"Hhhhhhh ...." Wanita misterius tersebut menghela nafas panjangnya yang terasa berat. Ia kemudian berbalik menghadap ke arah Danau Dishui yang sangat tenang dan menenangkan jiwa-jiwa yang memandangnya.
"Nurani memang sangat menyebalkan," kata Rubi. Ya ... nama wanita misterius tersebut adalah Rubi."Lalu apa yang berubah?" Dengan rasa penasaran yang kian membara di dalam dirinya, Azzura melangkah maju mendekati Rubi diikuti dengan Alexa dan Tommy di belakangnya. Kini, mereka berdiri tepat di sisi kanan dan kiri Rubi."Mereka membakar rumahku, dengan ayah, ibu dan adik bungsuku di dalamnya. Karena itu, aku dan laki-laki keduaku terpaksa menjalani hidup baru. Kami meninggalkan pekerjaan yang kami cintai dan tinggal di tempat kumuh," beber Rubi dengan suara gemetar, seperti sedang menahan tangis. "Ya ... pemuda yang kau temui di Rumah Sakit Venus kemarin pagi adalah, adik keduaku," jelasnya.Azzura kontan terkejut usai mendengar panuturan Rubi saatUsai bertemu dengan Rubi di Danau Dishui, Azzura dan Alexa pergi ke Butik Ruella untuk bekerja, sementara Tommy bertemu dengan rekan-rekannya di kafe.Namun, ketika Azzura dan Alexa hendak masuk ke butik, keduanya melihat para pengunjung butik sedang berkerumun di depan pintu masuk butik."Permisi ... ada apa ramai-ramai di sini?" ucap Azzura dengan wajahnya yang bingung tatkala berdiri di belakang kerumunan bersama Alexa.Suara lembut Azzura itu akhirnya memecah belah kerumunan di depan butik. "Astaga, itu dia ... Azzura," seru salah pengunjung butik pada teman di samping ya."Azzura ... kasihan sekali. Tapi kau terlalu berharga untuk pria seperti Levi," kata seorang wanita dengan mata sipit dan berambut hitam pendek keriting. Azzura dan Alexa yang dibuat bingung oleh semua orang yang berkumpul di depan pintu masuk butik terlihat saling beradu pandangan.Melihat pemilik Butik Ruella tersebut bingung, satu per satu pengunjung butik a
Sementara Azzura sedang makan siang bersama rekan-rekannya, di sisi lain, Alan pergi ke kantor Dr. Leon setelah mendapatkan alamat kantornya dari Johnny. "Maaf Tuan, hari ini Dr. Leon tidak ada," ujar wanita berambut hitam dan digulung ke atas, yang duduk di balik meja resepsionis kepada Alan yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Alan dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya."Hm ...." Wanita tersebut mengalihkan pandangannya dari Alan kepada komputer di depannya, dan melihat jadwal kegiatan Dr. Leon."Besok Dr. Leon ada dua operasi. Tapi, jujur, beliau tak akan mau menemui Anda tanpa membuat janji temu," beber wanita ini ramah. Alan pun mengangguk mengerti. "Bisa minta nomor Dr. Leon? Ini sangat penting," balas pria ini. "Tentu saja," ucap wanita yang memakai seragam perawat tersebut. Ia lalu mengambil sebuah kartu nama dari dalam laci mejanya. "Ini nomor kantor kami," katanya sambil menyerahkan kartu nama di tangannya pada Alan. "Anda
Saat steak kuda melayang dan terbang ke arahnya, Alan terbelalak lantas bergegas menghindarinya dengan menunduk, sehingga steak kuda itu mengenai tembok di belakang Alan.Alan yang tak terima dengan perbuatan Azzura itu pun balas dendam. Ia mengambil seggengam kentang goreng di atas piring dan melemparkannya kepada sang perancang busana dengan wajahnya yang marah.Melihat itu, dengan cepat Azzura menunduk dan berlindung di bawah meja makan. Namun kemudian, sang fashion desainer ini membalas Alan dengan melemparkan sayuran pendamping steak kepadanya. Alhasil, malam itu, Azzura dan Alan terlibat dalam aksi balas dendam dengan keduanya saling melemparkan semua makanan di atas makan kepada satu sama lain.Peperangan sengit antara Alan dan Azzura itu berlangsung hingga beberapa saat, hingga polisi datang usai menerima laporan dari salah seorang penghuni Garvi House yang mendengar kegaduhan yang terjadi di antara mereka."Ini sudah sangat larut. Tapi, bukannya tidur, kalian malah membuat k
Saat pagi menyapa, Azzura tampak menggeliat di atas ranjang di ruangan yang besar, mewah, tenang, tidak ada cahaya dan hangat. Lalu detik berikutnya, wanita satu ini membuka matanya secara perlahan dan tersenyum.Bagaimana mungkin Azzura bisa tidak tersenyum jika ternyata pagi hartu ia bangun di kamar suite di Garvi House. Padahal, malam sebelumnya Azzura tidur di sofa di ruang tamu dengan Alan memeluknya erat. "Aku tak ingat bagaimana aku bisa berjalan ke sini tadi malam," kata Azzura, bergumam. "Apa mungkin Alan yang membawaku kemari?" tanyanya pada dirinya sendiri. Setelah itu, Azzura, wanita yang tak berbusana dan hanya menutupi tubuhnya dengan selimut ini melirik meja di samping ranjangnya, di mana sudah ada segelas air, jus jeruk, dan dua table obat penghilang pengar. "Meski pun Alan menyebalkan, tapi dia memikirkan semuanya," ucap Azzura dan tersenyum. Ia lalu duduk, mengambil obat dan meminumnya dengan segelas air.Sebenarnya,
Beberapa saat setelah selesai sarapan, Alan dan Azzura pergi meninggalkan villa dengan mobil yang Alan kendarai. Rupanya, keduanya akan memulai hari mereka dengan melakukan tur keliling pasar di Shanghai. "Lega akhirnya perang villa sudah berakhir." Alan menatap Azzura yang duduk di sampingnya sekilas. Lalu ia kembali mengarahkan pandangannya pada jalanan di depannya. Azzura yang sedang memandang lurus ke depan, kini tampak tersenyum sembari melirik Alan dengan ekor matanya. "Apa aku lawan yang tangguh?" tanya wanita ini, kepada Alan, bergurau. Pertanyaan Azzura tersebut kontan membuat Alan yang sedang fokus menyetir mobil tertawa. "Harus kuakui kalau kau lawan yang tangguh," ungkapnya. "Terima kasih sudah berbesar hati mengakuinya," balas Azzura. Lalu ia dan Alan tertawa bersama. "Aku tak akan pernah melupakan perang villa kita. Di mana dan ke mana pun aku berada dan pergi, aku akan mengingatnya," beber gadis ini. "Dan aku juga pasti akan merindukan perang villa kita. Karena itu
Alan kontan tersentak usai mendengar pertanyaan salah seorang rekan pemandu scubanya. "Tadi dia tepat di belakangku," ujar Alan pada rekannya sambil menatap permukaan air yang tenang dengan matanya yang terbuka lebar. "Aku tidak yakin, Lan. Tapi menurutku, dia—" tukas rekan Alan tersebut dengan bicaranya yang terputus, kala melihat Alan tiba-tiba kembali masuk ke air.Ya, Alan yang tak bisa diam usai menduga Azzura terjebak di dalam akuarium raksasa sendirian, akhirnya menceburkan dirinya kembali ke akuarium raksasa hanya menggunakan pakaian renang, sepasang kaki katak, serta kacamata renang. Dan ternyata dugaan Alan benar! Saat itu, di dalam akuarium raksasa, Alan berhasil menemukan Azzura yang posisinya setengah sadar dan terus tenggelam ke dasar akuarium. Melihat ini, Alan lantas menarik tangan Azzura dan membawanya kembali ke permukaan.Namun, saat Alan dan Azzura bergerak naik ke permukaan, volume udara di dalam paru-paru Alan semakin sedik
"Tok ... tok ... tok ...." terdengar suara ketukan di pintu, yang membuat Azzura dan Alan terkejut hingga mata keduanya terbelalak, kala mereka mencapai klimaks yang sempurna dari permainan panas mereka saat itu."Lan, ba ... bagaimana ini? Sepertinya semua orang sudah menunggu kita di luar untuk makan malam," tukas Azzura terputus-putus ketika Alan terus bergoyang keluar dan masuk dengan sangat cepat di dalamnya."Bi ... biarkan saja, Azzura," balas Alan, berbisik di depan wajah Azzura dengan nafas tersengal-sengal. Sementara, suara ketukan di pintu masih terus terdengar. "Ti ... dak bisa begitu, Lan. Mereka masuk kembali ke akuarium untuk menyelamat ... mmpphh—" Penuturan Azzura itu terputus begitu saja karena Alan membungkam mulutnya dengan bibirnya.Mengapa tidak Alan membungkam Azzura dengan ciumannya? Sebab wanita cantik itu terlalu banyak bicara dan memikirkan orang lain di saat permainan panas mereka belum mencapai klimaks. Namu
Sekian detik setelah Azzura bertitah, Alan terlihat menghela nafas panjang lalu menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan keributan yang terjadi tepi di jembatan. "Ehem ...." Alan berdeham sambil melirik Azzura di sampingnya dengan ekor matanya sekilas usai beberapa menit mobilnya kembali melaju di jalanan. "Zura, sebenarnya, di satu sisi aku percaya kalau di dunia ini ada orang yang dianugerahi kemampuan unik sepertimu. Tapi, di sisi lain, aku tak benar-benar mengerti kenapa matamu harus selalu ditutup. Maksudku, jika kau memiliki kemampuan unik itu, maka itu artinya matamu sangat indah," terang Alan pada Azzura dengan hati-hati. Azzura yang masih kesal dan marah kepada Alan hanya diam dan memalingkan wajahnya ke arah samping, melihat pemandangan di luar mobil melalui jendela kaca di sisi kanannya. Kendati begitu, Alan tetap melanjutkan bicaranya. "Azzura, setelah kupikir-pikir, menurutku kemampuan unik yang kau miliki itu adalah hal b