"Azzura ... jika kau ingin tahu siapa pemilik jantung, hati dan mata barumu, pergilah ke Rumah Sakit Venus," ungkap seorang anonim melalui pesan singkat yang ia kirim kepada Azzura.
Kontan Azzura terbelalak saat membaca isi pesan si anonim di ponselnya pagi itu. "Aku harus ke rumah sakit ini sekarang juga," kata Azzura dengan bergumam. Ia lalu bergegas kembali masuk ke kamar tidur, dan pergi mandi tanpa menutup pintu ke arah balkon.Saat Azzura mandi, satu per satu kucing liar yang kelaparan dan setiap harinya selalu berada di sekitar Garvi House, naik ke atas balkon dan masuk ke kamar tidur Azzura dan Alan dengan harapan mereka akan mendapat makanan.Namun, bukan makanan yang didapat, tetapi Alan yang tengah tertidur pulas di kasur. Alhasil, kucing-kucing liar tersebut naik ke atas kasur, kemudian mengerubungi Alan dan menjilati wajah, kaki, dan tangannya.Alan yang tengah tertidur tetapi merasa tubuhnya dijilati lantas membuka matanya perlahan. "Azzuraaaaa!!" Alan menjerit memanggil Azzura yang berada di kamar mandi saat melihat seekor kucing cokelat duduk di atas dadanya sambil menatapnya.Kontan Azzura yang tengah mandi kaget setengah mati, kala mendengar teriakan Alan yang melengking itu. Detik berikutnya, Azzura bergegas mengambil handuknya, melilitkannya di tubuhnya dan pergi menuju Alan di kasur."Astaga!!" Netra Azzura kontan membola tatkala melihat pasukan kucing liar berada di kamar tidurnya, dan sedang mengepung Alan."Hey! Kenapa kau hanya berdiri di sana dan diam saja?" Alan yang takut dengan kucing bertanya pada sang fashion desainer dengan wajahnya yang kesal, dan terlihat merah karena alergi kucing."Cepat keluarkan mereka dari sini, Azzuraaa!" Alan bertitah dengan berteriak pada Azzura yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.Melihat Alan ketakutan dan wajahnya merah, CEO sekaligus founder Butik Ruella ini segera mengusir kucing-kucing liar tersebut dari kamar tidur. "Hus ... hus ... ayo keluar," kata Azzura saat mengarahkan kucing-kucing itu ke arah balkon."Oke! Semua kucing sudah keluar, Tuan Alan," ujar Azzura sambil menutup pintu yang mengarah ke balkon. Ia kemudian menatap Alan yang terbaring lemas di kasur dengan wajahnya yang dipenuhi dengan ruam kemerahan."Astaga ... Alan! Maafkan aku. Sungguh, aku tidak tahu kalau kucing-kucing itu akan masuk kemari dan kau alergi kucing." Azzura yang hanya mengenakan handuk itu berjalan mendekati Alan yang berada di kasur."Hhhhh ...." Alan yang tak berbusana setelah bercinta dengan Azzura tadi malam, mendengus kasar lalu bangkit dari kasur sambil menatap Azzura tajam."Sekarang kau tahu kan?!" tukas Alan ketus pada Azzura yang melindungi penglihatannya dari kejantanan Alan yang tak berbusana dengan kedua tangannya.Melihat Azzura malu, Alan lantas menggodanya. "Kenapa masih malu? Bukannya kau sudah beberapa kali melihatku telanjang? Bahkan, tadi malam kau mengerang kenikmatan karena milikku yang gagah dan keras ini," ujar Alan. Lalu ia menarik tangan Azzura dari wajah cantiknya.Kini, Azzura mau tak mau harus melihat Alan yang telanjang dan berdiri di depannya. "Apakah kau akan terus mempertontonkannya padaku seperti ini, dan tidak minum obat alergimu?" Azzura balik bertanya pada Alan. "Ruam kemerahan di wajahmu semakin banyak," jelasnya dingin.Penuturan Azzura tersebut kontan membuat Alan tersadar. Ia kemudian bergegas mengambil obat alerginya dari dalam tas. Sementara, Azzura mengekorinya. Setelah mendapatkan obatnya, Alan segera meminumnya dengan segelas air."Maafkan aku. Aku benar-benar tidak ta—""Apa tadi itu merupakan caramu untuk mengusirku dari sini?!" bentak Alan dengan wajahnya yang marah saat memotong bicara Azzura. Yang dibentak kontan tersentak. "Jika benar begitu, aku khawatir kau memulai perang yang tak mungkin kau menangkan," imbuh pria ini dingin.Azzura menggeleng tak percaya sambil tersenyum pahit. "Bukannya aku sudah bilang kalau aku benar-benar tak tahu jika kucing-kucing itu akan masuk ke kamar dan kau alergi kucing? Lagi pula, wajar jika aku ingin kau pergi dari sini. Karena ini villaku!" Azzura menatap Alan dengan wajahnya yang kesal.Sontak Alan tersenyum miring kala mendengarnya. "Siapa yang tahu dengan niat jahatmu itu. Rambut sama hitam tapi hati?" Alan menatap Azzura tajam. Sementara, Azzura mengernyit dan menatapnya sinis."Tadi kau bilang apa? Ini villamu?" Alan tersenyum mengejek. "Kalau begitu, seharusnya kau datang lebih cepat daripada aku!" tegasnya. Kemudian ia berlalu dari hadapan Azzura. "Semoga harimu baik, Azzura," ucapnya sembari berjalan menuju kamar mandi."Hariku pasti baik!" teriak Azzura sambil menatap punggung Alan nyalang."Belum tentu," balas Alan sinis.***Beberapa saat kemudian, Alan yang tampil kece dengan kaus putih yang dikombinasikan dengan kemeja biru muda sebagai outerwear, celana loose denim dan sneaker putih yang stylish, terlihat keluar dari villanya.Di waktu ini, Alan tidak sengaja bertemu dengan seorang staf laundry yang hendak mengantarkan pakaian Azzura ke villa mereka. "Tunggu...." kata Alan kepada laki-laki bertopi hitam yang membawa goodie bag berukuran medium berisi pakaian Azzura.Pria tersebut lantas menghentikan langkahnya dan menatap Alan. "Iya, ada apa, Tuan?" tanyanya kepada Alan bingung."Hm ... apa yang kau bawa itu untuk Azzura?" ujar Alan balik bertanya sambil matanya melirik sekilas goodie bag hitam yang dibawa oleh staf laundry itu."Iya Tuan," jawab pria tersebut. Lalu ia melanjutkan langkahnya menuju pintu masuk villa Alan dan Azzura.Namun, dengan cepat Alan menghalangi lelaki itu."Azzura sudah kembali ke Beijing semalam," tukas Alan pada staf laundry tersebut. Padahal, kenyataannya Azzura sedang berada di Rumah Sakit Venus."Tapi Nona Azzura menyerahkan pakaiannya untuk kami cuci kemarin sore," balas pria tersebut kian bingung.Alan pun mengangguk mengerti. "Kasihan. Azzura stres berat. Dan keluarganya memasukkannya ke rumah sakit jiwa," tukas Alan sembarang, tapi berhasil membuat staf laundry terkejut."Karena sekarang dia tidak membutuhkan pakaian dan hanya akan memakai baju terusan dan juga sepatu tanpa tali, dia menyuruh menyumbangkan apa pun yang dia tinggalkan termasuk semua pakaiannya ini ke badan amal anak-anak setempat," beber Alan terdengar begitu meyakinkan.Staf laundry tersebut lantas percaya dengan apa yang Alan katakan. Ia mengangguk mengerti dan pergi ke badan amal anak setempat dengan membawa pakaian Azzura.***Sementara itu di Rumah Sakit Venuns, Azzura bertemu dengan seorang pemuda yang memberinya sebuah amplop cokelat."Pemilik jantung, hati, dan mata barumu dibunuh. Itu adalah foto dirinya dan hasil tes kesehatannya," terang pemuda tersebut, membuat azzura kontan terbelalak.Namun, yang membuat Azzura semakin terbelalak adalah saat ia mengetahui pemilik organ barunya dibunuh dalam keadaan hamil muda."Jadi, semua mimpi buruk yang kualami itu adalah gambaran dari apa yang terjadi sebenarnya?" ucap Azzura dengan suara dan tangannya yang gemetar.Alih-alih menjawab rasa penasaran Azzura, pemuda yang memakai pakaian serba hitam itu justru pergi meninggalkan Azzura begitu saja.Sekian detik setelah pemuda yang tak diketahui identitasnya itu pergi, Azzura yang masih terlihat kaget seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, kembali ke villa.Sesampainya di Villa, Azzura yang sedang duduk di sofa sambil memijat pelipisnya pelan, tiba-tiba teringat dengan pakaiannya di tempat laundry. Karena itu, wanita ini akhirnya menghubungi staf laundry. "Apa katamu?" Dengan dahi yang berkerut, Azzura bangkit dari duduknya cepat. "Kau memberikan pakaianku ke anak yatim? Kenapa kau berikan pada mereka?!" tanya Azzura kepada staf laundry, kesal."Ya, Nona. Katanya kau dimasukkan di rumah sakit jiwa di Beijing. Teman sekamarmu yang bilang kepadaku pagi ini. Katanya kau ingin pakaianmu disumbangkan ke panti asuhan," beber si staf laundry."Dia memang sangat spesifik soal itu. Baiklah, aku mengerti sekarang. Terima kasih," balas Azzura pada pria tersebut. Lalu, ia dengan wajahnya yang marah menutup teleponnya. "Baiklah, Alan. Ru
Azzura tampak terbelalak kala mendengar sebuah suara menyuruhnya pergi dari Garvi House. Namun, yang membuat Azzura kian terkejut adalah saat listrik tiba-tiba dan ia tak melihat wujud dari suara tersebut."Sepertinya aku hanya berhalusinasi," kata Azzura ragu-ragu. Ia kemudian mencoba menyalakan senter pada ponselnya. Akan tetapi, belum sempet senter di ponselnya menyala, tiba-tiba saja.... "Siapa bilang kau sedang berhalusinasi?" celetuk sebuah suara dalam kegelapan yang berkata pelan tetapi juga dingin dan tegas. Ini suara yang sama dengan suara yang menyuruh Azzura meninggalkan villa. Suara mematikan di tengah kegelapan itu berhasil membuat ponsel Azzura terjatuh dari tangannya. Setelah itu, ia menoleh ke arah sumber suara di belakangnya.Dan, betapa kagetnya Azzura tatkala melihat Alan sedang berdiri di ambang pintu masuk villa dengan senter ponselnya yang menyala di depan wajahnya. "A ... Alan?" ucap Azzura terbata-bata. "Ke ... napa kau hanya berdiri di sana?" tanya sang pera
"Hhhhhhh ...." Wanita misterius tersebut menghela nafas panjangnya yang terasa berat. Ia kemudian berbalik menghadap ke arah Danau Dishui yang sangat tenang dan menenangkan jiwa-jiwa yang memandangnya."Nurani memang sangat menyebalkan," kata Rubi. Ya ... nama wanita misterius tersebut adalah Rubi."Lalu apa yang berubah?" Dengan rasa penasaran yang kian membara di dalam dirinya, Azzura melangkah maju mendekati Rubi diikuti dengan Alexa dan Tommy di belakangnya. Kini, mereka berdiri tepat di sisi kanan dan kiri Rubi."Mereka membakar rumahku, dengan ayah, ibu dan adik bungsuku di dalamnya. Karena itu, aku dan laki-laki keduaku terpaksa menjalani hidup baru. Kami meninggalkan pekerjaan yang kami cintai dan tinggal di tempat kumuh," beber Rubi dengan suara gemetar, seperti sedang menahan tangis. "Ya ... pemuda yang kau temui di Rumah Sakit Venus kemarin pagi adalah, adik keduaku," jelasnya. Azzura kontan terkejut usai mendengar panuturan Rubi saat
Usai bertemu dengan Rubi di Danau Dishui, Azzura dan Alexa pergi ke Butik Ruella untuk bekerja, sementara Tommy bertemu dengan rekan-rekannya di kafe.Namun, ketika Azzura dan Alexa hendak masuk ke butik, keduanya melihat para pengunjung butik sedang berkerumun di depan pintu masuk butik."Permisi ... ada apa ramai-ramai di sini?" ucap Azzura dengan wajahnya yang bingung tatkala berdiri di belakang kerumunan bersama Alexa.Suara lembut Azzura itu akhirnya memecah belah kerumunan di depan butik. "Astaga, itu dia ... Azzura," seru salah pengunjung butik pada teman di samping ya."Azzura ... kasihan sekali. Tapi kau terlalu berharga untuk pria seperti Levi," kata seorang wanita dengan mata sipit dan berambut hitam pendek keriting. Azzura dan Alexa yang dibuat bingung oleh semua orang yang berkumpul di depan pintu masuk butik terlihat saling beradu pandangan.Melihat pemilik Butik Ruella tersebut bingung, satu per satu pengunjung butik a
Sementara Azzura sedang makan siang bersama rekan-rekannya, di sisi lain, Alan pergi ke kantor Dr. Leon setelah mendapatkan alamat kantornya dari Johnny. "Maaf Tuan, hari ini Dr. Leon tidak ada," ujar wanita berambut hitam dan digulung ke atas, yang duduk di balik meja resepsionis kepada Alan yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Alan dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya."Hm ...." Wanita tersebut mengalihkan pandangannya dari Alan kepada komputer di depannya, dan melihat jadwal kegiatan Dr. Leon."Besok Dr. Leon ada dua operasi. Tapi, jujur, beliau tak akan mau menemui Anda tanpa membuat janji temu," beber wanita ini ramah. Alan pun mengangguk mengerti. "Bisa minta nomor Dr. Leon? Ini sangat penting," balas pria ini. "Tentu saja," ucap wanita yang memakai seragam perawat tersebut. Ia lalu mengambil sebuah kartu nama dari dalam laci mejanya. "Ini nomor kantor kami," katanya sambil menyerahkan kartu nama di tangannya pada Alan. "Anda
Saat steak kuda melayang dan terbang ke arahnya, Alan terbelalak lantas bergegas menghindarinya dengan menunduk, sehingga steak kuda itu mengenai tembok di belakang Alan.Alan yang tak terima dengan perbuatan Azzura itu pun balas dendam. Ia mengambil seggengam kentang goreng di atas piring dan melemparkannya kepada sang perancang busana dengan wajahnya yang marah.Melihat itu, dengan cepat Azzura menunduk dan berlindung di bawah meja makan. Namun kemudian, sang fashion desainer ini membalas Alan dengan melemparkan sayuran pendamping steak kepadanya. Alhasil, malam itu, Azzura dan Alan terlibat dalam aksi balas dendam dengan keduanya saling melemparkan semua makanan di atas makan kepada satu sama lain.Peperangan sengit antara Alan dan Azzura itu berlangsung hingga beberapa saat, hingga polisi datang usai menerima laporan dari salah seorang penghuni Garvi House yang mendengar kegaduhan yang terjadi di antara mereka."Ini sudah sangat larut. Tapi, bukannya tidur, kalian malah membuat k
Saat pagi menyapa, Azzura tampak menggeliat di atas ranjang di ruangan yang besar, mewah, tenang, tidak ada cahaya dan hangat. Lalu detik berikutnya, wanita satu ini membuka matanya secara perlahan dan tersenyum.Bagaimana mungkin Azzura bisa tidak tersenyum jika ternyata pagi hartu ia bangun di kamar suite di Garvi House. Padahal, malam sebelumnya Azzura tidur di sofa di ruang tamu dengan Alan memeluknya erat. "Aku tak ingat bagaimana aku bisa berjalan ke sini tadi malam," kata Azzura, bergumam. "Apa mungkin Alan yang membawaku kemari?" tanyanya pada dirinya sendiri. Setelah itu, Azzura, wanita yang tak berbusana dan hanya menutupi tubuhnya dengan selimut ini melirik meja di samping ranjangnya, di mana sudah ada segelas air, jus jeruk, dan dua table obat penghilang pengar. "Meski pun Alan menyebalkan, tapi dia memikirkan semuanya," ucap Azzura dan tersenyum. Ia lalu duduk, mengambil obat dan meminumnya dengan segelas air.Sebenarnya,
Beberapa saat setelah selesai sarapan, Alan dan Azzura pergi meninggalkan villa dengan mobil yang Alan kendarai. Rupanya, keduanya akan memulai hari mereka dengan melakukan tur keliling pasar di Shanghai. "Lega akhirnya perang villa sudah berakhir." Alan menatap Azzura yang duduk di sampingnya sekilas. Lalu ia kembali mengarahkan pandangannya pada jalanan di depannya. Azzura yang sedang memandang lurus ke depan, kini tampak tersenyum sembari melirik Alan dengan ekor matanya. "Apa aku lawan yang tangguh?" tanya wanita ini, kepada Alan, bergurau. Pertanyaan Azzura tersebut kontan membuat Alan yang sedang fokus menyetir mobil tertawa. "Harus kuakui kalau kau lawan yang tangguh," ungkapnya. "Terima kasih sudah berbesar hati mengakuinya," balas Azzura. Lalu ia dan Alan tertawa bersama. "Aku tak akan pernah melupakan perang villa kita. Di mana dan ke mana pun aku berada dan pergi, aku akan mengingatnya," beber gadis ini. "Dan aku juga pasti akan merindukan perang villa kita. Karena itu