Beranda / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 5 - Time To Play, Laila!

Share

Bab 5 - Time To Play, Laila!

Penulis: Siez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 09:23:42

"Soalnya kan aku kerja dan menghasilkan uang bersama dengan Mas Dimas. Jadi kalau ada kamu tuh ... Ada yang masak, membersihkan rumah ... Wah komplit deh. Nah kalau aku pulang kerja, jadi aku tidak terlalu lelah untuk beres-beres seperti dulu sebelum ada kamu. Mau makan tinggal makan dan masih hangat karena kamu membuatnya."

Maksudnya adalah Hesti menyindir kalau Laila menjadi ART tanpa bayaran di rumah Hesti. Itu point nya.

Laila tersenyum miris dengan ucapan dari Hesti. Pastinya dia agak sakit hati.

"Iya, Mbak."

"Ah ya, besok aku mau honeymoon sama Mas Dimas. Tolong jaga rumah ya! Kalau kamu mu keluar, jangan lupa kunci pintu! Jangan sampai ada kucing garong masuk mencari ikan asin busuk."

"Mbak ada-ada saja. Mana ada kucing garong mencari ikan asin busuk?" kekeh Laila dan sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud oleh Hesti. Hanya saja ia pura-pura bodoh.

"Hehe ... itu cuma istilah, La. Lagian ... di rumah ini gak ada yang berharga sama sekali sih. Jadi santai saja kalau mau meninggalkan rumah." kekeh Hesti.

Laila pun tersenyum tipis saja saat menanggapi Hesti.

"Doakan aku cepat punya anak ya sama Mas Dimas. Duh lucu kali ya kalau punya anak. Uhm ... Nanti kamu bantu urus anakku ya. Nanti aku pasti akan sibuk sekali di kantor, jadi tak sempat urus anak. Kamu mau membantu aku, bukan?"

"Iya, Mbak."

"Nanti aku gaji deh kalau sampai aku punya anak dan harus kamu urus."

Laila tak berani membantah walaupun dalam hatinya mengumpat kepada Hesti.

"Ah ya, La. Apa kamu gak berniat mencari kerja? Masa mau diam di rumah saja? Apa tidak bosan?" tanya Hesti sambil mengunyah tempe goreng buatan Laila.

"Mau kerja apa, Mbak? Aku cuma lulusan SMA. Pasti susah mencari kerja."

'Ya ... lebih mudah untuk jadi selingkuhan orang daripada mencari kerja kan, La? Hanya tinggal bermain di atas ranjang sebagai pemuas nafsu suami orang, terus sudah dapat uang. Memang pada dasarnya mental pel*cur!' umpat Hesti di dalam hati. Ia muak dengan Laila.

"Banyak lah pekerjaan. Asal mau cari, pasti dapat. Daripada diam di rumah terus."

"Nanti ... Laila cari deh, Mbak."

"Haduh ... Asyiknya ada Laila ... Ada yang masak enak! Ayo sajikan di depan. Mas Dimas pasti lapar juga."

Laila mengangguk pelan.

"Hmm ... Kamu aja deh yang sajikan ke depan ya. Aku mau mandi dulu. Capek ... Baru pulang kerja. Case yang aku tangani banyak sekali. Hehe ... maklum, cari uang yang banyak untuk bayar cicilan rumah dan mobil. Jadi kerja harus lebih keras lagi."

*

Hesti dengan sengaja mengungkit tentang cicilan. Kalau dari perkiraan Arga, Dimas memang tak jujur tentang masalah keuangannya kepada Laila. Nah ini bisa jadi bumerang bagi Laila dan Dimas.

Hesti tinggal menikmatinya saja.

"I-iya, Mbak."

Laila mengangguk menurut. Hesti pun pergi dari hadapan Laila. Wanita itu berjalan ke dalam kamar.

Sementara Dimas yang melihat kepergian Hesti ke kamar, ia langsung berjalan menuju ke dapur. Ia harus menenangkan hatinya Laila.

"Sayang ... "

"Mas! Kenapa sih kamu mau pergi dengan dia?" Laila mulai menangis.

"Sssttt jangan kencang-kencang kalau bicara, Sayang. Nanti Hesti dengar dan curiga."

"Tapi mas masa mau honeymoon sama dia? Terus aku ditinggalkan? Kalian hanya berdua. Mas juga bilang cinta sama Mbak Hesti! Mas bilang kalau mas itu hanya cinta sama aku." protes Laila.

"Sayang ... Aku janji gak akan menyentuh dia sama sekali. Tadi .. aku tuh bilang cinta sama dia hanya karena terpaksa. Dia terus memaksa dan aku tak bisa mengatakan kalau aku tak mencintai dia. Bisa-bisa dia marah."

"Tapi bagaimana pun kamu itu suaminya dia. Mana mungkin kamu gak menyentuh dia? Kenapa Mas sepertinya takut sekali kala Mbak Hesti marah sih?"

"Habis bagaimana? Dia sudah beli tiket dan aku tak tahu sama sekali. Bukan takut, Sayang. Tapi terpaksa."

"Batalkan!"

"Jangan dong, Sayang. Itu tiketnya pasti lumayan mahal."

"Tapi aku gak ikut ... Mas gak kasihan aku sendirian?"

"Bertahan ya, Sayang. Cuma empat hari koq."

"Hix ... Tadi mbak Hesti malah mengatakan suruh mendoakannya agar cepat punya anak. Artinya dia sudah punya rencana untuk buat anak bersama dengan Mas di Malaysia. Aku jadinya bagaimana?"

Dimas menarik nafas dalam-dalam. Bingung juga bagaimana menenangkan Laila.

"Tidak ... Mas janji tak akan menyentuhnya sama sekali. Mas janji ... tak akan buat anak dengan Hesti."

"Mas ... Dia juga begitu sombong kepadaku." adu Laila.

"Sombong apa?"

"Dia itu ... Hix ..  Bilangnya dia yang kerja cari uang bersama kamu, sementara aku di rumah. Kerjain semua pekerjaan rumah. Bahkan dia juga bilang, kalau dia punya anak, maka aku yang disuruh jaga anaknya. Nanti dia bayar aku untuk jaga anak dia dan mas."

"Duh ... Sabar ya. Biasanya Hesti tak seperti itu. Mungkin ... Mungkin dia cuma memuji kamu karena kamu bisa banyak hal. Dia gak terlalu bisa masak dan lain-lain. Uhm ... Dia cuma pinter cari uang saja."

"Mas ... Apa jangan-jangan mas belum menceraikan Mbak Hesti sampai sekarang karena dia pintar cari uang?" Laila tambah kesal.

Dimas gelagapan.

"Mas ... Jawab!"

Dimas semakin gelagapan saja.

"Tadi Mbak Hesti mengatakan dia harus cari uang terus dengan mas Dimas karena harus membayar cicilan rumah dan mobil. Apa itu benar? Rumah ini masih cicil?" Laila memberondong pertanyaan.

"I-iya, sayang ... Rumah ini masih cicil. Cicilannya masih agak lama. Kalau mas sendiri yang cicil, gaji mas juga tidak cukup."

"Hah! Kenapa Mas gak bilang dari awal?" Laila begitu terkejut dengan pengakuan Dimas yang baru ia dengar saat ini, bukan saat Dimas dan ibunya melamar ke orang tua Laila.

Ibunya Dimas malah mengatakan kalau rumah dan mobil, semua milik Dimas. Terus juga Dimas punya jabatan yang sangat tinggi, sayang saja istrinya mandul dan hendak diceraikan oleh Dimas. Makanya Laila mau dinikahkan dengan Dimas, menjadi istri siri bagi Dimas.

"Ya ... Makanya mas minta kamu sabar."

Mata Laila sudah berair. Ia merasa sangat dibohongi oleh Dimas dan ibunya. "Memang cicilan rumah ini berapa tahun lagi?"

"Rumah ini baru cicil selama satu tahun, La."

"Sisa berapa tahun lagi cicilannya?"

"Masih ada empat belas tahun untuk dicicil." aku Dimas jujur meskipun sangat berat. Apalagi melihat Laila menangis. Dimas sangat tidak tega.

"Hah ... Artinya sabarnya aku tuh harus empat belas tahun?" Laila benar-benar shock.

"Semoga tak selama itu. Kalau aku sudah naik gaji dan bunga bank tidak floating. Aku pasti akan segera melunasinya dan menceraikan Hesti."

"Gaji mas sebenarnya berapa?" tanya Laila tambah kesal.

"Sepuluh juta."

"Ok ... Lumayan besar. Terus cicilan rumah ini berapa?"

"Delapan juta."

"Sisa dua juta?"

"Aku harus memberikan kepada ibu dan ... uang sekolah Ratna."

"Sebanyak dua juta itu?" Laila membulatkan kedua matanya.

"Empat juta."

"Hah ... Dua juta dari dari mbak Hesti?"

Dimas mengangguk pelan.

"Lalu untuk listrik dan lain-lain di rumah ini?"

"Hesti yang bayar."

"Mobil? Apa sudah lunas?"

Dimas menggelengkan kepalanya.

"Siapa yang bayar cicilan mobil?"

"Hesti"

"Masih berapa lama lagi cicilan mobil?"

"Uhm .. Dua tahun."

"Astaga ... Orang Jakarta tuh kenapa sih? Koq doyan mencicil? Bukan pakai uang cash saja?"

"Sssttt jangan bicara kencang. Takutnya Hesti dengar."

"Ini jadinya kapan mas mau ceraikan Mbak Hesti? Bisa-bisa aku hamil dan melahirkan, tapi kalian belum cerai."

"Sabar ya, Sayang. Mas pasti tanggung jawab koq."

"Harusnya mas mengatakannya sebelum kita nikah. Koq jadi begini sih?" Laila kesal.

Padahal tanpa mereka sadari, Hesti memang mendengarnya sedari tadi. Ia tidak mandi.

'Time to play, Laila! Baru tahu kan Dimas seperti apa? Kamu pikir dia sangat kaya? Rumah bagus begini, dua lantai. Memang kamu pikir dia yang bayar sendiri? Naif! Tunggu kejutan dari aku! Dasar pasangan selingkuh!'

Bab terkait

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 6 - Strategi

    "Mas ..." panggil Hesti kepada suaminya itu dengan sangat mesra dan manja. Bahkan membuat Laila jijik sendiri saat mendengarnya. Wanita muda itu kesal setengah mati."Kenapa?" tanya Dimas begitu datar. Ia menjaga perasaan Laila untuk tidak bermesraan dengan Hesti, apalagi di rumah. Ia bisa melihat kalau Laila kesal dengan yang dilakukan oleh Hesti sekarang. Hanya saja, Dimas tak bisa berbuat banyak terhadap Hesti.Bagaimana pun, Hesti masih menjadi istri sah Dimas."Ih ... koq gak panggil sayang sih?" protes Hesti manja sambil memeluk erat leher Dimas saat berada di meja makan bersama dengan Laila.CUP!Hesti mencium pipi Dimas dengan sengaja di hadapan Laila. Dimas aneh sendiri karena Hesti tiba-tiba berubah manja."Kangen deh sama Mas."Hesti terus mencium pipi Dimas bertubi-tubi, seakan ia sangat mencintai Dimas.Ekspres

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 1 - Di Atas Ranjang

    "Mas ... jangan keluar di dalam, nanti aku bisa hamil!" tukas Laila sambil mendesah karena hampir sampai ke puncak kenikmatan bersama Dimas."Kamu ... ah ..." Dimas seperti sudah tak mendengarkan apa yang diminta oleh Laila, bahkan ia mengeluarkan cairan sp*manya di dalam rahim Laila. Pria itu pun luluh lantah di atas tubuh Laila."Ya elah, Mas. Kenapa dikeluarkan di dalam. Bagaimana kalau aku hamil?" protes Laila dengan nafasnya yang tersengal-sengal.Pria itu menaikkan wajahnya dan menatap wajah cantik Laila yang sudah basah dengan keringat. Ia menatap lembut kepada wanita itu."Ya ... kalau kamu hamil gak apa dong. Kamu kan istri aku. Kita ini sudah menikah loh. Kita tuh halal banget," bujuk Dimas.Pria itu pun turun dari tubuh indah Laila dan terlentang, di sebelahnya seolah puas dengan apa yang baru ia lakukan dengan Laila."Mas ..." Lalia memiringkan tubuhnya lalu memeluk erat Dimas yang berada di sebelahnya itu."Mas .. aku mau tanya dong""Apa itu, Sayang?" Dimas mencium lembu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 2 - Tertangkap Basah

    "Dengar koq, Sayang. Tapi buat apa ngontrak rumah? Menghabiskan uang saja. Ini kan juga rumah kita." kilah Dimas yang tak mau mengeluarkan uang tambahan untuk mengontrak rumah."Ih ... mas gitu banget. Mas gak tahu sih rasanya kalau lagi bersama dengan Mbak Hesti. Aku tuh merasa rendah banget loh. Bukan berasa nyonya rumah" tambah Laila merengek kepada Dimas.Dimas menarik nafas dalam-dalam,"Mas buktikan dong cintanya mas kepada Laila. Koq Mas diam saja sih?" Laila menggoyang-goyangkan tubuh Dimas karena pria itu belum menjawab apa yang dia inginkan."Memang kamu mau bukti apa sih, Cantiknya Mas?" Dimas masih mencoba bersabar kepada Laila. Terus terang, ia tak bisa berkonsentrasi kalau sudah membahas tentang uang."Satu, aku minta pindah rumah. Terserah mau kontrak atau tidak. Kedua, aku mau Mas memberitahu ke Mbak Hesti segera tentang pernikahan kita. Sampai kapan mas mau tutupi?" tegas Laila."Iya, kamu sabar dulu. Nanti baru aku ceraikan dia. Please jangan bahas itu dulu! Belum wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

    "Aku hari ini tinggal di hotel dan aku sangat butuh konsultasi dengan kamu. Please datang! Aku blank!""Tentang apa?""Perceraian?""Hah! Hesti yang bucin terhadap Dimas malah bicara perceraian? Apa tidak salah?" Arga heran bukan main."Tak perlu banyak bicara, Ar. Datang ke hotel X sekarang ya. Aku butuh bantuan kamu.""Ok. Hmm ... berikan waktu tiga puluh menit. Aku mau mandi dulu. Gerah sekali.""Sip. Thanks, Ar. Sorry merepotkan kamu.""No prob! Kamar nomor berapa?""7801""Ok. Aku siap-siap dulu."Hesti pun menutup sambungan telepon dengan Arga.Sesuai dengan janjinya Arga, pengacara tampan, bos dan juga merupakan teman baik dari Hesti itu sampai di hotel dan di kamar Hesti tepat tiga puluh menit kemudian."Ada apa?" tanya Arga yang baru sampai di depan pintu kamar Hesti."Masuk dulu."Arga menanggukkan kepalanya lalu mengikuti Hesti ke dalam kamar."Duduk, Ar."Arga pun duduk di salah satu ranjang di kamar Hesti."Hmm ... aku ingin bercerai dengan Mas Dimas." tukas Hesti dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 4 - Mesra Dengan Suami Tukang Selingkuh

    Keesokan harinya, Hesti pulang ke rumah dengan senyuman mengembang penuh sandiwara. Ia harus bermain sandiwara secantik mungkin agar Dimas tidak mengetahui perubahan perilakunya nanti.Ini hari sabtu. Memang seharusnya Dimas tak pergi ke kantor."Assalamualaikum!" sapa Hesti yang baru saja membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam!" balas Dimas yang memang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton siaran televisi kesukaannya itu.Hesti dengan senyuman, langsung berjalan ke arah Dimas dan mencium tangan pria itu. Ya, sandiwara menjadi istri berbakti begitu lah."Mas ..." panggil Hesti manja."Ya, ada apa, Hes?" Tatapan Dimas masih terarah ke televisi. Ia bahkan tak terlalu menggubris kedatangan Hesti."Besok kan hari minggu terus ada libur tahun baru, apakah kamu mau jalan-jalan?" tawar Hesti."Jalan kemana? Apa kamu tak lelah? Ini saja kamu baru pulang dari luar kota loh. Aku rasa lebih baik kamu istirahat saja sih di rumah." Dimas heran dengan ajakan Hesti."Aku kangen banget sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 6 - Strategi

    "Mas ..." panggil Hesti kepada suaminya itu dengan sangat mesra dan manja. Bahkan membuat Laila jijik sendiri saat mendengarnya. Wanita muda itu kesal setengah mati."Kenapa?" tanya Dimas begitu datar. Ia menjaga perasaan Laila untuk tidak bermesraan dengan Hesti, apalagi di rumah. Ia bisa melihat kalau Laila kesal dengan yang dilakukan oleh Hesti sekarang. Hanya saja, Dimas tak bisa berbuat banyak terhadap Hesti.Bagaimana pun, Hesti masih menjadi istri sah Dimas."Ih ... koq gak panggil sayang sih?" protes Hesti manja sambil memeluk erat leher Dimas saat berada di meja makan bersama dengan Laila.CUP!Hesti mencium pipi Dimas dengan sengaja di hadapan Laila. Dimas aneh sendiri karena Hesti tiba-tiba berubah manja."Kangen deh sama Mas."Hesti terus mencium pipi Dimas bertubi-tubi, seakan ia sangat mencintai Dimas.Ekspres

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 5 - Time To Play, Laila!

    "Soalnya kan aku kerja dan menghasilkan uang bersama dengan Mas Dimas. Jadi kalau ada kamu tuh ... Ada yang masak, membersihkan rumah ... Wah komplit deh. Nah kalau aku pulang kerja, jadi aku tidak terlalu lelah untuk beres-beres seperti dulu sebelum ada kamu. Mau makan tinggal makan dan masih hangat karena kamu membuatnya."Maksudnya adalah Hesti menyindir kalau Laila menjadi ART tanpa bayaran di rumah Hesti. Itu point nya.Laila tersenyum miris dengan ucapan dari Hesti. Pastinya dia agak sakit hati."Iya, Mbak.""Ah ya, besok aku mau honeymoon sama Mas Dimas. Tolong jaga rumah ya! Kalau kamu mu keluar, jangan lupa kunci pintu! Jangan sampai ada kucing garong masuk mencari ikan asin busuk.""Mbak ada-ada saja. Mana ada kucing garong mencari ikan asin busuk?" kekeh Laila dan sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud oleh Hesti. Hanya saja ia pura-pura bodoh."Hehe ... itu cuma istilah, La. Lagian ... di rumah ini gak ada yang berharga sama sekali sih. Jadi santai saja kalau mau meninggalk

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 4 - Mesra Dengan Suami Tukang Selingkuh

    Keesokan harinya, Hesti pulang ke rumah dengan senyuman mengembang penuh sandiwara. Ia harus bermain sandiwara secantik mungkin agar Dimas tidak mengetahui perubahan perilakunya nanti.Ini hari sabtu. Memang seharusnya Dimas tak pergi ke kantor."Assalamualaikum!" sapa Hesti yang baru saja membuka pintu rumahnya."Wa'alaikumsalam!" balas Dimas yang memang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton siaran televisi kesukaannya itu.Hesti dengan senyuman, langsung berjalan ke arah Dimas dan mencium tangan pria itu. Ya, sandiwara menjadi istri berbakti begitu lah."Mas ..." panggil Hesti manja."Ya, ada apa, Hes?" Tatapan Dimas masih terarah ke televisi. Ia bahkan tak terlalu menggubris kedatangan Hesti."Besok kan hari minggu terus ada libur tahun baru, apakah kamu mau jalan-jalan?" tawar Hesti."Jalan kemana? Apa kamu tak lelah? Ini saja kamu baru pulang dari luar kota loh. Aku rasa lebih baik kamu istirahat saja sih di rumah." Dimas heran dengan ajakan Hesti."Aku kangen banget sam

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 3 - Konsultasi Dengan Arga

    "Aku hari ini tinggal di hotel dan aku sangat butuh konsultasi dengan kamu. Please datang! Aku blank!""Tentang apa?""Perceraian?""Hah! Hesti yang bucin terhadap Dimas malah bicara perceraian? Apa tidak salah?" Arga heran bukan main."Tak perlu banyak bicara, Ar. Datang ke hotel X sekarang ya. Aku butuh bantuan kamu.""Ok. Hmm ... berikan waktu tiga puluh menit. Aku mau mandi dulu. Gerah sekali.""Sip. Thanks, Ar. Sorry merepotkan kamu.""No prob! Kamar nomor berapa?""7801""Ok. Aku siap-siap dulu."Hesti pun menutup sambungan telepon dengan Arga.Sesuai dengan janjinya Arga, pengacara tampan, bos dan juga merupakan teman baik dari Hesti itu sampai di hotel dan di kamar Hesti tepat tiga puluh menit kemudian."Ada apa?" tanya Arga yang baru sampai di depan pintu kamar Hesti."Masuk dulu."Arga menanggukkan kepalanya lalu mengikuti Hesti ke dalam kamar."Duduk, Ar."Arga pun duduk di salah satu ranjang di kamar Hesti."Hmm ... aku ingin bercerai dengan Mas Dimas." tukas Hesti dengan

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 2 - Tertangkap Basah

    "Dengar koq, Sayang. Tapi buat apa ngontrak rumah? Menghabiskan uang saja. Ini kan juga rumah kita." kilah Dimas yang tak mau mengeluarkan uang tambahan untuk mengontrak rumah."Ih ... mas gitu banget. Mas gak tahu sih rasanya kalau lagi bersama dengan Mbak Hesti. Aku tuh merasa rendah banget loh. Bukan berasa nyonya rumah" tambah Laila merengek kepada Dimas.Dimas menarik nafas dalam-dalam,"Mas buktikan dong cintanya mas kepada Laila. Koq Mas diam saja sih?" Laila menggoyang-goyangkan tubuh Dimas karena pria itu belum menjawab apa yang dia inginkan."Memang kamu mau bukti apa sih, Cantiknya Mas?" Dimas masih mencoba bersabar kepada Laila. Terus terang, ia tak bisa berkonsentrasi kalau sudah membahas tentang uang."Satu, aku minta pindah rumah. Terserah mau kontrak atau tidak. Kedua, aku mau Mas memberitahu ke Mbak Hesti segera tentang pernikahan kita. Sampai kapan mas mau tutupi?" tegas Laila."Iya, kamu sabar dulu. Nanti baru aku ceraikan dia. Please jangan bahas itu dulu! Belum wa

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 1 - Di Atas Ranjang

    "Mas ... jangan keluar di dalam, nanti aku bisa hamil!" tukas Laila sambil mendesah karena hampir sampai ke puncak kenikmatan bersama Dimas."Kamu ... ah ..." Dimas seperti sudah tak mendengarkan apa yang diminta oleh Laila, bahkan ia mengeluarkan cairan sp*manya di dalam rahim Laila. Pria itu pun luluh lantah di atas tubuh Laila."Ya elah, Mas. Kenapa dikeluarkan di dalam. Bagaimana kalau aku hamil?" protes Laila dengan nafasnya yang tersengal-sengal.Pria itu menaikkan wajahnya dan menatap wajah cantik Laila yang sudah basah dengan keringat. Ia menatap lembut kepada wanita itu."Ya ... kalau kamu hamil gak apa dong. Kamu kan istri aku. Kita ini sudah menikah loh. Kita tuh halal banget," bujuk Dimas.Pria itu pun turun dari tubuh indah Laila dan terlentang, di sebelahnya seolah puas dengan apa yang baru ia lakukan dengan Laila."Mas ..." Lalia memiringkan tubuhnya lalu memeluk erat Dimas yang berada di sebelahnya itu."Mas .. aku mau tanya dong""Apa itu, Sayang?" Dimas mencium lembu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status