Di rumah sakit, Azzura ditemani oleh Alan bertemu dengan seorang dokter ahli jantung pria yang menangani penyakit jantung Azzura selama ini, sekaligus juga dokter yang mengoperasi jantungnya satu bulan lalu.
"Zura, jantungmu baik-baik saja," ucap sang dokter sambil meletakkan stetoskop di dada Azzura yang duduk di atas ranjang pasien. Mendengar itu, sontak saja Azzura mengulas senyum tipis, sementara Alan tersenyum lega.Ya ... Azzura tampak tak percaya kala mendengar pernyataan sang dokter bahwa jantungnya baik-baik saja. Mengapa tidak? Karena ia sudah tiga kali merasakan sakit di jantungnya, dan secara tiba-tiba hingga beberapa menit."Kalau kau masih tidak percaya, kau bisa mendengar suara jantungmu yang baru." Dokter pria bertubuh gempal yang tidak begitu tinggi tersebut memasangkan stetoskop miliknya di telinga Azzura."Dug ... dug ... dug ...." detak jantung baru Azzura terdengar sangat normal. Azzura pun tersenyum lebar dan wajahnya tampak senang, kala mendengar suara jantung barunya itu."Kau dengar, kan? Detaknya sangat kencang dan stabil," kata dokter jantung itu.Tanpa ragu Azzura mengangguk. "Ini adalah musik paling indah yang pernah kudengar selama hidupku," tutur perancang busana ini.Penuturan Azzura tersebut kontan membuat Alan dan sang dokter tertawa bahagia. "Kau hidup Azzura," ujar dokter pria tersebut sambil melepaskan stetoskopnya dari telinga Azzura."Meski sudah satu bulan sejak operasi jantungmu, kita tetap harus hati-hati melihat reaksi tubuhmu." Dokter tersebut berjalan ke meja kerjanya dan duduk di kursinya, sementara Azzura mengancingkan kancing bajunya lalu turun dari ranjang pasien dibantu dengan Alan."Kuingatkan kau bahwa jantung ini dalam kondisi sempurna. Tapi ini penghuni baru di tubuhmu. Kau harus melakukan pemeriksaan rutin, tes darah, biopsi, dan EKG sepanjang hidupmu," terang dokter tegas kepada Azzura dan Alan yang kini telah duduk di hadapannya. "Apa kau mengerti?" tanya pria berkepala plontos ini."Tenang saja, aku tak akan menjadi budak jantung ini. Dia harus beradaptasi denganku," balas Azzura. Lalu ia bersama Alan dan sang dokter tertawa."Tapi, Dok, jika jantung baruku benar baik-baik saja, lantas kenapa belakangan ini aku merasa jantungku suka tiba-tiba sakit? Seingatku sudah tiga kali dadaku sakit," beber Azzura sembari menatap sang dokter bingung."Hhhhh ...." Sang dokter menghela nafas panjang. Namun kemudian, ia tersenyum kepada Azzura. "Azzura, dada yang terasa sakit itu adalah gejala berbagai penyakit yang berbeda, bukan hanya masalah jantung. Dan rasa sakit di dadamu itu adalah gejala sakit dada yang bukan khas penyakit jantung. Ada hal tertentu yang bisa memicu munculnya nyeri di dada, misalnya ketika kau berolahraga, mengalami stres secara emosional, atau sehabis makan makanan berat. Biasanya rasa nyeri berlangsung kurang dari 10 menit, lalu hilang sendiri," beber dokter."Ya ... belakangan ini aku agak stres memikirkan persiapan grand opening untuk butik keduaku, yang baru dua hari ini resmi dibuka," ungkap Azzura dengan tenang. "Dan, aku juga stres memikirkan siapa pemilik jantungku yang baru." Azzura menatap dokter dengan wajah murung.Dokter lantas terkekeh dan menggeleng tak habis pikir karena ternyata Azzura masih saja bersikeras ingin mengetahui pemilik jantungnya yang baru. "Azzura, aku bukan tak ingin memberi tahumu. Tapi pemilik jantungmu yang baru, dan rumah sakit yang melarangnya," terangnya.Pernyataan sang dokter membuat Azzura akhirnya pasrah, dan tak lagi memaksa dokternya itu memberi tahu sosok pemilik jantungnya yang baru kepadanya. Setelah itu, Azzura dan Alan pergi meninggalkan ruang dokter.***Ketika tengah malam, saat Azzura terlelap dalam tidurnya, ia mengalami mimpi buruk. Dalam mimpinya itu, Azzura melihat tangan-tangan piawai mengambil jantung, hati, dan korneanya. Lalu tubuhnya bak sampah di buang ke danau.Visual dalam mimpi itu, seketika membuat Azzura terbangun dengan nafas tersengal-sengal dan raut wajah panik yang dipenuhi keringat dingin. Lalu detik berikutnya, Azzura turun dari kasur, dan berjalan keluar kamar tidur sambil menelepon ibunya—Nara."Lupakan mimpi mengerikan itu, Zura. Sekarang, kau punya pekerjaan yang kau sukai dan popularitas. Kau memiliki kehidupan yang membuat orang iri. Satu-satunya yang kau perlukan adalah menikmati yang kau punya," terang Nara. Lalu ia menutup teleponnya.Bersamaan dengan itu, Alan yang berdiri dan diam-diam mendengar percakapan Azzura dan Nara di telepon, menghampiri Azzura yang duduk di meja makan ditemani segelas air. "Hey, ada apa?" tanya Alan bernada khawatir."Hhhhhh ...." Azzura menghela nafas panjang. "Aku bermimpi buruk yang mengerikan," ujar Azzura pada Alan yang kini duduk berhadapan dengannya. "Aku tenggelam, tetapi wajahku berbeda. Mimpi-mimpi ini sungguh gila." Azzura meneguk air di dalam gelasnya hingga tandas."Dulu, aku tak pernah bermimpi buruk. Tapi setelah melakukan transplantasi jantung, hati, dan mata, aku mulai bermimpi buruk," beber Azzura."Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Alan dengan gagah."Entahlah." Azzura mengedikkan bahunya. "Kupikir, aku harus tahu, siapa pemilik jantung, hati, dan juga mata baruku. Agar aku tahu namanya, pekerjaannya, apa yang dia suka dan bagaimana keluarganya," bebernya.Alan mengangguk mengerti. Lalu ia meraih tangan Azzura dan menggenggamnya. "Aku mengerti, bahwa kau sungguh ingin tahu kepada siapa kau berutang nyawa. Ada penghuni baru di tubuhmu, dan kau sama sekali tidak mengenalnya.Karena itulah, mungkin kau sering bermimpi buruk. Karena kau merasa itu salah," terang Alan lembut."Seandainya kau bisa mendengar mimpi itu, organ-organ itu seolah mau menyampaikan sesuatu kepadaku," ucap Azzura pada Alan sungguh-sungguh."Aku pikir, jantung, hati, dan mata barumu itu mau memberi tahumu kalau mereka sedang menyesuaikan diri dengan rumah baru mereka." Alan mengulas senyumnya yang memesona pada Azzura."Tapi mereka seperti tidak menyukaiku," sanggah Azzura sambil memasang wajah murung. "Kau tahu, saat aku bercermin, aku merasa seolah aku adalah orang lain. Sepintas, tapi bisa kurasakan, Lan," jelas wanita ini.Lagi, Alan mengangguk sambil tersenyum. "Azzura, orang bilang jika penerima transplantasi cenderung akan berpikir keliru, bahwa bagian dari kehidupan donor telah dipindahkan kepada mereka." Alan mengusap lembut dan pelan tangan Azzura yang ia genggam, sementara Azzura hanya diam seolah ia tidak setuju dengan ucapan Alan."Sekarang, jangan banyak berpikir. Bersyukur saja, dan lanjutkan hidupmu dengan baik," tutup Alan malam itu. Dan kemudian ia membawa Azzura kembali ke kamar dan melanjutkan tidur mereka.***Esok harinya—di Butik Ruella, Azzura dan asisten pribadinya, Alexa, duduk saling berhadapan di meja kerja Azzura. Dan di waktu ini, Alexa yang sedang haid tiba-tiba meminta pembalut kepada Azzura. Azzura pun langsung memberikannya."Kram ini benar-benar mengganggu," cicit Alexa. Ia tampak kesakitan dan memegang perutnya. "Seandainya saja ada sihir yang bisa membatasinya menjadi setahun sekali," ucapnya. Lalu ia pergi ke kamar kecil yang ada di luar ruang kerja AzzuraSementara itu, Azzura tertawa dan menggeleng. Ia tidak habis pikir dengan penuturan Alexa tersebut. Namun kemudian, Azzura ingat bahwa ia terlambat datang bulan. Karena itu, Azzura pergi ke toilet di ruang kerjanya, dan mencoba aplikasi penguji kehamilan di ponselnya."Tidak, mungkin ini salah. Tidak mungkin aku hamil." Azzura terkejut dan lemas, kala hasil tes penguji kehamilan tersebut berkata bahwa ia positif berbadan dua."Nona Azzura ... ayo bangun. Apa malam ini Nona akan menginap di sini?" Asisten Azzura, Alexa, menepuk tangan Azzura pelan. Ia mencoba membangunkan Azzura yang masih tertidur pulas di kursi kerjanya sementara hari sudah gelap."Haaahh ...." suara nafas Azzura setelah mendegar suara Alexa yang begitu familiar berdengung di telinganya, kala membangunkannya. Nafas Azzura terdengar pendek dengan mata terbelalak dan wajahnya yang terkejut."Ada apa, Nona? Apa Nona mimpi buruk lagi?" cerca Alexa panik.Azzura pun mengangguk sambil melihat perutnya yang rata. "Aku bermimpi aku hamil, Alexa," ungkapnya. Ia lalu menatap Alexa di sampingnya dengan wajah cemas. Namun hal berbeda justru ditunjukkan oleh Alexa. Ia tampak tersenyum dan kemudian menjelaskan: "Nona, konon katanya mimpi hamil menandakan bahwa si pemimpi akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan."Mendengar itu, Azzura lantas mengernyit sembari menatap Alexa tak percaya. "Benarkah?" t
"Azzura ... jika kau ingin tahu siapa pemilik jantung, hati dan mata barumu, pergilah ke Rumah Sakit Venus," ungkap seorang anonim melalui pesan singkat yang ia kirim kepada Azzura. Kontan Azzura terbelalak saat membaca isi pesan si anonim di ponselnya pagi itu. "Aku harus ke rumah sakit ini sekarang juga," kata Azzura dengan bergumam. Ia lalu bergegas kembali masuk ke kamar tidur, dan pergi mandi tanpa menutup pintu ke arah balkon.Saat Azzura mandi, satu per satu kucing liar yang kelaparan dan setiap harinya selalu berada di sekitar Garvi House, naik ke atas balkon dan masuk ke kamar tidur Azzura dan Alan dengan harapan mereka akan mendapat makanan. Namun, bukan makanan yang didapat, tetapi Alan yang tengah tertidur pulas di kasur. Alhasil, kucing-kucing liar tersebut naik ke atas kasur, kemudian mengerubungi Alan dan menjilati wajah, kaki, dan tangannya. Alan yang tengah tertidur tetapi merasa tubuhnya dijilati lantas membuka matanya perlaha
Sekian detik setelah pemuda yang tak diketahui identitasnya itu pergi, Azzura yang masih terlihat kaget seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, kembali ke villa.Sesampainya di Villa, Azzura yang sedang duduk di sofa sambil memijat pelipisnya pelan, tiba-tiba teringat dengan pakaiannya di tempat laundry. Karena itu, wanita ini akhirnya menghubungi staf laundry. "Apa katamu?" Dengan dahi yang berkerut, Azzura bangkit dari duduknya cepat. "Kau memberikan pakaianku ke anak yatim? Kenapa kau berikan pada mereka?!" tanya Azzura kepada staf laundry, kesal."Ya, Nona. Katanya kau dimasukkan di rumah sakit jiwa di Beijing. Teman sekamarmu yang bilang kepadaku pagi ini. Katanya kau ingin pakaianmu disumbangkan ke panti asuhan," beber si staf laundry."Dia memang sangat spesifik soal itu. Baiklah, aku mengerti sekarang. Terima kasih," balas Azzura pada pria tersebut. Lalu, ia dengan wajahnya yang marah menutup teleponnya. "Baiklah, Alan. Ru
Azzura tampak terbelalak kala mendengar sebuah suara menyuruhnya pergi dari Garvi House. Namun, yang membuat Azzura kian terkejut adalah saat listrik tiba-tiba dan ia tak melihat wujud dari suara tersebut."Sepertinya aku hanya berhalusinasi," kata Azzura ragu-ragu. Ia kemudian mencoba menyalakan senter pada ponselnya. Akan tetapi, belum sempet senter di ponselnya menyala, tiba-tiba saja.... "Siapa bilang kau sedang berhalusinasi?" celetuk sebuah suara dalam kegelapan yang berkata pelan tetapi juga dingin dan tegas. Ini suara yang sama dengan suara yang menyuruh Azzura meninggalkan villa. Suara mematikan di tengah kegelapan itu berhasil membuat ponsel Azzura terjatuh dari tangannya. Setelah itu, ia menoleh ke arah sumber suara di belakangnya.Dan, betapa kagetnya Azzura tatkala melihat Alan sedang berdiri di ambang pintu masuk villa dengan senter ponselnya yang menyala di depan wajahnya. "A ... Alan?" ucap Azzura terbata-bata. "Ke ... napa kau hanya berdiri di sana?" tanya sang pera
"Hhhhhhh ...." Wanita misterius tersebut menghela nafas panjangnya yang terasa berat. Ia kemudian berbalik menghadap ke arah Danau Dishui yang sangat tenang dan menenangkan jiwa-jiwa yang memandangnya."Nurani memang sangat menyebalkan," kata Rubi. Ya ... nama wanita misterius tersebut adalah Rubi."Lalu apa yang berubah?" Dengan rasa penasaran yang kian membara di dalam dirinya, Azzura melangkah maju mendekati Rubi diikuti dengan Alexa dan Tommy di belakangnya. Kini, mereka berdiri tepat di sisi kanan dan kiri Rubi."Mereka membakar rumahku, dengan ayah, ibu dan adik bungsuku di dalamnya. Karena itu, aku dan laki-laki keduaku terpaksa menjalani hidup baru. Kami meninggalkan pekerjaan yang kami cintai dan tinggal di tempat kumuh," beber Rubi dengan suara gemetar, seperti sedang menahan tangis. "Ya ... pemuda yang kau temui di Rumah Sakit Venus kemarin pagi adalah, adik keduaku," jelasnya. Azzura kontan terkejut usai mendengar panuturan Rubi saat
Usai bertemu dengan Rubi di Danau Dishui, Azzura dan Alexa pergi ke Butik Ruella untuk bekerja, sementara Tommy bertemu dengan rekan-rekannya di kafe.Namun, ketika Azzura dan Alexa hendak masuk ke butik, keduanya melihat para pengunjung butik sedang berkerumun di depan pintu masuk butik."Permisi ... ada apa ramai-ramai di sini?" ucap Azzura dengan wajahnya yang bingung tatkala berdiri di belakang kerumunan bersama Alexa.Suara lembut Azzura itu akhirnya memecah belah kerumunan di depan butik. "Astaga, itu dia ... Azzura," seru salah pengunjung butik pada teman di samping ya."Azzura ... kasihan sekali. Tapi kau terlalu berharga untuk pria seperti Levi," kata seorang wanita dengan mata sipit dan berambut hitam pendek keriting. Azzura dan Alexa yang dibuat bingung oleh semua orang yang berkumpul di depan pintu masuk butik terlihat saling beradu pandangan.Melihat pemilik Butik Ruella tersebut bingung, satu per satu pengunjung butik a
Sementara Azzura sedang makan siang bersama rekan-rekannya, di sisi lain, Alan pergi ke kantor Dr. Leon setelah mendapatkan alamat kantornya dari Johnny. "Maaf Tuan, hari ini Dr. Leon tidak ada," ujar wanita berambut hitam dan digulung ke atas, yang duduk di balik meja resepsionis kepada Alan yang berdiri di hadapannya. "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" tanya Alan dengan tenang dan sopan. "Ini darurat," terangnya."Hm ...." Wanita tersebut mengalihkan pandangannya dari Alan kepada komputer di depannya, dan melihat jadwal kegiatan Dr. Leon."Besok Dr. Leon ada dua operasi. Tapi, jujur, beliau tak akan mau menemui Anda tanpa membuat janji temu," beber wanita ini ramah. Alan pun mengangguk mengerti. "Bisa minta nomor Dr. Leon? Ini sangat penting," balas pria ini. "Tentu saja," ucap wanita yang memakai seragam perawat tersebut. Ia lalu mengambil sebuah kartu nama dari dalam laci mejanya. "Ini nomor kantor kami," katanya sambil menyerahkan kartu nama di tangannya pada Alan. "Anda
Saat steak kuda melayang dan terbang ke arahnya, Alan terbelalak lantas bergegas menghindarinya dengan menunduk, sehingga steak kuda itu mengenai tembok di belakang Alan.Alan yang tak terima dengan perbuatan Azzura itu pun balas dendam. Ia mengambil seggengam kentang goreng di atas piring dan melemparkannya kepada sang perancang busana dengan wajahnya yang marah.Melihat itu, dengan cepat Azzura menunduk dan berlindung di bawah meja makan. Namun kemudian, sang fashion desainer ini membalas Alan dengan melemparkan sayuran pendamping steak kepadanya. Alhasil, malam itu, Azzura dan Alan terlibat dalam aksi balas dendam dengan keduanya saling melemparkan semua makanan di atas makan kepada satu sama lain.Peperangan sengit antara Alan dan Azzura itu berlangsung hingga beberapa saat, hingga polisi datang usai menerima laporan dari salah seorang penghuni Garvi House yang mendengar kegaduhan yang terjadi di antara mereka."Ini sudah sangat larut. Tapi, bukannya tidur, kalian malah membuat k
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu