"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
Dua jam setelah lepas landas dari bandara Beijing, Nuwa Airlines yang membawa Azzura dan penumpang lainnya di dalamnya, kini akhirnya mendarat sempurna di bandara Shanghai. Setelah itu, Azzura turun dari pesawat dan keluar bandara sambil membawa kopernya.Di luar bandara, Azzura dijemput oleh seorang sopir, yang akan mengantarnya ke villa sewaannya. Namun, setelah sampai di villa, Azzura menemukan bahwa villa sewaannya tersebut telah ditempati oleh pria tidak dikenal. "Kyaaaaaa!" Azzura berteriak dan terperanjat kaget saat melihat pria tampan dan bertelanjang dada sedang berdiri di ruang tamu villanya. "Siapa kau dan sedang apa kau di sini?!" cerca wanita ini. Pria tampan yang sedang minum tersebut kontan tersedak dan menyemburkan air dari mulutnya, kala mendengar teriakan Azzura yang melengking. "Hey! Kau yang siapa dan sedang apa kau di sini?!" ujarnya, balik bertanya. Azzura terbelalak mendengar pertanyaan pria itu. Lalu detik berikutnya, ia berjalan mendekatinya. "Kau yang siap
Saat pagi menyapa, Alan dan Azzura yang bangun dari tidur mereka terlihat saling memandang dalam diam. Satu detik ... dua detik ... tiga detik berlalu hingga akhirnya keduanya tersadar dan...."Aaaaaaaaaaa ...." Alan dan Azzura satu sama lain menjerit. Alan menjerit karena terkejut melihat wanita tak dikenal berada di ranjang bersamanya, sementara Azzura menjerit sebab ia terkejut mendengar teriakan Alan."Apa-apaan ini?!!" Alan terbelalak saat ia bersitatap dengan Azzura, dan kepalanya tidak menemukan ingatan visual mengenai permainan penuh gairah bersama Azzura tadi malam.Melihat Alan terkejut, Azzura refleks bangkit dari tidurnya sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Karena selimut yang ditarik sang fashion desainer terlalu banyak kearahnya, itu membuat bagian intim Alan terlihat jelas, dan membuat mereka satu sama lain kaget. Saking kagetnya, Azzura sampai menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Lalu ia mengutip pakaiannya di lantai, berlari ke kamar mandi dan menguru
Malam hari, Alan yang bekerja sebagai pemandu wisata mendapat telepon dari temannya yakni Sage, yang menyelidiki kematian mendiang kekasihnya. Usai menerima telepon tersebut, Alan bergegas pergi ke suatu kafe dan resto untuk bertemu Sage, untuk membicarakan tentang siapa dalang dibalik kematian sang kekasih."Hey...." Alan menyapa Sage yang telah duduk dan menunggunya di sebuah meja persegi dengan dua buah kursi yang saling berhadapan di lantai dua Arion Cafe and Resto."Hey, Lan...." balas Sage pada Alan yang duduk di depannya. "Maaf kalau aku menganggu waktu santaimu," kata pria ini dengan wajah bersalah.Dengan cepat Alan menggeleng. "Bagaimana, Ge? Ada kabar baru apa?" tanya Alan cepat."Hhh ...." Sage mendengus lemas. "Lan ... setelah sekian lama, akhirnya kita mendapat informasi dari kantor, bahwa sebenarnya Odette tewas karena jantung, hati, dan matanya dicabut," ungkap Sage, yang seketika membuat suasana menjadi tegang. Bahkan, Alan pun terbelalak dan terkejut setengah mati, k