Share

Mengendap-Ngendap

Penulis: Lesta Vi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 11:52:33

"Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya.

"Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno.

"Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi.

"Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."

Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka.

"Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.

Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan tetapi suaminya Hartika ini memang keras kepala, dan susah dibilangin.

"Hanya rokok saja, dipermasalahkan. Benar-benar tidak nyaman aku kalau begini. Lebih baik besok kita pulang saja kerumahku," pekik Randa tidak senang.

Mereka sebenarnya punya rumah sendiri. Kehidupan Hartika juga terbilang lumayan mewah semenjak menikah dengan Randa suaminya. Namun karena permintaan Hartika sendiri yang kalau lahiran ingin dirumah Ibunya dulu, sehingga Randapun menurutinya.

"Sombong sekali kamu. Nggak ada yang menyuruhmu untuk tinggal disini, lagian disini juga kamu susah di bilangin. Bagaimana kalau anakmu terkena paru-paru nanti? dia masih bayi, dan masih sensitif terhadap penyakit!" tukas Mila terus mengomel.

"Sudahlah, Mbak. Jangan ngomel terus, Mas Randa kan merokok hanya sebatang saja." Hartika malah membela suaminya, bukannya ikut turut menasihati suaminya.

"Owalah, ini lagi. Sudahlah, malam ini kamu tidur sama Mbak. Ayok angkat keranjang pakaian anakmu itu, ikut kekamar Mbak!" Mila segera mengangkat Hana dari tangan Hartika, dan segera membawanya masuk kedalam kamarnya.

Sementara Randa hanya menatap sinis terhadap Mila, dan Hartika. "Punya ipar cerewet minta ampun! mu4k aku tinggal disini!" gerutu Randa kesal.

"Mbak. Aku nggak enak dengan suamiku, bagaimana kalau dia marah nanti? lagian dia juga pengen melihat anaknya," ucap Hartika saat telah berada dikamar Mila.

"Ngapain kamu pikirkan dia? kamu itu terlalu bodoh. Sudah tau ada bayi, malah mengizinkan suami merokok didalam kamar, kamu kira itu bagus untuk kesehatan?" jawab Mila ketus.

"Kalau aku tidur disini, Mas Karim tidur dimana?" tanya Hartika.

"Mas akan tidur di kamar tamu depan. Kalian tidurlah disini," jawab Karim yang memang berada dikamar itu juga.

Malam itu Retno, Mila, Hatika dan bayinya tidur dikamar Mila. Saat Mila, dan Retno tengah terlelap pulas, tiba-tiba ponsel milik Hartika berbunyi.

Tert,,,, tert,,,,,

Hartika yang memang baru selesai mengganti popok anaknya karena basah, segera meraih ponselnya.

"Mas Randa," lirihnya pelan.

Terlihat dilayar ponselnya Randa mengirim sebuah pesan kepadanya melalui pesan whatsap.

"Sayang, kamu yakin mau tidur di situ?" ucap Randa didalam pesan itu.

"Kenapa, Mas? Mas kan tau Mbak Mila tadi marah-marah-marah." balas Hartika.

Tidak menunggu lama, Randa membalas pesan dari Hartika lagi. "Mas kangen. Kamu kan tau Mas nggak bisa tidur tanpa kamu."

"Mas, tolonglah ngertiin posisiku. Kita lagi dirumah Ibu loh, lagian kalau aku tidur dikamar kita, pasti Mas bakal melakukan itu lagi sama aku."

"Kan itu sudah menjadi kewajiban kamu Dek. Kalau harus menunggu kamu selesai nifas, mana tahan aku."

"Tapi aku menderita Mas. Aku nggak tahan, yang tadi malam saja aku masih sakit sekali, bahkan BAB saja aku sembil menangis." 

"Hayolah Dek. Kamu tega sama Mas, biarkan Hana disitu, kan ada Ibu, dan Mbak Mila." lagi-lagi Randa terus merayu Hartika.

Hartika menghela nafasnya dengan sangat panjang. Disatu sisi, ia tr4uma berat, dan satu sisi lagi, ia tidak tega terhadap suaminya. "Yasudah, tunggu dikamar, aku akan kesana," balas Hartika.

Ia segera meletakkan ponselnya, dan malah keluar dari kamar Mila dengan cara mengendap-ngendap. "Mudah-mudahan Mbak Mila, dan Ibu tidur nyenyak," batinnya.

Saat melewati ruang tengah, dilihatnya Karim Abang iparnya tengah menonton televisi, dan belum tidur. "Mau kemana Har?" tanya Karim saat melihat Hartika keluar dari kamar itu.

"Eh, Mas. Anu, mau ambil minyak telon yang tertinggal dikamarku," jawab Hartika terbata-bata.

Tapi ia tidak begitu panik, mana mungkin Abang iparnya itu mengadu, dan membangunkan Mbak, dan Ibunya.

"Oh," tukasnya.

Saat telah tiba dipintu kamarnya, Randa segera menarik lengannya, dan membawanya kedalam.

"Temani Mas, ya? nanti selesai kamu balik lagi." 

Setelah beberapa saat

"S4kit sekali, Mas," lirihnya sembari menyeka airmatanya.

Wajahnya begitu pucat, dan seperti tidak ada tenaga sedikitpun. Jemarinya mengepal meremas seprai kasurnya dengan sangat kuat. Mungkin ia tengah menahan rasa s4kit, yang teramat s4kit.

"Dahlah, jangan nangis. Ini sudah menjadi kewajiban kamu. Besok juga bakal sembuh, kalau begini besok kamu tidur saja lagi dikamar Mbakmu. Nanti tiap malam Mas akan kirimin kamu pesan, jadi kalau mereka sudah tidur, kamu bisa kesini," ujar Randa merasa tidak berdosa sedikitpun.

"Kalau aku terkena penyakit gimana Mas?" ucap Hartika."

"Pikiranmu! kotor sekali ot4kmu. Kamu kira aku ini suami apa? kamu kira aku sarang penyakit," pekik Randa sembari menyentuk kepala Hartika.

Tidak terima dengan perkataan Hartika barusan. Padahal maksut Hartika hanya mengingatkan, dan jaga-jaga saja.

Hartika bangkit dari ranjang tempat tidurnya, dan jalan keluar kamar. Dilihatnya Karim Abang iparnya sudah tidak ada diruang tengah, itu tandanya ia telah masuk kedalam kamar, dan tidur.

"Ya Allah, sakit sekali!" keluh Hartika sembari membasuh dengan air.

"Bengkak," tambahnya lagi sembari gemetar menahan perih, dan panas yang bercampur aduk. Bahkan sangking s4kitnya, ia tidak lagi tau bagaimana rasanya.

"Dari mana kamu?" tanya Mila saat ia masuk kamar.

Ternyata Mila sudah bangun, dan tengah mengganti popok Hana yang basah. "Dari kamar mandi Mbak," jawabnya pelan lalu duduk disamping Retno yang masih tertidur pulas.

"Yasudah. Tidurlah, biarkan Mbak yang menjaga Hana, nanti kalau dia nangis, Mbak bangunkan kamu."

Bersambung.

Bab terkait

  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Hal Mengejutkan

    "Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya."A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus."Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang."Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja."Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa."Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi."Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan."Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Trauma Setelah Tau

    "Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa."Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika."Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa."Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar."Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya."Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika."Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal."Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Misteri Diamnya Adikku   Trauma Setelah Tau

    "Oo, ternyata malam itu dia kemanarnya lagi. Awas kamu ya, jangan panggil aku Mila kalau aku nggak bisa membongkar kebusukanmu!" batin Mila dalam Hati sembari menatap tajam kearah Randa."Kenapa, sih, Mas? Mbak Mila hanya ingin pinjam ponsel saja," Hartika."Kamu mau tersamb4r petir? kalau kamu mau m4ti, m4ti saja sendiri, jangan didalam sini main ponsel!" bent4k Randa."Assalamualaikum." tiba-tiba suara Retno terdengar dari luar."Astaga, Ibu basah sekali?" Mila segera memberikan sebuah handuk kepada Retno Ibunya, dan segera membawanya kekamarnya."Iya, Ibu kehujanan saat perjalanan pulang. Tadi Ibu sudah sampai masjid, tapi malah hujan tidak kunjung reda. Bagaimana keadaan Adikmu?" ucap Retno menanyakan keadaan Hartika."Aku heran sama Anak Ibu itu, suaminya memperlakukan dia seenaknya saja, tapi dia diam saja. Aku lama-lama geram Buk, ingin sekali rasanya aku menyuruhnya untuk berpisah dengan laki-laki gil4 itu!" ujar Mila kesal."Kamu jangan bicara begitu lah. Bagaimanapun Randa i

  • Misteri Diamnya Adikku   Hal Mengejutkan

    "Apa-apaan kamu? ngapain pegang-pegang aku?" pekik Mila terkejut.Bahkan sendok goreng yang ia pegang sempat ia lemp4r saat ia sadar Randa meny3ntuh bagian yang tidak wajar miliknya."A-aku. Aku tidak sengaja, Mbak. Aku kira tadi Hartika," jawab Randa gugup. Wajahnya begitu pucat, akibat menahan rasa malu, dan takut sekaligus."Gil4 kamu ya? bisa-bisanya kamu!" tangan Mila hampir saja melayang kearah Randa, namun ia hentikan saat ia sadar Hartika datang."Kenapa, Mbak? Mas? ada apa ribut-ribut," tanya Hartika dengan langkahnya yang kesusahan, akibat sebelah kakinya yang tidak norm4l.Randa, dan Mila saling tatap. Ingin sekali Mila mengadu kepada Hartika, tapi ia masih mikir kalau kejadian itu adalah sebuah kesalahpahaman saja."Tidak apa-apa, Dek. Ini, Mas hanya nanya sama Mbak Mila." elak Randa."Tanya apa, Mas? tumben?" ujar Hartika lagi."Eh, ini, Mas hanya menanyakan Mas Karim," tukasnya beralasan."Oh, gitu. Yasudah aku mau kedepan angkat jemuran dulu." Hartika dengan langkah yan

  • Misteri Diamnya Adikku   Salah Pegang

    Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis."Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya."Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya."Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi."Alah! nanti juga bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya."Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusi

  • Misteri Diamnya Adikku   Mengendap-Ngendap

    "Buk, malam ini kita tidur bareng Hartika ya?" ucap Mila kepada Retno Ibunya."Kamu kayak nggak tau Randa saja. Kemarin saja dia marah-marah-marah begitu. Padahal Ibu hanya takut, kalau Adikmu itu nanti lasak tidurnya, apalagi Hana itu anak pertamanya," jawab Retno."Selain aku khawatir soal Hana, aku juga ada khawatir yang lain Buk. Bukanya apa, Hartika itu masih baru lahiran, takutnya suaminya nggak bisa nahan. Bagaimana kalau sampai belum nifas mereka sudah begituan lagi?" ujar Mila lagi."Cobak kamu bilangin saja dia. Kamu kayak tidak tau gimana Adik iparmu itu, sudah tua tapi keras kepalanya minta ampun."Sore itu Mila sengaja masuk kedalam kamar Hartika, karena memang pintu kamarnya juga tidak tertutup. Dilihatnya Randa malah merokok didalam, sementara Hartika tengah menyusui Hana bayi mereka."Apa tidak bisa kamu merokok diluar? ada anak bayi, kamu merokok dikamar. Aku saja yang tidak punya bayi, suamiku merokok diluar!" celetuk Mila.Bukan bermaksud hati untuk mencampuri, akan

  • Misteri Diamnya Adikku   Sebuah Tisue

    "Randa, tolong kamu cuci baju-baju anakmu itu. Apa kamu tidak tau ini sudah siang?" ucap Mila kepada Randa."Suruh saja Hartika yang mencuci. Aku mau keluar, mau kerumah anakku," jawab Randa."Gila kamu ya? dia baru 4 hari lahiran sudah kamu suruh nyuci. Kamu itu percuma sudah dua kali menikah, tapi tidak mengerti sama istri," omel Mila kesal."Mbak ini, kenapa ya? bawel terus. Kalau Mbak nggak terima, Mbak saja yang nyuci sana. Lagian aku males nyuci pakaian Mila yang banyak d4r4hnya," ketus Randa."Astaghfirullah. Itukan tugasmu, berdosa kamu kalau menyuruh kami untuk yang mencucinya. Itu kewajibanmu kalau istrimu lahiran." "Ahhh, bawel sekali. Hartika! bilangin sama Mbakmu ini, nggak usah bawel. Aku lama-lama nggak betah tinggal disini!" ketus Randa ngomel."Kamu itu harus tegas sama suamimu. Lihat itu, mencuci baju anakmu, dan bajumu saja dia nggak mau. Keterlaluan!" pekik Mila."Sudahlah, Mbak. Biarkan saja, mungkin Mas Randa tidak terbiasa, kalau Mbak nggak keberatan, Mbak tolo

  • Misteri Diamnya Adikku   Malu Mengakui

    "Sebaiknya kamu mandi dulu, Mbak sudah masakkan air hangat buatmu. Nanti setelah mandi, Mbak mau antar Mas, mu kerja sekalian mau manggil bidan untuk mandikan Hana, dan mengecek jahitanmu," ucap Mila.Hartika lalu berdiri dengan susah payah, sembari menahan sakit dibagian jalan lahirnya. Entah itu sakit dijalan lahirnya, atau yang lain, hanya dialah yang tau."Sudah 3 hari, apa belum kering? kamu makan apa sih, semalam?" tanya Mila memastikan."Aku hanya makan tempe yang Mbak goreng sama kecap kok. Aku mana ada makan lain," jawab Hartika sembari menyiram kepalanya dengan air."Duduklah, Mbak akan keramasin kamu. Sudah 3 hari kamu nggak keramas, biar d4r4h kotornya tidak naik." Mila segera membantu Hartika untuk duduk, namun Hartika malah kesakitan saat ia ingin duduk dikursi kayu yang telah di sediakan oleh Mila."Ahhhhhh!" teriaknya kesakitan."Kamu kenapa? apanya yang sakit?" tanya Mila heran."Sebaiknya aku nggak usah duduk, Mbak. Aku berdiri saja," lirihnya mencoba berdiri kembali

  • Misteri Diamnya Adikku   Suara Rintihan

    "Kenapa jalanmu begitu Har?" tanya Retno Ibu dari Hartika. "Tidak apa-apa, Buk. Ini, bekas jahitanku agak ngilu," jawabnya lalu segera menuang teh hangat kedalam gelas. Hartika baru saja 3 hari lahiran anak pertamamya. Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang usianya jauh lebih tua, bahkan lebih tua dari Ibunya. "Suamimu mana? sudah tidur? kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Retno heran. Belakangan semenjak Hartika lahiran, setiap mau mangrib pasti suaminya mengurung dikamar, entah kalau ia tengah memomong anaknya didalam kamarnya. "Mas, Randa sudah tidur Buk. Aku masuk dulu ya. Hana sudah bengun, mau nyusu," tukas Hartika lalu segera kembali kedalam kamarnya. "Kalau jahitanmu ngilu, sebaiknya besok kamu cek kebidan. Suruh Randa atau Mbakmu manggil bidan, lagian kamu juga belum boleh keluarrumah," ucap Retno menyarankan. "Emang dia makan apa, Bu? bukannya tadi hanya makan pakai tempe goreng saja? kenapa jahitannya bermasalah." tiba-tiba Mil

DMCA.com Protection Status