Home / Romansa / My Accidental Wife / BAB 2 "Keributan Usai Bercinta"

Share

BAB 2 "Keributan Usai Bercinta"

Saat pagi menyapa, Alan dan Azzura yang bangun dari tidur mereka terlihat saling memandang dalam diam. Satu detik ... dua detik ... tiga detik berlalu hingga akhirnya keduanya tersadar dan....

"Aaaaaaaaaaa ...." Alan dan Azzura satu sama lain menjerit. Alan menjerit karena terkejut melihat wanita tak dikenal berada di ranjang bersamanya, sementara Azzura menjerit sebab ia terkejut mendengar teriakan Alan.

"Apa-apaan ini?!!" Alan terbelalak saat ia bersitatap dengan Azzura, dan kepalanya tidak menemukan ingatan visual mengenai permainan penuh gairah bersama Azzura tadi malam.

Melihat Alan terkejut, Azzura refleks bangkit dari tidurnya sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Karena selimut yang ditarik sang fashion desainer terlalu banyak kearahnya, itu membuat bagian intim Alan terlihat jelas, dan membuat mereka satu sama lain kaget.

Saking kagetnya, Azzura sampai menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Lalu ia mengutip pakaiannya di lantai, berlari ke kamar mandi dan mengurung diri di sana. Di sisi lain, Alan yang berada di kamar, mengambil bantal untuk menutupi area intimnya yang berharga.

"Hey! Apa kau kira kau bisa lolos begitu saja?" Alan turun dari ranjangnya, dan berlari mengejar Azzura. "Buka pintunyaaaaa!!!" teriak Alan sambil mengetuk pintu kamar mandi dengan kuat dan tanpa henti. Namun Azzura hanya diam.

"Apa kau tuli?!" bentak Alan. Ia marah, sementara di kamar mandi Azzura gugup. "Cepat buka pintunya! Apa yang kau lakukan—"

"Tidak tahu! Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada kita." Azzura memotong bicara Alan cepat. Wanita ini sangat bingung mengapa Alan sama sekali tidak bisa mengingat kejadian semalam, sedangkan ia bisa.

Untungnya, dewa fortuna masih berpihak kepada Azzura. Buktinya, Alan yang berdiri di luar kamar mandi dan berhasil mengenakan pakaiannya, kini menemukan ingatan visual soal minum wine bersama, berbagi kamar tidur dan ranjang, dan pergulatan panas mereka.

"Astaga! Jadi, tadi malam, aku dan Azzura benar-benar melakukannya." Alan memijat pelipisnya. "Azzura, tolong keluarlah. Kita berdua harus bicara," ujarnya sambil menempelkan telinga pada pintu kamar mandi.

Mendengar Alan bicara kepadanya dengan lembut, Azzura pun keluar kamar mandi. Setibanya ia di luar, Alan menarik tangannya kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur dengan cepat.

"Kena kau wanita penggoda!" hardik Alan. "Jadi, ini rencanamu? Kau sengaja minum wine bersamaku agar bisa bercinta denganku. Iya kan?" Alan menatap Azzura nyalang.

PLAK!!

Azzura menampar Alan kuat karena tuduhan tidak berdasar yang ia layangkan kepadanya. Melalui tamparan itu berarti Azzura membatah keras segala tuduhan tidak masuk akal itu meski pun ia menikmati pergulatan panas antara dirinya dan Alan.

"Tuan Alan yang terhormat, tolong dengarkan aku baik-baik!" ujar Azzura tegas dan dingin sembari matanya menatap Alan tajam, yang meringis menahan sakit dan panas di wajahnya.

"Pertama, aku bisa mengingat semua yang terjadi dengan sangat baik meski aku minum wine. Pagi ini, saat aku bangun, aku ingat bagaimana aku bisa datang kemari dan bertemu denganmu," jelas Azzura dengan raut wajah marah.

"Kedua, aku bersedia minum wine bersamamu, itu karena aku sangat menyukai wine. Di rumahku di Beijing, aku punya lemari penyimpanan dengan berbagai jenis wine dari berbagai kilang anggur. Jadi, aku minum wine bersamamu bukan karena aku ingin bercinta denganmu," imbuh Azzura. Lalu ia mencoba melepaskan diri dari jerat badan kekar Alan.

"Maafkan aku...." Alan duduk di tepi kasur dengan raut wajah bersalah karena sudah menuduh Azzura yang bukan-bukan.

"It's okay," balas perancang busana 24 tahun ini singkat sambil tersenyum canggung. Lalu ia beringsut ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk bekerja. Sementara itu, Alan menunggu gilirannya dengan duduk di tepi ranjang.

***

Sore harinya, sepulang bekerja, Alan dan Azzura terlihat sedang duduk bersebelahan di sofa di ruang tamu guna mengusir penat usai bekerja seharian. Pada waktu ini, Derick sebagai pemilik villa Garvi House datang untuk bertemu dengan Azzura dan Alan untuk menyelesaikan kekacauan yang terjadi di Garvi House.

Melihat kedatangan Derick, Azzura yang awalnya diam dan duduk santai langsung berdiri cepat dengan dua tangan di pinggang. "Tuan Derick, kebetulan Anda di sini, jadi, saya ingin Anda tahu kalau saya hampir tidur di lantai semalam!" tukas Azzura ketus sembari memasang wajah kesal saat menatap Derick.

"Itu akan menjadi malam yang sangat buruk kalau sampai terjadi, Nona Azzura," balas Derick dengan raut wajah tanpa merasa bersalah dan menyesal setelah membuat Azzura terpaksa berbagi villa dengan pria asing.

"Sebenarnya, ada kesalahan dalam administrasi pesanan sewa villa akibat adanya dua orang yang berbeda yang menangani," ungkap Derick akhirnya.

"Istriku mengurus daftar pesanan sewa Garvi House. Selama ini dia melakukannya dengan baik. Bahkan, sekali pun dia tidak pernah keliru. Tapi, pacarku mengurus daftar pesanan sewa Harvi House. Dia memang kurang pintar. Dia keliru antara Garvi House dan Harvi House. Sehingga terjadilah kekacauan ini," bebernya.

Sontak Azzura dan Alan pusing, kala mendengar perjelasan Derick itu. "Apa pun alasannya, yang terpenting sekarang adalah apa yang harus kita lakukan?" tanya Alan dengan harapan bahwa Derick telah menyiapkan solusi terbaik atas kekacauan yang ia buat.

"Mungkin kalian harus berbagi kamar dan ranjang," jawab Derick santai. Bahkan sambil tersenyum.

"WHAAAAATT?!!" Alan dan Azzura kontan menjerit serentak dengan wajah terkejut dan mata terbuka lebar.

"Akan saya beri diskon, Nona Azzura," balas Derick.

"Saya tidak ingin diskon. Saya menginginkan villa saya!" bentak Azzura. "Dan apa Anda bilang tadi, berbagi villa dengannya? Oh itu mimpi buruk," cicit Azzura. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela dengan raut wajah marah dan frustrasi.

"Atau mungkin inilah takdir," balas Derick sembari tersenyum tanpa dosa. "Seperti yang telah Saya katakan di situs dan aplikasi pemesanan sewa Garvi House bahwa cinta selalu menemukan jalan."

"Omong kosong!" jawab Azzura ketus. "Apa Anda benar-benar tidak bisa mengusahakan sesuatu?" Azzura menatap Derick dengan wajah mengernyit.

Derick pun menggeleng. "Percayalah Nona Azzura, semua selalu berjalan lancar di Shanghai dan Garvi House. Anda jangan khawatir." Derick tersenyum miring kepada Azzura lalu berjalan melewatinya, dan pergi ke arah pintu keluar.

"Jangan lupa beri saya rating bintang lima di situs Garvi House," pinta Derick. "Selamat bersenang-senang," imbuhnya sambil melambaikan tangan. Kemudian ia pergi meninggalkan Azzura dan Alan.

Setelah Derick pergi, Azzura duduk di sofa dengan lemas dan wajah murung. Melihat itu, Alan lantas berjalan mendekatinya. "Hey, bersemangatlah! Aku tidak keberatan kita berbagi villa," ungkap Alan.

Mendengar itu, Azzura kontan mengangkat wajah cantiknya, menatap Alan dengan mata berseri-seri sambil bibirnya tersenyum. "Kau tidak masalah kalau tinggal bersama orang yang belum 24 jam kau temui?" tanya Azzura. Yang ditanya diam tapi mengangguk sambil mengulas senyumnya yang memesona.

Namun kemudian, Alan menjelaskan. "Aku akan sering berada di luar karena pekerjaan. Dan kalau kita beruntung, kita tidak akan saling bertemu atau setidaknya jarang bertemu," jelas Alan. Lalu ia bangkit dari duduknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status