Beranda / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

Share

Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

Penulis: Siez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 09:20:39

"Aku hari ini tinggal di hotel dan aku sangat butuh konsultasi dengan kamu. Please datang! Aku blank!"

"Tentang apa?"

"Perceraian?"

"Hah! Hesti yang bucin terhadap Dimas malah bicara perceraian? Apa tidak salah?" Arga heran bukan main.

"Tak perlu banyak bicara, Ar. Datang ke hotel X sekarang ya. Aku butuh bantuan kamu."

"Ok. Hmm ... berikan waktu tiga puluh menit. Aku mau mandi dulu. Gerah sekali."

"Sip. Thanks, Ar. Sorry merepotkan kamu."

"No prob! Kamar nomor berapa?"

"7801"

"Ok. Aku siap-siap dulu."

Hesti pun menutup sambungan telepon dengan Arga.

Sesuai dengan janjinya Arga, pengacara tampan, bos dan juga merupakan teman baik dari Hesti itu sampai di hotel dan di kamar Hesti tepat tiga puluh menit kemudian.

"Ada apa?" tanya Arga yang baru sampai di depan pintu kamar Hesti.

"Masuk dulu."

Arga menanggukkan kepalanya lalu mengikuti Hesti ke dalam kamar.

"Duduk, Ar."

Arga pun duduk di salah satu ranjang di kamar Hesti.

"Hmm ... aku ingin bercerai dengan Mas Dimas." tukas Hesti dengan ekspresi datarnya, seperti sudah hilang perasaan terhadap Dimas dan ingin menghancurkan Dimas sesegera mungkin.

"Alasannya?"

"Dia berselingkuh. Dan aku sudah punya bukti dia berselingkuh. Aku ada video dia di ranjang dengan Laila." Hesti terlihat sangat tegar walaupun hatinya sangat sakit oleh pengkhianatan Dimas.

"Hah! Laila? Bukankah kamu mengatakan kalau Laila itu sepupunya Dimas? Koq bisa jadi Dimas itu selingkuh dengan sepupunya sendiri? Apa tidak salah?" Arga lebih bingung lagi dengan cerita dari Hesti.

"Ternyata bohong. Semua itu adalah kebohongan besar yang diciptakan untuk membohongi aku dan sialnya ... aku memang tertipu." Hesti menggelengkan kepalanya penuh rasa kesal karena dibohongi.

"Terus, Laila itu siapa?"

"Istri kedua bajingan itu. Hmm ... kalau dari percakapan mereka, mereka itu baru satu bulan menikah."

Sabar ... tarik nafas, Hes."

"Tarik nafas sampai kentut pun percuma. Aku sudah sabar dan bisa mengendalikan diri koq."

"Hehe .. bagus. Uh ... pasti dua orang itu lagi hot banget ya di ranjang. Pengantin baru ... Hidup hanya mereka berdua, yang lain ngontrak."

"YES! Gila ... aku keluar kota, bekerja keras dan mereka asyik-asyik bercinta di atas ranjang pengantinku? Ranjang pengantinku! Seperti mereka tertawa di atas kebodohanku yang terlalu percaya akan hubungan mereka yang sepupu itu!" tukas Hesti penuh emosi.

"Sudah aku peringatkan sebelumnya, bukan? Kalau ada wanita muda di rumah selain anak atau ibu kamu, maka wanita itu patut dicurigai. Apalagi kamu sering tugas keluar kota."

"Ya ... sayangnya aku tak mendengar himbauan kamu itu. Aku pikir bajingan itu begitu mencintai aku sampai tak mungkin rasanya untuk dia berselingkuh. Apalagi dengan sepupu dia sendiri. Mereka memang pintar berbohong atau ... Aku yang terlalu bodoh karena mencintai Dimas?"

Ingin rasanya Hesti mengutuk dirinya sendiri yang terlalu naif dan percaya akan ketulusan cinta dari Dimas.

"Kamu yang terlalu mencintai Dimas, Hes. Segala yang berlebihan memang tak bagus. Lagipula ... namanya juga kucing diberikan ikan asin. Pasti langsung dicaplok dong. Mana ada kucing yang menolak ikan asin?"

Hesti tersenyum miris. Rumah tangga yang ia bangun dari nol bersama dengan Dimas harus berakhir hanya karena hasrat dan syahwat suaminya itu.

"Yap ... begitulah suamiku yang sialan itu."

"Lantas, apa yang mau kamu lakukan?"

"Ya ... aku mau cerai! Aku tak suka untuk dimadu. Lebih baik berpisah saja."

"Hmm ... begitu ya. Eh ya ... tadi kamu memergoki mereka bercinta, bukan? Terus apakah kamu melakukan seperti adegan film? Kamu memaki mereka? Menjambak Laila?" Arga penasaran.

"Aku bukan artis dari film ikan terbang, Arga!" Hesti memutarkan kedua bola matanya.

"Haha ... aku pikir, kalau wanita sedang emosi karena dikhianati, maka ia langsung bersikap impulsif dan agresif."

Hesti merotasikan matanya lagi. "Kamu terlalu banyak nonton sinetron!"

"Haha ... tidak sih. Kan memang biasanya seperti itu. Seperti rumah tangga yang biasa kita hadapi di pengadilan. Ribut karena pelakor dan harta gono-gini. Bahkan mengorbankan anak."

"Aku tidak begitu dan untungnya ... aku belum punya anak dengan Dimas. Tuhan memang tahu yang terbaik untuk hidupku. Tak mengandung anak dari pria sialan tukang selingkuh itu."

Arga mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oh ya, apa mertuamu tahu tentang hal ini?"

Hesti menghela nafas kasar. Rasanya ia juga ingin memaki mertuanya yang selama ini jahat kepada dirinya. Entah apa salah Hesti, yang past mertuanya itu sangat tak suka kepada dirinya. Bahkan Hesti aneh sendiri.

"Pasti tahu lah. Mereka itu kan satu daerah. Belum lagi, ibunya Dimas sendiri yang ikut mengantarkan Laila ke Jakarta dan tinggal bersamaku. Kalau dipikir-pikir, mereka memang pintar sandiwara. Mertuaku yang tecinta itu mengatakan, tolong rawat dan berbaik hati kepada Laila. Jangan sampai kurang makan dan kurang segalanya. Haha... " Hesti tertawa miris akan dirinya sendiri.

"Pathetic! Mereka bekerja sama untuk membodohi kamu."

"Sangat!"

"Tapi apa tujuannya juga bohong kepada kamu?"

"Mengambil harta atau entahlah apalagi yang hendak dia ambil dari aku dan pernikahan kami." Hesti tersenyum miris.

"Bukannya Dimas bekerja juga? Kenapa mau ambil harta kamu?"

"Kalau dari ucapan dia sih ... Dia mengatakan akam membereskan segalanya agar nanti, saat kami bercerai, dia tidak rugi sama sekali."

Arga menarik nafas dalam-dalam.

"Dimas sudah tidak tertolong."

"Begitulah" Hesti mengedikkan bahunya.

"Jadi, apa yang hendak kamu lakukan, Hes? Apa mau langsung menceraikan Arga saja? Maksudku ... langsung membuat surat pengajuan cerai agar bisa ke KUA langsung?"

"Aku ingin bercerai, tapi ingin membuat dia menderita dulu sebelum bercerai." Hesti menggelengkan kepalanya. Ia berubah pikiran karena terpikir dari mertuanya, ucapan Dimas dan kelakuan Dimas bersama dengan Laila. Terlalu mudah rasanya kalau mereka hanya bercerai.

Hesti yang akan banyak dirugikan oleh perceraian ini.

"Aku ingin membuatnya hancur berkeping-keping sampai miskin. Baru setelah itu, aku ceraikan dia."

"Waduh ... koq jadi gaya psikopat begitu sih, Hes. Aku ngeri."

"Ar ... kamu kan pengacara. Bisa bantu aku kah?"

"Bayar gak?" goda Arga.

"Bayar!"

"Haha ... mau dibantu apa?" Arga pun terkekeh geli sendiri mendengar jawaban Hesti yang sangat ketus.

"Pindahkan aset semua ke atas nama aku?"

"Hmm ... kamu ada surat pisah harta sebelum menikah?"

Hesti menggelengkan kepalanya.

"Artinya nanti tetap kalau ke nama kamu tuh ... jadinya harta gono-gini. Harta yang kamu miliki setelah menikah, tetap akan dibagi rata."

Hesti diam sebentar, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Arga. Ia bahkan lupa tentang hukum di Indonesia tentang harta gono-gini dan hukum tentang pisah harta.

Mungkin saat menikah dulu dengan Dimas, dia terlalu buru-buru dan berpikir kalau pernikahannya akan menjadi selamanya. Bukan seperti sekarang ini.

Hesti pikir, pernikahan mereka akan terjadi karena saling mencintai satu sama lain. Tapi ternyata Hesti salah besar.

"Uhm .. Rumahku ... "

"Bukannya masih cicil? Masih lama kan cicilannya?"

Hesti mengangguk pelan. Setelah tiga tahun menikah dan mengontrak rumah, akhirnya mereka bisa membeli rumah dengan cara cicil. Tentu saja DP rumah dari Hesti lebih besar daripada Dimas.

Selama itu pula Hesti dan Dimas memutuskan untuk tak punya anak dulu sebelum keadaan ekonomi stabil. Eh malah Dimas selingkuh di saat mereka sudah mulai stabil.

"Daripada sibuk pindahkan aset dan berujung tetap tidak untung di kamu, kenapa kamu tak membuat hidup mereka sengsara dulu? Bermain yang cantik begitu? Atau kalau kamu sudah sangat kesal kepadanya dan tak mau mempermainkan mereka, ya sudah, kamu bisa jual rumah yang kamu tempati itu. Nanti hasilnya bagi dua dengan suami kamu."

Hesti diam lagi.

"Kalau begitu, Aku ingin menjebak dan menyengsarakan mereka, Ar." Hesti membulatkan tekad.

"Tapi, apakah kamu bisa menguatkan hati agar bisa bermain secara profesional dengan sandiwara dua orang yang ada di rumah kamu itu?" Arga memastikan hati dari Hesti.

"Aku akan mencobanya! Semoga aku bisa dan kuat, Ar."

"Aku punya ide untuk bermain dengan dua orang jahat itu." Arga tersenyum, ia memiliki ide yang cukup licik untuk menyengsarakan dua orang jahat itu.

Bab terkait

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 4 - Mesra Dengan Suami Tukang Selingkuh

    Keesokan harinya, Hesti pulang ke rumah dengan senyuman mengembang penuh sandiwara. Ia harus bermain sandiwara secantik mungkin agar Dimas tidak mengetahui perubahan perilakunya nanti.Ini hari sabtu. Memang seharusnya Dimas tak pergi ke kantor."Assalamualaikum!" sapa Hesti yang baru saja membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam!" balas Dimas yang memang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton siaran televisi kesukaannya itu.Hesti dengan senyuman, langsung berjalan ke arah Dimas dan mencium tangan pria itu. Ya, sandiwara menjadi istri berbakti begitu lah."Mas ..." panggil Hesti manja."Ya, ada apa, Hes?" Tatapan Dimas masih terarah ke televisi. Ia bahkan tak terlalu menggubris kedatangan Hesti."Besok kan hari minggu terus ada libur tahun baru, apakah kamu mau jalan-jalan?" tawar Hesti."Jalan kemana? Apa kamu tak lelah? Ini saja kamu baru pulang dari luar kota loh. Aku rasa lebih baik kamu istirahat saja sih di rumah." Dimas heran dengan ajakan Hesti."Aku kangen banget sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 5 - Time To Play, Laila!

    "Soalnya kan aku kerja dan menghasilkan uang bersama dengan Mas Dimas. Jadi kalau ada kamu tuh ... Ada yang masak, membersihkan rumah ... Wah komplit deh. Nah kalau aku pulang kerja, jadi aku tidak terlalu lelah untuk beres-beres seperti dulu sebelum ada kamu. Mau makan tinggal makan dan masih hangat karena kamu membuatnya."Maksudnya adalah Hesti menyindir kalau Laila menjadi ART tanpa bayaran di rumah Hesti. Itu point nya.Laila tersenyum miris dengan ucapan dari Hesti. Pastinya dia agak sakit hati."Iya, Mbak.""Ah ya, besok aku mau honeymoon sama Mas Dimas. Tolong jaga rumah ya! Kalau kamu mu keluar, jangan lupa kunci pintu! Jangan sampai ada kucing garong masuk mencari ikan asin busuk.""Mbak ada-ada saja. Mana ada kucing garong mencari ikan asin busuk?" kekeh Laila dan sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud oleh Hesti. Hanya saja ia pura-pura bodoh."Hehe ... itu cuma istilah, La. Lagian ... di rumah ini gak ada yang berharga sama sekali sih. Jadi santai saja kalau mau meninggalk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 6 - Strategi

    "Mas ..." panggil Hesti kepada suaminya itu dengan sangat mesra dan manja. Bahkan membuat Laila jijik sendiri saat mendengarnya. Wanita muda itu kesal setengah mati."Kenapa?" tanya Dimas begitu datar. Ia menjaga perasaan Laila untuk tidak bermesraan dengan Hesti, apalagi di rumah. Ia bisa melihat kalau Laila kesal dengan yang dilakukan oleh Hesti sekarang. Hanya saja, Dimas tak bisa berbuat banyak terhadap Hesti.Bagaimana pun, Hesti masih menjadi istri sah Dimas."Ih ... koq gak panggil sayang sih?" protes Hesti manja sambil memeluk erat leher Dimas saat berada di meja makan bersama dengan Laila.CUP!Hesti mencium pipi Dimas dengan sengaja di hadapan Laila. Dimas aneh sendiri karena Hesti tiba-tiba berubah manja."Kangen deh sama Mas."Hesti terus mencium pipi Dimas bertubi-tubi, seakan ia sangat mencintai Dimas.Ekspres

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 1 - Di Atas Ranjang

    "Mas ... jangan keluar di dalam, nanti aku bisa hamil!" tukas Laila sambil mendesah karena hampir sampai ke puncak kenikmatan bersama Dimas."Kamu ... ah ..." Dimas seperti sudah tak mendengarkan apa yang diminta oleh Laila, bahkan ia mengeluarkan cairan sp*manya di dalam rahim Laila. Pria itu pun luluh lantah di atas tubuh Laila."Ya elah, Mas. Kenapa dikeluarkan di dalam. Bagaimana kalau aku hamil?" protes Laila dengan nafasnya yang tersengal-sengal.Pria itu menaikkan wajahnya dan menatap wajah cantik Laila yang sudah basah dengan keringat. Ia menatap lembut kepada wanita itu."Ya ... kalau kamu hamil gak apa dong. Kamu kan istri aku. Kita ini sudah menikah loh. Kita tuh halal banget," bujuk Dimas.Pria itu pun turun dari tubuh indah Laila dan terlentang, di sebelahnya seolah puas dengan apa yang baru ia lakukan dengan Laila."Mas ..." Lalia memiringkan tubuhnya lalu memeluk erat Dimas yang berada di sebelahnya itu."Mas .. aku mau tanya dong""Apa itu, Sayang?" Dimas mencium lembu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 2 - Tertangkap Basah

    "Dengar koq, Sayang. Tapi buat apa ngontrak rumah? Menghabiskan uang saja. Ini kan juga rumah kita." kilah Dimas yang tak mau mengeluarkan uang tambahan untuk mengontrak rumah."Ih ... mas gitu banget. Mas gak tahu sih rasanya kalau lagi bersama dengan Mbak Hesti. Aku tuh merasa rendah banget loh. Bukan berasa nyonya rumah" tambah Laila merengek kepada Dimas.Dimas menarik nafas dalam-dalam,"Mas buktikan dong cintanya mas kepada Laila. Koq Mas diam saja sih?" Laila menggoyang-goyangkan tubuh Dimas karena pria itu belum menjawab apa yang dia inginkan."Memang kamu mau bukti apa sih, Cantiknya Mas?" Dimas masih mencoba bersabar kepada Laila. Terus terang, ia tak bisa berkonsentrasi kalau sudah membahas tentang uang."Satu, aku minta pindah rumah. Terserah mau kontrak atau tidak. Kedua, aku mau Mas memberitahu ke Mbak Hesti segera tentang pernikahan kita. Sampai kapan mas mau tutupi?" tegas Laila."Iya, kamu sabar dulu. Nanti baru aku ceraikan dia. Please jangan bahas itu dulu! Belum wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 6 - Strategi

    "Mas ..." panggil Hesti kepada suaminya itu dengan sangat mesra dan manja. Bahkan membuat Laila jijik sendiri saat mendengarnya. Wanita muda itu kesal setengah mati."Kenapa?" tanya Dimas begitu datar. Ia menjaga perasaan Laila untuk tidak bermesraan dengan Hesti, apalagi di rumah. Ia bisa melihat kalau Laila kesal dengan yang dilakukan oleh Hesti sekarang. Hanya saja, Dimas tak bisa berbuat banyak terhadap Hesti.Bagaimana pun, Hesti masih menjadi istri sah Dimas."Ih ... koq gak panggil sayang sih?" protes Hesti manja sambil memeluk erat leher Dimas saat berada di meja makan bersama dengan Laila.CUP!Hesti mencium pipi Dimas dengan sengaja di hadapan Laila. Dimas aneh sendiri karena Hesti tiba-tiba berubah manja."Kangen deh sama Mas."Hesti terus mencium pipi Dimas bertubi-tubi, seakan ia sangat mencintai Dimas.Ekspres

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 5 - Time To Play, Laila!

    "Soalnya kan aku kerja dan menghasilkan uang bersama dengan Mas Dimas. Jadi kalau ada kamu tuh ... Ada yang masak, membersihkan rumah ... Wah komplit deh. Nah kalau aku pulang kerja, jadi aku tidak terlalu lelah untuk beres-beres seperti dulu sebelum ada kamu. Mau makan tinggal makan dan masih hangat karena kamu membuatnya."Maksudnya adalah Hesti menyindir kalau Laila menjadi ART tanpa bayaran di rumah Hesti. Itu point nya.Laila tersenyum miris dengan ucapan dari Hesti. Pastinya dia agak sakit hati."Iya, Mbak.""Ah ya, besok aku mau honeymoon sama Mas Dimas. Tolong jaga rumah ya! Kalau kamu mu keluar, jangan lupa kunci pintu! Jangan sampai ada kucing garong masuk mencari ikan asin busuk.""Mbak ada-ada saja. Mana ada kucing garong mencari ikan asin busuk?" kekeh Laila dan sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud oleh Hesti. Hanya saja ia pura-pura bodoh."Hehe ... itu cuma istilah, La. Lagian ... di rumah ini gak ada yang berharga sama sekali sih. Jadi santai saja kalau mau meninggalk

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 4 - Mesra Dengan Suami Tukang Selingkuh

    Keesokan harinya, Hesti pulang ke rumah dengan senyuman mengembang penuh sandiwara. Ia harus bermain sandiwara secantik mungkin agar Dimas tidak mengetahui perubahan perilakunya nanti.Ini hari sabtu. Memang seharusnya Dimas tak pergi ke kantor."Assalamualaikum!" sapa Hesti yang baru saja membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam!" balas Dimas yang memang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton siaran televisi kesukaannya itu.Hesti dengan senyuman, langsung berjalan ke arah Dimas dan mencium tangan pria itu. Ya, sandiwara menjadi istri berbakti begitu lah."Mas ..." panggil Hesti manja."Ya, ada apa, Hes?" Tatapan Dimas masih terarah ke televisi. Ia bahkan tak terlalu menggubris kedatangan Hesti."Besok kan hari minggu terus ada libur tahun baru, apakah kamu mau jalan-jalan?" tawar Hesti."Jalan kemana? Apa kamu tak lelah? Ini saja kamu baru pulang dari luar kota loh. Aku rasa lebih baik kamu istirahat saja sih di rumah." Dimas heran dengan ajakan Hesti."Aku kangen banget sam

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

    "Aku hari ini tinggal di hotel dan aku sangat butuh konsultasi dengan kamu. Please datang! Aku blank!""Tentang apa?""Perceraian?""Hah! Hesti yang bucin terhadap Dimas malah bicara perceraian? Apa tidak salah?" Arga heran bukan main."Tak perlu banyak bicara, Ar. Datang ke hotel X sekarang ya. Aku butuh bantuan kamu.""Ok. Hmm ... berikan waktu tiga puluh menit. Aku mau mandi dulu. Gerah sekali.""Sip. Thanks, Ar. Sorry merepotkan kamu.""No prob! Kamar nomor berapa?""7801""Ok. Aku siap-siap dulu."Hesti pun menutup sambungan telepon dengan Arga.Sesuai dengan janjinya Arga, pengacara tampan, bos dan juga merupakan teman baik dari Hesti itu sampai di hotel dan di kamar Hesti tepat tiga puluh menit kemudian."Ada apa?" tanya Arga yang baru sampai di depan pintu kamar Hesti."Masuk dulu."Arga menanggukkan kepalanya lalu mengikuti Hesti ke dalam kamar."Duduk, Ar."Arga pun duduk di salah satu ranjang di kamar Hesti."Hmm ... aku ingin bercerai dengan Mas Dimas." tukas Hesti dengan

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 2 - Tertangkap Basah

    "Dengar koq, Sayang. Tapi buat apa ngontrak rumah? Menghabiskan uang saja. Ini kan juga rumah kita." kilah Dimas yang tak mau mengeluarkan uang tambahan untuk mengontrak rumah."Ih ... mas gitu banget. Mas gak tahu sih rasanya kalau lagi bersama dengan Mbak Hesti. Aku tuh merasa rendah banget loh. Bukan berasa nyonya rumah" tambah Laila merengek kepada Dimas.Dimas menarik nafas dalam-dalam,"Mas buktikan dong cintanya mas kepada Laila. Koq Mas diam saja sih?" Laila menggoyang-goyangkan tubuh Dimas karena pria itu belum menjawab apa yang dia inginkan."Memang kamu mau bukti apa sih, Cantiknya Mas?" Dimas masih mencoba bersabar kepada Laila. Terus terang, ia tak bisa berkonsentrasi kalau sudah membahas tentang uang."Satu, aku minta pindah rumah. Terserah mau kontrak atau tidak. Kedua, aku mau Mas memberitahu ke Mbak Hesti segera tentang pernikahan kita. Sampai kapan mas mau tutupi?" tegas Laila."Iya, kamu sabar dulu. Nanti baru aku ceraikan dia. Please jangan bahas itu dulu! Belum wa

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 1 - Di Atas Ranjang

    "Mas ... jangan keluar di dalam, nanti aku bisa hamil!" tukas Laila sambil mendesah karena hampir sampai ke puncak kenikmatan bersama Dimas."Kamu ... ah ..." Dimas seperti sudah tak mendengarkan apa yang diminta oleh Laila, bahkan ia mengeluarkan cairan sp*manya di dalam rahim Laila. Pria itu pun luluh lantah di atas tubuh Laila."Ya elah, Mas. Kenapa dikeluarkan di dalam. Bagaimana kalau aku hamil?" protes Laila dengan nafasnya yang tersengal-sengal.Pria itu menaikkan wajahnya dan menatap wajah cantik Laila yang sudah basah dengan keringat. Ia menatap lembut kepada wanita itu."Ya ... kalau kamu hamil gak apa dong. Kamu kan istri aku. Kita ini sudah menikah loh. Kita tuh halal banget," bujuk Dimas.Pria itu pun turun dari tubuh indah Laila dan terlentang, di sebelahnya seolah puas dengan apa yang baru ia lakukan dengan Laila."Mas ..." Lalia memiringkan tubuhnya lalu memeluk erat Dimas yang berada di sebelahnya itu."Mas .. aku mau tanya dong""Apa itu, Sayang?" Dimas mencium lembu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status