalahkan dirimu." Danapati mencoba untuk menenangkan sang istri. "Itu semua terjadi bukan karena dirimu." "Ya." Cindy tidak segan untuk mengangguk, ketika mengingat apa yang terjadi. "Ini semua karena mobil sialan yang tid

  • My Bad Doctor   124. Keguguran

    "Dasar orang gila." Cindy nyaris saja berteriak, ketika masuk ke dalam kamar rawat inap menantunya. "Masa anaknya koma begini malah minta uang tiga ratus juta." "Pantas saja Vanessa selalu terlihat stres ketika membicarakan keluarganya." Danapati mengembuskan napas lelah. "Ternyata mereka memang sakit jiwa." "Tidak apa-apa." Hanya Jovi yang terdengar tenang, walau raut wajahnya jelas tidak terlihat baik-baik saja. "Setidaknya mereka tidak akan berani untuk mendekati Vanessa lagi setelah ini." "Ya, kau benar." Cindy mengangguk paham. "Memang lebih baik meminta mereka untuk membuat surat pernyataan seperti tadi." Saat kedua orang tua Vanessa meminta uang, Jovi memang langsung menyanggupi dengan satu syarat. Keluarga mereka tidak boleh lagi muncul di hadapan Vanessa, apa pun yang terjadi. Memang syarat itu terkesan durhaka, tapi itu rasanya akan lebih baik untuk Vanessa. Orang tua perempuan itu bahkan tidak mau repot-repot menjenguk putrinya yang sedang sekarat setelah menerima

  • My Bad Doctor   123. Minta Berapa?

    "Kau baru saja melakukan apa?" Gery bertanya dengan bola mata yang membesar. "Aku menabrak perempuan gendut itu," jawab Manda dengan santainya, bahkan sambil mengikir kuku. "Tadi aku kebetulan melihat mereka bergandengan tangan saat menyeberang jalan. Karena kesal, aku langsung asal tabrak saja. Untung hanya perempuan gendut itu yang benar-benar tertabrak," lanjut Manda seolah yang dia katakan bukanlah apa-apa. "Kau gila." Gery menggeleng pelan. "Kalau dia mati bagaimana?" "Mana mungkin dia mati." Manda malah menghardik. "Kejadian itu terjadi tepat di depan rumah sakit, jadi pasti dia akan segera diselamatkan. Apalagi perempuan itu kan menantu pemilik rumah sakit yang katanya akan segera bergelar direktur. Dia pasti diutamakan." "Tapi andaikata dia tidak selamat? Apa yang akan terjadi denganmu?" tanya Gery dengan kedua alis terangkat. Manda tidak langsung menjawab dan terlihat berpikir terlebih dahulu. Dia bahkan menghentikan kegiatannya mengikir kuku, karena pertanyaan san

  • My Bad Doctor   122. Bersekongkol

    Jovi berlarian mengikuti gerakan ranjang rumah sakit. Di atasnya, terbaring Vanessa yang nyaris sebagian tubuhnya ditutupi oleh warna merah dan luka. Aurora mengikuti di belakang, dengan kondisi yang seratus persen baik-baik saja. "Maaf dokter, Jovi." Seorang perawat menghalangi. "Kami harus memeriksa dia dulu, jadi Dokter Jovi juga bisa merawat luka." "Tapi aku tidak bisa berjauhan dari Vanessa," jawab Jovi terus menatap istrinya yang sudah mulai dikerumuni tenaga kesehatan di ruang IGD. "Dokter Jovi." Perawat yang sudah berumur itu kembali menghalangi, ketika lelaki yang dia ajak bicara mencoba untuk maju. "Kau tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk membantu memeriksa keadaan Vanessa, jadi lebih baik kau pergi merawat lukamu saja. Setelah kau sudah merasa lebih baik, datanglah untuk membantu." "Dia benar." Kali ini, Aurora ikut berbicara. "Biar aku bantu merawat lukamu." "Ini karena kau lagi kan?" gumam Jovi dengan tatapan yang masih terlihat kosong. "Kau bekerjasama d

  • My Bad Doctor   121. Kecelakaan

    Kaki Vanessa tidak berhenti bergerak di bawah meja. Saking cepatnya gerakan kakinya yang mengetuk lantai, meja itu sampai bergetar. Tentu saja, Vanessa bahkan tidak menyadari hal itu. "Kenapa mejanya bergetar ya?" Seseorang bertanya. "Mungkin ada seseorang yang sudah tidak sabar ingin pulang." Seseorang yang lain melemparkan candaan dan membuat semua orang tertawa. Tentu saja Cindy dan Vanessa juga ikut tertawa pelan, tapi mereka berdua tahu siapa pelakunya. Hal yang membuat Cindy memegang kaki sang menantu dengan cukup keras. "Sayang, yang sabar sedikit ya." Cindy berbisik pelan. "Kita tunggu papamu mengatakan bagiannya dan kita bisa turun ke bawah." "Aku sedang mencoba, Ma." Mau tidak mau, Vanessa harus mengangguk. "Tapi ini tidak akan berlangsung lama kan?" "Kalau kau begitu merindukan Jovi, kirim saja pesan padanya. Minta dia yang datang menjemputmu." Cindy mengatakan itu, sembari mengedipkan sebelah mata untuk me

  • My Bad Doctor   120. Perasaan Aneh

    "Bukankah kita seharusnya tidak datang ke rumah sakit?" tanya Vanessa dengan kedua alis terangkat. "Kata Mama kita akan pergi ke perkumpulan?" "Benar." Cindy mengangguk dengan tenang. "Perkumpulan para istri dokter. Sejenis perkumpulan rutin yang kami lakukan, setelah rapat umum pemegang saham." "Rapat umum pemegang saham?" Vanessa masih bertanya dengan kedua alis terangkat. "Apakah maksudnya Mama juga akan ikut rapat?" "Tidak." Cindy kini menggeleng. "Yang ikut hanya papamu dan Jovi saja. Aku rasa sudah waktunya Jovi diperkenalkan dengan lebih intens pada semua orang, tentu saja bersama dengan dirimu yang mungkin akan mewarisi itu semua." Kini bukan hanya kedua alis Vanessa yang terangkat, tapi juga mulutnya terbuka. Dia tentu tidak akan menyangka kalau hari liburnya akan diisi dengan hal yang sangat bermanfaat, seperti yang dikatakan ibu mertuanya. "Tapi, Ma." Setelah cukup menenangkan diri, Vanessa langsung protes. "Aku dan J

  • My Bad Doctor   119. Hadiah

    "Mbak, Vanessa ada kiriman." "Hah? Kiriman apa pak? Perasaan saya tidak beli barang." tanya Vanessa pada petugas keamanan yang menghentikan langkahnya. "Ini, Bu." Si satpam mengeluarkan sebuket kecil bunga mawar merah. "Baru saja diantarkan sebelum Bu Vanessa datang. Kedua mata Vanessa berkedip cepat, sesaat sebelum menerima buket bunga itu. Memang buketnya tidak besar, tapi tetap saja sangat mencolok. Apalagi benda itu dikirimkan ke kantornya. "Cieh, yang dapat kiriman buket dari suami tercinta." Putri yang baru datang, langsung mengganggu seniornya. "Bisa tidak usah berisik?" desis Vanessa sudah mulai merasa malu. "Kenapa harus malu, Kak?" Putri makin terkekeh. "Toh, itu dari suami sendiri kan?" "Aku juga tidak tahu." Vanessa menggeleng, sembari memeriksa apakah ada kartu ucapan di sana dan ternyata memang ada. "Aku harap, harimu penuh dengan kebahagiaan. From Jovi." Vanessa membaca pesan itu dengan kening berkerut. "Ini sungguh dari Jovi? Tapi tadi dia tidak mengata

DMCA.com Protection Status