Beranda / Romansa / Mr.Parasite / 5. Tersudut

Share

5. Tersudut

Penulis: Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sherly mengikat rambutnya dengan kuncir ekor kuda. Hari ini tampilannya sangat kasual. Jeans biru terang dan kemeja katun putih menjadi baju pilihannya untuk pergi ke kantor hari ini. Sherly segera menyambar tas kerjanya sebelum keluar dari kamar.

Sherly melihat Dean sedang berdiri di dapurnya saat ia keluar dari kamarnya. Ia kemudian menghampirinya, mengambil sebuah cangkir hendak membuat kopi.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya

"Membuat sarapan. Hai, selamat pagi." ucapnya sambil memperlihatkan sepiring pancake yang sudah tertata rapi.

"Wow ... kau bisa membuat sarapan rupanya," gumam Sherly takjub

"Duduklah ... mari kita makan bersama. Dan jangan minum kopi karena aku sudah menyiapkan jus jeruk segar"

Sherly lagi-lagi tampak takjub dengan pekerjaan yang Dean lakukan. Ia segera mengambil tempat untuk duduk, dan siap di depan meja makan diikuti oleh Dean.

"Ini enak ..." Sherly tersenyum senang setelah mencicipi makanan buatan Dean.

"Terima kasih ... setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan untukmu," balas Dean sambil tersenyum.

Imutnyaaaa..!!

Lagi dan lagi ... Sherly terpana melihat Dean tersenyum. Ia seperti terhipnotis dengan senyuman Dean. Malang bagi jantungnya, yang sudah harus bekerja keras sepagi ini karena berdetak terlalu kencang. Ada apa ini? Mengapa dirinya begitu terpesona pada pria itu?!

Sherly meneguk jus jeruknya untuk mengalihkan debarannya. Tiba-tiba jus dan pancake yang dimakannya terasa hambar. Seolah jauh lebih manis senyuman Dean daripada semua yang tersaji di hadapannya.

Sherly sedikit terburu-buru menghabiskan sarapannya. Ia tak ingin berubah menjadi mentega leleh jika harus berlama-lama berhadapan dengan Dean.

"Apa kau sudah selesai?"

"Ya ... sarapanmu begitu enak, jika tidak sedang terburu-buru aku pasti sudah menghabiskan semuanya. Tapi sayangnya, aku harus berangkat kerja ..." Sherly membuat alasan dengan gugup.

"Tinggalkan saja..." Dean tiba-tiba meraih tangan Sherly yang sudah beranjak hendak menuju ke tempat cuci piring. Sherly berhenti dan otomatis mematung di tempatnya.

Double kill...!! Batinnya.

Dean berdiri menghampirinya, meraih piring yang di bawa Sherly dan meletakkannya ke tempat cucian piring.

"Aku yang akan membereskan semua, tidak perlu sungkan," ucapnya.

Dean meraih selembar tisu, mendekati Sherly dengan perlahan dan tiba-tiba ia mengusap ujung bibir Sherly untuk menghapuskan sisa makanan yang menempel di sana.

"Sempurna ... cantik. Sekarang kau siap untuk berangkat bekerja"

Dean lagi lagi tersenyum setelah mengatakan itu. Sherly membulatkan matanya. Menahan napasnya seketika.

Oh....triple kill...!! Batinnya lagi.

Sherly yang masih sedikit shock, mencengkeram selempang tasnya. Ia berharap dirinya tidak langsung ambruk dengan perlakuan Dean yang membuatnya melayang seketika.

"Te ... terima kasih, aku akan berangkat sekarang!" ucapnya buru-buru.

Sherly segera bergegas menuju pintu keluar, memakai sepatu ankle bootnya dan keluar dari apartemennya. Yang bisa ia pikirkan hanyalah kabur dari apartemennya sekarang juga!

Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, Sherly menepuk-nepuk dadanya. Berharap dapat meredakan degup kencang yang tak kunjung berhenti.

Sherly sedikit menghempaskan tubuhnya di kursi pengemudi saat ia masuk ke dalam mobilnya. Ia mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya yang memanas. Sherly menarik napas panjang, dan menghembuskannya berkali-kali.

"Oh! Sial! Kalau begini terus lama-lama aku bisa terkena serangan jantung akut ..." keluhnya.

***

__di kantor__

"Well ... well ... Nona Pengkhianat kita sudah datang... Good morning!" Sindir Cecil begitu melihat Sherly memasuki ruang kerja.

"Oh ... ayolah bisakah kalian melupakannya? Tidakkah itu panggilan yang sangat kejam untuk gadis secantik aku?" protesnya.

"Jika kau cantik mengapa kau hanya berpacaran dan tinggal dengan semacam pria yang seperti itu?!"

"Seperti apa?" tanya Sherly

"Please.. Sherly!" Anthony ikut-ikutan bergabung, "Ia seperti contoh salah satu konsumen kita yang sudah berhari-hari bermain game tanpa tidur dan mandi! Kau tak terganggu apa dengan rambut acak-acakan yang hampir menutupi seluruh wajahnya itu?!" ucapnya gemas.

"Itu poni ..." jelas Sherly tenang

"Juga rambut kecil-kecil dan kumis-kumis tipisnya yang mulai bertumbuhan disana-sini itu Sher..."

"Itu cambang Anthony ... dan terlihat seksi bukan?" Sherly tersenyum.

"Belum lagi pakaiannya, kemeja kumal yang sudah ketinggalan mode! Apa sih pekerjaannya? Ia tampak seperti pria tua yang ..."

Sherly memutar bola matanya. Mulai tampak geram dengan komentar-komentar Anthony.

"Hei....! Dia berpakaian seperti itu karena baru saja mendapat operasi. Dean memilih memakai kemeja agar memudahkannya berganti baju supaya meminimalisir gerak! Dan apa kau tahu, dibalik semua kekumalan dan keberantakan yang kau sebutkan tadi itu, jika kau buka pakaiannya kau akan bisa melihat dengan jelas semua otot-otot kerasnya yang menonjol dan seksi, yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya meneteskan air liurnya! Apa kau tahu itu?! Siapa pun!" protes Sherly sengit.

"Dan jangan menghina kekasihku lagi, ia sangat manis dan imut. Dirinya bahkan pandai membuatkanku sarapan dan mencuci piring," Sherly tersenyum puas.

Cecil dan Anthony lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Sherly dengan ngeri.

"Kekasih siapa?"

Nick tahu-tahu sudah berdiri diambang pintu masuk. Mau tak mau semua mata yang baru menyadari kehadirannya, tertuju padanya.

"Kalian sudah bergosip pagi-pagi, apa kalian tidak ada pekerjaan?!" Nick hanya berlalu memasuki ruangannya.

Suasana langsung menjadi hening. Sherly, Anthony dan Cecil hanya saling pandang dengan bingung.

Sherly dengan sigap langsung bergegas mengikuti Nick memasuki ruangannya. Ia bahkan tak berani menyapa Nick, karena dilihat dari raut wajahnya yang masam, Sherly dapat menebak bahwa Nick sedang memiliki hari yang suram.

Sherly menarik kursinya perlahan-lahan. Mulai membuka laptopnya dan mengeluarkan beberapa berkas di atas mejanya.

Nick tiba-tiba menghampiri Sherly. Duduk sedikit di pinggir meja kerjanya. Sherly sedikit meliriknya was-was. Seolah waspada jika Nick tiba-tiba menyemburnya.

"Berikan laporan kemarin," ucapnya datar.

Sherly memberikan tanpa banyak protes. Nick menerima berkas laporan dari Shery, tetapi tak kunjung beranjak dari tempatnya.

Nick lalu menggulung kedua lengan kemejanya dengan tenang. Dan melanjutkan membaca laporan di sana. Sherly hanya memandangnya heran karena Nick tak beranjak dari tempatnya. Lalu ia menghembuskan napasnya.

"Oke, ada yang ingin kau katakan?" tanya Sherly

"Tak ada ..." jawab Nick masih sibuk membaca laporannya.

"Nick ..."

Nick menatap Sherly. Ia memicingkan kedua matanya. "Siapa dia?!" tanyanya menyelidik.

"Si ... siapa maksudmu?" Sherly mulai gugup. Ia mengerjap dan menggigit bibir bawahnya dengan kikuk.

"Kekasihmu __yang berotot__ itu!" ucap Nick menekankan setiap katanya. Tangannya disilangkan ke dada, dan tatapan tajam ia tujukan ke arah Sherly.

Sherly seperti kelinci kecil yang sedang terpojok. Tapi Nick seolah tak peduli. Ia semakin menatapnya dengan tidak sabar.

"Aku ... ehem, tidak tahu yang kau maksudkan," Sherly berencana beranjak dari tempat duduknya untuk menghindari Nick.

Nick segera menarik tangan Sherly. Mendudukkannya kembali ke kursinya.

"Jadi dia manis, ha? Pria imut? Berotot keras dan sangat seksi?! Hmmm?? Dan kau tinggal seatap dengannya?!! Benarkah?!" Raut wajah Nick mulai geram.

"Oh Nick ..." ucap Sherly memelas.

"Kau tak ingin menceritakannya kepadaku?"

"Bukan begitu ... hanya saja situasinya ..."

"Ayo kita berangkat untuk hasil survey di beberapa tempat pameran game kita. Dan setelah itu aku akan mengantarmu pulang. Aku ingin memastikan sendiri dengan mata kepalaku, seperti apa pria yang menjadi kekasihmu itu!" tegasnya.

"Apaa??!! Nick!! Tapiii ...Nick?!"

Nick tak menghiraukan seruan Sherly. Ia hanya meraih tas dan membawa beberapa berkasnya, lalu keluar dari ruangan.

Tak ingin tertinggal, Sherly segera berlari mengejarnya.

******

"Bagaimana...?" tanya pria di seberang sana.

"Aku belum menemukannya" jawab sang penerima telepon sambil sedikit berbisik.

Tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka. Sang penelepon terkejut mendapati sesosok pria yang tengah memergokinya.

"D..Dean..!" ucapnya gelagapan.

"Jadi kau yang telah mengacak-acak tempatku?" ucap Dean geram.

"Tidak ... bukan begitu ... aku hanya mencari ..."

"Ini maksudmu?" balas Dean sambil menunjukkan sebuah flashdisk di tangannya.

"Berikan padaku ...tolong. Aku akan melakukan apa pun jika kau memberikan itu."

"Kau sangat menyedihkan Seth, kau masih saja menjadi budak pak tua itu!" Dean melempar flashdisk itu ke arah Seth.

"Bilang pada pak tua itu, jangan pernah mengacak-acak tempatku lagi. Atau aku akan mengacau di Heaven Nightclub dan menghancurkan semua usaha kerasnya di sana!"

"Baiklah ... aku akan sampaikan."

"Dan sampaikan juga ... Jangan mengaturku saat ia tak punya apa-apa untuk diberikan. Jika ia merindukan aksiku, suruhlah ia bersabar. Pada akhirnya hanya ia yang mendapat keuntungan. Aku akan mendatanginya sendiri saat aku rasa perlu menemuinya. Dan jangan memaksaku atau kuhancurkan semua milik kalian!"

"Oke ... baik! Akan kusampaikan pada bos" ucapnya takut-takut.

Seth lalu pergi dengan tergesa-gesa setelah mendapatkan barang yang diberikan Dean.

Dean menatap sekeliling ruangan sekali lagi sebelum ia keluar. Dengan tenang Dean kemudian menutup pintu apartemennya lagi. Menguncinya, lalu berjalan santai menuju ke apartemen Sherly. Masuk kembali ke dalam untuk meneruskan pekerjaannya yang belum selesai tadi. Memasak.

******

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
wahh, kerjaannya bahaya ya Dean
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mr.Parasite   6. Rival

    Suasana aneh dan canggung terlihat sangat kentara saat Sherly, Nick, dan Dean duduk berhadapan dalam satu meja. Tatapan waspada, dingin dan penuh dengan selidik saling mereka lemparkan satu sama lain. Malam ini mereka duduk di satu meja untuk makan malam bersama di apartemen Sherly. Entah mengapa, Nick sangat bersikeras untuk ikut makan bersama sepulang kerja tadi. "Mari kita mulai makan," Sherly membuka percakapan agar suasana tegang yang tercipta di atas meja makannya sedikit mencair. Sepulang dari kantor tadi Nick bersikeras mengantarkan Sherly pulang ke apartemennya. Mau tidak mau mobil Sherly harus ia tinggalkan menginap di kantor. "Silakan ..." Dean bersikap sopan dengan mempersilakan Nick menyantap hidangan makan malam yang telah disiapkannya. "Semoga cocok dengan seleramu," ucapnya lagi dengan wajah datar. Mereka mulai menyantap hidangan yang Dean siapkan. Dari raut wajahnya, terlihat jelas Dean merasa sedikit kesal, pasalnya s

  • Mr.Parasite   7. Tantangan Terbuka

    Sherly mengerjap, tidak menyangka Dean akan mengajukan pertanyaan seperti itu yang begitu tiba-tiba. "Kau ingin tahu hubungan antara aku dan Nick?" ulang Sherly. Dean mengangguk. "Well ... aku dan Nick memiliki hubungan pertemanan yang baik. Kami lumayan dekat. Dan jika tentang pekerjaan, kebetulan aku adalah asisten sekaligus sekretaris yang bekerja pada perusahaannya dan dia bosnya" "Itu saja?" tanya Dean lagi. Sherly mengangguk mengiyakan. "Apa masih ada yang ingin kau ketahui lagi?" "Apa Nick sudah memiliki kekasih?" "Setahuku belum. Kenapa?" "Yah ... hanya saja tampaknya dirinya cukup mapan. Mengapa ia belum memiliki kekasih? Apa tabiatnya buruk? Apa ia tidak dekat dengan seorang wanita? Atau apa ia memiliki orang yang disukainya mungkin?" Sherly sedikit mengerutkan alisnya, tampak heran dengan sikap Dean. "Entahlah ..." ucapnya lambat-lambat, "Aku tidak pernah terlalu ikut campur dalam urusan pri

  • Mr.Parasite   8. Penyusup

    "Now what?! Lagi-lagi kalian begini. Apa kalian sedang saling berduel atau semacamnya?" Sherly memecah keheningan yang tercipta diantara Dean dan Nick. Sebelumnya, tak ada yang menyadari kehadiran Sherly yang berdiri tak jauh dari mereka sampai Sherly buka suara. "Kau sudah selesai?" tanya Dean yang langsung menghampirinya. Dean segera meraih plester dan obat untuk luka Sherly. "Duduklah," Dean membimbing Sherly ke kursi terdekat. "Aku tak apa-apa Dean." "Sudah kukatakan untuk memanggilku saat kau selesai mandi. Apa kau menginjak pecahan kaca lagi? Di sana masih banyak kaca yang berserakan." Dean berlutut dan memeriksa telapak kaki Sherly secara otomatis. Wajah Sherly tiba-tiba memerah dengan perlakuan Dean. Tanpa sadar Sherly mencengkeram kencang jubah handuk mandinya saat Dean mengoles obat untuk lukanya. Sentuhan Dean pada kakinya sangat menggelitik, sekaligus membuatnya tersipu. Sherly berusaha menahan debaran jantungnya saat Dean memeriksa kakinya dan beralih ke kaki satunya

  • Mr.Parasite   9. Deep Kiss

    Sherly bergegas menyusuri lorong rumah sakit, mencari kamar Dean dirawat. Sore tadi Sherly mendapat kabar dari Chris bahwa Dean berada di rumah sakitnya lagi. Sherly menelepon Dean untuk memastikan sendiri berita itu. Sherly baru dapat bergegas menuju rumah sakit setelah meninggalkan kantor pukul tujuh malam tadi. "Kau tak apa-apa?" serbu Sherly begitu memasuki kamar Dean. "Dia tak apa-apa, mungkin karena beberapa aktivitasnya yang berlebihan saja jadi bekas operasinya terasa nyeri," Chris yang berdiri di samping Dean menjelaskan padanya. "Memang apa yang kau lakukan?" tanya Sherly heran. "Apa gara-gara membersihkan pecahan kaca di kamar mandi?" tanya Sherly lagi. Chris sedikit menahan senyumnya karena geli. Betapa polos pemikirannya. Andai gadis itu tahu apa pekerjaan yang Dean lakukan selama ini, ia pasti akan terkena serangan jantung. Dean sedikit mengerutkan alisnya, bingung akan menjawab apa. "Bukan? A .. atau ... karena kau sempat membopongku? Mungkin karena aku berat, jadi

  • Mr.Parasite   10. Melarikan diri

    "Dean ... Dean ...!!" Guncangan pada tubuhnya menyadarkan Dean seketika. "Kau tak apa-apa? Apa kau kesakitan?" Wajah Sherly yang tampak cemas seketika membuyarkan lamunan Dean. Rupanya Dean sedang mengkhayal! Dean mengerjap kikuk, mengumpat dalam hati! Dean tak menyangka, hanya karena sedikit sentuhan Sherly dan aroma tubuhnya saja sudah bisa membuatnya berfantasi liar. Ia seperti remaja puber yang tidak dapat mengendalikan hasratnya. Dam*** Dean!! Ada apa denganmu?! Rutuknya lagi dalam hati. "Dean ..." Sherly masih menuntut jawaban. Dean berdehem. "Oh! Aku tak apa-apa. Mari kita pulang," ucapnya sedikit serak. Dean mengusap mulutnya yang dirasa kering. Ia kemudian menghembuskan napasnya untuk menenangkan jantungnya. Sherly mulai menyalakan mesin mobilnya. Ia melaju dengan aman dan setenang mungkin agar Dean merasa nyaman. Sherly beberapa kali melirik Dean. Menurutnya Dean sedikit terlihat lebih pendiam setelah masuk ke

  • Mr.Parasite   11. Sexy Payback

    Benar, mereka memang mengincar Sherly! Dean kembali bernapas lega setelah berhasil membawa Sherly dan dirinya keluar dari sana. Tapi kelegaannya tak berlangsung lama, pasalnya ketika ia menoleh ke arah Sherly, gadis itu sedang melipat kedua tangannya dan menatapnya dengan tajam. Dean sedikit kikuk dan mengerjap. Ia tahu dari cara Sherly menatapnya, ia pasti dalam masalah sekarang. Bagus..!! Habislah aku!! Batinnya. "Bisakah kau jelaskan semua sikapmu ini, Tuan Dean?" tanya Sherly dengan dingin. Dean menarik napasnya, mempererat kemudi sembari berpikir alasan apa yang akan ia lontarkan pada gadis itu. "Ehm ... jelaskan apa?" Dean berdehem untuk menutupi kegugupannya. Sherly memicingkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya dengan kesal. "Sejak dari rumah sakit kau terus diam dan mengabaikanku. Bahkan di restoran kau tidak mempedulikanku. Hanya menjawabku sekenanya saja. Jika kau memang tidak suka dengan makanannya lebih baik kau bilang saja padaku. Ka ... kau bahkan tidak mau

  • Mr.Parasite   12. Penasaran

    Sherly menutup pintu kamarnya perlahan. Debaran di dalam dadanya saat ini sangat kencang, sehingga dirasa jantungnya seolah akan meledak. Sungguh gilaa!! Apa yang sudah kulakukan?!! Sherly menghempaskan dirinya di atas ranjangnya. Memukul-mukul bantalnya dengan frustasi. Akan menanyakan perasaan apa? Mendapat kepastian apa? Omong kosong! Kau malah menciumnya Sher...!! Baguss!! Bagaimana kau akan menghadapinya besok?! Hanya karena dadanya terlihat seksi, bukan berarti kau bisa terlena kan! Sungguh gila ... benar-benar gila! Benar-benar hal yang paling gila yang pernah kulakukan!! Sher bodoh! bodoh! bodoh! Perang batin yang menyiksa Sherly membuatnya semakin frustasi. Ia menyesal karena telah melakukan tindakan bodohnya lagi! Tapi semua telah terjadi, ia hanya harus memikirkan bagaimana akan menghadapi Dean besok. ___esoknya___ Pagi ini Sherly sudah menyisir rambutnya untuk yang kesekian

  • Mr.Parasite   13. Kembali Bekerja

    Bagaimana hariku bisa menyenangkan? Jika sepagi ini saja aku sudah dihantui rasa ingin tahu tentang pertemuan Dean nanti malam. Apa benar ia akan pergi menemui Adriana? Aakh ...!! Kesal! Sherly tanpa sadar menggigiti ujung pulpennya "Sher ... Sherly...!!" Panggilan Nick seketika memecah lamunannya. "Apa kau lapar? Kau belum sarapan?" tanyanya ketika melihat Sherly melamun sambil menggigiti ujung pulpennya. "Ah ... ya Nick? Ti ... tidak ... aku sudah sarapan kok tadi" sanggah Sherly gugup. Sherly sedikit merona begitu tersadar dari lamunannya. Terlebih karena reaksi teman-temannya yang lain yang menahan tawanya karena pertanyaan yang Nick lontarkan kepadanya itu. "Fokuslah!" Nick menggelengkan kepalanya, seolah hal itu adalah hal yang biasa, yang memang "khas" gadis itu, dimana ia bisa sering tidak fokus bekerja jika belum makan. Sherly sedikit cemberut, karena Nick sering memperlakukannya selayaknya seorang anak kecil di depan teman-teman kerjanya yang lain. Dan perlakuannya itu

Bab terbaru

  • Mr.Parasite   90. Resepsi Pernikahan (Selesai)

    Tiga bulan kemudian ... "Cantik dan sempurna. Kau telah siap, Sayang?" Joanna merapikan gaun pengantin Sherly dengan binar yang jelas terlihat di matanya. Siang ini, Dean dan Sherly akan mengadakan resepsi pernikahan mereka pada sebuah hotel mewah dengan ballroom megah yang menjadi pilihan lokasinya. "Bukankah aku sudah terlalu besar, Mom? Aku merasa sedikit tidak begitu percaya diri pada bagian dada, perut, pinggulku, oh ... hampir semuanya ... aku merasa membengkak," bisik Sherly tertahan. "Siapa bilang kau membengkak? Kau sempurna, Sayang ... kau tampak menggoda dan begitu seksi." Dean yang tiba-tiba melangkah masuk mengejutkan Sherly dan Joanna yang sedang bersiap. Ia mencium pipi Joanna, sebelum akhirnya mencium Sherly dengan mesra. "Kau sudah siap bukan, Sayang?" tanyanya kemudian pada Sherly. "Belum. Aku ... sangat gugup," Sherly sedikit mengernyit dan meringis. Joanna tersenyum, "Tak perlu gugup, Sayang. Tarik nap

  • Mr.Parasite   89. Pasangan tak Waras

    Dean mengerjapkan matanya dan sedikit merintih saat ia terbangun di dalam kamarnya. Kepalanya masih berdenyut karena sisa-sisa kekacauan semalam. "Kau sudah bangun?" Sherly meletakkan sarapan pada salah satu meja di dalam kamar. "Uh, ya Sayang. Apa yang terjadi semalam? Bagaimana aku bisa kembali ke rumah?" tanyanya masih sambil memegangi kepalanya. "Kau tak ingat apa pun?" tanya Sherly lagi. "Uh, yang aku ingat adalah ketika mereka membawaku dan ...." Seolah tersadar, Dean segera menghentikan ucapannya. Ia menatap Sherly yang telah berdiri di depannya dengan tatapan tajam. "Oh, Sayang ... ma ... maafkan aku. Kau marah? Kau sudah mengetahuinya ya," gumam Dean lirih. Sherly mendekati Dean dan berdiri di samping ranjangnya. "Jelas," tegasnya. "Mengapa kau tak bercerita apa pun padaku? Jika si bodoh Chris tak memberi tahu, dan kami terlambat datang, aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi padamu." Sherly menggeleng-geleng kesal. "

  • Mr.Parasite   88 Wanita Hamil yang Seksi

    Billy, suami Vania masuk dengan tatapan menyelidik. Ia dan enam anak buahnya yang datang, memenuhi kamar hotel berjenis suite room itu dengan gaya garangnya.BRAKK!!Baru sejenak ia masuk, pintu kamar lagi-lagi dibuka paksa dengan keras. Sontak semua ikut terkejut. Hanya satu orang yang begitu lega ketika melihat wajah-wajah familier yang menyeruak masuk setelahnya."MANA WANITA YANG BERANI MENYENTUHKAN TANGANNYA PADA SUAMIKU? AKU PASTIKAN IA AKAN HABIS!"Sherly dengan tatapan membunuhnya masuk begitu saja untuk menyelidik seluruh ruangan. Tatapannya langsung terpaku pada sosok Dean yang sedang tergeletak di atas ranjang.Serta merta ia menghampiri Dean dan Vania yang sedang berdiri mematung di pinggir ranjang.Sherly tidak langsung menghampiri Dean. Ia memilih menatap Vania dan berhadapan dengannya. Tanpa diberi tahu pun, ia

  • Mr.Parasite   87. Selamatkan Dean

    Sekepergian Dean yang dibawa oleh Vania dan anak buahnya, Chris begitu kalut dan bingung. Walau begitu, ia tak berlama-lama berdiam diri di tempatnya. Ia kemudian menekan nomor di ponselnya dengan segera. Sementara itu ... Sherly sedang menata meja makan dengan hidangan-hidangan menggiurkan untuk menyambut kedatangan Adriana dan Nick. Ya, Adriana dan Nick akan menemaninya malam ini selama Dean pergi dengan Chris. Sherly sengaja mengundang Adriana untuk makan malam karena ia ingin berbincang dan membicarakan kehamilan mereka yang tak terpaut jauh. "Apa kau bilang, Chris?!" Teriakan panik Adriana terdengar hingga ke ruang makan saat Sherly sedang menata meja. Ia yang begitu penasaran kemudian menghampiri Adriana yang baru saja sampai di pintu masuk. "Ada apa? Apa yang telah terjadi?" tanya Sherly. Ia seketika merasakan firasat buruk. Adriana memandang Sherly dengan sedikit bimbang, "Be ... begini, Sherly, Dean ... ia ..

  • Mr.Parasite   86. Wanita Iblis

    Malam itu, Dean dan Chris telah sampai ke restoran yang dituju. Vania dengan gaun malam merahnya yang melekat seksi mengikuti bentuk tubuhnya telah menanti mereka pada salah satu meja. Vania tersenyum saat kedua pria yang telah dinantinya itu ikut bergabung dengannya. "Wow, kalian terlihat tampan," ucapnya dengan nada menggoda. Vania adalah tipe wanita matang yang seksi dengan tampilan mewah elegan yang mampu menghipnotis setiap mata yang melihat. Wanita awal tiga puluhan itu tampak sedikit mencolok karena makeup bold-nya yang berani yang menghiasi wajahnya. "Baiklah, kami telah di sini, mungkin bisa kita mulai makan malam kita sekarang," ucap Dean formal. "Ow, jangan terburu-buru Tampan, kita bahkan belum saling sapa," Vania mengerling dengan genit. "Oh, ayolah Vania. Kau sudah berjanji bukan?" ucap Chris. "Ah, oke ... oke, kau tak menyenangkan, Chris. Baiklah, mari kita nikmati hidangan kita." Dengan memberi isyarat, para pel

  • Mr.Parasite   85. Permohonan Chris

    Chris dengan gugup menghampiri Dean yang sedang menunggunya di ruang tamu. Ia tahu sahabatnya itu pasti sangat kesal padanya sekarang. Ia memilih menemui Dean di rumahnya daripada di luar karena Chris tahu, Dean tak akan berbuat sesuatu padanya jika ada Sherly di dekatnya. "Biar aku bantu kau membawanya Sherly," Chris bertemu Sherly ketika ia keluar dari dapur dan membawa senampan hidangan kecil dan minuman hangat. "Hai, Chris! Aku tak tahu kau akan datang ke rumah? Kau sudah makan malam?" tanya Sherly. "Ya, Sherly. Aku hanya ingin bertemu dengan Dean sebentar." Chris melihat Dean sudah menatapnya dengan tajam saat dirinya dan Sherly mendekat. Ia meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja di depan Dean dengan melirik-lirik gugup pada sahabatnya itu. "Hai Kawan, maaf aku baru bisa datang," Chris melambai dengan canggung. Sherly yang mengambil tempat duduk di sebelah Dean mulai mempersiapkan minuman hangat untuk Dean. Dean melot

  • Mr.Parasite   84. Terjebak

    Dean telah sampai di sebuah restoran tempat bertemunya dengan calon pembeli seperti yang telah Chris beri tahu di dalam pesan yang ia terima di ponselnya. Chris yang memberi kabar bahwa dirinya akan datang terlambat karena beralasan bahwa ia sedang banyak pasien, menjanjikan akan datang secepatnya begitu pekerjaannya selesai. Dean yang tak curiga dan menganggap hal itu biasa tak mempermasalahkannya. Ia tahu pekerjaan Chris yang padat memang sering kali menyita banyak waktunya. Siang yang tak begitu padat memudahkan Dean untuk memesan meja di sebuah restoran yang kebetulan adalah milik kenalannya. Ia dengan mudah mendapatkan meja hanya dengan menghubungi si pemilik. Tak berselang lama setelah dirinya menanti, datanglah seorang wanita yang mendekati mejanya. Wanita berambut panjang dan pirang itu sudah melambai dari kejauhan saat melihat sosok Dean. Dean yang tak membalas hanya menunggu saat wanita itu mendekatinya. "Dean Austin, benar?" ucap wa

  • Mr.Parasite   83. Pembuat Masalah

    Seminggu setelah kejadian yang disebabkan oleh Vivian mereda, Sherly dan Dean berkumpul bersama Adriana dan Nick untuk sekadar makan siang bersama di kediaman Dean. "Bagaimana keadaanmu Dean? Apa kau sudah benar-benar pulih sekarang? Aku masih tak percaya kalian mengalami hal yang begitu mengerikan," ucap Nick. "Bisakah kalian tinggalkan hal-hal seperti itu? Sayang?" lanjutnya. Kali ini Nick merujuk pada Adriana. Ia selalu merasa ngeri setiap kali orang terdekatnya mengalami hal-hal buruk. Dan kejadian itu tak hanya sekali saja terjadi. "Oh, kita sudah beberapa kali membahas hal ini. Bukankah kita sudah sepakat? Ini pekerjaanku, kau tahu sendiri bukan?" Adriana menimpali dengan tenang. "Benar, justru karena aku tahu, aku semakin cemas dan ngeri setiap kali kau berangkat bekerja!" Nick memprotes Adriana. "Aku telah mengalami beberapa hal yang menegangkan dan gila saat melihatmu bekerja. Kau sungguh keren, tapi kau juga membuat jantungku serasa hampir c

  • Mr.Parasite   82. Penangkapan Vivian

    "Oh, ya Tuhan!" Adriana terlihat panik dan ngeri. Ia begitu tercekat menatap kobaran api yang tiba-tiba saja menjilat-jilat dan memenuhi ruangan berkayu itu. Sejenak ia membeku di tempatnya karena begitu shock. Ia seolah tak dapat berpikir. Ia akhirnya dapat kembali tersadar saat mendengar teriakan Sherly. Adriana sendiri kemudian memaksakan diri untuk bangkit dan mendekat. "Oh, ya Tuhan Dean!!" Sherly yang begitu panik melihat Dean terlalap api tak dapat berbuat apa-apa. "Tolooong!!" teriak Sherly. "Kalian, cepatlah bertindak sebelum api menyebar!! Lakukan sesuatu! Bergeraklah!" Adriana berteriak memberi perintah pada anak buahnya yang telah bersiap. Beberapa anak buah yang cepat tanggap segera berhambur ke dalam pondok dan menarik Dean, Sherly, juga Vivian yang masih membeku di atas lantai. Api yang menjalar dengan cepat membuat para petugas kewalahan dan bergerak sigap untuk menyelamatkan mereka. Begitu mereka keluar dari rumah ters

DMCA.com Protection Status