Beranda / Romansa / Mr.Parasite / 1. Pemulung

Share

Mr.Parasite
Mr.Parasite
Penulis: Jasmine

1. Pemulung

Penulis: Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sherly Violeta Dunn. Gadis manis, mungil dan langsing itu sedang berdiri di depan cermin riasnya. Ia memutuskan menjepit rapi sisi kanan rambutnya untuk sentuhan terakhir penampilannya sebelum dirinya bersiap berangkat ke kantor.

"Hmm ... sempurna, rapi, cantik," gumamnya mematut diri dengan tampilannya yang dirasa sudah memuaskan.

Gadis berusia awal 25 tahun itu tampak puas dengan padu padan baju kerjanya hari ini. Rok terusan formal berwarna putih selutut dipadu dengan blazer navy ringan yang memberikan kesan manis dan anggun.

Sherly sedikit tergesa saat melihat jam tangannya. Ia harus bergegas agar tidak terlambat berangkat ke kantor. Dengan cekatan ia meraih kunci mobil dan tasnya sebelum akhirnya melesat menuju pintu apartemennya. Terburu-buru mengenakan high heels dan menyambar kantong sampah plastiknya sebelum keluar.

Apartemennya merupakan bangunan yang cukup rapi dan strategis dengan pemandangan gunung dan kota yang saling berdampingan. Karena alasan itu Sherly memilih untuk menyewa apartemennya ini. Dengan kualitas udara yang masih segar dan terjaga di pagi hari, menjadi pertimbangan tersendiri untuknya.

"Oh, aku hampir terlambat," gumamnya cemas ketika ia keluar dari lift

Di sebelah tempat parkir mobil para penghuni apartemen, ada satu bagian tersembunyi di sudut bangunan yang merupakan tempat pembuangan sampah. Pagi ini Sherly hendak membuang bungkusan plastik sampah yang dibawanya ke tempat bak pembuangan.

Saat itu, dilihatnya ada seorang pria sedang berjongkok sambil mengais-ngais beberapa kantong sampah plastik yang terbuka dan tercecer di sana. Pria itu tampak serius dengan kegiatannya, sehingga tidak menyadari kehadiran Sherly dari arah belakangnya.

Sherly mengernyit, sedikit ragu untuk maju. Ia merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran pria itu. Dari belakangnya, ia dapat mengamati penampilan pria itu yang sangat kumal dengan rambut acak-acakan dan celana olah raga serta kaus yang tampak butut yang dikenakannya itu, membuat penampilannya terlihat sangat berantakan. Hingga Sherly menduga pria itu adalah seorang pemulung.

Pria itu menghalangi sebagian besar jalan masuk yang menuju ke bak pembuangan. Mau tidak mau Sherly harus melewati pria itu untuk menjangkau salah satu bak penampungan sampah.

"Maaf ... permisi, Pak," sapanya takut-takut. Pria itu sedikit menoleh mengamati Sherly sekilas, tetapi tidak beranjak dari tempatnya.

"Bisakah saya lewat sebentar?" ucapnya kikuk sambil memperlihatkan tentengan plastik sampahnya.

Pria itu berdehem, dan tanpa mengatakan apa-apa dengan segera ia berdiri. Badannya tampak begitu menjulang di hadapan Sherly yang bertubuh mungil setelah pria itu berdiri tegak.

Sherly refleks sedikit mendongak untuk mengamati wajah pria tersebut. Kedua matanya tertutup poni yang acak-acakan sehingga ia tidak dapat melihat keseluruhan wajahnya. Rambutnya yang agak panjang terkesan sangat berantakan karena sebagian besar menutupi lehernya. Entah mengapa Sherly merasa sangat gemas hingga ia berpikir ingin sekali rasanya menguncir semua rambut berantakan pria itu.

Pria itu berdehem lagi, seolah memberi isyarat dan mengingatkan agar Sherly segera membuang sampahnya.

"Ah,... ya, maaf!" Sherly refleks membuyarkan pikiran anehnya tentang pria itu. Ia merasa sedikit malu karena sudah berlaku tidak sopan. Sherly kemudian berjalan mendekati bak-bak sampah yang besar untuk segera memasukkan sampahnya. Setelah itu bergegas menuju parkiran mobil.

Sherly sempat menengok sebentar ke belakang untuk memastikan lagi keberadaan pria itu. Benar saja, sekepergiannya, pria itu kembali berjongkok untuk mengais-ngais kantong sampah yang sudah terbuka di hadapannya.

Aneh! Pikir Sherly. Baru kali ini dilihatnya ada seorang pemulung yang berkeliaran di sekitar apartemennya. Tak mau berlama-lama lagi, tanpa pikir panjang ia segera menancap gasnya untuk berangkat ke kantor.

Sesampainya...

Kantor tempatnya bekerja merupakan sebuah perusahaan game online yang cukup maju. Sherly adalah seorang asisten pribadi pemilik perusahaan game online yang bernama Cutie Pie.

"Kau terlambat lima menit Sher," sambut Lucy ketika dirinya memasuki ruangan luas di lantai tiga dimana tempatnya bekerja. Sherly hanya meringis kecil.

Sherly membuka pintu ruang kerja Nick, pemilik sekaligus CEO tempatnya bekerja.

"Morning bos!" sapa Sherly sambil bergegas memasuki ruangan.

Tempat kerjanya berada dalam satu ruangan dengan Nick. Dilihatnya Nick bosnya itu sedang memeriksa berkas di atas mejanya.

"Hari ini kau terlambat lima menit," balasnya singkat.

"Maaf bos karena sudah datang terlambat." Sherly memasang wajah menyesalnya. "Tadi sebelum berangkat saat aku akan membuang sampah, ada pemulung di apartemen kami yang sedang mengais-ngais bak sampah dan menghalangi jalanku dan ..."

"Pemulung?" potong Nick heran. Nick tergelak sambil menggeleng, "Kali ini ceritamu tidak masuk akal. Tidak mungkin ada pemulung yang berani masuk ke sana. Bukankah pos penjagaan apartemen kalian selalu siap 24 jam?"

"Terserah kalau tak percaya, boleh aku membuat kopi dulu, please? Karena tadi aku tak sempat sarapan."

"No. Tak akan sempat. Ayo ikut aku segera, kita sudah terlambat janji temu dengan perusahaan periklanan"

"Oh Nick ..." balas Sherly merajuk. Baru saja sedetik dirinya meletakkan tas kerja, sekarang sudah harus bergegas pergi lagi.

"Cepatlah!" balas Nick. Walau umurnya selisih 5 tahun lebih muda dari Nick, Sherly memanggil bosnya hanya dengan sebutan nama. Begitu juga saat berada disekitar kantor. Pasalnya, Nick tidak mau dipanggil pak atau tuan, atau semacamnya oleh para karyawan kantornya.

Nick menerapkan konsep ringan dan santai untuk perusahaannya, yang memang khusus memproduksi game-game imut dan lucu untuk anak-anak, gadis remaja, dan para wanita. Konsep yang diusung perusahaan game yang didirikan Nick adalah ceria, imut, dan cantik. Seperti gadis yang sekarang berada di sampingnya ini.

Sekeluarnya dari lift, Nick tidak langsung menuju pintu utama. Ia berbelok ke arah kafe kantor yang berada di pojok pintu masuk utama.

Sherly yang sedari tadi memeriksa jadwal Nick dari ponselnya, belum menyadari ketika Nick berbelok ke arah kafe. Nick sampai harus kembali berbalik dan menarik lengan Sherly yang masih tertinggal di belakangnya.

"Hentikan kebiasaanmu menatap ponsel saat sedang berjalan." Nick mengarahkan Sherly pada salah satu kursi kafe. Ia meninggalkan Sherly sebentar dan berbalik sambil menyodorkan bungkusan sandwich dan segelas kopi yang sudah ia pesan sebelumnya.

"Makanlah nanti selagi aku menyetir." ucapnya.

Sherly terkejut, tetapi kemudian tersenyum senang. Nick selalu baik kepadanya dan selalu memberinya kemudahan dalam bekerja.

"Wow ... thanks Bos!" balasnya senang.

Nick tersenyum, "Aku tak mungkin membiarkanmu bekerja dalam keadaan lapar." ucapnya.

Nick sangat puas jika dapat membuat Sherly ceria. Dan salah satu hal yang Nick tahu benar untuk menyenangkan gadis itu adalah makanan.

******

Seorang pria bertopi dan berbaju serba hitam terlihat mengendap-endap di antara bangunan sempit pertokoan. Dia mengikuti sesosok pria lainnya yang sedang berjalan tergesa-gesa di depannya.

Sebisa mungkin ia mencoba berbaur dan berlindung di antara lalu-lalang orang-orang yang melintas. Saat ada kesempatan, pria yang tergesa-gesa tersebut berbelok dengan cepat pada salah satu gang sempit dan melompat masuk melewati tembok yang menghubungkan salah satu bangunan yang ada di dekatnya, yaitu "Heaven Nightclub".

Si pria pengejar berhenti. Ia celingukan dan mencari-cari di antara gang sempit tersebut. Sadar karena sasarannya menghilang, ia membuka topinya dan melemparnya dengan kesal di pinggir trotoar jalan.

"Sial!" umpatnya.

Dilihatnya bangunan berlantai tiga yang ada dibelakangnya dengan seksama. Sebuah club malam berdiri disana. Karena sekarang masih siang hari, club itu masih tutup.

"Heaven Nightclub" tepat pria itu menghilang di belakang bangunan ini. Dalam hati, si pengejar itu bertekad akan kembali lagi segera ke tempat ini.

Jika tertangkap habislah kau! Batinnya geram.

*******

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
pemulungnya lagi mengintai ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mr.Parasite   2. Pertolongan

    Sherly keluar dari mobilnya dengan lunglai. Kali ini ia memilih memarkir mobilnya di basement. Ia menekan kunci otomatis dengan satu tangan, sedang tangan lainnya menenteng tas dan berkas kantor yang perlu diperiksanya malam ini. Ia memutuskan untuk meneruskan pekerjaannya di apartemennya sendiri daripada harus bermalam lagi di kantor. "Ah... lama-lama aku bisa cepat keriput jika harus begadang terus," gumamnya. Ya, salah satu kebiasaan Sherly adalah kadang ia akan berbicara dengan dirinya sendiri jika ia merasa sedang kesal. Sherly berdiri tepat di depan lift, menekan tombol naik untuk menuju ke lantai tiga dimana tempat tinggalnya berada. Saat lift tak kunjung terbuka atau menunjukkan pergerakan, Sherly mencoba menekan tombol naik berkali-kali, tapi tetap tak membuahkan hasil. "Aah ... baguslah! Macet lagi liftnya," keluhnya. "Oh, tahu akan begini harusnya aku parkir di halaman depan saja," gumamnya lagi. Sherly menghembuskan

  • Mr.Parasite   3. Rencana

    Sherly menghembuskan napasnya begitu masuk ke dalam mobilnya. Ia sedikit menahan tawanya setiap teringat kejadian yang dialaminya tadi. Entah mengapa pasien yang ditolongnya itu menurutnya tampak begitu menggemaskan di matanya, karena tak bisa menahan buang anginnya. Memang Sherly tidak dapat melihat jelas wajahnya. Tapi poni yang biasa menutupi matanya tadi sedikit tersibak sehingga Sherly dapat mencuri-curi mengamati wajahnya saat berbincang dengan Dokter Chris tadi. Wajah pria itu menurut Sherly cukup menarik. Walau semalam ia sangat kesakitan, tetapi jelas terdengar bahwa ia memiliki suara yang cukup dalam dan berat. Sherly masih dapat mengingat suara rintihan dan minta tolongnya saat Sherly menemukan pria itu di atas tangga. Suara serak maskulin yang seksi. Seksi?! ... Oh My God Sherly! Bisa-bisanya dirinya berkhayal tentang pria yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Kendalikanlah dirimu! Kau seharusnya bersimpati pa

  • Mr.Parasite   4. Kekasih

    "Silakan masuk ..." Sherly membukakan pintu apartemennya dengan sedikit canggung. "Di mana apartemenmu?" tanya Sherly. Dean menunjuk pintu paling pojok yang jaraknya hanya dua unit dari kamar Sherly. Sherly menganga, lebih karena merasa takjub. "Kau serius? Kita satu lantai? Dan bahkan aku tidak pernah bertemu denganmu atau mengenalmu sebelumnya!?" Sherly tertegun. Sherly berjalan menuju unit itu, tampak di depannya tergeletak dua koper besar yang bersandar pada dindingnya. Sherly menyeret keduanya bersamaan. Walau tampak sedikit bersusah payah, ia akhirnya berhasil juga membawanya ke depan tempatnya. "Keterlaluan sekali, apa begini caranya memperlakukan penyewa? Walau kau tidak mampu lagi membayarnya, bukan berarti barang-barangmu bisa dilempar begitu saja di depan pintu." Sherly bersungut-sungut. "Biar aku bantu ..." "No ... jangan coba-coba. Masuklah saja, kau belum boleh banyak bergerak." Sherly sedikit mendoron

  • Mr.Parasite   5. Tersudut

    Sherly mengikat rambutnya dengan kuncir ekor kuda. Hari ini tampilannya sangat kasual. Jeans biru terang dan kemeja katun putih menjadi baju pilihannya untuk pergi ke kantor hari ini. Sherly segera menyambar tas kerjanya sebelum keluar dari kamar. Sherly melihat Dean sedang berdiri di dapurnya saat ia keluar dari kamarnya. Ia kemudian menghampirinya, mengambil sebuah cangkir hendak membuat kopi. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya "Membuat sarapan. Hai, selamat pagi." ucapnya sambil memperlihatkan sepiring pancake yang sudah tertata rapi. "Wow ... kau bisa membuat sarapan rupanya," gumam Sherly takjub "Duduklah ... mari kita makan bersama. Dan jangan minum kopi karena aku sudah menyiapkan jus jeruk segar" Sherly lagi-lagi tampak takjub dengan pekerjaan yang Dean lakukan. Ia segera mengambil tempat untuk duduk, dan siap di depan meja makan diikuti oleh Dean. "Ini enak ..." Sherly tersenyum senang setelah mencicipi makanan bu

  • Mr.Parasite   6. Rival

    Suasana aneh dan canggung terlihat sangat kentara saat Sherly, Nick, dan Dean duduk berhadapan dalam satu meja. Tatapan waspada, dingin dan penuh dengan selidik saling mereka lemparkan satu sama lain. Malam ini mereka duduk di satu meja untuk makan malam bersama di apartemen Sherly. Entah mengapa, Nick sangat bersikeras untuk ikut makan bersama sepulang kerja tadi. "Mari kita mulai makan," Sherly membuka percakapan agar suasana tegang yang tercipta di atas meja makannya sedikit mencair. Sepulang dari kantor tadi Nick bersikeras mengantarkan Sherly pulang ke apartemennya. Mau tidak mau mobil Sherly harus ia tinggalkan menginap di kantor. "Silakan ..." Dean bersikap sopan dengan mempersilakan Nick menyantap hidangan makan malam yang telah disiapkannya. "Semoga cocok dengan seleramu," ucapnya lagi dengan wajah datar. Mereka mulai menyantap hidangan yang Dean siapkan. Dari raut wajahnya, terlihat jelas Dean merasa sedikit kesal, pasalnya s

  • Mr.Parasite   7. Tantangan Terbuka

    Sherly mengerjap, tidak menyangka Dean akan mengajukan pertanyaan seperti itu yang begitu tiba-tiba. "Kau ingin tahu hubungan antara aku dan Nick?" ulang Sherly. Dean mengangguk. "Well ... aku dan Nick memiliki hubungan pertemanan yang baik. Kami lumayan dekat. Dan jika tentang pekerjaan, kebetulan aku adalah asisten sekaligus sekretaris yang bekerja pada perusahaannya dan dia bosnya" "Itu saja?" tanya Dean lagi. Sherly mengangguk mengiyakan. "Apa masih ada yang ingin kau ketahui lagi?" "Apa Nick sudah memiliki kekasih?" "Setahuku belum. Kenapa?" "Yah ... hanya saja tampaknya dirinya cukup mapan. Mengapa ia belum memiliki kekasih? Apa tabiatnya buruk? Apa ia tidak dekat dengan seorang wanita? Atau apa ia memiliki orang yang disukainya mungkin?" Sherly sedikit mengerutkan alisnya, tampak heran dengan sikap Dean. "Entahlah ..." ucapnya lambat-lambat, "Aku tidak pernah terlalu ikut campur dalam urusan pri

  • Mr.Parasite   8. Penyusup

    "Now what?! Lagi-lagi kalian begini. Apa kalian sedang saling berduel atau semacamnya?" Sherly memecah keheningan yang tercipta diantara Dean dan Nick. Sebelumnya, tak ada yang menyadari kehadiran Sherly yang berdiri tak jauh dari mereka sampai Sherly buka suara. "Kau sudah selesai?" tanya Dean yang langsung menghampirinya. Dean segera meraih plester dan obat untuk luka Sherly. "Duduklah," Dean membimbing Sherly ke kursi terdekat. "Aku tak apa-apa Dean." "Sudah kukatakan untuk memanggilku saat kau selesai mandi. Apa kau menginjak pecahan kaca lagi? Di sana masih banyak kaca yang berserakan." Dean berlutut dan memeriksa telapak kaki Sherly secara otomatis. Wajah Sherly tiba-tiba memerah dengan perlakuan Dean. Tanpa sadar Sherly mencengkeram kencang jubah handuk mandinya saat Dean mengoles obat untuk lukanya. Sentuhan Dean pada kakinya sangat menggelitik, sekaligus membuatnya tersipu. Sherly berusaha menahan debaran jantungnya saat Dean memeriksa kakinya dan beralih ke kaki satunya

  • Mr.Parasite   9. Deep Kiss

    Sherly bergegas menyusuri lorong rumah sakit, mencari kamar Dean dirawat. Sore tadi Sherly mendapat kabar dari Chris bahwa Dean berada di rumah sakitnya lagi. Sherly menelepon Dean untuk memastikan sendiri berita itu. Sherly baru dapat bergegas menuju rumah sakit setelah meninggalkan kantor pukul tujuh malam tadi. "Kau tak apa-apa?" serbu Sherly begitu memasuki kamar Dean. "Dia tak apa-apa, mungkin karena beberapa aktivitasnya yang berlebihan saja jadi bekas operasinya terasa nyeri," Chris yang berdiri di samping Dean menjelaskan padanya. "Memang apa yang kau lakukan?" tanya Sherly heran. "Apa gara-gara membersihkan pecahan kaca di kamar mandi?" tanya Sherly lagi. Chris sedikit menahan senyumnya karena geli. Betapa polos pemikirannya. Andai gadis itu tahu apa pekerjaan yang Dean lakukan selama ini, ia pasti akan terkena serangan jantung. Dean sedikit mengerutkan alisnya, bingung akan menjawab apa. "Bukan? A .. atau ... karena kau sempat membopongku? Mungkin karena aku berat, jadi

Bab terbaru

  • Mr.Parasite   90. Resepsi Pernikahan (Selesai)

    Tiga bulan kemudian ... "Cantik dan sempurna. Kau telah siap, Sayang?" Joanna merapikan gaun pengantin Sherly dengan binar yang jelas terlihat di matanya. Siang ini, Dean dan Sherly akan mengadakan resepsi pernikahan mereka pada sebuah hotel mewah dengan ballroom megah yang menjadi pilihan lokasinya. "Bukankah aku sudah terlalu besar, Mom? Aku merasa sedikit tidak begitu percaya diri pada bagian dada, perut, pinggulku, oh ... hampir semuanya ... aku merasa membengkak," bisik Sherly tertahan. "Siapa bilang kau membengkak? Kau sempurna, Sayang ... kau tampak menggoda dan begitu seksi." Dean yang tiba-tiba melangkah masuk mengejutkan Sherly dan Joanna yang sedang bersiap. Ia mencium pipi Joanna, sebelum akhirnya mencium Sherly dengan mesra. "Kau sudah siap bukan, Sayang?" tanyanya kemudian pada Sherly. "Belum. Aku ... sangat gugup," Sherly sedikit mengernyit dan meringis. Joanna tersenyum, "Tak perlu gugup, Sayang. Tarik nap

  • Mr.Parasite   89. Pasangan tak Waras

    Dean mengerjapkan matanya dan sedikit merintih saat ia terbangun di dalam kamarnya. Kepalanya masih berdenyut karena sisa-sisa kekacauan semalam. "Kau sudah bangun?" Sherly meletakkan sarapan pada salah satu meja di dalam kamar. "Uh, ya Sayang. Apa yang terjadi semalam? Bagaimana aku bisa kembali ke rumah?" tanyanya masih sambil memegangi kepalanya. "Kau tak ingat apa pun?" tanya Sherly lagi. "Uh, yang aku ingat adalah ketika mereka membawaku dan ...." Seolah tersadar, Dean segera menghentikan ucapannya. Ia menatap Sherly yang telah berdiri di depannya dengan tatapan tajam. "Oh, Sayang ... ma ... maafkan aku. Kau marah? Kau sudah mengetahuinya ya," gumam Dean lirih. Sherly mendekati Dean dan berdiri di samping ranjangnya. "Jelas," tegasnya. "Mengapa kau tak bercerita apa pun padaku? Jika si bodoh Chris tak memberi tahu, dan kami terlambat datang, aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi padamu." Sherly menggeleng-geleng kesal. "

  • Mr.Parasite   88 Wanita Hamil yang Seksi

    Billy, suami Vania masuk dengan tatapan menyelidik. Ia dan enam anak buahnya yang datang, memenuhi kamar hotel berjenis suite room itu dengan gaya garangnya.BRAKK!!Baru sejenak ia masuk, pintu kamar lagi-lagi dibuka paksa dengan keras. Sontak semua ikut terkejut. Hanya satu orang yang begitu lega ketika melihat wajah-wajah familier yang menyeruak masuk setelahnya."MANA WANITA YANG BERANI MENYENTUHKAN TANGANNYA PADA SUAMIKU? AKU PASTIKAN IA AKAN HABIS!"Sherly dengan tatapan membunuhnya masuk begitu saja untuk menyelidik seluruh ruangan. Tatapannya langsung terpaku pada sosok Dean yang sedang tergeletak di atas ranjang.Serta merta ia menghampiri Dean dan Vania yang sedang berdiri mematung di pinggir ranjang.Sherly tidak langsung menghampiri Dean. Ia memilih menatap Vania dan berhadapan dengannya. Tanpa diberi tahu pun, ia

  • Mr.Parasite   87. Selamatkan Dean

    Sekepergian Dean yang dibawa oleh Vania dan anak buahnya, Chris begitu kalut dan bingung. Walau begitu, ia tak berlama-lama berdiam diri di tempatnya. Ia kemudian menekan nomor di ponselnya dengan segera. Sementara itu ... Sherly sedang menata meja makan dengan hidangan-hidangan menggiurkan untuk menyambut kedatangan Adriana dan Nick. Ya, Adriana dan Nick akan menemaninya malam ini selama Dean pergi dengan Chris. Sherly sengaja mengundang Adriana untuk makan malam karena ia ingin berbincang dan membicarakan kehamilan mereka yang tak terpaut jauh. "Apa kau bilang, Chris?!" Teriakan panik Adriana terdengar hingga ke ruang makan saat Sherly sedang menata meja. Ia yang begitu penasaran kemudian menghampiri Adriana yang baru saja sampai di pintu masuk. "Ada apa? Apa yang telah terjadi?" tanya Sherly. Ia seketika merasakan firasat buruk. Adriana memandang Sherly dengan sedikit bimbang, "Be ... begini, Sherly, Dean ... ia ..

  • Mr.Parasite   86. Wanita Iblis

    Malam itu, Dean dan Chris telah sampai ke restoran yang dituju. Vania dengan gaun malam merahnya yang melekat seksi mengikuti bentuk tubuhnya telah menanti mereka pada salah satu meja. Vania tersenyum saat kedua pria yang telah dinantinya itu ikut bergabung dengannya. "Wow, kalian terlihat tampan," ucapnya dengan nada menggoda. Vania adalah tipe wanita matang yang seksi dengan tampilan mewah elegan yang mampu menghipnotis setiap mata yang melihat. Wanita awal tiga puluhan itu tampak sedikit mencolok karena makeup bold-nya yang berani yang menghiasi wajahnya. "Baiklah, kami telah di sini, mungkin bisa kita mulai makan malam kita sekarang," ucap Dean formal. "Ow, jangan terburu-buru Tampan, kita bahkan belum saling sapa," Vania mengerling dengan genit. "Oh, ayolah Vania. Kau sudah berjanji bukan?" ucap Chris. "Ah, oke ... oke, kau tak menyenangkan, Chris. Baiklah, mari kita nikmati hidangan kita." Dengan memberi isyarat, para pel

  • Mr.Parasite   85. Permohonan Chris

    Chris dengan gugup menghampiri Dean yang sedang menunggunya di ruang tamu. Ia tahu sahabatnya itu pasti sangat kesal padanya sekarang. Ia memilih menemui Dean di rumahnya daripada di luar karena Chris tahu, Dean tak akan berbuat sesuatu padanya jika ada Sherly di dekatnya. "Biar aku bantu kau membawanya Sherly," Chris bertemu Sherly ketika ia keluar dari dapur dan membawa senampan hidangan kecil dan minuman hangat. "Hai, Chris! Aku tak tahu kau akan datang ke rumah? Kau sudah makan malam?" tanya Sherly. "Ya, Sherly. Aku hanya ingin bertemu dengan Dean sebentar." Chris melihat Dean sudah menatapnya dengan tajam saat dirinya dan Sherly mendekat. Ia meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja di depan Dean dengan melirik-lirik gugup pada sahabatnya itu. "Hai Kawan, maaf aku baru bisa datang," Chris melambai dengan canggung. Sherly yang mengambil tempat duduk di sebelah Dean mulai mempersiapkan minuman hangat untuk Dean. Dean melot

  • Mr.Parasite   84. Terjebak

    Dean telah sampai di sebuah restoran tempat bertemunya dengan calon pembeli seperti yang telah Chris beri tahu di dalam pesan yang ia terima di ponselnya. Chris yang memberi kabar bahwa dirinya akan datang terlambat karena beralasan bahwa ia sedang banyak pasien, menjanjikan akan datang secepatnya begitu pekerjaannya selesai. Dean yang tak curiga dan menganggap hal itu biasa tak mempermasalahkannya. Ia tahu pekerjaan Chris yang padat memang sering kali menyita banyak waktunya. Siang yang tak begitu padat memudahkan Dean untuk memesan meja di sebuah restoran yang kebetulan adalah milik kenalannya. Ia dengan mudah mendapatkan meja hanya dengan menghubungi si pemilik. Tak berselang lama setelah dirinya menanti, datanglah seorang wanita yang mendekati mejanya. Wanita berambut panjang dan pirang itu sudah melambai dari kejauhan saat melihat sosok Dean. Dean yang tak membalas hanya menunggu saat wanita itu mendekatinya. "Dean Austin, benar?" ucap wa

  • Mr.Parasite   83. Pembuat Masalah

    Seminggu setelah kejadian yang disebabkan oleh Vivian mereda, Sherly dan Dean berkumpul bersama Adriana dan Nick untuk sekadar makan siang bersama di kediaman Dean. "Bagaimana keadaanmu Dean? Apa kau sudah benar-benar pulih sekarang? Aku masih tak percaya kalian mengalami hal yang begitu mengerikan," ucap Nick. "Bisakah kalian tinggalkan hal-hal seperti itu? Sayang?" lanjutnya. Kali ini Nick merujuk pada Adriana. Ia selalu merasa ngeri setiap kali orang terdekatnya mengalami hal-hal buruk. Dan kejadian itu tak hanya sekali saja terjadi. "Oh, kita sudah beberapa kali membahas hal ini. Bukankah kita sudah sepakat? Ini pekerjaanku, kau tahu sendiri bukan?" Adriana menimpali dengan tenang. "Benar, justru karena aku tahu, aku semakin cemas dan ngeri setiap kali kau berangkat bekerja!" Nick memprotes Adriana. "Aku telah mengalami beberapa hal yang menegangkan dan gila saat melihatmu bekerja. Kau sungguh keren, tapi kau juga membuat jantungku serasa hampir c

  • Mr.Parasite   82. Penangkapan Vivian

    "Oh, ya Tuhan!" Adriana terlihat panik dan ngeri. Ia begitu tercekat menatap kobaran api yang tiba-tiba saja menjilat-jilat dan memenuhi ruangan berkayu itu. Sejenak ia membeku di tempatnya karena begitu shock. Ia seolah tak dapat berpikir. Ia akhirnya dapat kembali tersadar saat mendengar teriakan Sherly. Adriana sendiri kemudian memaksakan diri untuk bangkit dan mendekat. "Oh, ya Tuhan Dean!!" Sherly yang begitu panik melihat Dean terlalap api tak dapat berbuat apa-apa. "Tolooong!!" teriak Sherly. "Kalian, cepatlah bertindak sebelum api menyebar!! Lakukan sesuatu! Bergeraklah!" Adriana berteriak memberi perintah pada anak buahnya yang telah bersiap. Beberapa anak buah yang cepat tanggap segera berhambur ke dalam pondok dan menarik Dean, Sherly, juga Vivian yang masih membeku di atas lantai. Api yang menjalar dengan cepat membuat para petugas kewalahan dan bergerak sigap untuk menyelamatkan mereka. Begitu mereka keluar dari rumah ters

DMCA.com Protection Status