Share

Misi Pertama

Author: Fin Nabh
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anak? Hamil? Hemm...

~~~

Tiit tiit …

Aku meraba nakas tempat tidur disampingku untuk mematikan alarm di ponselku. Setelah mematikannya, aku bangun dari tidurku sambil merentangkan tangan yang terasa pegal.

Aku menguap beberapa kali dan menengok sisi lain dari tempat tidur di kamarku dan Cassian yang kosong. Itu artinya, Cassian tidak tidur lagi di kamar ini. Aku terdiam menatap sisi Kasur yang tampak rapi itu.

Karena menyadari waktu yang semakin berjalan, aku bergegas menuju kamar mandi yang berada di kamar ini untuk membersihkan diri dan menyiapkan air hangat. Aku juga menyiapkan pakaian kerja untuk suamiku yang kuletakkan di atas tempat tidur.

Setelahnya, aku mengetuk pintu kamar di sebelah kanan kamar kami. Dimana Cassian sering tidur. Sambil mengetuk, aku juga memanggilnya dengan suara yang agak keras.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka menampilkan Cassian dengan penampilan baru tidurnya yang sexy membuatku sekali lagi tertegun. Rambut hitamnya yang acak-acakan, mata hitamnya yang kini sayu, dan piyamanya yang dua kancing atasnya terbuka. Selalu seperti itu saat aku membangunkan Cassian dan pada akhirnya aku yang jatuh terus-menerus pada pesonanya.

Cassian tidak memperdulikanku yang terpaku di depan pintu. Dia melengos begitu saja menuju kamar kami. Aku yang tersadar dari keterpakuanku, bersemu merah dan segera berlanjut ke dapur untuk membuat sarapan.

Sarapan yang kubuat sangat simple, hanya roti bakar selai coklat, kopi untuk Cassian, dan jus buah untukku, mengingat aku dan Cassian tidak terlalu suka sarapan dengan makanan berat seperti nasi.

Aku mengaduk kopi untuk Cassian dengan pelan sambil berdoa dalam hati, kalau yang aku lakukan ini akan mengikat suamiku untuk kembali ke rumah. Tidak hanya saat mengaduk kopi. Namun, aku melakukan semua itu pada hal-hal yang kulakukan untuk Cassian. Aku diajari oleh ibu mertuaku sendiri.

Aku meletakkan kopi di hadapan kursi kosong yang akan ditempati Cassian. Setelahnya, aku duduk di depan kursi itu. Memoriku memutar bayangan kehidupan pernikahanku dengan Cassian yang sudah berjalan delapan bulan. Dan selama itu, aku tidak melihat tanda-tanda akan perasaan cinta Cassian untukku. Padahal, aku sudah melakukan semua yang diajarkan oleh Ibu mertuaku untuk menyenangkan suami. Kecuali hal ‘itu’.

Aku menghela napas. Waktu kontrak pernikahan sudah semakin dekat dan aku sudah kehabisan cara bagaimana membuat Cassian melihatku. Aku khawatir kalau aku yang semakin tidak bisa lepas darinya.

“Kenapa gak makan?” Ujar Cassian yang duduk dihadapanku, membuyarkan lamunanku.

“Sejak kapan Kak Ian disini?” Tanyaku horror karena tidak menyadari dirinya datang.

Cassian mengedikkan bahu, “Gak lama pas kamu nghela napas panjang,” Ujarnya dengan cuek sambil menyeruput kopinya sedikit demi sedikit.

Piring Cassian sudah kosong. Itu tandanya Cassian daritadi memperhatikanku yang sedang melamun. Memikirkan itu membuatku malu.

“Aku mau berangkat,” Ujar Cassian sambil mengambil jas dan tasnya yang sedaritadi dia sampirkan ke kursi disebelahnya.

Aku buru-buru berdiri dan mengikuti langkahnya. Mulai mengulangi kebiasaanku saat menyerocos apapun untuk mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengannya.

“Kak, mau dianterin makan siang, gak?” Tanyaku yang dibalas gelengan.

“Kalau makan siang bareng, mau gak?” Tanyaku yang lagi-lagi dibalas gelengan yang membuatku cemberut.

Aku menyalami tangannya saat kami sampai di depan pintu. ‘Ya tuhan.. lindungi suamiku dari hal-hal buruk, mudahkan pekerjaannya, dan pulangkan dia kembali padaku,’ Doaku saat punggung tangannya menyentuh dahiku.

“Ngapain?” tanya Cassian dengan ekspresi heran saat merasa aku menyalaminya terlalu lama.

Aku mengangkat kepala dan tersenyum manis sambil menatap matanya. “Lagi doain kamu,” Ujarku dengan masih memegang erat tangan Cassian yang terasa hangat dan nyaman.

Cassian mengerutkan keningnya. "Tenang aja. Doanya baik, kok," ujarku kembali dengan senyum.

“Oh,” Ujarnya singkat.

Aku hanya tersenyum karena sudah biasa dengan responnya. Aku masih memainkan tangannya. “Aku izin, yah. Aku mau ke acara ulang tahun sepupuku. Jadi kemungkinan juga akan pulang telat.”

Dia mengangguk, “Mau sampai kapan megang tanganku?”

Aku refleks melepaskan tangannya. Aku malu karena merasa agresif.

“Aku pergi,” Ujarnya lalu berlalu.

Aku melambaikan tangan saat dia mulai menjalankan mobilnya, “See you.. hati-hati,” Ujarku. “Suamiku,” Ujarku dengan suara kecil dan terkekeh kecil menyadari kekonyolanku dihadapan Cassian.

Setelah mobil Cassian hilang dari pandanganku, aku bergegas masuk ke dalam rumah dan menyelesaikan sarapanku. Karena acara ulang tahun sepupuku, Stella Olivia Setiawan, yang ketujuh belas tahun.

“Bi, aku pergi ke acara sepupu aku, yah,” pamitku pada Bi Mina.

“Iya, bu. Hati-hati, yah.” Ujarnya.

Aku hanya mengangguk sebagai balasan dan mulai menjalankan mobilku menuju rumah kakak dari Mama Natalia.

Sesampainya di lokasi pesta, tepatnya di halaman belakang rumah Tante Nirmala, aku melihat sudah banyak tamu yang hadir. Termasuk Papa Vincent dan Mama Natalia. Sedangkan Aurora? Dia kuliah di luar Negeri, sehingga tidak bisa bebas untuk pulang pergi ke tanah air.

Aku segera menghampiri yang empunya acara. “Stella sayang, Happy Birthday…” Ujarku sambil memeluk Stella.

“Kak Ave,” Seru Stella balas memelukku dengan senyum yang cerah.

Dari balik pelukanku, aku mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda. Aku memberikan kotak itu pada Stella dengan senyum lebar. “Nih, spesial buat princess hari ini.”

Stella memandang kotak itu dengan wajah berbinar. Dia membukanya dengan hati-hati dan wajahnya langsung bersinar saat melihat isinya. Di dalam kotak itu terdapat kalung perak dengan liontin berbentuk bintang yang cantik.

“Makasih, Kak Ave. Ini cantik banget,” ucap Stella dengan suara girang sambil memelukku lagi. Dia langsung mengenakan kalung itu di lehernya dan senyumnya yang semakin lebar.

Aku tersenyum melihat reakksi Stella yang sangat senang dengan hadiah yang kuberikan. Begitupun dengan orang-orang yang melihat itu.

“Cassian gak ikut, Ave?” Tanya Tante Nirmala.

Aku menggeleng, “Dia kan kerja, Tan.”

“Gak bisa luangin waktu kesini, yah?” Ujar Tante Nirmala.

“Dia sibuk banget, Tan. Tante juga kan buat pesta di hari kerja begini.” Ujarku sekenanya. Padahal aku tau kalau Cassian menghindari untuk dekat dengan keluargaku. Miris sekali.

Tante Nirmala terdiam, entah apa yang ada dipikirannya.

“Yah padahal aku juga mau kado dari kak Cassian.” Ujar Stella cemberut.

Aku tersenyum, “Anggap aja kalung itu dari kakak sama kak Cassian.”

Stella menggeleng dengan bibir yang mengerucut, “No, hadiah kak Ave dan kak Cassian harus beda.”

Aku menghela napas, “Yaudah, nanti kakak bilangin kalau kamu mau hadiah,”

“Yey,” Sorak Stella.

Aku menggeleng maklum. Dasar anak remaja.

“Ave,” Panggil Tante Nirmala yang membuatku mengalihkan fokusku padanya. “Kamu lagi gak bermasalah sama suami kamu, kan?”

Aku terkejut dengan pertanyaan Tante Nirmala. “Enggak kok, Tan. Kenapa Tante nanya gitu?” Tanyaku dengan hati-hati sambil melirik Papa Vincent dan Mama Natalia yang sedari tadi hanya terdiam melihat interaksi kami.

Tante Nirmala mengedikkan bahunya, “Yah, Tante hanya menduga aja. Cassian kan jarang banget ikut ngumpul kalau ada acara keluarga. Ditambah lagi dengan kamu yang belum isi sampai sekarang. Atau lagi nunda?” Tanyanya yang membuatku terkesiap.

“Kak Cassian emang lagi sibuk, Tan. Tuh Papa yang nyerahin semua urusan perusahaan sama kak Cassian. Jadinya, dia fokus sam perusahaan.” Ujarku dengan cepat melemparkan semuanya pada Papa Vincent.

Semua pandangan bertanya mengarah ke Papa Vincent. Papa Vincent hanya mengangguk menyetujui perkataanku.

“Tapi kamu gak nunda anak, kan?” Tanya Tante Isla, adik Mama Natalia.

Aku menggeleng. Terpaksa berbohong untuk agar aib rumah tanggaku tidak diketahui orang lain.

“Loh kenapa? Anak itu akan buat hubungan kalian makin erat, loh. Lagian kalau kamu hamil pasti bakal makin disayang sama suami kamu.” Ujar Tante Nirmala yang membuatku bertatapan dengan Papa Vincent.

Anak? Hamil?

Mungkin aku akan memikirkannya sebagai Misi pertamaku.

Related chapters

  • Misi Menggoda Hati   Aku Mau Punya Anak

    Cassian punya solusi dan Aveline juga punya.. ~~~ “Sudah sejauh mana hubungan kamu dengan Cassian?” Tanya Papa Vincent yang duduk dihadapanku, di sofa ruang keluarga. Belum selesai pesta ulang tahun Stella, Papa Vincent langsung menyuruhku untuk ikut pulang dengannya. Bukan untuk bertamu, melainkan untuk diinterogasi seperti saat ini. “Maksudnya, Pa?” Tanyaku bingung, tidak paham kemana arah pertanyaan Papa Vincent. Papa Vincent menatapku dengan pandangan serius, “Apa kalian sudah melakukan ‘itu’?” Tanya Papa Vincent dengan menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk tanda peace. Wajahku memerah saat mendengar pertanyaan yang langsung mengarah ke hal yang sangat pribadi tersebut. Aku merasa canggung dan tidak nyaman menjawab pertanyaan Papa Vincent yang begitu terbuka. “Ngapain Papa nanya begituan?” Jawabku dengan gugup. Papa Vincent melipat tangannya dan bersandar di sofa ruang keluarga ini. “Yah, karena kamu belum hamil sampai sekarang, yang mana usia pernikahan k

  • Misi Menggoda Hati   Rindu

    Hampir satu bulan Cassian menghindari untuk bertatap muka dengan Aveline akibat peristiwa malam itu.. ~~~ Engghh… Aku terbangun dengan perasaan yang tidak nyaman. Kepalaku pusing dan perutku terasa mual. Aku duduk dan terdiam saat rasa mual itu semakin menjadi-jadi. Aku memegang perutku dan berusaha untuk mencapai kamar mandi. Napasku terengah-engah saat mengeluarkan isi perutku yang semuanya hanyalah cairan. Setelah merasa lega dan membersihkan diri, aku keluar dari kamar mandi menghampiri ponselku yang tergeletak di sofa kamar. Aku mulai mengecek satu per satu notifikasi dimana aku berharap kalau salah satunya dari Cassian. Namun nihil. Aku menghembuskan napas lelah. Sejak kejadian malam itu, Cassian menghindariku. Dia memilih tidak sarapan dan pulang larut malam demi tidak berinteraksi denganku. Dan sudah hampir dua minggu ini dia tidak pulang. Awalnya dia hanya mengatakan kalau akan keluar kota dan tidak mengatakan alasan serta waktu kepulangannya. Membuatku frustasi karena me

  • Misi Menggoda Hati   Kontrak Pernikahan Kedua

    Aveline akhirnya hamil dan waktunya untuk menjalankan rencana berikutnya.. ~~~ “Saya tidak bisa pastikan, pak. Sebaiknya cek ke dokter kandungan langsung,” Aku terbangun saat mendengar suara-suara disekitarku. Aku perlahan membuka mata dan menemukan seorang Wanita yang menggunakan jas dokter, sedang duduk di sampingku. Melihatku bangun, dia kemudian membantuku duduk. “Bagaimana perasaan ibu sekarang?” Tanya Wanita itu. “Hanya pusing saja,” Ujarku lemah dan sedikit tersenyum. “Terimakasih, Riana. Bisa kalian tinggalkan saya dan istri saya?” Ujar sebuah suara berat yang berada di belakangku. Aku berbalik dan mendongak menatap orang yang sangat aku rindukan. Dia menyadari tatapanku dan duduk di sampingku tepat semua karyawannya meninggalkan kami berdua di ruangan ini. “Sepertinya kamu hamil,” Ujarnya tidak mau menatapku. “Hamil?” Gumamku pada diri sendiri. Pantas saja akhir-akhir ini aku sering merasa mual dan lemas. Ternyata ada keajaiban yang sedang terjadi di dalam tubuhku. Ak

  • Misi Menggoda Hati   Meremehkan Seorang Cassian

    Cassian : "Kayaknya kamu selalu anggap aku remeh.." ~~~ "Mana cucuku?" Ujar Papa Vincent antusias saat tiba di rumah. Mama Natalia yang melihat kelakuan Papa Vincent hanya menggelengkan kepalanya, memaklumi tingkah Papa Vincent. Aku terkekeh melihat itu. Aku dan Cassian saat ini tengah berdiri di pintu depan untuk menyambut kedua orang tuaku. Setelah perdebatanku dan Cassian tadi malam, orang tua kami satu persatu mulai menelfonku dengan antusias. Dan berjanji akan mengunjungiku dan Cassian. And here we are... Orang tuaku sampai menyempatkan waktunya sepagi ini untuk mengunjungi rumah kami. Sedangkan ibu Diana, mertuaku itu juga sama antusiasnya. Dia saat ini juga menuju kemari bersama orang suruhan Cassian yang menjemputnya. Kami memang berbeda kota. Karena dia yang menemani Adelia, adik Cassian, yang sedang berkuliah. “Masih bentuk kecebong kali, Pa.” Ujar Aurora yang menyusul di belakang Mama Natalia dan Papa Vincent. Papa Vincent mendelik menatap Aurora. “Enak aja cucu Pap

  • Misi Menggoda Hati   Dia Suamiku

    Aveline ke Rafael : "Cassian itu suami gue.." ~~~ “Kayaknya kamu selalu anggap aku remeh…” Ujar suara tajam di belakangku. Aku menatap Cassian lewat cermin. “Maksudnya?” Tanyaku pura-pura tidak mengerti maksudnya. Cassian terkekeh sinis. “Dasar manipulatif. Jangan pura-pura naif. Aku tau rencana kamu itu.” Aku berbalik menghadapnya dan menatapnya. “Aku gak ada rencana apa pun.” Cassian menatapku dengan tajam. “Kamu selalu tau cara untuk kendalikan situasi sesuai mau kamu. Pasti sekarang ini kamu lagi mikirin rencana supaya aku tetap tinggal dalam pernikahan ini, kan?” Aku merasa tertohok mendengar kata-kata Cassian. Aku mengepalkan tangan di samping tubuh, mencoba menahan emosi yang mulai meledak. “Kamu salah paham.” Cassian mendekatkan wajahnya ke telingaku dengan nada merendahkan, “Kamu pikir aku bodoh? Kamu tau kalau dengan kehamilanmu, aku akan merasa bertanggung jawab dan ragu buat ninggalin kamu. Trus kamu nyuruh ibu buat tinggal disini supaya kita selalu keliatan harmoni

  • Misi Menggoda Hati   Kesiangan

    Aveline berhasil tidur sekamar dengan Cassian. Tapi ... ~~~ Rafael menatapku dengan mulut terbuka. Terlihat keterkejutan di wajahnya. “Cassian suami lo?” Aku mengangguk. Heran dengan reaksinya. “Jadi lo putri pemilik Rinaldi Corp.?” Aku mengangguk ragu. “Ya. Kenapa?” “Astaga, Ave. Lo anak sultan ternyata. Padahal pas kuliah dulu kayak miskin banget. Alat gambar aja kadang minjem ke gue.” Ujarnya kembali mengenang masa lalu. Aku tertawa mendengar komentar Rafael. Memang dulu bisa dibilang aku hidup hemat. Bukannya Papa Vincent tidak menafkahiku, tapi aku berusaha menabung karena aku tau kalau Papa Vincent tidak akan memberikanku modal untuk membangun usaha jasaku. Kalau ada pertanyaan yang bilang, berarti aku juga bisa bisnis? Jawabannya ya. Tapi itu bukan minatku. Aku ingin mendesain tanpa mau dipusingkan dengan urusan bisnis. Lagipula Dreamweaver Interiors juga punya Sofia, kan, sebagai manajer. Dia mulai bergabung saat Dreamweaver Interiors sudah menerima jasa selama dua tahun

  • Misi Menggoda Hati   Istri yang Tidak Memiliki Pengaruh

    Aveline mengerti profesionalitas itu seperti apa. Tapi membiarkannya menunggu dan tidak diberi kepastian, bukannya keterlaluan? ~~~ Aku meringis kecil dan menyapa ibu mertuaku. “Pagi, bu..” Ibu Diana berbalik dan tersenyum hangat. “Pagi, Ave. sini sarapan, sayang.” Ujarnya sambil memberikanku jus yang dibuatnya tadi. Aku menerima itu. “Makasih, bu. Ehm maaf aku bangunnya kesiangan.” Ibu mertuaku mengangguk dengan senyum hangat. "Tidak apa-apa, sayang. Kamu lagi hamil. Jadi harus banyak istirahat.” Aku tersenyum mengangguk, merasa senang dengan pengertian ibu mertuaku. “Kak Ian udah berangkat?” Ibu Diana meletakkan salad dan nasi ayam goreng dihadapanku. Dia mengangguk kemudian duduk dihadapanku. “Iya udah dari tadi.” Aku mengangguk dan menatap makanan dihadapanku. Entah kenapa melihat penampakan salad membuatku mual. Tapi aku berusaha untuk menghargai apa yang disajikan oleh Ibu Diana untukku. Nasi ayam gorengku sudah habis setengahnya saat Ibu Diana menegurku. “Saladnya dimak

  • Misi Menggoda Hati   Ngidam

    Aveline mengalami ngidam di tengah malam dan ketahuan ibu mertuanya keluar rumah sendiri.. ~~~ “Halo, bu.” Ibu mertuaku menelfon saat aku mencoba mengalihkan rasa kecewaku dengan desain di tanganku. “Kamu jangan lupa makan siang, yah. Tadi sarapannya dikit karena muntah-muntah, kan.” Ujarnya diseberang sana dengan perhatian. Aku terharu. “Iya, bu.” “Ibu udah telfon Cassian juga tadi. Suruh dia ingetin kamu makan.” Aku tersenyum. “Iya, bu. Ini lagi nungguin Kak Ian buat makan siang bareng.” Bohongku. “Yaudah kalau gitu. Ibu cuma mau bilang itu aja.” “Iya, bu. Makasih banget.” “Iya,” Tuut Aku memandang ponselku dengan mata berkaca-kaca. Tidak pernah habis rasa syukurku bisa memiliki mertua yang sangat sayang padaku. Sayangnya, kedua anaknya membenciku. Cassian dan Adelia. Aku menghela napas panjang untuk mengurangi kesesakan di dadaku. Aku mulai kembali fokus pada desain untuk ruangan Cassian, dengan mulai menandai poin penting pada desain ruangannya ini. Aku berusaha memband

Latest chapter

  • Misi Menggoda Hati   Just Wait and See!!

    Musik mengalun lembut di aula besar Rinaldi Corp, tempat pesta perkenalan Aveline sebagai pewaris resmi keluarga berlangsung. Lampu kristal menggantung megah di langit-langit, memancarkan kilauan yang memukau setiap tamu yang hadir.Para tamu berpakaian anggun dan bercakap-cakap dengan elegan, menikmati suasana malam yang mewah dan eksklusif. Sedang sang pemilik acara dan keluarga dekatnya berkumpul di satu meja yang sama, kecuali Aveline dan Cassian yang sudah berada di atas panggung. Ah dan juga Aurora. Entah berada dimana istri Nicholas itu.Aveline terlihat anggun dan menggemaskan secara bersamaan dengan perut buncitnya, berdiri di samping Cassian dengan senyum tipis di wajahnya. Tangannya yang halus berusaha tetap tenang, tetapi jari-jarinya sesekali meremas gaun biru elegannya. Matanya sesekali melirik ke arah kerumunan, mencari titik fokus untuk mengurangi rasa tak nyaman berada di lautan manusia di ruangan tertutup ini. Setiap senyum yang ia berikan terasa dipa

  • Misi Menggoda Hati   Biarkan Mengalir

    “Adelia.. dari tadi saya coba calling kenapa gak diangkat, hem?” suara Ryan terdengar dari belakang.Adelia dan ketiga teman perempuannya—minus Letta, sedang duduk bersantai di gazebo belakang fakultas sembari menunggu Staff TU menyelesaikan SK penetapan pembimbingnya. Tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kedatangan Ryan Davis menghampiri mereka.“Eh, handphone saya lagi silent mode, pak.” Adelia meringis pelan. Matanya melirik teman-temannya yang mulai saling berbisik. Jujur, dia tidak nyaman dengan keadaan saat ini.Ryan mengeluarkan ponselnya dari saku. "Saya udah nge-chat kamu dari tadi. Kalau kamu udah selesai, kabari saya.”Adelia mengangguk cepat, merasa wajahnya memanas. "Baik, Pak. Saya akan cek dan langsung kabari."Teman-temannya mulai berbisik-bisik lebih heboh, membuat Adelia semakin tidak nyaman. Ryan tampak menyadari kegelisahan Adelia dan berkata, “Oke, ka

  • Misi Menggoda Hati   Gak Gila

    Tangan Aurora yang memang sudah terangkat itu mengepal, merasa gemas sekali dengan kalimat pedas sang suami. Ingin rasanya meremukkan mulut yang sedari tadi membalasnya dengan sinis.“Isshhh.. gemes aku sama kamu.”Nicholas menipiskan bibirnya, mencoba menahan tawa yang hampir saja lolos. Aurora terlihat seperti kucing galak yang sedang mengais dengan kaki depannya.“Yaudah, sini. Gue ada handuk kecil buat bersihin tangan lo.”Aurora menatap Nicholas dengan senyum kecil. "Kamu bawa handuk? Kok perhatian banget sih?" godanya.Nicholas mendengus, menyerahkan handuk kecil yang diambilnya dari tas. “Udah jangan GR. Gue bawa ini buat bersihin muka sendiri, bukan buat lo.”Aurora menerima handuk itu dengan mata berbinar. "Makasih, Hubby." Dia membersihkan tangannya dengan hati-hati, merasakan kehangatan dari handuk yang diberikan oleh suaminya.Yang orang lain tau, Nicholas adalah pria gila dengan obsesi

  • Misi Menggoda Hati   Over Menyebalkan

    "Lo lagi ngelindur, ya?" decih Nicholas sambil menatap Aurora dengan mata menyipit.Aurora duduk di tepi tempat tidur dengan posisi menghadap ke arah Nicholas yang duduk bersandar di headboard. Mata wanita yang mengenakan gaun tidur berwarna biru muda itu menatap Nicholas dengan penuh harap. Matanya berkilauan dengan semangat, dan senyum manis terukir di wajahnya.Aurora mendekatkan wajahnya sedikit ke Nicholas, membuat jarak di antara mereka semakin kecil. “Ayo dong, Hubby. Kita cuma duduk-duduk di pantai. Aku yang bakal nyiapin perlengkapannya, kamu nggak perlu khawatir hal lain,” bujuknya dengan suara lembut.“Fix lo emang masih ngantuk.” Nicholas melengos, memutus pandangan matanya pada Aurora. “Mikir gak sih, gue kesananya gimana? Tau sendiri pasir pantai gak cocok buat pengguna crutches kek gue, kursi roda apalagi,” jawabnya sambil menatap ke arah tirai tipis berwarna krem yang sedikit bergoyang tertiup angin dari jendela yang terbuka.Tak habis pikir dengan Aurora. Hari masih p

  • Misi Menggoda Hati   Goodbye Freedom

    “Laporan macam apa ini, Ran?”Seorang wanita yang tengah duduk di belakang meja besar di ruang kantor mewah mengangkat kepalanya dari tumpukan berkas yang hampir menutupi seluruh permukaan meja. Wajahnya menunjukkan kelelahan bercampur frustrasi. Di hadapannya, duduk seorang pria yang tengah sibuk mengetik di MacBook-nya.Randy—sekretaris Cassian yang sekarang tengah sibuknya membantu Aveline mempelajari segala hal tentang Rinaldi Corp, menghentikan sejenak aktivitasnya dan menatap Aveline dengan ringisan. “Itu laporan terbaru tentang Rinaldi Corp, Bu. Semua detail keuangan, proyek, dan investasi terbaru ada di dalamnya.”Aveline menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya ke kursi, mencoba meredakan ketegangan yang menjalar di tubuhnya. "Kenapa saya juga harus tau ini? Kan udah ada jajaran Manajer yang bakal handle ini.”“Memang benar, ada tim manajer yang kompeten. Tapi sebagai pewaris utama, anda perlu memahami semua aspek bisnis, termasuk detail laporan ini. Ini penting un

  • Misi Menggoda Hati   Pasangan Manipulatif

    “Dari mana lo?”Aurora melirik orang yang tengah bersantai di ruang TV itu dengan sinis ketika dirinya hendak ke kamarnya untuk beristirahat. Tanpa menghentikan langkahnya, wanita yang memiliki nama lengkap Aurora Sophia Rinaldi mengacuhkan suaminya itu."Lo denger gak gue nanya tadi?" suara Nicholas terdengar lebih tegas dan sedikit marah.Aurora berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum berbalik menghadap Nicholas. "Aku capek. Aku mau istirahat."Tatapan Nicholas tajam, mencoba menahan amarahnya. "Gue cuma nanya, Aurora. Lo abis dari mana?"Aurora mengangkat alisnya, merasa tidak ada kewajiban untuk menjelaskan. "Kenapa? Apa kamu se-khawatir itu aku baru pulang?" tanyanya dengan ketus.“Cih.. gue cuma nanya.” Gantian Nicholas yang menatap dengan sinis ke arah Aurora.“Kepo banget.” Cibir Aurora, lalu melanjutkan langkahnya.Nicholas mendelik mendengar cibiran dari Aurora. Matanya men

  • Misi Menggoda Hati   Ternyata

    “Bisa jelaskan apa maksudnya ini, Hans?”Aurora memperlihatkan sebuah pesan yang masuk ke ponsel Nicholas kemarin yang sempat dipotretnya kepada Hans. Wanita yang mirip dengan istri Cassian itu berdiri di samping sebuah layar besar di ruangan kakak iparnya. Sedang sang empunya tengah duduk di kursi kebesarannya.Hans menelan ludah, jelas merasa tertekan oleh situasi ini. Semua pandangan mata tajam dan menuntut tertuju padanya, termasuk Samuel dan Max yang duduk dihadapannya.“S..saya udah bilang semuanya, Nya. Termasuk orang yang kerja sama Boss Nicho, kan?” suara Hans bergetar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia telah jujur.“Iya kita tau..” Ujar Aurora. “Tapi ‘dia’ yang disebut dalam pesan ini ditujukan ke siapa sebenarnya?” tanyanya dengan nada menuntut.Hans menelan ludah sekali lagi, matanya berkedip cepat saat dia berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Terlihat jelas kala

  • Misi Menggoda Hati   Anonymous Chat

    “Maksudnya, dek?” Kening Aveline berkerut saat mendengar ucapan Aurora yang penuh dengan penekanan.“Iya.. Gue mau buat perhitungan ama bang Ian karena udah bikin suami gue menderita.” Mata Aurora mulai berkaca-kaca. Itu adalah cerminan dari hatinya yang ikut tersiksa melihat Nicholas yang sedang berjuang sembuh. Dan semua itu karena Cassian. “Suami gue berjuang banget buat sembuh. Dia kadang kesakitan pas beraktivitas.” Aurora mulai terisak.Aveline memilih duduk di sebelah Aurora. Tangannya terangkat untuk menenangkan sang adik.Dia paham perasaan Aurora karena dia sendiri pun sudah merasakannya. Melihat orang yang dicintai menderita, juga membuat kita merasa sakit.Aurora menundukkan kepalanya, air mata mulai mengalir di pipinya. Aveline merangkulnya erat, mencoba memberikan dukungan sebisanya.“Abang turut prihatin dengan kamu, Ra. Tapi abang gak bakal minta maaf buat apa yang udah abang lakuin.”

  • Misi Menggoda Hati   Sakit

    “Arghhh…”Nicholas berusaha menggerakkan kakinya ke depan dan ke belakang, meskipun setiap gerakan memicu rasa sakit yang tajam. Bahkan teriakan tadi itu tak sengaja lepas dari tenggorokannya.“Heh.. lo santai aja kali.. Suami gue kesakitan bego!!”Seorang pria yang merupakan seorang therapist, mendelik kesal pada seorang Wanita yang mengatainya ‘bego’ hanya karena sedang membantu Nicholas untuk melatih kembali kakinya agar bisa berjalan kembali.“Maaf, yah, mbak. Saya tau kalau mbaknya cemas. Tapi saya harap mbak bisa paham kalau saya melakukan yang terbaik untuk membantu suami mbak pulih," ucapnya dengan suara tenang meskipun di dalam hatinya merasa tersinggung oleh kata-kata wanita tersebut. Dia berdiri di samping Nicholas yang sedang berjuang untuk berdiri, peluh mengucur di dahinya.Nicholas yang masih meringis kesakitan, memberi kode dengan tatapan mata kepada Hans, yang langsung dipah

DMCA.com Protection Status