Walau matanya memanas, Hazna mencoba menahan tangis, ia masih berpikir positif, mungkin lelaki di depannya yang sekarang bergelar suami, memerlukan waktu untuk menerima perjodohan ini. Dengan nada pelan, Hazna berucap,” Iya Mas Abim, Haz mengerti, mungkin kita memerlukan waktu untuk beradaptasi, dan saling mengenal, tapi Hazna siap menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, baik lahir maupun batin.”
Mata tajam Abimanyu, malah semakin tajam menatap wanita di hadapannya, ia pun bangkit berdiri. ”Terserah apa yang kamu pikirkan, tapi aku tidak akan mengubah keputusanku,” ucap Abimanyu, lalu berjalan ke meja kerja, yang berada satu ruangan dengan kamarnya.
Berlahan air mata yang ditahannya luruh tanpa permisi, membasahi pipi Hazna. Hingga ketukan pelan pintu kamar, menghentikan tangisnya. Berlahan Hazna, mengusap air matanya dan beranjak untuk membuka pintu kamar.
Ceklek! Suara pintu terbuka, terlihat Bi Eni, asisten rumah tangga ada di depan pintu, wanita berusia 40 tahun itu, tersenyum ramah di depan pintu kamar.
“Bi Eni, ada apa?” tanya Hazna, berusaha menghilangkan mimik sedih wajahnya.
“Tuan Abim, dan Non Hazna, sudah ditunggu di meja makan untuk makan malam,” jawab Eni.
“Oh... sebentar lagi kami turun,” sahut Hazna.
Eni mengangguk pelan, dan pergi meninggalkan Hazna. Terlihat Hazna menoleh ke arah Abimanyu yang masih sibuk fokus pada laptop
“Mas, ibu menunggu kita untuk makan malam,” ajak Hazna yang sambil merapikan hijabnya..
“Kamu turun dulu, nanti aku menyusul,” sahut Abimanyu dengan nada datar dan dingin.
Hazna mematuhi perintah suaminya, ia pun keluar kamar dan dengan langkah pelan menuruni tangga. Sesampainya di meja makan, terlihat Bu Ratna sudah duduk di kursi makan, dan menoleh ka arah Hazna.
“Mana Abimanyu?” tanya Bu Ratna.
“Maaf Bu, tampaknya Mas Abim sibuk, biar aku nanti bawakan makanan ke kamar,” balas Hazna seraya duduk di kursi makan.
Ratna hanya mendesah pelan. ”Haz, kamu yang sabar, aku akui ini pernikahan yang terjadi karena perjodohan. Aku ingin Abimanyu itu menikah dengan wanita sholehah sepertimu, karena aku merasa gagal menjadi seorang ibu, dalam mendidik putraku, terutama masalah agama, aku ingin kamu yang bisa membawa Abimanyu ke jalan yang benar,” jelas Ratna dengan sorot mata memohon dan penuh harap.
Hazna hanya mengangguk, dan tersenyum kecil, dalam hatinya ia merasa, tidak berdaya, tapi ia akan berusaha untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Hazna dan Ratna menikmati makan malam berdua, setelah selesai, Hazna mengambilkan sepiring nasi dan beberapa lauk serta sayur, dan membawanya ke kamar.
“Mas, aku bawakan makan malam untukmu,” ucap Hazna pelan, dan menaruh nampan yang berisi piring dan gelas di atas meja.
Abimanyu menatap datar.” Apa kamu pikir dengan perhatianmu padaku aku akan luluh, dan menerimamu sebagai istri, jangan mimpi Haz,” seru Abimanyu ketus.
Tidak pernah Hazna, menyangka bahwa satu hari setelah ijab qobul, Abimanyu berucap seperti itu. Hazna merasa menjadi wanita yang tidak sempurna. Dengan gemetar ia mencoba bertanya pada Abimanyu.
“Jika Mas Abim, tidak menginginkan perjodohan ini, kenapa harus berpura-pura menerima, ini pernikahan. Ijab Qubul, bukan hanya dua kata yang terucap di bibir, tapi itu janji pada Allah yang harus di tepati,” ucap Hazna.
“Aku tidak perduli Haz. Aku tidak mencintaimu, dan aku tidak akan menyentuh wanita yang tidak aku cintai,” tukas Abimanyu.
“Kita mungkin perlu waktu, cinta memang tidak datang tiba-tiba, aku akan selalu menunggu cinta itu,” balas Hazna lirih.
“Terserah Haz, aku tidak perduli, sampai kapanpun cinta itu tidak pernah akan aku berikan padamu, meskipun kamu memberi perhatian,” balas Abimanyu. Dan tanpa menghiraukan Hazna. Abimanyu bangkit dari duduknya dan melangkah di balkon kamar.
Terdengar Abimanyu menelepon seseorang dengan mesra.
“Halo Sayang,”
“Jangan menangis, I love You, I am sorry Angela, percayalah, aku tidak akan jatuh cinta padanya apalagi menyentuhnya.”
Percakapan di telepon itu, terdengar jelas oleh Hazna, air mata semakin deras mengalir membasahi pipinya. Dengan cepat Hazna masuk ke dalam kamar mandi, dan meluapkan tangis dan kesedihannya di kamar mandi, dengan menghidupkan air shower, berharap tidak ada yang mendengar tangisnya, termasuk Abimanyu.
Malam semakin larut. Abimanyu tertidur pulas, dengan membelakangi Hazna. Sementara itu Hazna masih terjaga berharap Abimanyu berubah pikiran, memperlakukan dirinya sebagai seorang istri seutuhnya, namun harapannya sia-sia, hingga terdengar sayup-sayup suara adzan subuh, Hazna terbangun, rasa kecewa menyelimuti hatinya, tapi tidak mau menyalahkan Abimanyu, mungkin Abimanyu perlu waktu untuk menerima dirinya. Tidak semua orang jatuh cinta pada pandangan pertama, Ia ingat dengan ucapan ibunya, bahwa cinta akan tumbuh, dengan seiringnya waktu, cukup kita bersabar. Bersabar itu berarti menerima takdir kita.
Hazna mulai menjalankan sholat subuh, setelah berwudhu. Setelah melaksanakan kewajibannya, Hazna pun melatunkan ayat–ayat suci dengan merdunya. Terlihat Abimanyu masih terlelap ketika Hazna selesai dengan bacaan ayat-ayat suci. Lalu Hazna bergegas keluar dari kamar menuju dapur, di sana terlihat Bi Eni, sedang sibuk memasak.
“Aku bantu ya Bi Eni,” ucap Hazna.
“Haduh Non Hazna, nggak usah, biar Bi Eni saja,” tolak wanita bertubuh gemuk itu.
“Nggak apa-apa Bi, biasanya Mas Abimanyu, kalau pagi sarapan apa?” tanya Hazna.
“Biasanya itu, minum jus buah, semua buah suka, terus roti bakar atau sandwich, hanya sarapan ringan, itu kebiasaan Tuan Abimanyu,” jelas Bi Eni.
“Iya sudah, biar aku siapkan, sarapan untuk Mas Abimanyu,” balas Hazna.
Lalu dengan cekatan tangan Hazna, membuat jus mangga dan roti bakar selai strawbery. Setelah semuanya selesai dan siap disajikan di atas meja, bersamaan dengan menu mi goreng yang sudah disiapkan Bi Eni.
“Wah, Haz, kamu nggak usah repot-repot di dapur, biar Bi Eni yang mengerjakan, apalagi ‘kan kamu pengantin baru, pasti capek, iya ‘kan Bi Eni,’’ ledek Bu Ratna.
“Betul Non, tadi saya sudah melarangnya, Nyonya, tapi Non Haz memaksa,” timpal Bi Eni.
Hazna hanya tersenyum tipis, kenyataannya semalam tidak ada aktivitas yang membuatnya lelah. Tapi Hazna berusaha menyembunyikan hal pribadi ini dari ibu mertuanya.
“Nggak apa-apa Bu, ini sudah kewajiban Hazna sebagai seorang istri,” jawab Hazna pelan.
“Ibu tidak salah pilih mantu,” balas Bu Ratna sambil menepuk pelan bahu Hazna.
Hazna kembali ke kamar, tak terlihat Abimanyu di tempat tidur, tapi bunyi shower terdengar. Dengan segera Hazna merapikan tempat tidur, setelah itu menyiapkan baju kerja untuk suaminya itu, stelan kemeja dan juga jas warna biru dipilihnya, serta dasi warna senada, sudah ada di atas tempat tidur, yang sudah terlihat rapi. Tidak lupa Hazna menyiapkan sepatu dan tas kerja.
Beberapa menit kemudian, Abimanyu keluar kamar mandi dengan handuk putih terlilit di pingangnya. Hazna langsung menundukkan pandangannya, seharusnya hal itu tidak perlu ia lakukan bagaimanapun Hazna mempunyai hak sepenuhnya atas tubuh suaminya. Sementara Abimanyu terlihat cuek, dengan cepat ia memakai kemeja dan jas yang telah disiapkan Hazna.
“Mas aku tunggu di meja makan, aku sudah siapkan sarapan untukmu, makanlah sebelum berangkat kerja,” ucap Hazna, tanpa dibalas oleh Abimanyu.
Hazna duduk di kursi makan bersama Bu Ratna, tidak lama kemudian terlihat Abimanyu turun dari tangga dan menuju ruang makan, serta duduk di kursi tepat di hadapan Hazna.
“Bu, hari ini Abim lembur, pulang malam,” ucap Abimanyu.
“Sekarang jangan bilang pada ibu, tapi bilang sama Hazna, dia ‘kan istrimu,” balas Bu Ratna.
“Emmm,” desah Abimanyu
“Bi Eni, makasih ya jusnya, segar sekali, tidak terlalu manis, rasanya pas,’’ ucap Abimanyu ketika Bi Eni menyuguhkan buah di meja makan.
“Tuan, terima kasihnya sama Non Haz, karena hari ini yang buat jus Non Haz,” jawab Bi Eni sambil mengulas senyum.
Abimanyu menatap Hazna yang menahan senyum. Lalu ia berucap pada wanita di depanya, ”terima kasih, lain kali biar Bi Eni yang bikin.”
“Nggak apa-apa Mas, aku ‘kan istri Mas Abim, jadi sudah kewajibanku,” balas Hazna pelan.
Bu Ratna tersenyum, ia bahagia dan yakin bahwa suatu hari nanti Hazna akan membuat jatuh cinta Abimanyu.
Abimanyu pergi ke kantor, mobil sedannya melaju kencang menuju hotel Raharja. Pesan singkat dari Angela masuk ke ponsel Abimanyu.
{Siang ini, aku tunggu di kamar kita}
Abimanyu mengulas senyum di sudut bibirnya, dengan menambah kecepatan laju kendaraan. Beberapa menit kemudian sampailah di Hotel Raharja. Dengan gegas melangkah menuju ruang kerjanya, dan mulai fokus di depan laptopnya. Ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan setelah itu menemui Angela yang sudah di kamar No. 201 kamar pribadi untuk Angela dan dirinya.
Pukul 11:30 pintu ruangan di ketuk pelan tok...tok..
“Masuk!” perintah Abimanyu, kepada seseorang di balik pintu yang sedang mengetuk.
Pintu pun terbuka, Hazna melangkah pelan dengan sebuah paper bag, berisi menu makan siang yang dibuatnya dari rumah. Kedatangan Hazna membuat Abimanyu terkejut.
“Haz, kenapa ke sini?” tanya Abimanyu sambil bangkit dari duduknya.
“Aku, tadi memasak makan siang untuk Mas Abimanyu, jadi aku bawa ke sini, kita bisa makan bareng di sini,” jawab Hazna sedikit tegang.
“Haz, aku tegaskan padamu, aku tidak ingin kamu mendekatiku.”
“Aku, hanya ingin menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, aku tidak mau mengabaikanmu, jika Mas Abim, belum bisa menjalankan kewajiban Mas Abim, itu di luar kendaliku, tapi biarkan aku menjalani kewajibanku,” jelas Hazna pelan, tapi tegas.
Abimanyu menghelas napas kasar, lalu kembali duduk di meja kerja. Sebuah panggilan telepon mengagetkan Abimanyu, dengan segera Abimanyu mengangkat telepon dari Angela.“Maaf sayang, tidak siang ini, aku ada rapat mendadak, Oke,” ucap Abimanyu dan langsung menutup ponselnya.Sementara itu Hazna menyiapkan makan siang, ia duduk di sofa dan menata menu makan siang di atas meja. Menu sop buntut dan ayam kecap, merupakan menu favorit Abimanyu, sudah tertata rapi di meja siap untuk di santap. Dengan malas lelaki bertubuh atletis itu berjalan ke arah Hazna, lalu Abimanyu duduk di sofa, ia menyantap menu yang ada di hadapannya,Tanpa bicara Abimanyu menghabiskan satu piring makan siang.Emmm masakan Hazna, enak, batin Abimanyu, sambil mengukir senyum di sudut bibirnya.“Oke, sekarang aku sudah makan, sekarang pulanglah, aku masih sibuk!” perintah Abimanyu.“Iya Mas, aku akan pulang,” balas Hazna, seraya tanganya membereskan tempat makan, dan setelah itu meraih tangan Abimanyu, dan mencium pun
Satu bulan berlalu, semuanya masih sama, dingin, tanpa rasa. Hazna harus menghadapi pernikahannya dengan rasa sakit. Hampir setiap malam, Abimanyu pulang larut malam, dengan kemeja yang berantakan, dan bau alkohol.“Haz, kamu belum tidur,” ucap Abimanyu, ketika masuk ke dalam kamar dan mendapati Hazna, duduk di sofa.“Aku tidak bisa tidur, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan ambilkan minuman hangat untukmu,” balas Hazna, lalu beranjak menuju keluar kamar menuju dapur.Beberapa menit kemudian, Hazna membawa segelas teh hangat, di lihatnya Abimanyu sedang duduk di sofa, memainkan ponselnya, sambil mengulas senyum.“Sebahagia itukah kamu Mas... dengan Angela,” desah Hazna, membuat Abimanyu, tersentak.“Aku tidak mau membahas Angela,” balas Abimanyu dengan tatapan sinis.“Kalau begitu, jangan memikirkan dirinya, setelah tiba di rumah,” pinta Hazna, dengan tatapan penuh harap dan sinar mata yang berkilat.“Haz, sekarang kamu berani, menuntutku!” bentak Abimanyu.“Maaf Mas
Tok...tok...suara pintu kamar di ketuk. Abimanyu yang sedang membuka kancing kemejanya, bergegas membuka pintu, terlihat ibunya ada di depan pintu dengan membawkan minuman.“Ini teh melati, di luar dingin, minumlah,” ucap Bu Ratna pada putranya.“Ibu, tidak usah repot-repot, biar Hazna yang menyiapkan,” balas Abimanyu.“Tadi ibu bikin, sekalian buat kamu, kalau Hazna ‘kan tidak suka teh, jadi ini buat kamu,” timpal Bu Ratna.“Iya Bu, terima kasih,” jawab Abimanyu seraya meraih secangkir teh dari tangan ibunya dan segera menutup pintu kamar, ketika Ibunya melangkah pergi.Abimanyu, duduk di sofa, ia menyerutup sedikit demi sedikit secangkir teh melati, favoritnya, sampai habis tidak tersisa. Lalu diletakkan cangkir kosong di atas meja.“Haz, cepatlah keluar dari kamar mandi, aku mau ganti baju,” ucap Abimanyu, sambil melepas celana kain panjang, hingga menyisakan celana pendek.. ”Di luar hujan, tapi kenapa tubuhku gerah dan terasa panas,” guman Abimanyu, yang tiba-tiba merasa aneh deng
Abimanyu terlihat serius di depan laptop, hingga bunyi ponsel membuyarkan konsentrasinya, panggilan telpon dari Angela. “Hallo Angela, ada apa?” sapa Abimanyu. “Baru, diangkat sih,” protes Angela dengan nada bicara kesal. “Maaf sayang, tadi aku lagi nyetir tadi,” balas Abimanyu. “Oke, kita bertemu di kafe biasanya, aku tunggu jam makan siang.” “Oke, sayang.” Abimanyu menutup ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya. Hingga hari beranjak siang, Abimanyu teringat janjinya untuk makan siang bersama Angela di sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Dengan gegas, Abimanyu melangkah lebar menuju ke parkiran, setelah itu naik ke dalam mobil melaju ke jalan raya. Beberapa menit kemudian sampailah Abimanyu di sebuah kafe yang terlihat mewah dan private, nuansa klasik tergambar di setiap sudut kafe, menambah suasana yang romantis. Abimanyu melangkah masuk, seorang pelayan kafe menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita, pelayan kafe. “Aku sudah ada j
Malam panjang yang dingin, kini terasa hangat. Abimanyu dan Hazna, memadu kasih. Hingga peluh membasahi tubuh mereka. Abimanyu yang sudah berpengalaman pun, dengan sabar memperlakukan Hazna yang masih tampak canggung, dan malu. Malam kedua terasa berbeda di bandingkan pada malam pertama. Hazna yang sudah siap menerima Abimanyu. Demikian juga Abimanyu, walau melakukan untuk sebuah kewajiban, tapi tidak bisa di pungkiri, detak jantungnya berdesir kuat ketika memeluk dan menyentuh serta memadu kasih dengan Hazna. Hampir sama, waktu melakukannya dengan Angela, tapi dorongan nafsu yang membakar jiwa lebih kuat, berbeda dengan Hazna, polosnya dan lugunya Hazna, membuat Abimanyu lebih merasa di cintai. Hazna juga ternyata memiliki tubuh yang seksi, di balik baju yang tertutup yang sering di pakainya. Harum rambut yang hitam legam sepinggang itu, membuat Abimanyu terhipnotis untuk terus mencium, dan membelainya. Abimanyu, merasa tersanjung, karena tubuh dan kecantikan Hazna, hanya di perunt
“Haz, apa maksudmu?” tanya Abimanyu, menatap lekat, wanita di depannya. “Mas...Aku tidak ingin, kalian berzinah, berhubungan tanpa ikatan penikakan adalah dosa besar, Aku tidak ingin Mas Abimanyu bergelut dalam dosa. Aku rela kok jika, mas Abimanyu menikahi Angela,” jawab Hazna pelan. “Kalau begitu, kamu gugut cerai Mas Abim, setelah kalian bercerai kami akan menikah. Karena aku hanya ingin satu-saunya Nyonya Abimanyu Raharja, menikah sah, secara agama dan negara,” ucap tegas Angela. “Maaf Angela, sampai kapanpun, aku tidak akan mengugat cerai Mas Abimanyu,” timpal Hazna, dengan tatapan tajam. “Terserah, kita lihat, siapa yang akan bertahan. Aku pergi dulu Mas Abim, aku sudah tidak berselera makan,” balas Angela. Lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dengan raut muka masam. Hazna dan Abimanyu, kini duduk berdua saling tatap, mata Abimanyu lekat menatap Hazna, hingga membuat Hazna tertunduk. “Maaf Mas, aku merusak suasana makan siang Mas Abimanyu, tapi aku lebih rela Mas
Pagi yang biasa cerah, terlihat mendung. Abimanyu duduk di kursi kerjanya, hari ini ia tidak bersemangat untuk bekerja, pikirannya masih melayang pada permintaan Hazna, yang tergolong sedikit gila, mana ada seorang istri yang menyuruh suaminya menikahi kekasihnya. “Hazna, benar-benar tidak waras,” gerutu Abimanyu, seraya membuka laptop di hadapannya. Iseng Abimanyu membuka berita infotaiment, terlihat berita terupdate mengenai kekasihnya Angela Kana. Sebuah project film akan di rilis bersama aktor baru, tapi pesonanya sudah menghipnotis dunia hiburan, aktor tampan bertubuh atletis berkulit putih, Frans aktor keturunan Indonesia Belanda itu akan bermain film dengan Angela kana. Melihat hal itu kekesalan Abimanyu bertambah, seketika di matikan laptopnya dan berdecak kesal. Tiba-tiba pintu ruangan di buka. Tampak Angela muncul dari balik pintu, dan melempar senyum pada kekasihnya yang terlihat cemberut. “Pagi, sayang, maaf ya kemarin siang aku pergi meninggalkanmu sama istri bodohmu
Abimanyu melangkah menuju ruang ganti artis, terlihat Reyna menghadangnya sebelum Abimanyu masuk. “Maaf Pak Abim, aku tidak mengizinkan Anda bertemu Angela, reputasi Angela dipertaruhkan. Aku tidak mau hubungan kalian ketahui oleh publik," ucap Reyna. “Aku hanya ingin bicara sebentar,” pinta Abimanyu. “Maaf, lebih baik bicara lewat ponsel,” balas Reyna. Abimanyu mendesah kasar, kemudian melangkah pergi. Sesampainya di tempat parkir. Abiamanyu menelepon Angela. “Hallo Angela, aku tunggu kamu di mobil, sekarang, atau aku akan memaksa masuk ke ruang ganti,” ancam Abimanyu tegas. “Oke, hari ini sudah selesai jadwal shootingku, aku segera menemuimu,” balas Angela. Sekitar sepuluh menit, Angela datang dan bergegas masuk ke dalam mobil milik Abimanyu. Terlihat Abimanyu tampak senang dengan kehadiran Angela, lalu tubuh nan seksi berbalut baju kurang bahan itu di peluknya erat, sambil membisikkan sebuah kata, ”I love you Angela.” Angela hanya diam, walau hatinya masih sakit, tapi tidak
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap