Share

Trauma Setelah Tau

Penulis: Lesta Vi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 11:55:38

"Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa.

"Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika.

"Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa.

"Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar.

"Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya.

"Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika.

"Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal.

"Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa itu pilihan Adikmu, ingat Mil, modal Ibu jualan juga masih belum Ibu ganti sama mereka."

"Astaga, Ibu. Andai saja Ibu tau bagaimana selama ini Randa memperlakukan Hartika," ucap Mila lagi.

Retno memang jarang dirumah, sehingga selama Hartika, dan Randa tinggal dirumahnya, ia jarang tau bagaimana kelakukan dan sifat asli menantunya itu.

"Sudahlah. Adikmu sudah makan? jangan lupa kamu buatkan jamu Asem kunyit buat Adikmu, biar dia selalu segar dan ASI-nya juga banyak." Retno tidak ingin terlalu lama basa-basi untuk menceritakan menantunya itu. Ia segera pergi kekamar mandi, dan langsung mandi.

Malam itu Hartika tidur bersama Retno, dan Mila lagi. Seperti biasa, Karim tidur dikamat tamu depan, dan Randa tidur di kamarnya.

Tert, tert, tert, 

Tiba-tiba ponsel Hartika berdering. Hartika yang sudah terlelap tadinya langsung terbangun akibat getaran ponselnya yang ia letak tidak jauh dari samping telinganya.

"Ada apa, Mas?" jawab Hartika mengangkat panggilan masuk dari Randa.

Mila yang memang masih tidur setengah pulas, ia terbangun akibat mendengar suara Hartika yang memang setengah berbisik.

"Kamu kekamar lah. Mbakmu yang cerewet itu sudah tidur kan?" tanya Randa.

"Mas, jangan lagi ya? aku berjalan saja sudah susah, Mas. Tolong jangan lakukan itu lagi sama aku. Ituku sudah banyak mengeluarkan d4r4h semalam, aku belum berobat malah," jawab Hartika menolak secara halus.

"Kamu benar-benar nggak kasihan sama aku. Ayolah, kamu jangan biarkan Mas tersik4 begini." 

"Aku lebih tersik4 Mas," lirih Hartika lagi.

"Yasudah kalau tidak mau. Jangan salahkan Mas kalau Mas j4jan diluar!" suara Randa sedikit meninggi.

Seketika Hartika bangkit dari tempat tidur itu, dan segera menuju kamarnya. Sementara Mila yang masih pura-pura tertidur, segera bangun dan mengikuti Hartika adiknya itu.

"Awas kamu Randa. Tak, akan aku biarkan kamu macam-macam sama Adikku!" batinnya mengomel.

Saat Hartika telah masuk kedalam kamarnya, Hartika segera mengunci pintu kamarnya, sudah pasti ia akan menuruti semua kemauan suaminya lagi.

Mila yang masih mengintip dari balik pintu, ia sangat-sangat terkejut dengan pemandangan sangat bi4d4p, dan ia saksikan langsung dengan mata kepalanya sendiri.

Terlihat didalam Hartika sedang diperlakukan tidak l4yak oleh Randa suaminya. Mila yang melihat itu, menutup mulutnya, airmatanya mengalir begitu derasnya. Bahkan untuk berteriak pun ia tidak mampu lagi, seluruh kakinya lemah tidak bertenaga melihat pemandangan menj1j1kan itu.

Pintu kamar Hartika memang ada sedikit celah, sehingga Mila sedikit leluasa untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi didalam sana.

"Astaghfirullah.,,, ya Allah," lirih Mila dalam hati.

"Kamu kenapa, Dek?" 

Deg!...

Tiba-tiba suara Karim mengejutkan Mila yang masih fokus melihat kedalam. "Mas?" jawab Mila gugup.

"Kamu ngapain, Dek?" ulang Karim lagi.

"Mas, ini aku hanya." ucapannya terhenti saat ia melihat pintu kamar Hartika, dan Randa keluar.

"Ngapain kalian disini?" ujar Randa menatap tajam kearah Mila, dan Karim.

"Iya, Mbak? ngapain?" tambah Hartika lagi. Wajahnya begitu pucat, tangannya juga terus memegangi arah belakang.

"Anu, Mas. Aku hanya ingin memanggil Hartika," jawab Mila gugup.

"Kamu mem4ta-mat4in kami?" ucap Randa lagi.

"Benar, Dek?" tambah Karim.

"Bukan, Mas. Aku hanya." Mila begitu sulit menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Entahlah, ia merasa berdos4 juga karna telah mengint1p Adiknya sendiri, namun disatu sisi, ia juga ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Jelaskan, Dek." suara Karim malah meninggi.

"Ini yang kuajarkan kepadamu Dek? kenapa kamu melakukan itu? kamu tidak pantas melakukan itu! apa sih, yang merasuki pikiranmu?" bent4k Karim reflek.

Baru kali ini Karim membent4k dirinya, selama ini Karim belum pernah bicara kuat dengannya.

"Bukan, Mas." bibir Mila kelu. Entah mengapa bibirnya sulit bergerak, dan suaranya sulit untuk keluar, mungkin ia juga tr4um4  berat atas apa yang ia lihat tadi.

"Sudahlah, Mas. Jangan marah sama Mbak Mila, mungkin tadi Mbak Mila hanya lewat, dan bukan ngapa-ngapain," ucap Hartika pelan.

Mila menatap kearah Hartika. Hatinya benar-benar h4ncur melihat nasib adik perempuannya itu diperlakukan tidak lay4k oleh Randa Adik iparnya itu.

Bersambung.

Bab terkait

  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Mengendap-Ngendap

    "Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya."Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno."Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi."Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka."Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Hal Mengejutkan

    "Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya."A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus."Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang."Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja."Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa."Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi."Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan."Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Misteri Diamnya Adikku   Trauma Setelah Tau

    "Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa."Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika."Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa."Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar."Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya."Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika."Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal."Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa i

  • Misteri Diamnya Adikku   Hal Mengejutkan

    "Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya."A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus."Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang."Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja."Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa."Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi."Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan."Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yan

  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

  • Misteri Diamnya Adikku   Mengendap-Ngendap

    "Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya."Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno."Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi."Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka."Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan

  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

DMCA.com Protection Status