Share

Hal Mengejutkan

Author: Lesta Vi
last update Last Updated: 2024-12-19 11:54:36

"Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.

Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya.

"A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus.

"Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang.

"Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.

Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja.

"Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa.

"Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi.

"Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan.

"Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yang susah payah meninggalkan mereka berdua.

"Aku minta sama Mbak, jangan sampai Hartika, atau yang lain tau ya?" ucap Randa.

Sementara Mila hanya menatap sinis terhadap Randa. Melihat wajahnya saja ia begitu mu4k. Ditambah dengan kelakuannya, yang sepertinya tidak waj4r.

"Astaga! Har. Kamu tidak pakai pemb4lut ya?" sapa seseorang saat melihat Hartika tengah mengangkat baju-baju mereka dijemuran depan rumahnya.

"Eh, kenapa emang Buk?" ujar Hartika kaget sembari memegang kearah belakangnya.

"Itu, anu kamu ada d4r4hnya."

"Ah, mana?" Hartika segera membelakangi wanita yang bernama Marni itu.

"Astaghfirullah. Kenapa ini?" ujarnya lalu segera masuk kedalam kamarnya.

Deg!...

"Astaghfirullah. Bagaimana ini?" lirihnya sembari menyeka airmatanya.

Tangannya terlihat gemetar saat ia mencoba menyentuh bagian area belakangnya ada d4r4h segar yang mengalir lumayan banyak.

"Kenapa kamu?" tanya Randa heran saat melihat Hartika menangis sembari masih menyentuh bagian belakangnya.

"Mas, lihat ini." Hartika mencoba menunjukan tangannya yang telah dibanjiri oleh d4r4h segar yang keluar dari dub*rnya.

"Jorok sekali kamu. Ngapain kamu tunjukan itu ke aku!" bent4k Randa.

Bukannya  merasa khawatir dengan keadaan Hartika, malah ia jij1k dengan Hartika.

"Ada d4r4h Mas. Bagaimana ini? pantesan belakangku bengkak, dan sering mengeluarkan cairan kuning. Mas, tolong bawa aku berobat Mas," lirih Hartika memohon.

"Berobat lagi? untuk apa? sudah kubilang, itu hanya membuat aku malu nantinya. Jangan yang aneh-aneh Har, kamu sudah berani membantahku?" bent4k Randa.

"Tapi ini s4kit sekali Mas. Kalau aku sampai aku kenapa-kenapa bagaimana?" ujar Hartika sembari masih menangis.

"Aduh, susah sekali. Ngapain repot, kalau sampai kamu kenapa-kenapa ya, tinggal aku cari ganti lah. Emang laki-laki mana yang mau sama wanita peny4kitan?" ketus Randa seenaknya saja.

"Tega banget kamu Mas. Seandainya saja dulu kamu tidak mengaku lajang tua, aku mana mau denganmu!" pekik Hartika sesak.

"Jadi kamu menyesal? emangnya kamu itu norm4l? kamu jalan saja susah. Kalau bukan karna u4ngku banyak, mana mungkin kamu mau samaku. Kamu, dan Ibumu itu sama-sama mata duit4n!" 

Sebelum menikah dengan Randa, Randa memang sempat mengaku lajang tua kepada keluarga Hartika. Sikapnya juga begitu manis terhadap Hartika, berjanji akan menjaga, dan menyayangi Hartika dalam kondisinya yang tidak seperti wanita pada umumnya.

Hartika hanya terduduk lemah merasakan kondisinya yang semakin buruk itu. "Kalau kamu tidak mau membawa aku berobat, aku sendiri yang akan berobat Mas," lirihnya.

Sementara Mila telah menceritakan semua kejadian sore itu kepada Karim suaminya.

"Yang benar, kamu Dek?" Karim hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Mila istrinya.

"Benar, Mas. Aku benar-benar terkejut saat Randa gil4 itu menyentuh itu. Bukanya itu nggak wajar? untung saja aku segera mengelak, dan terkejut," tukas Mila lagi.

Ia tidak menutupi dari Karim sama sekali. Karna ia percaya kalau suaminya pasti paham kalau itu hanyalah sebuah kesalah pahaman, dan tidak sengaja. Hanya saja ia heran, mengapa Randa menyentuh bagi4n yang tidak wajar.

"Kamu ngapain pakai baju Hartika? mungkin dia mengira itu Hartika, wajarlah." 

"Nggak wajar menurutku Mas. Lagian harusnya dia sadar, kalaupun itu Hartika, liat dong suasananya. Emang dia kira ini rumahnya?" ketus Mila kesal.

"Yasudah. Jangan dibawa hati, hanya salah faham kan? tidak sengaja kok, sebaiknya jangan sampai tau Hartika, takutnya dia malah mikir yang tidak-tidak."

"Pokonya aku kesel, Mas. Entah kapan orang gil4 itu pergi dari sini, aku sudah bosan. Kamu nggak tau bagaimana dia memperlakukan Hartika, aku tidak rela Adikku diperlakukan seenaknya oleh dia." Mila malah berbicara dengan setengah menangis.

Karim mengerti perasaan Mila bagaimana. Karena memang Hartika adalah adik perempuan Mila satu-satunya.

Malam itu hujan turun sangat deras. Sampai jam 9 malam, Retno belum juga pulang kerumah, padahal biasanya jam 8 sudah tiba dirumah karna dagangannya habis terjual.

"Har, Ibu ada menghubungi kamu?" tanya Mila kepada Hartika.

Namun tidak ada jawaban dari Hartika. Padahal jaraknya dengan adiknya itu tidak begitu jauh. Hartika duduk dikursi, sementara Mila duduk dibawah sembari menyetrika pakaian milik  Hana keponakan kesayangannya.

"Har!" kali ini suara Mila lebih tinggi.

"Eh, apa tadi Mbak?" jawab Hartika terbangun dari lamunannya.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Mila bingung.

Sejak habis magrib tadi, Hartika terus melamun, wajahnya juga tak biasa. Entah mengapa ia merasa adiknya itu berubah menjadi pendiam setelah lahiran.

"Ibu ada menelponmu?" ulang Mila.

"Tidak ada, Mbak."

"Mbak pinjam ponselmu dulu, ponsel Mbak lagi dipakai Mas Karim. Mbak mau menghubungi Fitri, dan nanya kalau Ibu ada disana tidak." 

Hartika segera memberikan ponsel miliknya kepada Mila. "Bentar ya." 

Mila mulai membuka aplikasi whatsap milik Hartika, mencari-cari nama Fitri adik sepupunya itu. 

Namun entah mengapa, saat ia mencari-cari nama Fitri tidak ketemu, dan malah mencoba membuka isi pesan Hartika, dan Randa.

"Apa sih, yang dibahas mereka? serumah tapi kok berkiriman pesan?" batin Mila iseng ingin tau.

Mata Mila seketika terbelalak saat ia melihat isi pesan yang dikirimkan Randa 1 hari yang lalu, menyuruh Hartika masuk kedalam kamar mereka.

Baru melihat awal pesan, tiba-tiba Mila terkejut saat seseorang meraih ponsel yang ia pegang dengan p4ks4.

Tap....

"Randa!" 

"Mbak tidak tau ada petir? Mbak cari m4ti?" pekik Randa.

Bersambung.

Related chapters

  • Misteri Diamnya Adikku   Trauma Setelah Tau

    "Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa."Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika."Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa."Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar."Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya."Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika."Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal."Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa i

    Last Updated : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

    Last Updated : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

    Last Updated : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

    Last Updated : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Mengendap-Ngendap

    "Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya."Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno."Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi."Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka."Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Misteri Diamnya Adikku   Trauma Setelah Tau

    "Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa."Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika."Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa."Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar."Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya."Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika."Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal."Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa i

  • Misteri Diamnya Adikku   Hal Mengejutkan

    "Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya."A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus."Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang."Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja."Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa."Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi."Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan."Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yan

  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

  • Misteri Diamnya Adikku   Mengendap-Ngendap

    "Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya."Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno."Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi."Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka."Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan

  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

DMCA.com Protection Status