Beranda / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

Share

Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

Penulis: Siez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 09:20:39

"Aku hari ini tinggal di hotel dan aku sangat butuh konsultasi dengan kamu. Please datang! Aku blank!"

"Tentang apa?"

"Perceraian?"

"Hah! Hesti yang bucin terhadap Dimas malah bicara perceraian? Apa tidak salah?" Arga heran bukan main.

"Tak perlu banyak bicara, Ar. Datang ke hotel X sekarang ya. Aku butuh bantuan kamu."

"Ok. Hmm ... berikan waktu tiga puluh menit. Aku mau mandi dulu. Gerah sekali."

"Sip. Thanks, Ar. Sorry merepotkan kamu."

"No prob! Kamar nomor berapa?"

"7801"

"Ok. Aku siap-siap dulu."

Hesti pun menutup sambungan telepon dengan Arga.

Sesuai dengan janjinya Arga, pengacara tampan, bos dan juga merupakan teman baik dari Hesti itu sampai di hotel dan di kamar Hesti tepat tiga puluh menit kemudian.

"Ada apa?" tanya Arga yang baru sampai di depan pintu kamar Hesti.

"Masuk dulu."

Arga menanggukkan kepalanya lalu mengikuti Hesti ke dalam kamar.

"Duduk, Ar."

Arga pun duduk di salah satu ranjang di kamar Hesti.

"Hmm ... aku ingin bercerai dengan Mas Dimas." tukas Hesti dengan ekspresi datarnya, seperti sudah hilang perasaan terhadap Dimas dan ingin menghancurkan Dimas sesegera mungkin.

"Alasannya?"

"Dia berselingkuh. Dan aku sudah punya bukti dia berselingkuh. Aku ada video dia di ranjang dengan Laila." Hesti terlihat sangat tegar walaupun hatinya sangat sakit oleh pengkhianatan Dimas.

"Hah! Laila? Bukankah kamu mengatakan kalau Laila itu sepupunya Dimas? Koq bisa jadi Dimas itu selingkuh dengan sepupunya sendiri? Apa tidak salah?" Arga lebih bingung lagi dengan cerita dari Hesti.

"Ternyata bohong. Semua itu adalah kebohongan besar yang diciptakan untuk membohongi aku dan sialnya ... aku memang tertipu." Hesti menggelengkan kepalanya penuh rasa kesal karena dibohongi.

"Terus, Laila itu siapa?"

"Istri kedua bajingan itu. Hmm ... kalau dari percakapan mereka, mereka itu baru satu bulan menikah."

Sabar ... tarik nafas, Hes."

"Tarik nafas sampai kentut pun percuma. Aku sudah sabar dan bisa mengendalikan diri koq."

"Hehe .. bagus. Uh ... pasti dua orang itu lagi hot banget ya di ranjang. Pengantin baru ... Hidup hanya mereka berdua, yang lain ngontrak."

"YES! Gila ... aku keluar kota, bekerja keras dan mereka asyik-asyik bercinta di atas ranjang pengantinku? Ranjang pengantinku! Seperti mereka tertawa di atas kebodohanku yang terlalu percaya akan hubungan mereka yang sepupu itu!" tukas Hesti penuh emosi.

"Sudah aku peringatkan sebelumnya, bukan? Kalau ada wanita muda di rumah selain anak atau ibu kamu, maka wanita itu patut dicurigai. Apalagi kamu sering tugas keluar kota."

"Ya ... sayangnya aku tak mendengar himbauan kamu itu. Aku pikir bajingan itu begitu mencintai aku sampai tak mungkin rasanya untuk dia berselingkuh. Apalagi dengan sepupu dia sendiri. Mereka memang pintar berbohong atau ... Aku yang terlalu bodoh karena mencintai Dimas?"

Ingin rasanya Hesti mengutuk dirinya sendiri yang terlalu naif dan percaya akan ketulusan cinta dari Dimas.

"Kamu yang terlalu mencintai Dimas, Hes. Segala yang berlebihan memang tak bagus. Lagipula ... namanya juga kucing diberikan ikan asin. Pasti langsung dicaplok dong. Mana ada kucing yang menolak ikan asin?"

Hesti tersenyum miris. Rumah tangga yang ia bangun dari nol bersama dengan Dimas harus berakhir hanya karena hasrat dan syahwat suaminya itu.

"Yap ... begitulah suamiku yang sialan itu."

"Lantas, apa yang mau kamu lakukan?"

"Ya ... aku mau cerai! Aku tak suka untuk dimadu. Lebih baik berpisah saja."

"Hmm ... begitu ya. Eh ya ... tadi kamu memergoki mereka bercinta, bukan? Terus apakah kamu melakukan seperti adegan film? Kamu memaki mereka? Menjambak Laila?" Arga penasaran.

"Aku bukan artis dari film ikan terbang, Arga!" Hesti memutarkan kedua bola matanya.

"Haha ... aku pikir, kalau wanita sedang emosi karena dikhianati, maka ia langsung bersikap impulsif dan agresif."

Hesti merotasikan matanya lagi. "Kamu terlalu banyak nonton sinetron!"

"Haha ... tidak sih. Kan memang biasanya seperti itu. Seperti rumah tangga yang biasa kita hadapi di pengadilan. Ribut karena pelakor dan harta gono-gini. Bahkan mengorbankan anak."

"Aku tidak begitu dan untungnya ... aku belum punya anak dengan Dimas. Tuhan memang tahu yang terbaik untuk hidupku. Tak mengandung anak dari pria sialan tukang selingkuh itu."

Arga mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oh ya, apa mertuamu tahu tentang hal ini?"

Hesti menghela nafas kasar. Rasanya ia juga ingin memaki mertuanya yang selama ini jahat kepada dirinya. Entah apa salah Hesti, yang past mertuanya itu sangat tak suka kepada dirinya. Bahkan Hesti aneh sendiri.

"Pasti tahu lah. Mereka itu kan satu daerah. Belum lagi, ibunya Dimas sendiri yang ikut mengantarkan Laila ke Jakarta dan tinggal bersamaku. Kalau dipikir-pikir, mereka memang pintar sandiwara. Mertuaku yang tecinta itu mengatakan, tolong rawat dan berbaik hati kepada Laila. Jangan sampai kurang makan dan kurang segalanya. Haha... " Hesti tertawa miris akan dirinya sendiri.

"Pathetic! Mereka bekerja sama untuk membodohi kamu."

"Sangat!"

"Tapi apa tujuannya juga bohong kepada kamu?"

"Mengambil harta atau entahlah apalagi yang hendak dia ambil dari aku dan pernikahan kami." Hesti tersenyum miris.

"Bukannya Dimas bekerja juga? Kenapa mau ambil harta kamu?"

"Kalau dari ucapan dia sih ... Dia mengatakan akam membereskan segalanya agar nanti, saat kami bercerai, dia tidak rugi sama sekali."

Arga menarik nafas dalam-dalam.

"Dimas sudah tidak tertolong."

"Begitulah" Hesti mengedikkan bahunya.

"Jadi, apa yang hendak kamu lakukan, Hes? Apa mau langsung menceraikan Arga saja? Maksudku ... langsung membuat surat pengajuan cerai agar bisa ke KUA langsung?"

"Aku ingin bercerai, tapi ingin membuat dia menderita dulu sebelum bercerai." Hesti menggelengkan kepalanya. Ia berubah pikiran karena terpikir dari mertuanya, ucapan Dimas dan kelakuan Dimas bersama dengan Laila. Terlalu mudah rasanya kalau mereka hanya bercerai.

Hesti yang akan banyak dirugikan oleh perceraian ini.

"Aku ingin membuatnya hancur berkeping-keping sampai miskin. Baru setelah itu, aku ceraikan dia."

"Waduh ... koq jadi gaya psikopat begitu sih, Hes. Aku ngeri."

"Ar ... kamu kan pengacara. Bisa bantu aku kah?"

"Bayar gak?" goda Arga.

"Bayar!"

"Haha ... mau dibantu apa?" Arga pun terkekeh geli sendiri mendengar jawaban Hesti yang sangat ketus.

"Pindahkan aset semua ke atas nama aku?"

"Hmm ... kamu ada surat pisah harta sebelum menikah?"

Hesti menggelengkan kepalanya.

"Artinya nanti tetap kalau ke nama kamu tuh ... jadinya harta gono-gini. Harta yang kamu miliki setelah menikah, tetap akan dibagi rata."

Hesti diam sebentar, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Arga. Ia bahkan lupa tentang hukum di Indonesia tentang harta gono-gini dan hukum tentang pisah harta.

Mungkin saat menikah dulu dengan Dimas, dia terlalu buru-buru dan berpikir kalau pernikahannya akan menjadi selamanya. Bukan seperti sekarang ini.

Hesti pikir, pernikahan mereka akan terjadi karena saling mencintai satu sama lain. Tapi ternyata Hesti salah besar.

"Uhm .. Rumahku ... "

"Bukannya masih cicil? Masih lama kan cicilannya?"

Hesti mengangguk pelan. Setelah tiga tahun menikah dan mengontrak rumah, akhirnya mereka bisa membeli rumah dengan cara cicil. Tentu saja DP rumah dari Hesti lebih besar daripada Dimas.

Selama itu pula Hesti dan Dimas memutuskan untuk tak punya anak dulu sebelum keadaan ekonomi stabil. Eh malah Dimas selingkuh di saat mereka sudah mulai stabil.

"Daripada sibuk pindahkan aset dan berujung tetap tidak untung di kamu, kenapa kamu tak membuat hidup mereka sengsara dulu? Bermain yang cantik begitu? Atau kalau kamu sudah sangat kesal kepadanya dan tak mau mempermainkan mereka, ya sudah, kamu bisa jual rumah yang kamu tempati itu. Nanti hasilnya bagi dua dengan suami kamu."

Hesti diam lagi.

"Kalau begitu, Aku ingin menjebak dan menyengsarakan mereka, Ar." Hesti membulatkan tekad.

"Tapi, apakah kamu bisa menguatkan hati agar bisa bermain secara profesional dengan sandiwara dua orang yang ada di rumah kamu itu?" Arga memastikan hati dari Hesti.

"Aku akan mencobanya! Semoga aku bisa dan kuat, Ar."

"Aku punya ide untuk bermain dengan dua orang jahat itu." Arga tersenyum, ia memiliki ide yang cukup licik untuk menyengsarakan dua orang jahat itu.

Bab terkait

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 4 - Mesra Dengan Suami Tukang Selingkuh

    Keesokan harinya, Hesti pulang ke rumah dengan senyuman mengembang penuh sandiwara. Ia harus bermain sandiwara secantik mungkin agar Dimas tidak mengetahui perubahan perilakunya nanti.Ini hari sabtu. Memang seharusnya Dimas tak pergi ke kantor."Assalamualaikum!" sapa Hesti yang baru saja membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam!" balas Dimas yang memang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton siaran televisi kesukaannya itu.Hesti dengan senyuman, langsung berjalan ke arah Dimas dan mencium tangan pria itu. Ya, sandiwara menjadi istri berbakti begitu lah."Mas ..." panggil Hesti manja."Ya, ada apa, Hes?" Tatapan Dimas masih terarah ke televisi. Ia bahkan tak terlalu menggubris kedatangan Hesti."Besok kan hari minggu terus ada libur tahun baru, apakah kamu mau jalan-jalan?" tawar Hesti."Jalan kemana? Apa kamu tak lelah? Ini saja kamu baru pulang dari luar kota loh. Aku rasa lebih baik kamu istirahat saja sih di rumah." Dimas heran dengan ajakan Hesti."Aku kangen banget sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 5 - Time To Play, Laila!

    "Soalnya kan aku kerja dan menghasilkan uang bersama dengan Mas Dimas. Jadi kalau ada kamu tuh ... Ada yang masak, membersihkan rumah ... Wah komplit deh. Nah kalau aku pulang kerja, jadi aku tidak terlalu lelah untuk beres-beres seperti dulu sebelum ada kamu. Mau makan tinggal makan dan masih hangat karena kamu membuatnya."Maksudnya adalah Hesti menyindir kalau Laila menjadi ART tanpa bayaran di rumah Hesti. Itu point nya.Laila tersenyum miris dengan ucapan dari Hesti. Pastinya dia agak sakit hati."Iya, Mbak.""Ah ya, besok aku mau honeymoon sama Mas Dimas. Tolong jaga rumah ya! Kalau kamu mu keluar, jangan lupa kunci pintu! Jangan sampai ada kucing garong masuk mencari ikan asin busuk.""Mbak ada-ada saja. Mana ada kucing garong mencari ikan asin busuk?" kekeh Laila dan sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud oleh Hesti. Hanya saja ia pura-pura bodoh."Hehe ... itu cuma istilah, La. Lagian ... di rumah ini gak ada yang berharga sama sekali sih. Jadi santai saja kalau mau meninggalk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 6 - Strategi

    "Mas ..." panggil Hesti kepada suaminya itu dengan sangat mesra dan manja. Bahkan membuat Laila jijik sendiri saat mendengarnya. Wanita muda itu kesal setengah mati."Kenapa?" tanya Dimas begitu datar. Ia menjaga perasaan Laila untuk tidak bermesraan dengan Hesti, apalagi di rumah. Ia bisa melihat kalau Laila kesal dengan yang dilakukan oleh Hesti sekarang. Hanya saja, Dimas tak bisa berbuat banyak terhadap Hesti.Bagaimana pun, Hesti masih menjadi istri sah Dimas."Ih ... koq gak panggil sayang sih?" protes Hesti manja sambil memeluk erat leher Dimas saat berada di meja makan bersama dengan Laila.CUP!Hesti mencium pipi Dimas dengan sengaja di hadapan Laila. Dimas aneh sendiri karena Hesti tiba-tiba berubah manja."Kangen deh sama Mas."Hesti terus mencium pipi Dimas bertubi-tubi, seakan ia sangat mencintai Dimas.Ekspres

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 7 - Mengerjai Pelakor

    "Mbak Hesti ... hoooh ... hoooh ..." Nafas Laila tersengal-sengal karena lelah."Kenapa dengan Hesti?""Dia buang kasur dan ranjang. Sekalian seprai, bantal dan guling.""Hah ... terus kenapa kamu yang ngos-ngosan?" Dimas heran."Mbak Hesti suruh aku dan bapak tukang rongsokan untuk angkut kasur dan ranjang. Aku capek, Mas.""Astaga ..." Dimas menggelengkan kepalanya atas ulah Hesti."Marahin gih, Mas masa dia ngerjain aku begini amat." protes Laila. Ia sangat berharap kalau Dimas bisa memarahi Hesti hingga wanita itu kapok untuk mengerjai Laila lagi.Dimas langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya yang kini kosong."Hesti! Kenapa kamu buang ranjang dan kasur kita? Apa maksud kamu?" bentak Dimas kesal.Laila pun menguping di belakang pintu kamar Dimas."Gak ada maksud apa-apa, Mas. Cuma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 8 - Dikerjai Tukang Urut

    Dimas langsung sadar dari buaian Hesti."Aduh ... kenapa?"Hesti langsung membuka pintu dan ditemukan kaki dan tangan Laila terjepit di pintu kayunya yang cukup berat itu.Dimas pun dengan sigap melihat keadaan Laila, wajahnya memerah karena tertangkap basah telah bermesraan dengan Hesti."Kenapa kamu bisa ada di belakang pintu sih, La? Aduh ... " Hesti pura-pura panik melihat keadaan Laila."Aw ... sakit banget. Rasanya tangan dan kaki aku ada yang patah, Mas." rintih Laila yang sangat kesakitan. "Sakit banget Mas."Terlihat sih jari-jari Laila memerah dan kakinya, entahlah bagaimana. Hesti tak peduli sama sekali."Kita ke rumah sakit ya, La. Ok kan, Hes?" Dimas meminta persetujuan kepada Hesti karena semua uang yang besar memang dipegang oleh Hesti.Dimas hanya mendapatkan uang jajan saja dari Hesti. Uang jajan yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 9 - Takut Hesti Curiga

    "Ya karena dia yang pegang uang. Dia yang pegang gaji aku. Biasanya aku hanya diberikan uang jajan saja oleh Hesti. Kalau kurang baru minta."Memang Laila baru satu bulan menikah dengan Dimas. Makanya dia tak tahu apa-apa tentang keuangan Dimas. Ia percaya saja dengan bujuk rayu ibu mertua dan juga Dimas untuk menikahinya. Sekarang Laila merasa lebih terjebak lagi.Suaminya tak pegang kuasa akan keuangan. Lalu bagaimana Laila bisa foya-foya untuk menikmati gaji dari Dimas?"Apa gak bisa dipindahkan untuk transfer gaji kepada Mas sendiri?""Nanti Hesti curiga.""Ish ... makanya mas tuh harus bilang kepada Mbak Hesti kalau kita sudah menikah.""Nanti ya. Kita fokus dulu sama luka kamu. Semoga saja cepat sembuh.""Ish ... ini tuh gara-gara mas.""Kenapa gara-gara Mas?" Dimas heran."Karena tadi aku mau mende

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 10 - Biar Mertua Menderita

    "Maaf La, Mas gak bisa nolak Hesti. Benar-benar maaf. Nanti kalau Mas pulang dari Malaysia, mas kasih kamu oleh-oleh ya. Mas janji .... mas akan kasih kamu oleh-oleh yang mahal."Laila pun mencebikkan bibirnya. Suaminya malah meninggalkan dirinya. Hanya diiming-imingi oleh oleh-oleh mahal.*Pada malam harinya, Ibu Nani pun datang ke rumah Hesti dan Dimas."Kalian mau kemana sih?" tanya Nani penasaran karena melihat Hesti dan Dimas sudah membawa koper masing-masing."Kami mau ke Malaysia, Bu.""Loh, kamu bilang besok, Dim.""Iya, Bu. Uhm ... Hesti menyuruh untuk tinggal di hotel dulu karena tak ada kasur di kamar kami.""Lah, kalau tidak ada kasur di kamar kalian, terus ibu tidur dimana?" protes Bu Nani."Di kamar Laila, Bu." balas Hesti dengan santai."Kamar Laila? Kasurnya kan kecil .

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 11 - Mengerjai Mertua & Pelakor

    Rumah ..."Laila ..." panggil Nani yang merasa sangat tak nyaman untuk tidur berdua dengan Laila di ranjang single."Ya, bu. Kenapa?" Laila pun membuka kedua matanya."Kamu bisa tidur di lantai gak?""Kenapa, Bu?""Rasanya ibu encok banget tidur sempit-sempitan sama kamu.""Kan aku lagi sakit, Bu. Tangan sama kaki aku sakit banget." Laila menolak. Tapi tak berani kurang ajar terhadap Nani."Duh ... kamu kan masih muda, La. Ibu kan sudah tua. Ini kalau ibu gak bisa tidur dengan nyaman. Nanti ibu bisa sakit loh. Kalau darah tinggi ibu kumat, bisa gawat kan." keluh Nani.Laila kesal setengah mati. Sofa di depan tidak bisa digunakan untuk tidur. Ranjang Hesti sudah tak ada. Bahkan bantal, guling serta selimut pun tak ada.Mungkin ada, tapi lemarinya dikunci oleh Hesti. Jadi Laila tak bisa mengambil apapun.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 28 - Cari Tempat Usaha

    "Antara menyesal dan tidak menyesal sih. Mau bagaimana lagi? Katanya Mbah Dukun yang terkenal itu, kalau misalkan Dimas menikah sama Laila, maka dia bisa kaya banget. Nah kalau sama Hesti, malah Dimas akan sangat sial. Bisa miskin seumur hidup. Tentu saja ibu lebih memilih kalau Dimas tuh menikah sama Laila daripada Hesti. Kalau mas kamu kaya, kan kita juga kecipratan. Kamu mengerti dong, Rat." tukas Nani begitu percaya diri.Ratna menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak mengerti dengan pola pikir dari sang ibu yang telah melahirkannya itu."Terus terang saja ya, Bu. Ratna sama sekali gak percaya dengan masalah perdukunan. Yang Ratna mengerti hanya kenyataan saja yang ada di depan mata. Percuma juga bilangnya kalau misalkan Mas Dimas akan sangat kaya. Tapi sekarang saja sudah terasa sangat menderita. Dari punya rumah dan pekerjaan yang ok, tiba-tiba hilang pekerjaan dan tak punya rumah. Jadi darimana ibu bisa bilang mas Dimas bisa kaya sih?""Kamu masa gak ngerti istilah berakit-r

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 27 - Nani Jadi Kesal

    "Terus kamu maunya gimana?""Begini loh, Mas ... kamu kan sudah tak ada pekerjaan. Jadi, uang yang tersisa gak terlalu banyak. Jangan memberikan ibu uang yang banyak sekali." tukas Laila meyakinkan Dimas."Terus ... aku harus kasih ibu berapa? Ratna itu harus sekolah. Tak mungkin aku tak memberikan uang kepada ibu.""Uang sekolah Ratna berapa?""Mungkin dua ratus ribu.""Lah ... empat juta buat apa?" Laila heran sendiri."Ya aku mana tahu. Mungkin untuk kebutuhan hidup. Belanja atau apa gitu.""Aneh banget sih. Di kampung mana ada yang semahal itu? Harus banget dengan empat juta.""Aku mana tahu perjanjian ibu dengan Hesti sih." protes Dimas yang ia sendiri tak mengerti kenapa ibunya harus meminta uang sebanyak itu terhadap dirinya."Sudah. Kita berikan saja ibu uang satu juta. Jadinya sisanya kita yang pegang.""Tapi, nanti ibu bagaimana?""Mas ... ingat kamu tidak kerja loh. Kita benar-benar harus berhema

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 26 - Pindah Apartemen

    "Nanti cari rumah kontrakan atau apartemen saja yang murah untuk sementara waktu."Laila tak berani bertanya lagi.Setelahnya, Dimas, Hesti dan Pak Andra pun pergi ke bank untuk menyelesaikan permohonan over kredit."Hes ... transfer uangnya kepadaku. Aku butuh sewa rumah.""Iya ..."Hesti mengeluarkan ponselnya dan dia mengirimkan uang sebanyak dua ratus juta untuk Dimas. "Sudah aku kirim."Dimas langsung mengecek di ponselnya dan tersenyum karena uang di tabungannya sudah bertambah begitu banyak. Ya walaupun pastinya masih ada kerugian karena uang cicilannya selama satu tahun malah jadi diskon untuk Pak Andra membeli rumahnya."Kapan mau jual mobil?""Lagi cari pembeli dengan harga tinggi.""Gak usah lama-lama. Rumah saja yang mahal sudah bisa kamu dapatkan pembeli. Masa mobil yang lebih murah gak dapat? Kebanyakan alasan.""Kamu cari saja yang mau beli mobil. Nanti beritahu kepada aku kalau ada yang

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 25 - Jual Aset

    Kring! Telepon berbunyi dengan sangat kencang. Hesti menatap malas ke arah ponselnya. Arga yang mendengar suara bunyi pun Hesti pun mengerenyitkan dahinya. "Kenapa tidak diangkat?""Yang menghubungi aku itu adalah orang yang menyebalkan. Malas untuk bicara dengannya. Lebih baik kerja sama. Menjawab teleponnya itu sama saja menghabiskan tenaga aku.""Apa yang menelepon itu adalah mantan suamimu?" tebak Arga. Hesti menganggukkan kepalanya. "Memangnya ada apa? Jangan-jangan dia ingin membicarakan tentang perceraian kalian?""Tadi pagi aku pergi ke rumah." jelas Hesti dengan santai seperti tak ada masalah apapun. "Untuk apa?""Aku ke sana untuk menawarkan rumah lama agar bisa over kredit. Jadi aku membawa Pak Andra untuk melihat rumahku itu.""Kenapa tiba-tiba kamu mau menjual rumah? Terus bagaimana tanggapan Pak Andra?" Arga penasaran. "Ya kalau tidak dijual dia terlalu enak dong untuk menempati rumah yang juga merupakan hasil jerih payah aku bersama dengan istri keduanya itu. Tid

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 24 - Niat Jual Rumah

    "Entah ... ayo kita jalan saja ke rumah." Dimas mengedikkan bahunya.Laila pun segera membantu Dimas dengan segala barang belanjaannya."Ngapain kamu di sini, Hes? Terus bawa pria yang berumur lagi." ejek Dimas.Hesti mengerenyitkan dahinya saat mendengar suara dari Dimas."Ini Pak Andre. Dia calon pembeli rumah ini." tukas Hesti dengan santainya.Pak Andre pun menganggukkan kepalanya."Bagaimana Pak Andre?" tanya Hesti."Dari depan sih lumayan suka. Belum cek dari dalam.""Ah ya, baik ... ayo masuk dulu untuk melihat." ajak Hesti tanpa peduli terhadap Dimas dan Laila."Hei ... jangan sembarangan kamu ya! Aku yang membeli rumah ini. Kamu gak berhak menjualnya."Dimas menaruh semua barangnya di balkon rumahnya dan terdengar menantang Hesti. Ia menghalangi jalannya Hesti dan Pak Andre untuk masuk ke dalam rumahnya."Haha ... sembarangan gimana sih? Jelas-jelas DP rumah ini ada andil aku juga. Bahk

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 23 - Dipecat

    "Apa salah saya, Pak? Kenapa saya dipecat begitu? Sa-saya sudah bekerja lama loh, Pak di perusahaan ini." Dimas benar-benar tak mengerti. Semua yang didengar hanya seperti mimpi buruk untuk Dimas saja."Maaf, Pak Dimas. Mungkin anda sudah mendengar adanya pengurangan karyawan yang kurang performance untuk perusahaan ... jadi dengan berat hati, salah satu yang dirumahkan adalah anda.""Pak Beno, tolong saya. Saya masih harus membayar cicilan rumah dan yang lain-lainnya. Kalau saya tidak bekerja di sini. Lalu saya harus bayar dengan apa semua itu?" "Maaf, Pak Dimas. Saya juga tak bisa berbuat banyak untuk membantu anda."Kepala Dimas sungguh sakit saat ini. Kenapa setelah memberikan talak kepada Hesti, kesialannya terus bertambah?"Pak, bisa tolong minta ke atasan untuk mempertimbangkan saya sekali lagi? Atau .. mungkin bisa melihat performa saya di bulan ini. Saya mohon, Pak. Perusahaan ini adalah satu-satunya tempat saya untuk mencari nafkah." pinta Dimas sampai menangis tersedu-sed

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 22 - Dimas Tak Tahu Malu

    Hesti langsung berdiri dan menatap ke arah Dimas."Apa sih yang kamu bicarakan? Gak ngaca?" balas Hesti menghina Dimas. "Apa kamu sedang hilang ingatan, HAH!""Dia ..." tunjuk Dimas ke arah Arga."Dia ARGA! Bos aku! Bukankah kamu sudah tahu?""Bos kamu ... selama ini jadinya kamu itu sering keluar kota sama bos kamu karena kamu selingkuh sama dia kan? Kamu tidur sama dia kan? Makanya kamu dengan mudah untuk cerai sama aku," tuduh Dimas yang sudah seperti kehilangan akal saja.PLAK!Hesti langsung menampar keras pipi dari Dimas."Jaga bicaramu! Hubungan aku dengan ARGA bukan seperti hubungan perselingkuhan kamu dengan Laila! Mengaku sebagai sepupu, dibawa ke rumah dan ternyata istri kedua kamu. Aku bukan tukang main belakang seperti kamu!" balas Hesti menyerang Dimas."Pria itu wajar untuk poligami!" Dimas membela diri. "Sudah ... jangan bertengkar di sini! Ini tempat umum. Jangan membuka aib di sini! Malu ... banyak orang yang melihat kita," tukas Arga yang mencoba melerai pertengkar

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 21- Fitnah Mertua

    "Kamu ini bicara apa sih? Kenapa ibu datang terus kamu main tuduh saja?" Nani sewot terhadap bentakan dari Dimas.Dimas yang kesal pun segera keluar dari rumah. Ia bingung sekarang harus berbuat apa. Tak ada uang, harus menunggu awal bulan.Nani yang masih bingung dengan ocehan dari Dimas pun segera menaruh barang belanjaannya di dapur. Lalu ia berjalan kearah kamar Laila yang terlihat tertutup."La!" panggil Nani ke pintu kamar dari Laila.Tak ada jawaban."Buka, La."Kemudian, pintu kamar pun terbuka. Terlihat wajah Laila yang sendu dan penuh tangisan."Kenapa kamu, La?""Mas Dimas jahat bu ....""Kenapa? Kenapa pas ibu datang, Dimas terlihat sangat emosi?""Aku memintanya untuk mencari pekerjaan tambahan. Kami kekurangan uang dan tentu saja harus ada uang tambahan, Bu.""Lantas?""Mas Dimas malah membandingkan aku dengan Mbak Hesti. Aku tak terima. Aku tak suka dibandingkan begitu dengan Mbak Hesti, Bu!" adu Laila penuh emosi.Nani mengangguk-angguk pelan."Aku bosan terus dibandin

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 20 - Semua Karena Ibu

    "Kamu aneh-aneh saja." kekeh Hesti sambil memukul pelan bahu Arga."Dih ... siapa yang tahu lagi." Arga mencoba berkelit."Gak lah. Aku butuh menenangkan diri. Menyelesaikan perceraian aku dan ... having fun a little bit." jawab Hesti tanpa ragu. Hatinya masih sakit. Baginya, mencari pria baru bukanlah menyelesaikan masalah. Tapi malah menambah masalahnya saat ini.Wanita itu butuh menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri."Hmm ... terus kalau misalkan nih ... Dimas mau kembali lagi sama kamu, apakah kamu mau kembali sama dia?""Tentu saja tidak, Ferguso! Sudah sangat cukup untuk Dimas dan keluarganya. Ternyata yah ... selama ini mereka begitu tidak tahu terima kasih kepadaku. Padahal aku sudah sangat berusaha membuat mereka semua bahagia.""Dan ... kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri." tambah Arga."Dulu sih gak merasa begitu ya. Tapi sekarang, ya aku merasa begitu. Aku menyesal karena terlalu cinta sama Dimas. Bahkan memberikan segalanya untuk Dimas dan keluarganya sampai

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status