Tok...tok...suara pintu kamar di ketuk. Abimanyu yang sedang membuka kancing kemejanya, bergegas membuka pintu, terlihat ibunya ada di depan pintu dengan membawkan minuman.
“Ini teh melati, di luar dingin, minumlah,” ucap Bu Ratna pada putranya.
“Ibu, tidak usah repot-repot, biar Hazna yang menyiapkan,” balas Abimanyu.
“Tadi ibu bikin, sekalian buat kamu, kalau Hazna ‘kan tidak suka teh, jadi ini buat kamu,” timpal Bu Ratna.
“Iya Bu, terima kasih,” jawab Abimanyu seraya meraih secangkir teh dari tangan ibunya dan segera menutup pintu kamar, ketika Ibunya melangkah pergi.
Abimanyu, duduk di sofa, ia menyerutup sedikit demi sedikit secangkir teh melati, favoritnya, sampai habis tidak tersisa. Lalu diletakkan cangkir kosong di atas meja.
“Haz, cepatlah keluar dari kamar mandi, aku mau ganti baju,” ucap Abimanyu, sambil melepas celana kain panjang, hingga menyisakan celana pendek.. ”Di luar hujan, tapi kenapa tubuhku gerah dan terasa panas,” guman Abimanyu, yang tiba-tiba merasa aneh dengan tubuhnya. terasa panas tiba-tiba mengalir di darahnya. Ada sesuatu keinginan untuk segera di penuhi oleh tubuhnya. Abimanyu terlihat gelisah, keringat mulai membasahi wajahnya, hawa panas semakin ia rasakan. Padahal AC kamar sudah di nyalakan.
Ceklek...pintu kamar mandi terbuka, Hazna keluar dari kamar mandi dengan lingerie sebatas lutut yang seksi, kaki jenjang terlihat putih dan bersih tanpa cela, demikian juga dengan leher dan dadanya terbuka, terlihat lekukan yang jelas bentuk tubuh seksinya, rambut hitam legamnya tergerai sepinggang, sungguh seperti melihat seorang bidadari yang turun dari langit, yang memeliki kecantikan sempurna.
Hazna, menatap Abimanyu, yang sudah bertelanjang dada, dengan celana pendeknya, dada yang bidang terlihat jelas. Demikian juga dengan Abimanyu, matanya menatap penuh nafsu, menatap setiap inci dari tubuh Hazna, yang selama ini tertutup. Wajah cantik wanita di depanya itu mengalahkan Angela. Dan entah dorongan apa yang menyebabkan Abimanyu, langsung mendekat dan memeluk tubuh Hazna. Harum parfum rose, membuat gairah cinta Abimanyu membuncah, dan ingin segera di lampiaskan. Dengan sedikit kasar di kecupnya bibir Hazna, membuat Hazna sulit untuk bernapas. Lalu tubuh itu dibaringkan di tempat tidur. Hazna hanya terdiam, ia hanya menikmati setiap sentuhan–sentuhan yang Abimanyu berikan, ini adalah sentuhan pertama bagi Hazna. Tapi tidak dengan Abimanyu, dia sudah berkali-kali melakukannya dengan Angela.
Abimanyu seakan-akan hilang akal, dengan liarnya memainkan tubuh Hazna, hingga membuat Hazna harus menahan sakit, ketika kesuciannya di rengut, secara paksa dan kasar. Desahan aduh, di bibir Hazna, diartikan lain oleh Abimanyu. Peluh mengalir di dada Abimanyu, hingga terpuaskan sudah hasratnya.
Hujan dan gemuruh petir di luar, menjadi saksi kisah dua manusia, berbagi peluh, tanpa ada rasa cinta. Hazna menerima karena itu adalah sebuah kewajiban, sedangkan Abimanyu, entahlah dorongan apa yang menyebabkan dirinya jatuh ke dalam pelukan Hazna.
Sepanjang malam Hazna terjaga, dengan rambut dan baju yang berantakan, di sampingnya terlelap suaminya dengan tubuh polos, tertutupi selimut, malam ini adalah malam yang tidak pernah terlupakan bagi Hazna. Malam di mana, Abimanyu menjadikan dirinya istri seutuhnya. Entah karena kewajiban sebagai seorang suami, entah karena lingerie yang seksi, dan aroma parfum rose, yang digunakan Hazna. Yang pasti bukan karena cinta. Tapi Hazna cukup bahagia, dalam hati kecilnya berharap, bahwa Abimanyu suatu saat akan melakukannya dengan cinta, dan menjadi miliknya seutuhnya hati dan cintanya juga raganya.
Sayup-sayup terdengar adzan subuh, Hazna bengkit dari tidurnya, dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, permaiman semalam membuat Hazna tidak berdaya. Dengan berjalan pelan Hazna melangkah ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, tidak lupa membaca doa niat mandi wajib. Setelah itu Hazna mengambil air wudhu. Lalu dilanjutkan shalat Subuh. Doa-doa ia panjatkan di akhir salat.
“Ya Allah, Engkau berpihak pada orang-orang yang sabar, jadikan aku termasuk orang-orang yang sabar.” Doa Hazna, dengan menitikkan air mata.
Sinar mentari, menebus kaca jendela yang korden yang sudah terbuka. Abimanyu, mengeliat, tubuh tanpa sehelai benangpun masih bersembunyi di balik selimut, matanya menatap ke sekeliling kamar, tidak dilihatnya Hazna. Lalu Abimanyu bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Dengan langkah cepat menuruni tangga.
“Ibu, Hazna, aku tidak sarapan, aku berangkat dulu,” ujar Abimanyu ketika melewati ruang makan, sambil berjalan tergesa-gesa.
“Iya hati-hati,” jawab Bu Ratna.
Hazna, berjalan cepat mengikuti langkah suaminya.
“Mas... tunggu,“ teriak Hazna.
Abimanyu berhenti, dan menoleh ke arah Hazna.
“Ada apa?”
“Hati-hati,” balas Hazna, sambil meraih tangan Abimanyu, dan mencium punggung tangannya dengan takzim.
“Haz, aku minta maaf, semalam, aku tiba-tiba sangat ingin memenuhi hasratku, kepada siapa aku lampiaskan, kalau tidak pada dirimu,” ucap Abimanyu pelan.
“Itu, sudah kewajibanku, melayanimu, jangan merasa bersalah, kapan kamu menginginkannya aku siap,” balas Hazna, menatap lekat Abimanyu yang tampak salah tingkah.
Abimanyu hanya terdiam, ia lupa jika sekarang Hazna pasti akan mencium tangannya, ketika akan berangkat kerja. Gara-gara kejadian semalam membuat Abimanyu malu menatap Hazna. Entah apa yang membuatnya khilaf, dan sedikit gila. Malam yang tidak pernah terlupakan bagi Abimanyu, walaupun ini tidak pertama kali baginya, tapi tetap saja hal ini sangat berkesan baginya, semalam entah dorongan apa yang membuat Abimanyu bernafsu untuk memeluk Hazna. Tapi ia benar-benar sadar telah merengut kesucian istrinya. Kini wajah Hazna ada di benak Abimanyu, wajah cantik yang natural, tubuh seksinya yang hanya di peruntukan untuk dirinya, desahan, sikap pasrahnya dengan mata yang terpejam, mempunyai daya tarik sendiri, yang di iringi rintihan membuat Abimanyu, terbayang-bayang kejadian semalam. Panggilan telepon dari Angela tidak dihiraukannya.
Hazna kembali ke ruang makan setelah mengantar suaminya sampai naik mobil hingga mobil menghilang di balik pagar.
Hazna kembali duduk di kursi makan, menyantap roti bakar dan menyerutup cokelat panas menu favorit di kala pagi.
“Haz, bagaimana semalam, apa kamu dan Abimanyu sudah...” bisik Bu Ratna dengan tatapan serius.
“Sudah Bu..” balas Hazna, tahu apa yang di maksud mertuanya.
Tapi kenapa ibu mertuanya menanyakan hal itu, seakan-akan ia tahu hal itu akan terjadi. Hazna hanya menahan rasa penasarannya.
“Syukurlah, obatnya manjur,” celoteh Bu Ratna, sambil tersenyum tipis.
Ucapan ibu mertuanya membuat Hazna terbengong, penuh tanda tanya.
“Maksud ibu, obat apa?”
“Haz, Di dalam pernikahan itu wajib bagi suami untuk memberi nafkah batin, jika Abimanyu tidak melakukannya dia akan dosa besar. Dan keturunan juga penting dalam membangun rumah tangga, kehadiran seorang anak, bisa mempererat hubungan kalian, kamu juga tidak akan kesepian, jika seorang anak ada di sampingmu, iya ‘kan Haz,” ujar Bu Ratna, puas karena rencananya berhasil, walau harus dengan mencampurkan obat perangsang di dalam teh yang di minum Abimanyu.
Abimanyu terlihat serius di depan laptop, hingga bunyi ponsel membuyarkan konsentrasinya, panggilan telpon dari Angela. “Hallo Angela, ada apa?” sapa Abimanyu. “Baru, diangkat sih,” protes Angela dengan nada bicara kesal. “Maaf sayang, tadi aku lagi nyetir tadi,” balas Abimanyu. “Oke, kita bertemu di kafe biasanya, aku tunggu jam makan siang.” “Oke, sayang.” Abimanyu menutup ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya. Hingga hari beranjak siang, Abimanyu teringat janjinya untuk makan siang bersama Angela di sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Dengan gegas, Abimanyu melangkah lebar menuju ke parkiran, setelah itu naik ke dalam mobil melaju ke jalan raya. Beberapa menit kemudian sampailah Abimanyu di sebuah kafe yang terlihat mewah dan private, nuansa klasik tergambar di setiap sudut kafe, menambah suasana yang romantis. Abimanyu melangkah masuk, seorang pelayan kafe menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita, pelayan kafe. “Aku sudah ada j
Malam panjang yang dingin, kini terasa hangat. Abimanyu dan Hazna, memadu kasih. Hingga peluh membasahi tubuh mereka. Abimanyu yang sudah berpengalaman pun, dengan sabar memperlakukan Hazna yang masih tampak canggung, dan malu. Malam kedua terasa berbeda di bandingkan pada malam pertama. Hazna yang sudah siap menerima Abimanyu. Demikian juga Abimanyu, walau melakukan untuk sebuah kewajiban, tapi tidak bisa di pungkiri, detak jantungnya berdesir kuat ketika memeluk dan menyentuh serta memadu kasih dengan Hazna. Hampir sama, waktu melakukannya dengan Angela, tapi dorongan nafsu yang membakar jiwa lebih kuat, berbeda dengan Hazna, polosnya dan lugunya Hazna, membuat Abimanyu lebih merasa di cintai. Hazna juga ternyata memiliki tubuh yang seksi, di balik baju yang tertutup yang sering di pakainya. Harum rambut yang hitam legam sepinggang itu, membuat Abimanyu terhipnotis untuk terus mencium, dan membelainya. Abimanyu, merasa tersanjung, karena tubuh dan kecantikan Hazna, hanya di perunt
“Haz, apa maksudmu?” tanya Abimanyu, menatap lekat, wanita di depannya. “Mas...Aku tidak ingin, kalian berzinah, berhubungan tanpa ikatan penikakan adalah dosa besar, Aku tidak ingin Mas Abimanyu bergelut dalam dosa. Aku rela kok jika, mas Abimanyu menikahi Angela,” jawab Hazna pelan. “Kalau begitu, kamu gugut cerai Mas Abim, setelah kalian bercerai kami akan menikah. Karena aku hanya ingin satu-saunya Nyonya Abimanyu Raharja, menikah sah, secara agama dan negara,” ucap tegas Angela. “Maaf Angela, sampai kapanpun, aku tidak akan mengugat cerai Mas Abimanyu,” timpal Hazna, dengan tatapan tajam. “Terserah, kita lihat, siapa yang akan bertahan. Aku pergi dulu Mas Abim, aku sudah tidak berselera makan,” balas Angela. Lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dengan raut muka masam. Hazna dan Abimanyu, kini duduk berdua saling tatap, mata Abimanyu lekat menatap Hazna, hingga membuat Hazna tertunduk. “Maaf Mas, aku merusak suasana makan siang Mas Abimanyu, tapi aku lebih rela Mas
Pagi yang biasa cerah, terlihat mendung. Abimanyu duduk di kursi kerjanya, hari ini ia tidak bersemangat untuk bekerja, pikirannya masih melayang pada permintaan Hazna, yang tergolong sedikit gila, mana ada seorang istri yang menyuruh suaminya menikahi kekasihnya. “Hazna, benar-benar tidak waras,” gerutu Abimanyu, seraya membuka laptop di hadapannya. Iseng Abimanyu membuka berita infotaiment, terlihat berita terupdate mengenai kekasihnya Angela Kana. Sebuah project film akan di rilis bersama aktor baru, tapi pesonanya sudah menghipnotis dunia hiburan, aktor tampan bertubuh atletis berkulit putih, Frans aktor keturunan Indonesia Belanda itu akan bermain film dengan Angela kana. Melihat hal itu kekesalan Abimanyu bertambah, seketika di matikan laptopnya dan berdecak kesal. Tiba-tiba pintu ruangan di buka. Tampak Angela muncul dari balik pintu, dan melempar senyum pada kekasihnya yang terlihat cemberut. “Pagi, sayang, maaf ya kemarin siang aku pergi meninggalkanmu sama istri bodohmu
Abimanyu melangkah menuju ruang ganti artis, terlihat Reyna menghadangnya sebelum Abimanyu masuk. “Maaf Pak Abim, aku tidak mengizinkan Anda bertemu Angela, reputasi Angela dipertaruhkan. Aku tidak mau hubungan kalian ketahui oleh publik," ucap Reyna. “Aku hanya ingin bicara sebentar,” pinta Abimanyu. “Maaf, lebih baik bicara lewat ponsel,” balas Reyna. Abimanyu mendesah kasar, kemudian melangkah pergi. Sesampainya di tempat parkir. Abiamanyu menelepon Angela. “Hallo Angela, aku tunggu kamu di mobil, sekarang, atau aku akan memaksa masuk ke ruang ganti,” ancam Abimanyu tegas. “Oke, hari ini sudah selesai jadwal shootingku, aku segera menemuimu,” balas Angela. Sekitar sepuluh menit, Angela datang dan bergegas masuk ke dalam mobil milik Abimanyu. Terlihat Abimanyu tampak senang dengan kehadiran Angela, lalu tubuh nan seksi berbalut baju kurang bahan itu di peluknya erat, sambil membisikkan sebuah kata, ”I love you Angela.” Angela hanya diam, walau hatinya masih sakit, tapi tidak
Hazna keluar dari taksi yang ditumpangi, hari menjelang sore, dilangkahkan kakinya menuju pintu depan, tampak Bu Ratna melempar senyum pada Hazna, ketika melihat menantu pilihannya ada di depan mata. “Bagaimana Haz, kamu sudah selesai merenovasi kamar pribadi Abimanyu, sekarang itu juga kamarmu, sesekali kalian harus menghabiskan waktu menginap di hotel,” ucap Bu Ratna, dengan binar mata bahagia. Perkataan Bu Ratna, sebenarnya membuat mual Hazna, tidur di ranjang bekas pengkhianatan suaminya, rasanya seperti tidur di atas tumpukan duri yang menusuk seluruh tubuh. Seketika bayangan suaminya yang tangannya merekat kuat di pinggang Angela membuat sasak dadanya. “Sudah Bu, Hazna sudah mengganti furniture yang lebih minimalis, pasti Mas Abim menyukainya,” jawab Hazna, dengan tersenyum kecil. Ia masih tidak tega membuat Ibu mertuanya kecewa, jika mendengar bahwa putranya masih berhubungan dengan kekasihnya. Hazna dan Bu Ratna melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah menyelesaikan kewaj
Hazna melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamarnya, sebuah kamar yang sangat sederhana yang menemaninya di saat masih kecil hingga ia dewasa, kamar itu masih sama, bercat dinding putih dengan ranjang kecil dan satu set lemari dua pintu dan meja belajar, berlahan Hazna menghempaskan tubuhnya di tempat tidur yang tidak begitu empuk, tapi terasa sangat nyaman, lalu matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang jauh pada sosok Angela Kana, seorang aktris cantik dan seksi, itu bukan hanya memikat hati suaminya tapi juga membuat ibunya mengidolakannya. Dalam hati Hazna berkata, tidak akan mampu bersaing dengan Angela, aktris itu begitu mempunyai fisik sempurna, yang akan membuat pria manapun pasti tunduk padanya. Hari menjelang malam, jam tangan Hazna menunjukkan pukul tujuh malam, Hazna keluar beranjak dari kamar, begitu aroma sambal terasi dan tempe goreng mengoda perutnya untuk segera datang menyantap menu sederhana favoritnya. “Emmm begitu ada aroma sambal trasi dan t
Hazna, berjalan agak menjauh dari Ratna, kemudian di raihnya ponsel dari dalam tas kecil miliknya. Dengan pelan Hazna menelepon Anton untuk segera ke rumah sakit menemui Ratna. “Hazna sudah meminta Pak Anton untuk datang ke sini Bu, apa perlu aku pangilkan Mas Abimanyu untuk masuk ke kamar?” tanya Hazna ragu, mengingat kemarahan ibu mertuanya itu pada suaminya. “Tidak perlu Haz, ibu hanya ingin bicara padamu. Kamu sebagai wanita jangan terlalu lemah Haz, sampai kapanpun, Ibu tidak ridho jika Abim, menikahi wanita itu. Haz, berjanjilah pada ibu, kamu tidak akan membiarkan wanita lain ada di hati Abimanyu,” pinta Ratna, sambil menarik pelan kedua telapak tangan Hazna, sambil menitikkan air matanya. “Hazna berjanji Bu... akan menuruti kemauan Ibu,” balas Hazna, dengan gugup. “Kamu harus kuat, kamu tidak kalah cantik dengan Angela, kamu pasti bisa menyingkirkan bayangan Angela dari pikiran Abimanyu.” Sekali lagi Ratna memohon pada Hazna dengan menggenggam kedua tangan Hazna. Hazna m
Seketika wajah Bagaskara berubah pucat, kedok kebusukannya sudah terbongkar, tapi ia mencoba bersikap tenang.“Untuk menuntut seseorang, harus ada bukti, Abim.”“Bukti? Tenang saja, aku sudah mempersiapkan buktinya, Santi dengan jelas menceritakan jika kamu yang membawa Hazna pasca kecelakaan, dan kesaksian Pak Dito, jika ia diberi obat tidur oleh Santi hingga menyebabkan kecelakaan, kalian akan cukup lama di penjara!” gertak Abimanyu lalu menutup ponselnya.Bagaskara terlihat panik, ia berusaha menghubungi Santi beberapa hari yang lalu tapi tidak bisa, tidak lama kemudian masuk chat video. Dengan cepat Bagas membukanya, dan video tentang pengakuan Santi yang melibatkan Bagaskara .Kini Bagaskara sadar, jika nasibnya berada di tangan Abimanyu, dan mungkin kali ini Abimanyu tidak akan memaafkannya.Satu minggu telah berlalu, Hazna sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya bersama Abimanyu.“Hemmm aku merindukan kamar ini,” ucap Hazna, lalu menatap dirinya
Abimanyu membaringkan tubuh Hazna ke atas pembaringan, melucuti sleep dres yang masih menempel, kini hanya terlihat tubuh polos yang sangat dirindukannya, tiga bulan sudah ia menahannya dan saat ini, Abimanyu ingin meluapkan hasratnya, desahan nama Hazna selalu di sebutnya dalam puncak kenikmatan, demikian juga Hazna, wanita itupun merasakan hal sama sebuah kenikmatan bercinta ia rasakan.Hujan rintik diluar sana, menjadi saksi permainan panas keduanya di atas ranjang, hingga kedua tubuh itu terkulai di atas ranjang dangan saling berpelukan.Hazna membuka matanya, tubuh polosnya masih berada dipelukan Abimanyu, ia manatap wajah pria yang berada beberapa centi itu, dalam hatinya ia meragu. jika pria yang memperlakukannya penuh dengan cinta adalah target balas dendamnya.Perlahan di uraikannya pelukan Abimanyu, lelaki itu masih tertidur pulas, Hazna turun perlahan dari tempat tidur, meraih bajunya dan beregas membersihkan diri, jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, sebuah cha
Hari menjelang sore, ketika Hazna terbangun, ia sedikit terkejut karena ia sudah berada di atas tempat tidur. Rasanya nyaman sekali tidurnya, tidak ada yang perlu ditakutkan berada di dekat Abimanyu.Kini pikiran Hazna bercabang, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah mungkin Abimanyu Raharja yang berstatus suaminya yang menyebabkan kecelakaan dirinya.Suara ketukan pintu depan membuyarkan lamunannya, jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Bergegas kaki Hazna menginjak lantai dan berjalan untuk membuka pintu.Ceklek!...”Pak Abimanyu,” sapa Hazna.“Sudah puas tidurnya, dari siang hingga sore, kalau sudah, aku ada tugas untukmu.”“Tugas di hari libur?” Hazna memicingkan matanya.“Ya, ada tugas untukmu, ayolah ikut denganku.” Abimanyu langsung menarik tangan Hazna, tidak memberi kesempatan untuk Hazna menolak perintahnya.Abimanyu terus mengandeng paksa Hazna, hingga sampai di area loundry.“Hari ini, Ibu, Leon dan Bi Eni sedang liburan di puncak, aku ingin kamu mencuci bajuku.”“Ahhh a
“Bu dia bukan Hazna,” ucap Derma pelan.“Pak, apa kamu tidak mengenalinya, walau rambutnya berubah cokelat tembaga, dan manik matanya cokelat, tapi aku bisa mengenali putriku,” balas Mega.“Jika dia Hazna, dia tidak akan melepas hijabnya.”Mega menatap nanar wanita di depannya, yang mengenakan dres tanpa lengan, Hazna tidak pernah memakai baju kurang bahan seperti itu meskipun di dalam rumah.“Kamu bukan Hazna...” gumam Mega.“Aku memang bukan Hazna, aku Nayla partner kerja Pak Abimanyu.”“Ayo Bu, kita keluar dari sini,” ajak Derma menarik tangan istrinya.Mega sangat kecewa, dan semakin sedih, dengan langkah gontai keduanya menuju rumah utama.“Bu Mega, Pak Derma, silahkan masuk,” titah Ratna begitu melihat besannya sudah di ambang pintu.Ratna meraih Leon dan berganti mengendongnya.”Eyang sudah kangen sama Leon,” ucapnya seraya mengcup kening bocah satu tahun yang mesih terlelep tidur.“Mengapa ada wanita yang mirip Hazna di sini?” tanya Mega, dengan titik embun di sudut netranya.
Abimanyu kembali ke mobilnya, untuk sesaat dia berpikir tentang pernyataan Dito, bahwa dirinya merasa diberi obat tidur oleh seseorang. Lalu Abimanyu terpikir untuk mendatangi Resort miliknya, di mana Dela dan Anjar melakukan pernikahan. Resort yang dimiliki Abimanyu terbilang ketat pengamanan, kenapa ada seseorang penyusup yang masuk tanpa kartu undangan pernikahan batin Abimanyu sangat kesal.Dengan geram ia menuju resort miliknya, hanya butuh 30 menit Abimanyu telah sampai, seorang security menyambutnya.“Selamat datang pak Abimanyu,”“Pak aku ingin bertemu dengan kepala maintenance sekarang,”“Baik Pak .”“Oh ya siapa security yang berjaga saat malam resepsi pernikahan Dela dan Dokter Anjar di sini, dan disaat Bu Hazna kecelakaan, aku juga ingin bertemu dengannya!”“Kebetulan malam itu, saya Pak yang berjaga,”“Baiklah kita bicara di ruang maintenance.”Tidak lama kemudian, seorang pria yang merupakan staff bagian keamanan dan security sudah berada di ruang maintenance bersama Abi
Kembali ke rumah Abimanyu Raharja, lelaki itu sudah terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru tua, ia melangah menuju meja makan di sana Ratna sudah menunggunya.“Bu, kemana Leon, semalam kau kemarnya tapi tidak ada dan pagi ini juga aku belum melihatnya?”“Kemarin siang, Pak Derma dan Bu Mega menjemputnya mereka kangen dengan cucunya, mungkin Leon akan satu minggu di sana.”“Kasihan Pak Derma dan Bu Mega, pasti mereka sangat merindukan Hazna, aku harap Hazna kembali dalam keadaan baik-baik saja.”“Abim, jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin, ini sudah satu bulan lebih, Hazna belum ada kabar.”“Pak Dito sudah sadar dari koma kemarin, dan menurut keterangannya Hazna waktu itu berhasil keluar dari mobil, bahkan dia ingin membantu mengeluarkan Pak Dito dari dalam mobil, tapi karena kaki Pak Dito terjepit, Hazna kesulitan, lalu ia pergi mencari pertolongan, dan setelah itu Pak Dito tidak sadarkan diri,” jelas Abimanyu.“Benarkah, tapi jika Hazna selamat, kemana dia, apa
Abimanyu mulai mencurigai, jika Nayla adalah Hazna, tapi sebagian hatinya juga mengatakan tidak. Hazna adalah wanita sholehah, ia tidak akan berpenampilan seperti itu, lagi pula buat apa dia melakukannya, hubunganku dengan Hazna sudah baik-baik saja, pikir Abimanyu cukup membuat kepalanya hampir meledak, jika memikirkan kesamaan Nayla dan Hazna.“Pak Abimanyu...Pak..” sapa Hazna ketika melihat Abimanyu melamun.“Oh Maaf, aku sudah kenyang, kita pergi sekarang.” Abimanyu bangkit dari duduknya setelah mengusap mulutnya dengan tissu.Hazna mengikutinya. ”Pak kita ke hotel dulu, barang-barangku masih ada di sana.”“Oke , kita ke hotel dulu.”Abimanyu dan Hazna meninggalkan kafe dan menuju Hotel Raharja. Sesampainya di Hotel Raharja, Hazna langsung menuju kamarnya, mulai mengemasi semua berang-barangnya dalam sebuah travel bag, sesudah itu dengan langkah pelan ia meninggalkan kamar menyusuri lorong hotel, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, ketika ia mendengar perbincangan dua room serv
“Auww,” teriak Hazna kesakitan ketika rambutnya di cengkram kuat oleh Angela.“Angela, lepaskan!” bentak Abimanyu dengan menarik tangan Angela supaya melepaskan tangannya dari rambut Hazna.Angela melepaskan tangannya, tapi matanya masih menatap lekat wanita di depannya.“Kamu siapa? Tidak mungkin Hazna, dia sudah tiada.” gumam Angela.“Dia Nayla, partner kerjaku, awas jika kamu lancang dengannya lagi!” Abimanyu mengertak Angela.Angela masih tertegun, menatap Hazna dari atas ke bawah, ”Nayla, ya kamu bukan Hazna. Hazna selalu menjaga tubuhnya dengan berbalut khimar dan hijab, sedangkan dirimu seperti jalang..”Plak!...tamparan keras mendarat pipi mulus Angela.”“Jaga bicaramu!” bentak Hazna.Seorang security datang.“Pak! Bawa Angela keluar dari sini!” perintah Abimanyu geram.“Abim...jadi kamu sekarang lebih tertarik dengan wanita yang mirip Hazna dari pada diriku!” pekik Angela mengila ia berontak ketika tanganyna diseret security dengan kasar. Abimanyu mendesah kesal lalu kembali
Hazna, tampak berpikir sejenak, ia tidak mau memutuskan apapun tanpa sepengetahuan Bagas. ”Aku akan pikrkan dulu.”Tidak tersasa mereka sampai di kawasan perkantoran, di sana terdapat berjajar deretan kafe, toko dan butik, salah satunya kafe dan restoran Bintang Raharja milik Abimanyu. Abimanyu dan Hazna turun dari mobil.“Nay, aku akan perkenalkan dengan beberapa staff dan karyawan kafe, ikutlah denganku.” ajak Abimanyu.Hazna mengikuti langkah Abimanyu. Hazna menatap dekorasi interior kafe yang bernuansa alam, banyak sekali tanaman hias di dalam ruangan.“Bagus sekali desainnya, terasa ada ditengah alam yang sejuk, gemercik air kolam dengan tanaman hijau yang mengelilinginya membuat pengunjung akan betah disini.”“Desain interior ini, adalah usul dari Hazna, ia menyukai hal-hal yang sederhana, tapi terlihat nyaman,” sahut Abimanyu.Hazna tertegun, ketika melihat Abimanyu berucap, seakan dari nada bicaranya ia sangat mengagumi sosok Hazna. Tapi sekali lagi sikap Abimanyu di anggap