Abimanyu menghelas napas kasar, lalu kembali duduk di meja kerja. Sebuah panggilan telepon mengagetkan Abimanyu, dengan segera Abimanyu mengangkat telepon dari Angela.
“Maaf sayang, tidak siang ini, aku ada rapat mendadak, Oke,” ucap Abimanyu dan langsung menutup ponselnya.
Sementara itu Hazna menyiapkan makan siang, ia duduk di sofa dan menata menu makan siang di atas meja. Menu sop buntut dan ayam kecap, merupakan menu favorit Abimanyu, sudah tertata rapi di meja siap untuk di santap. Dengan malas lelaki bertubuh atletis itu berjalan ke arah Hazna, lalu Abimanyu duduk di sofa, ia menyantap menu yang ada di hadapannya,
Tanpa bicara Abimanyu menghabiskan satu piring makan siang.
Emmm masakan Hazna, enak, batin Abimanyu, sambil mengukir senyum di sudut bibirnya.
“Oke, sekarang aku sudah makan, sekarang pulanglah, aku masih sibuk!” perintah Abimanyu.
“Iya Mas, aku akan pulang,” balas Hazna, seraya tanganya membereskan tempat makan, dan setelah itu meraih tangan Abimanyu, dan mencium punggung tangannya dengan takzim. Dan hal itu membuat Abimanyu terkejut.
“Aku pulang dulu, Assalamu’alaikum,” pamit Hazna, tanpa dibalas Abimanyu.
Hazna berjalan ke luar ruangan, lalu ke loby, terlihat beberapa wartawan infotainment sedang bertanya pada resepsionis hotel.
“Apakah Angela Kana, menginap di sini?”
“Maaf, kami tidak bisa memberitahu, ini bersifat pribadi, tolong tinggalkan tempat ini, atau security akan mengusir kalian. Anda sunguh membuat tidak nyaman tamu-tamu kami,” jelas resepsionis.
Kemudian beberapa wartawan itu tampak kecewa, mereka pun melangkah lebar dan meninggalkan loby.
“Uhhh padahal info yang aku dapat akurat, kemarin Angela Kana dari Bandara langsung ke Hotel Raharja,” gerutu salah satu wartawan, tampak kecewa.
Hazna mendengar semuanya dengan jelas, ia pun masih ingat bahwa nama Angela Kana, ia dengar satu bulan sebelum pernikahanya. Mungkinkah hubungan antara Mas Abimanyu dan Angela Kana itu benar? Dan sampai saat ini, mereka masih berhubungan. Rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada Hazna.
Sementara itu, Abimanyu menuju kamar 201. Walau semalam mereka sudah melepas rindu yang membuncah, tapi rasanya lelaki itu ingin menumpahkan segala hasrat bercinta dengan kekasih terluapkan, setelah satu bulan penuh menahan rindu pada kekasihnya itu. Pintu kamar dibukanya, terlihat Angela berdiri di balkon kamar, dengan berbalut gaun warna putih sebatas lutut, dengan motif bunga-bunga kecil, baju seksi tanpa lengan, dengan belahan dada rendah, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang seksi. Dengan gegas Abimanyu memeluk pinggang Angela, dan meletakkan dagunya di bahu wanita cantik dan beraroma vanila lembut menguar dari tubuhnya, membuat gairah Abimanyu semakin mengila.
“Sayang, malam ini aku akan bersamamu lagi,” bisik Abimanyu, bibirnya menyentuh lembut telinga Angela.
“Hemmm, aku selalu akan menjadi milikmu di setiap malam,” balas Angela, langsung membalikkan tubuhnya menghadap Abimanyu, bibir mereka langsung bertaut, di iringi deburan jantung yang berdetak tak karuan.
Tangan Angela begitu lembut mengusap dada bidang Abimanyu, dan melepas jas, serta satu–persatu kancing kemeja dibuka.
Sementara itu Hazna, masih tertegun di loby hotel. Dengan memberanikan diri ia mendekati resepsionis.
“Ibu Hazna, ada yang bisa saya bantu?” ucap resepsionis dengan sedikit gugup, melihat Hazna istri pemilik Hotel Raharja berdiri tepat di handapannya.
“Kamar nomor berapa Angela menginap?” tanya Hazna tegas, membuat resepsionis bertambah gugup, dan wajahnya berubah pucat.
“Maaf Bu, saya tidak bisa memberitahu.”
“Aku, ingin bicara pada Angela Kana, tolong kamar berapa?” Sekali lagi Hazna memohon pada resepsionis dengan nada tegas.
“Kamar vvip nomor 201,” jawab resepsionis.
Tanpa berpikir panjang, Hazna melangkah lebar mencari kamar nomor 201, tidak butuh waktu lama ia menemukan sebuah kamar yang berada di lantai 10 dan merupakan kamar yang spesial karena cukup besar. Dengan langkah kaki pelan, Hazna berjalan mendekati pintu. Jantungnya berdebar kencang, hatinya bergejolak, pantaskah dirinya mencurigai suaminya bersama Angela di dalam kamar hotel. Rasa penasarannya terus menyusup dalam hatinya.
Tok...tok..pintu kamar di ketuk pelan, berharap di dalam sana hanya ada Angela Kana.
Tidak lama kemudian pintu terbuka, seorang wanita cantik, dengan pakaian seksi berdiri di hadapan Hazna.
“Siapa kamu? tanya Angela sambil memicingkan matanya, melihat wanita berhijab ada di depan kamarnya.
“Aku Hazna, istri dari Abimanyu, CEO Hotel Raharja,” jawab Hazna.
“Sayang, kemarilah sebentar,” seru Angela, memanggil kekasihnya.
Tidak lama kemudian, Abimanyu datang dengan kemeja yang berantakan, matanya membulat ketika melihat Hazna ada di depan pintu, dan menatapnya, mata Hazna terlihat berkaca-kaca, tidak mampu berucap sepatah katapun. Baru sehari pernikahannya, tapi di hadapkan pada kenyataan suaminya bersama wanita lain.
“Haz, kenapa kamu ke sini?” tanya Abimanyu, terlihat kesal.
Hazna, tidak menjawab, ia bergegas pergi meninggalkan Abimanyu, dan Angela. Apa yang dilihat cukup menjawab rasa penasarannya. Dengan langkah lebar, Hazna, keluar hotel dan naik taksi, sambil mengusap air matanya.
Sementara Abimanyu, terlihat cemas, tapi Angela bersikap biasa saja. Senyum puas tergambar jelas di wajah Angela, sambil memainkan rambut panjangnya.
“Angela, seharusnya, kamu beritahu aku, jika Hazna datang, belum saatnya Hazna tahu tentang hubungan kita.”
“Aku tidak mau, menyembunyikan hubungan kita di hadapannya, dia yang telah merebut kamu dariku, aku cukup pusing bersembunyi dari wartawan, dan menutupi hubungan kita dari public!” Protes Angela, seraya menghempaskan tubuhnya kasar di tempat tidur.
Abimanyu, merapikan kemejanya, dan segera keluar kamar, untuk mengejar Hazna. Abimanyu takut jika Hazna mengadukan hal ini pada ibunya. Mengingat ancaman ibunya yang akan mencabut jabatan CEO darinya. Dengan cepat Abimanyu menuju mobilnya dan melaju cepat berharap bisa bicara pada Hazna.
Mobil taksi yang di naiki Hazna, berhenti di depan rumah Bu Ratna, setelah membayar taksi, Hazna melangkah masuk, berusaha menenangkan hatinya dengan meraup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya pelan, lalu kembali melangkah pelan di depan pintu, terlihat ibu mertuanya yang sudah menyambutnya dengan senyum bahagia.
“Bagaimana, makan siang di kantor, bersama Abimanyu?” tanya Bu Ratna dengan mengulas senyum.
“Menyenangkan, Bu.., Mas Abimanyu, menghabiskan makanan yang Haz masak, nampaknya ia suka dengan masakan Hazna,” jawab Hazna, dengan tersenyum kecil. Ia tidak tega mematahkan wanita paruh baya yang tulus menginginkan kebahagiannya putranya.
“Alhamdulillah, semoga semuanya berjalan, yang seperti ibu inginkan, perlahan-lahan kalian saling cinta.” Bu Ratna berucap, seraya menatap lekat menantu pilihannya, dan berharap rumah tangga, yang berawal dari perjodohan ini akan langgeng.
Hazna dan Bu Ratna, terlihat menuju teras rumah samping, menatap taman yang mengeliling sebuah kolam renang, mereka tampak berbincang-bincang seperti layaknya ibu dan anak. Hazna berusaha menyembunyikan masalahnya dari Bu Ratna. Tidak pantas rasanya mengumbar aib suaminya sendiri, meskipun itu dengan ibu mertuanya.
Terlihat Abimanyu, memasuki rumah dengan langkah lebar, di edarkannya netranya ruang demi ruang, mencari keberadaan Hazna, dalam hatinya ia sangat cemas, jika Hazna mengadu pada ibunya. Abimanyu melihat Hazna dan Bu Ratna di halaman samping, dengan cepat ia menghampiri mereka.
“Haz..,” panggil Abimanyu, dengan raut muka cemas.
Bu Ratna dan Hazna, seketika menoleh ke arah Abimanyu. Bu Ratna tersenyum ke arah Abimanyu.
“Lho, baru ketemu, sudah pulang ke rumah, katanya mau lembur,” ledek Bu Ratna pada putra semata wayangnya.
Melihat nada bicara dan ekpresi ibunya, Abimanyu menyimpulkan, jika Hazna tidak mengatakan tentang kejadian di hotel.
“Abimanyu, ingin bicara pada Hazna,” jawab Abimanyu.
“Maklum Nyonya, pengatin baru, jadi penginnya deketan terus,” celetuk Bi Eni, sembari membawakan 2 gelas jus alpukat dan menaruhnya di meja.
Celotehan Bi Eni, mengundang tawa bahagia Bu Ratna. Lalu bergantian menatap Abimanyu dan Hazna.
“Ya Sudah, bicaralah, kalian memang harus sering-sering berbincang-bincang,” balas Bu Ratna.
Hazna, terlihat hanya diam, tanpa ekpresi, sesekali tersenyum tipis ke arah Bu Ratna. Memendam kesedihan, karena apa yang diharapkan Ibu mertuanya sangatlah tidak mungkin, apalagi jika pernikahan mereka ada wanita lain di hati suaminya.
Abimanyu mengajak Hazna, masuk ke dalam kamar, setelah mereka berada di dalam kamar, Abimanyu menatap lekat wanita yang satu hari ini baru menjadi istrinya.
“Terima kasih, kamu tidak bilang pada Ibu,” ucap Abimanyu pelan.
“Jadi mawar yang memikat hatimu itu Angela Kana. Mas Abim masih berhubungan dengannya?” tanya Hazna dengan bibir bergetar, ingin rasanya ia memukul dan menampar, pria yang mengucap ijab qobul, tapi begitu mudah mengkhianatinya.
“Iya, Haz. Mawar yang memikat hatiku adalah Angela Kana, kami sudah berhubungan selama dua tahun, aku sangat mencintainya dan bermaksud menikahinya, tapi sayang Ibu tidak menyukai Angela,” jelas Abimanyu.
“Lalu posisiku di hatimu apa? Kamu hanya menjadikanku istri di atas kertas, hanya untuk membuat ibumu bahagia, Mas Abim mengorbankan perasaanku,” balas Hazna, dengan derai air mata.
“Jangan menyalahkanku Haz, kamu sendiri, kenapa menerima perjodohan ini?” timpal Abimanyu geram.
“Aku menerima perjodohan ini, karena semata-mata niat untuk ibadah. Karena menikah adalah ibadah. Jika ada seorang pria, yang seiman dan mapan, untuk mengajak menikah, alasan apa untuk menolak lamarannya?” balas Hazna lirih, menatap sendu Abimanyu.
Abimanyu hanya terdiam, dilihatnya Hazna yang berurai air mata. Tatapan Abimanyu dingin, seakan ia di butakan oleh cintanya pada Angela.
“Sudah aku bilang, aku tidak peduli dengan perasaanmu, yang aku khawatirkan hanya kesehatan Ibuku, dan perasaan Angela,” ucap Abimanyu dengan nada di keraskan.
“Jangan khawatir, Mas... Aku tidak akan membuka aibmu, di depan siapapun. Aku akan menerima segalanya,” jawab Hazna.
Abimanyu terdiam mendengar ucapan Hazna, ada keraguan di dalam hatinya, mungkinkah Hazna, akan diam saja, tidak memberitahu tentang perselingkuhannya pada ibunya. Abimanyu menatap lekat wanita yang di hadapannya, mencari celah kejujuran di matanya.
“Baguslah, jika kamu mengerti, yang penting kesehatan ibu,” balas Abimanyu.
Malam semakin larut, Abimanyu masih sibuk di depan laptopnya, di meja kerja yang terletak di sudut kamar, sementara Hazna terlihat, membaca buku di atas tempat tidur, pikirannya melayang pada sosok aktris Angela Kana, terbayang kecantikan, tubuh yang seksi, yang membuat suaminya tidak bisa berpaling dari aktris itu.
Hazna menghela napas panjang, menghembuskannya pelan. Lalu bangkit dari duduknya, melangkah mendekati Abimanyu.
“Mas, aku minta izin untuk aktif kembali mengajar taman kanak-kanak,” ucap Hazna pelan, seraya berdiri di depan meja kerja Abimanyu.
“Kamu boleh melakukan apa saja keinginanmu,” balas Abimanyu ketus, dengan tatapan datar.
“Terima kasih,” balas singkat Hazna. Melangkah kembali ke tempat tidur, dan merebahkan tubuhnya.
Kamar pengantin baru, yang seharusnya berisi kehangatan, dan indahnya cinta, kini hanya rasa hampa dan dingin yang di rasa. Hazna kembali menitikkan air mata, pada siapa ia akan tumpahkan segala sakit dalam dada, pada ibunya yang berharap kebahagian untuk dirinya, akankah Hazna tega membuat kecewa yang tiada tara, ketika mendengar pernikahan putrinya, telah hancur di malam pertama pernikahan. Atau akankah bercerita pada sahabatnya yang dari awal, sudah memperingatkan tentang Angel Kana yang dekat dengan Abimanyu. Hazna begitu resah, terjaga dari tidurnya, waktu menunjukkan jam tiga dini hari. Tanpa berpikir, Hazna bergegas mengambil air wudhu, lalu melakukan sholat tahajut. Karena mengadu pada Allah adalah yang paling tepat.
Begitu lama Hazna bersujud, sambil berderai air mata, segala sakit di hati ditumpahkannya, di atas sajadah
“Semua yang terjadi, atas kehendakmu Ya Allah, aku menerima segala apa yang terjadi dalam hidup ini, ampunilah segala kesalahanku. Hanya Engkau yang dapat membolak-balikan hati manusia. Berikanlah hidayah pada suamiku, dan beri kesabaran atas diriku, aamiin,” doa Hazna di akhir sholatnya.
Setelah itu, melantunkan ayat suci Al’quran dengan merdunya, hingga sayub-sayub adzan subuh terdengar, Hazna melanjutkan dengan sholat subuh. Setelah sholat subuh, Hazna, pergi ke dapur, menyiapkan jus dan menu sarapan dibantu Bi Eni. Setelah semua menu sarapan, siap di meja makan, Hazna kembali ke kamar, di dapati Abimanyu masih tidur pulas, Hazna membuka korden dan jendela kamar, sinar sang surya pun masuk ke dalam kamar memberi kehangatan. Hazna menghirup udara pagi, dilepaskan segala beban hidupnya, pasrah menjalani takdir hidupnya, tapi tetap yakin, bahwa hubungannya dengan suaminya akan membaik.
Hazna lalu membersihkan diri, hari ini ia akan menyibukan dirinya untuk kembali mengajar di taman kanak-kanak. Dengan mengenakan rok panjang di balut blouse warna navi dan hijab senada, serta merias wajahnya dengan natural, penampilan yang sederhana, tapi tidak mengurangi kecantikan alami Hazna, wajah dan penampilanya di tatapnya di depan cermin.
Apa aku harus, berpenampilan seperti Angela, supaya kamu mencintaiku Mas... batin Hazna.
Lamunannya membuyar ketika ponsel suaminya berdering, dengan hati-hati diraihnya ponsel itu dari atas nakas, terlihat nama Angela di layar ponsel.
“Angela Kana, jangan kamu hubungi lagi suamiku!” tegas Hazna, memberanikan diri berbicara pada wanita kekasih suaminya.
“Ha...ha... tawa mengema di seberang ponsel. Apa kamu pikir kamu bisa bersaing denganku, suamimu sudah tergila-gila padaku sebelum menikahimu, dan kami akan terus bersama,” timpal Angela.
“Aku istri sah Abimanyu Raharja, selama talak belum terucap dari mulut suamiku, akan mempertahankan pernikahan ini,” balas Hazna dengan tegas. Lalu menutup ponsel, dan mengnonaktifkan ponsel Abimanyu, kemudian menaruh di tempat semula.
Hazna menyiapkan baju kerja untuk Abimanyu, setelah itu mengambil tasnya dan bergegas turun, menuju ruang makan. Terlihat ibu mertuanya sudah duduk di kursi dan meminum segelas susu.
“Haz, mau ke mana?” tanya Bu Ratna, sambil meletakkan gelas di meja.
“Haz, akan mulai mengajar di taman kanak-kanak,” jawab Hazna.
“Haduh Haz, kamu itu tidak kekurangan apa pun di rumah ini, kenapa harus kerja, berapa sih gaji guru taman kanak-kanak,” ucap Bu Ratna.
“Bukan soal gaji, tapi Haz senang, jika bersama anak-anak kecil, mereka seperti malaikat kecil, segala tingkahnya pasti mengundang tawa,” Hazna berkata sambil mengulas senyum bahagia.
“Non Haz, sudah ingin punya momongan ya,” sela Bi Eni.
“Ibu juga sudah ingin nimang cucu,” celetuk Bu Ratna, membuat Hazna terdiam.
Bersamaan dengan itu Abimanyu turun, menuju ruang makan, lalu duduk.
“Abimanyu, minggu depan kita adakan resepsi pernikahan kalian, setelah itu kalian pergi bulan madu,” ucap Bu Ratna sangat antusias.
“Tidak usah Bu...,” ucap Hazna dan Abimanyu bersamaan.
“Kompak sekali kalian, kenapa tidak usah ada resepsi, dan bulan madu?” tanya Bu Ratna sembari menatap Hazna dan Abimanyu bergantian.
“Bu.. aku sudah bilang ‘kan, aku tidak mau mengadakan resepsi pernikahan,” tukas Abimanyu.
“Iya, Hazna setuju dengan Mas Abimanyu,” sela Hazna.
“Baiklah, tidak ada resepsi, tapi harus ada bulan madu, ibu ingin segera punya cucu,” balas Bu Ratna.
Ucapan ibunya, membuat Abimanyu tersedak. Keinginan ibunya sangat lah mustahil terwujud, jika Abimanyu tidak menyentuh Hazna.
“Insya Allah, ya Bu, Allah akan mengabulkan keinginan ibu,” ucap Hazna dengan tenang.
“Aamiin,” ucap Bu Ratna, terlihat begitu bahagia.
“Haz, aku akan mengantarmu ke tempat kerjamu,” ajak Abimanyu.
“Nggak usah, Mas ..., aku naik taksi saja.”
“Haz, jangan menolak ajakkan suami, lagi pula ‘kan satu arah,” sahut Bu Ratna.
“Baiklah Bu.” Akhirnya Hazna, menuruti kemauan ibu mertuanya dan suaminya.
Hazna, duduk di jok depan bersebelahan dengan Abimanyu, selama perjalanan Abimanyu dan Hazna saling diam. Hingga mobil sedan berhenti di TK. Cermin Bunda. Hazna mencium punggung tangan Abimanyu.
“Aku pamit dulu Mas, hati–hati di jalan,” ucap Hazna sebelum menutup pintu mobil.
“Haz, terima kasih,”
“Untuk Apa?”
“Untuk membuat ibuku tenang, dan merasa kita baik-baik saja,” jawab Abimanyu.
Hazna mengangguk, lalu menutup pintu mobil. Lalu beranjak masuk ke dalam kelas. Sambutan riuh anak-anak, membuat Hazna tersenyum, tawa dan celoteh mereka mampu membuat Hazia melupakan lara hatinya. Anak–anak kecil sama dengan malaikat-malaikat kecil, senyum manis dan celoteh mereka yang polos bisa menghibur. Setengah hari sudah Hazna, menghabiskan waktu dengan anak–anak didiknya.
Setengah hari berlalu, Hazna kembali pulang ke rumah. Terasa hampa waktu memasuki kamar. Hingga malam tiba, suaminya tak kunjung pulang. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, pintu kamar dibuka pelan, Abimanyu masuk ke dalam kamar, Hazna, masih terjaga, ia melirik suaminya yang sedang berganti baju, memakai piyama. Dan merebahkan diri di sampingnya, masih dingin sedingin es. Istri yang seharusnya dipeluk dibiarkan begitu saja. Hazna hanya bisa menghela napas pelan, menguatkan kesabarannya.
Pagi hari Hazna, masuk ke kamar mandi, sudut matanya menangkap kemeja putih milik Abimanyu yang berada di keranjang cucian, sesuatu berwarna merah menempel di kemeja Abimanyu. Bekas lipstik dengan jelas ada di kemeja suaminya. Membuat Hazna kembali menumpahkan air matanya. Masih bisakah Hazna bersabar dengan keadaan seperti ini. Haruskah Hazna menerima, jika suaminya memadu kasih dengan wanita lain.
“Ya Allah, ampuni hambamu ini, apa yang harus aku lalukan dengan pernikahan seperti ini,” desah Hazna, menitikan air matanya.
Sang mentari menyapa, Abimanyu terbangun dari tidurnya, ia mendapati Hazna, sudah rapi dengan baju dan hijabnya, seperti biasa baju kerja untuknya sudah disiapkan Hazna.
“Mas, aku tunggu di ruang makan, aku sudah siapkan sarapan untukmu,” ucap Hazna datar.
“Haz, kamu tidak usah, mengurusiku, kamu tidak perlu melaksanakan kewajibanmu,” balas Abimanyu.
“Aku istrimu, jika aku tidak menjalani kewajibanku, itu sama halnya aku tidak menjalankan perintah Allah. Terlepas dirimu, menjalankan kewajibanmu atau tidak, itu urusan Mas Abim.”
Ucapan Hazna terasa sindiran yang menusuk sampai relung hati, rasa bersalah dan rasa berdosa, mempermainkan sebuah pernikahan. Abimanyu terdiam.
Satu bulan berlalu, semuanya masih sama, dingin, tanpa rasa. Hazna harus menghadapi pernikahannya dengan rasa sakit. Hampir setiap malam, Abimanyu pulang larut malam, dengan kemeja yang berantakan, dan bau alkohol.“Haz, kamu belum tidur,” ucap Abimanyu, ketika masuk ke dalam kamar dan mendapati Hazna, duduk di sofa.“Aku tidak bisa tidur, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan ambilkan minuman hangat untukmu,” balas Hazna, lalu beranjak menuju keluar kamar menuju dapur.Beberapa menit kemudian, Hazna membawa segelas teh hangat, di lihatnya Abimanyu sedang duduk di sofa, memainkan ponselnya, sambil mengulas senyum.“Sebahagia itukah kamu Mas... dengan Angela,” desah Hazna, membuat Abimanyu, tersentak.“Aku tidak mau membahas Angela,” balas Abimanyu dengan tatapan sinis.“Kalau begitu, jangan memikirkan dirinya, setelah tiba di rumah,” pinta Hazna, dengan tatapan penuh harap dan sinar mata yang berkilat.“Haz, sekarang kamu berani, menuntutku!” bentak Abimanyu.“Maaf Mas
Tok...tok...suara pintu kamar di ketuk. Abimanyu yang sedang membuka kancing kemejanya, bergegas membuka pintu, terlihat ibunya ada di depan pintu dengan membawkan minuman.“Ini teh melati, di luar dingin, minumlah,” ucap Bu Ratna pada putranya.“Ibu, tidak usah repot-repot, biar Hazna yang menyiapkan,” balas Abimanyu.“Tadi ibu bikin, sekalian buat kamu, kalau Hazna ‘kan tidak suka teh, jadi ini buat kamu,” timpal Bu Ratna.“Iya Bu, terima kasih,” jawab Abimanyu seraya meraih secangkir teh dari tangan ibunya dan segera menutup pintu kamar, ketika Ibunya melangkah pergi.Abimanyu, duduk di sofa, ia menyerutup sedikit demi sedikit secangkir teh melati, favoritnya, sampai habis tidak tersisa. Lalu diletakkan cangkir kosong di atas meja.“Haz, cepatlah keluar dari kamar mandi, aku mau ganti baju,” ucap Abimanyu, sambil melepas celana kain panjang, hingga menyisakan celana pendek.. ”Di luar hujan, tapi kenapa tubuhku gerah dan terasa panas,” guman Abimanyu, yang tiba-tiba merasa aneh deng
Abimanyu terlihat serius di depan laptop, hingga bunyi ponsel membuyarkan konsentrasinya, panggilan telpon dari Angela. “Hallo Angela, ada apa?” sapa Abimanyu. “Baru, diangkat sih,” protes Angela dengan nada bicara kesal. “Maaf sayang, tadi aku lagi nyetir tadi,” balas Abimanyu. “Oke, kita bertemu di kafe biasanya, aku tunggu jam makan siang.” “Oke, sayang.” Abimanyu menutup ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya. Hingga hari beranjak siang, Abimanyu teringat janjinya untuk makan siang bersama Angela di sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Dengan gegas, Abimanyu melangkah lebar menuju ke parkiran, setelah itu naik ke dalam mobil melaju ke jalan raya. Beberapa menit kemudian sampailah Abimanyu di sebuah kafe yang terlihat mewah dan private, nuansa klasik tergambar di setiap sudut kafe, menambah suasana yang romantis. Abimanyu melangkah masuk, seorang pelayan kafe menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita, pelayan kafe. “Aku sudah ada j
Malam panjang yang dingin, kini terasa hangat. Abimanyu dan Hazna, memadu kasih. Hingga peluh membasahi tubuh mereka. Abimanyu yang sudah berpengalaman pun, dengan sabar memperlakukan Hazna yang masih tampak canggung, dan malu. Malam kedua terasa berbeda di bandingkan pada malam pertama. Hazna yang sudah siap menerima Abimanyu. Demikian juga Abimanyu, walau melakukan untuk sebuah kewajiban, tapi tidak bisa di pungkiri, detak jantungnya berdesir kuat ketika memeluk dan menyentuh serta memadu kasih dengan Hazna. Hampir sama, waktu melakukannya dengan Angela, tapi dorongan nafsu yang membakar jiwa lebih kuat, berbeda dengan Hazna, polosnya dan lugunya Hazna, membuat Abimanyu lebih merasa di cintai. Hazna juga ternyata memiliki tubuh yang seksi, di balik baju yang tertutup yang sering di pakainya. Harum rambut yang hitam legam sepinggang itu, membuat Abimanyu terhipnotis untuk terus mencium, dan membelainya. Abimanyu, merasa tersanjung, karena tubuh dan kecantikan Hazna, hanya di perunt
“Haz, apa maksudmu?” tanya Abimanyu, menatap lekat, wanita di depannya. “Mas...Aku tidak ingin, kalian berzinah, berhubungan tanpa ikatan penikakan adalah dosa besar, Aku tidak ingin Mas Abimanyu bergelut dalam dosa. Aku rela kok jika, mas Abimanyu menikahi Angela,” jawab Hazna pelan. “Kalau begitu, kamu gugut cerai Mas Abim, setelah kalian bercerai kami akan menikah. Karena aku hanya ingin satu-saunya Nyonya Abimanyu Raharja, menikah sah, secara agama dan negara,” ucap tegas Angela. “Maaf Angela, sampai kapanpun, aku tidak akan mengugat cerai Mas Abimanyu,” timpal Hazna, dengan tatapan tajam. “Terserah, kita lihat, siapa yang akan bertahan. Aku pergi dulu Mas Abim, aku sudah tidak berselera makan,” balas Angela. Lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dengan raut muka masam. Hazna dan Abimanyu, kini duduk berdua saling tatap, mata Abimanyu lekat menatap Hazna, hingga membuat Hazna tertunduk. “Maaf Mas, aku merusak suasana makan siang Mas Abimanyu, tapi aku lebih rela Mas
Pagi yang biasa cerah, terlihat mendung. Abimanyu duduk di kursi kerjanya, hari ini ia tidak bersemangat untuk bekerja, pikirannya masih melayang pada permintaan Hazna, yang tergolong sedikit gila, mana ada seorang istri yang menyuruh suaminya menikahi kekasihnya. “Hazna, benar-benar tidak waras,” gerutu Abimanyu, seraya membuka laptop di hadapannya. Iseng Abimanyu membuka berita infotaiment, terlihat berita terupdate mengenai kekasihnya Angela Kana. Sebuah project film akan di rilis bersama aktor baru, tapi pesonanya sudah menghipnotis dunia hiburan, aktor tampan bertubuh atletis berkulit putih, Frans aktor keturunan Indonesia Belanda itu akan bermain film dengan Angela kana. Melihat hal itu kekesalan Abimanyu bertambah, seketika di matikan laptopnya dan berdecak kesal. Tiba-tiba pintu ruangan di buka. Tampak Angela muncul dari balik pintu, dan melempar senyum pada kekasihnya yang terlihat cemberut. “Pagi, sayang, maaf ya kemarin siang aku pergi meninggalkanmu sama istri bodohmu
Abimanyu melangkah menuju ruang ganti artis, terlihat Reyna menghadangnya sebelum Abimanyu masuk. “Maaf Pak Abim, aku tidak mengizinkan Anda bertemu Angela, reputasi Angela dipertaruhkan. Aku tidak mau hubungan kalian ketahui oleh publik," ucap Reyna. “Aku hanya ingin bicara sebentar,” pinta Abimanyu. “Maaf, lebih baik bicara lewat ponsel,” balas Reyna. Abimanyu mendesah kasar, kemudian melangkah pergi. Sesampainya di tempat parkir. Abiamanyu menelepon Angela. “Hallo Angela, aku tunggu kamu di mobil, sekarang, atau aku akan memaksa masuk ke ruang ganti,” ancam Abimanyu tegas. “Oke, hari ini sudah selesai jadwal shootingku, aku segera menemuimu,” balas Angela. Sekitar sepuluh menit, Angela datang dan bergegas masuk ke dalam mobil milik Abimanyu. Terlihat Abimanyu tampak senang dengan kehadiran Angela, lalu tubuh nan seksi berbalut baju kurang bahan itu di peluknya erat, sambil membisikkan sebuah kata, ”I love you Angela.” Angela hanya diam, walau hatinya masih sakit, tapi tidak
Hazna keluar dari taksi yang ditumpangi, hari menjelang sore, dilangkahkan kakinya menuju pintu depan, tampak Bu Ratna melempar senyum pada Hazna, ketika melihat menantu pilihannya ada di depan mata. “Bagaimana Haz, kamu sudah selesai merenovasi kamar pribadi Abimanyu, sekarang itu juga kamarmu, sesekali kalian harus menghabiskan waktu menginap di hotel,” ucap Bu Ratna, dengan binar mata bahagia. Perkataan Bu Ratna, sebenarnya membuat mual Hazna, tidur di ranjang bekas pengkhianatan suaminya, rasanya seperti tidur di atas tumpukan duri yang menusuk seluruh tubuh. Seketika bayangan suaminya yang tangannya merekat kuat di pinggang Angela membuat sasak dadanya. “Sudah Bu, Hazna sudah mengganti furniture yang lebih minimalis, pasti Mas Abim menyukainya,” jawab Hazna, dengan tersenyum kecil. Ia masih tidak tega membuat Ibu mertuanya kecewa, jika mendengar bahwa putranya masih berhubungan dengan kekasihnya. Hazna dan Bu Ratna melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah menyelesaikan kewaj
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap