[Selamat Tuan, sekarang mata anda sudah normal.]
Jack meraba-raba matanya, mengulang untuk memakai kacamata hanya untuk dilepaskan kembali, menutup sebelah mata bergantian, dan membuka mata lebar-lebar untuk menatap sekeliling. Dia tersenyum haru, sebelum tertawa lepas. Jack tidak bisa menahannya. Rasanya seperti lahir kembali, melihat isi dunia secara langsung dengan sangat jelas tanpa penghalang lensa lagi.
Dia sangat ingat, bagaimana Elena dan keluarganya, juga beberapa rekan kerjanya dulu sering menjadikan sakit silindernya sebagai lelucon. Bahkan, pernah suatu waktu, Tommy sengaja mengambil dan menyembunyikan kacamatanya. Entah bagaimana dirinya yang mesti meraba-raba benda di sekitar karena kesulitan melihat, malah membuat keluarga Elena terbahak-bahak.
"Sistem, bagaimana kamu melakukannya?" Dia masih sulit percaya. Ini seperti mimpi!
[Semua berkat kebaikan anda, Tuan. Selama ini anda melihat dengan hati, merasakan kesulitan orang lain, dan senantiasa baik pada siapa pun. Anda mampu melihat celah yang diabaikan orang lain. Saya tersentuh.]
Jack menarik napas panjang. Di hari pertama menjadi Host dari Sistem Kekayaan Super, dia mendapat banyak keajaiban. Dalam hati dia bersumpah tidak akan menyia-nyiakan berkah itu!
"Sistem, sekarang aku tunawisma. Aku akan membeli rumah mewah besok, dan malam ini, mungkin tidur di hotel bukan ide buruk."
Jack teringat ada sebuah hotel bintang tiga tak jauh dari sana. Saat melintas di Havrefort Street yang lengang, ada sebuah penginapan dengan desain klasik yang menyita perhatian Jack. Bukan penginapan itu yang membuat Jack menghentikan laju, melainkan keributan yang terjadi.
Dia melihat dengan jelas, seorang wanita dengan penampilan berantakan merintih dan memelas, meminta untuk dilepaskan dari cengkeraman pria berkumis.
"Tolong, Tuan. Biarkan saya pulang." Wanita itu berusaha membebaskan lengannya.
"Tidak! Aku sudah menyewamu untuk satu malam."
Wanita itu memohon lagi, "Saya sudah melayani anda tadi. Jadi, tolong, izinkan saya pulang."
"Enak saja! Aku sudah membayar penuh. Teman-temanku akan datang. Kamu harus profesional! Cepat ikut denganku lagi!" Pria berkumis menyeret wanita itu tanpa kasihan.
Tentu saja hati Jack menjadi tak tenang melihat pemandangan itu. Tapi, dia bukan ahli beladiri, sedangkan pria berkumis itu bertubuh besar dengan otot-otot yang mencuat.
Jack tidak yakin rahangnya akan bertahan jika terkena tinju dari lengan kekar pria itu. Hanya saja, jerit tangis sang wanita benar-benar mengusik batinnya.
"Berhenti!" Jack nekat.
Pria berkumis berbalik, menatap Jack dengan mata seperti hendak keluar dari soketnya.
"Jangan ikut campur. Anggap saja kamu tidak melihat ini, atau aku akan membuat matamu tidak bisa melihat lagi."
Jack menelan ludah. Baru saja penglihatannya menjadi normal, kini seseorang mengancam akan menghilangkannya.
Jack menggeser pandangan pada si wanita malang. Dari sorot mata yang berkaca-kaca, Jack tahu, wanita itu mengharap pertolongan.
Tangan Jack yang bergetar dikepalkan. Dia mengumpulkan keberanian.
"Ke-kenapa anda memaksanya ikut jika dia ingin pulang?"
Pria berkumis mendengus. "Berandal kecil! Rupanya kamu benar-benar tidak sabar untuk buta!"
Dengan langkah terhentak, pria berkumis menyeret si wanita untuk menghampiri Jack. Sungguh, tiap derapnya berhasil memacu detak jantung Jack. Terlebih saat dia sudah dekat dan mengangkat tinjunya, otot-otot itu menjadi lebih jelas dan mengintimidasi.
"Terima ini, pecundang!" ujarnya saat hendak mengayunkan tinju pada Jack.
"Polisi!" kata Jack spontan dengan kedua tangan melingkupi kepala. Dia bahkan sekarang ragu, tengkoraknya cukup kuat untuk tidak retak. Sekurang-kurangnya, dia akan menerima jahitan di kepala akibat bocor.
"Apa?" Pria berkumis mengerem tangannya yang terkepal kuat.
"A-aku akan menelepon polisi."
Jangankan memohon ampun atau berusaha mencegah Jack untuk melakukannya, pria berkumis malah tertawa.
Jack menurunkan kedua tangan, melihat lawan terpingkal-pingkal.
"Asal kamu tahu, salah satu temanku yang akan datang ke mari untuk bersenang-senang dengan wanita ini adalah seorang polisi. Cepat panggil polisi lain sekarang agar acara nanti semakin seru."
Meski sempat kaget, Jack tahu tidak semua polisi demikian. Hanya saja, sekarang dia ragu untuk melapor.
‘Sistem, cari tahu kelemahannya!’ batin Jack
[Ditemukan! Nama: Paul Hogweed. Usia: 40 tahun. Kelemahan: istrinya, Grace Hogweed … …]
Jack menarik ujung bibirnya melihat layar transparan yang memuat sejumlah informasi pribadi pria berkumis.
“Apa yang membuatmu berani memandangku seperti itu hah?!” Paul menepuk dadanya. "Aku pemilik penginapan ini. Orang-orang tahu kehebatanku. Orang cerdas akan hormat padaku, tapi pecundang akan menyesal karena berani melawanku!”
“Jadi, namamu Paul Hogweed, benar?” Jack tidak menyisakan ekspresi ketakutan di wajahnya.
“O, kamu sudah tahu, baguslah. Ingat namaku di neraka, karena setelah ini aku akan membawamu masuk ke penginapanku!” Paul mencengkeram tangan Jack, menyeretnya bersama wanita malang, seperti menyeret kanak-kanak untuk dipaksa mandi.
“Tuan, tolong lepaskan pemuda ini. Tidak apa-apa, anda bawa saya masuk lagi.” Wanita itu berubah pikiran. Dia yang semula mencemaskan keselamatannya, kini khawatir pada Jack. Dia tahu Paul tidak pernah main-main dengan ucapannya.
“Kenapa aku harus memilih jika bisa mendapatkan kalian berdua? Hahaha, kamu akan menjalankan tugasmu, sedangkan pecundang ini akan menambah pemasukanku. Aku akan membedah tubuhnya, mengambil dan menjual organ dalamnya.” Paul mempererat cengkeramannya pada Jack dan wanita itu.
Si wanita terus memohon untuk pembebasan Jack. Tapi, dia menjadi kesal melihat Jack yang justru tampak tenang. “Tuan, sadarlah! Dia akan mengambil ginjalmu, jantungmu, mencongkel matamu. Dia akan membunuhmu!” suaranya terdengar frustrasi, membuat Paul tertawa semakin lantang.
"Dia tidak akan berani.”
Paul berhenti tepat di depan gerbang masuk. “APA?!” ujarnya dengan tubuh condong ke Jack.
Tapi Jack tidak terintimidasi. Dia berkata, “Dalam satu kali tekan, segala percakapan yang terekam di ponselku akan terkirim ke Nyonya Grace Hogweed.”
Paul terbelalak, wajahnya mendadak pucat. Dengan suara tergagap dia bertanya, “Bagaimana kamu mengenal istriku?”
“Apa aku tidak terlihat seperti mata-mata? Hahaha, rupanya penyamaranku memang sempurna.”
“Apa maksudmu?” Paul mencengkeram baju Jack. Dia mendesis, “Jangan main-main denganku.”
“Salah besar. Semestinya aku yang memperingatkan anda; jangan main-main dengan Nyonya Hogweed. Atau, anda akan kehilangan semuanya. Kekayaan, penginapan ini, fasilitas mewah, bahkan nama marga.”
Jack menatap tajam Paul. Dia berbisik, “Lanjutkan kelakukan busuk anda jika ingin kembali menjadi Paul LACTON.”
Wanita malang terkejut karena Paul melepaskan cengkeraman dari tangannya. Dia tidak tahu apa yang dikatakan Jack pada Paul, tapi yang jelas, situasi saat ini seperti berbalik.
“Si-siapa kamu sebenarnya?”
Keringat dingin membuat kening dan telapak tangan Paul basah. Pasalnya, tidak ada orang yang tahu tentang identitas aslinya selain sang istri. Tak heran dia menjadi ketakutan karena menjadi seorang Lacton artinya sama dengan kembali miskin, diremehkan, dimaki, dan kelaparan.
“Itu tidak penting. Yang terpenting, anda tidak lupa bahwa Nyonya Hogweed tidak akan senang melihat suaminya bersenang-senang dengan wanita lain. Dan aku memiliki rekaman suara anda saat mengatakan tentang rencana pesta yang akan anda lakukan bersama teman-teman anda di penginapan milik Nyonya Hogweed.” Jack menggoyang-goyangkan ponselnya.
“Tu-tuan, aku mohon, jangan mengirimkan rekaman itu pada istriku.” Paul mulai berpikir bahwa Jack adalah mata-mata yang dibayar istrinya untuk mengawasinya. Dia mengingat hari-hari belakangan, lalu mengerti mengapa sang istri bersikap ketus dan mudah curiga.
Merasa keselamatannya terancam, Paul membuang rasa malu, lalu memutuskan untuk berlutut di hadapan Jack. “Tuan, saya janji tidak akan menghianati Grace lagi. Saya mohon, beri saya kesempatan.”
Jack tersenyum miring lagi. Dia sengaja menginjak jempol kaki Paul kuat-kuat. “Tenang Tuan Hogweed. Aku suka tawar menawar.”Paul meringis. Biarpun berat badan Jack jauh di bawahnya, tetap saja pria itu berdiri bertumpu di atas satu jempol kakinya. Tapi dia tidak mungkin marah. Paul malah memegang kaki Jack, “Katakan Tuan, apa saja akan saya lakukan, asalkan anda tetap merahasiakan dosa-dosa saya dari Grace.”Jack mengambil kakinya dari atas jempol Paul. “Mudah saja. Lakukan tiga hal untukku.”Paul diam berpikir. Jika bukan karena istrinya, jangankan melakukan tiga hal untuk Jack, berlutut padanya seperti sekarang pun dia tidak sudi. Walaupun begitu, tidak mungkin juga dia menawar.“Baik Tuan, dengan senang hati,” jawabnya menahan dongkol.“Pertama, minta ampun padanya.” Jack menunjuk wanita yang bernama Laura Kills itu.Paul menoleh pada Laura untuk memberikan tatapan tajam. Dalam hati dia menentang keras permintaan Jack. Harga dirinya terkoyak! Tapi lisannya mencoba bernegosiasi ba
Memasuki area Paradise Roadway, Jack disambut dengan musik bersemangat yang keras, aroma minuman beralkohol yang pekat, dan sorot lampu warni-warni tapi remang-remang. Di antara hingar bingar itu, terdengar gelak tawa centil para wanita penghibur yang melayani para pelanggannya.“Tuan, ikuti saya.” Laura berbisik, berjalan cepat tapi mengendap-edap.Jack yang melihat ekspresi cemas di wajah Laura, menahan diri untuk bertanya. Dia mengikuti Laura melewati orang-orang yang menari mengikuti irama.Dalam perjalannya itu, Jack terkejut saat tahu bahwa rumah bordil itu juga menjual pakaian. Ia melihat etalase-etalase di samping kanan dan kiri lengkap dengan label harga yang tergantung di kaca, beberapa di antaranya ada yang sedang diskon hingga lebih dari 50%. Tapi, yang terpajang di dalam etalase itu bukanlah manekin melainkan para wanita dan pria sungguhan. Para wanita ada di sisi kiri, sedangkan para pria dipamerkan di kanan.Selain peran manekin yang digantikan dengan orang, hal lain ya
Rumah bordil Paradise Roadway menyediakan tiga jenis kamar untuk para pelanggan yang ingin menginap bersama pelacur atau gigolo, yakni standard room, single room, dan paradise room. Biaya sewa paling murah tentu saja standard room, itu berupa bilik-bilik kecil berderet, berukuran 3x2 meter, yang hanya memuat sebuah tempat tidur.“Apa kamu tahu, berapa biaya sewa per malam untuk kamar terbaik di sini?” Ava menatap tajam Jack sambil meminta para algojo kembali ke sisinya.Jack tidak menyahut, malah melihat Laura yang tampak pucat. Dia merangkul lengan Laura. “Tenang Nona, semua akan baik-baik saja.”“Baik apanya?!” Ava membentak. “Paling tidak, aku akan mencukur habis rambutnya agar impas. Dia kehilangan mahkotanya karena membuatku kehilangan pelanggan.”“Kamu tidak akan melakukannya.” Jack menatap tajam Ava. “Bersiaplah untuk mencium kakiku.”Ava tertawa lantang, begitupun orang-orang yang berkerumun. Mereka sama-sama tahu, Jack yang mereka kira seorang gembel harus memberikan ribuan do
"Kurang ajar! Lancang sekali mulutmu, gembel sialan!" bentak Jessy sangat kesal.Selama kariernya menjadi pelacur di Paradise Roadway, ini kali pertama Jessy menjumpai seorang pecundang melawan germo yang paling ditakuti di sana. Sekaligus pertama kali pula baginya, Laura, dan orang-orang di sekitar, melihat Ava menjadi lebih sabar dari biasanya. Sekarang Ava bahkan hanya bergeming memandangi layar ponselnya."Mommy?" tanya Jessy melihat tangan Ava bergetar."Jack Hall..." desis Ava sambil mengangkat pandangannya ke arah Jack."Ya, itu namaku."Ava sukses membuat semua orang terbelalak ketika tiba-tiba ia menekuk lututnya di hadapan Jack."Mommy, apa yang kamu lakukan?" Jessy membungkuk dan menarik lengan Ava yang besarnya tiga sampai empat kali lipat darinya, bermaksud untuk membantu Ava berdiri.Namun, tanpa memberikan penjelasan apapun, Ava menepis kuat tangan Jessy hingga tersungkur ke lantai.Jessy akan melakukan protes. Tapi adegan berikutnya membuat mulutnya terbuka lebar."Maa
“Apa-apaan ini?! Keluar kalian berdua! Cepat keluar, sialan!” Jack Hall memukul-mukul kaca mobil putih yang berhenti di halaman rumah, setelah melihat sang istri, Elena Moore, bermesraan dengan sang atasan.Sebelumnya Jack sibuk membantu keluarga istrinya mendekor ruang tamu dengan aneka pita, bunga-bunga, dan balon warna-warni untuk merayakan entah. Dia yang pulang lebih awal dari dinas di luar kota, bahkan tidak diberi kesempatan untuk sekadar meletakkan koper di kamar atau mengganti baju.Meski tidak yakin, Jack memilih berprasangka bahwa hiasan-hiasan di rumah adalah untuk memperingati hari ulang tahunnya. Itulah alasan Jack pulang lebih cepat, sebab ingin memberi kejutan kepada istri tersayang.Siapa sangka, malah Jack yang sekarang dibuat terkejut, atau lebih tepatnya syok!Elena dan Victor Exton, atasan Jack, terkesiap. Mereka tidak tahu kalau Jack sudah pulang. Dengan gugup keduanya turun dari dalam mobil.“Sayang, ini tidak seperti yang kamu pikirkan.”“Benar, Jack. Jangan sa
“Hah?”Jack mengerjap-ngerjapkan mata karena sebuah layar transparan tiba-tiba muncul di hadapannya dengan pesan yang tidak masuk akal. Namun, sesaat kemudian layar itu menghilang ketika ponsel di saku celana Jack bergetar karena pesan masuk. Dia melihatnya, sebuah notifikasi yang membuat mata Jack membulat.‘[Greatest Bank] Akun anda yang diakhiri dengan xxx77 telah menerima saldo sebesar USD 100,000,000.00’“Tidak mungkin.”Semula Jack mengira layar aneh yang dilihat dan suara yang didengar hanya halusinasi belaka akibat pikiran dan perasaannya yang kacau. Tapi rupanya hal itu nyata adanya, dia benar-benar menerima 100 juta dolar!Jelas itu nominal yang sangat besar! Bahkan menjadi saldo terbesar yang pernah Jack miliki selama ini. Biarpun seumur hidup dia menjadi sales terbaik dengan penjualan tinggi, tidak akan mungkin mencapai nominal itu saat seluruh gajinya diakumulasikan.Jack tidak mengerti bagaimana hal ini terjadi. Yang dia ingat, sebelum ini seluruh tubuhnya terasa begitu s
Dalam perjalanan menuju restoran, sebuah pemandangan menyita perhatian Jack ketika skuternya berhenti di persimpangan lampu merah. Terlihat dalam naungan sebatang pohon besar yang rindang, anak-anak jalanan duduk melingkar mengerubungi makanan yang dibawa seorang wanita muda. Mereka tampak bahagia menyantap beberapa potong roti yang dibungkus dengan kertas putih.Deretan gigi Jack yang rapi terlihat ketika dia melihat wanita muda itu mengacak-acak rambut salah seorang anak. “Dia wanita yang baik,” komentarnya.[Namanya Emma Wexler, berusia 24 tahun, bekerja sebagai pelayan di toko roti. Dia sering membawa sisa makanan dari tempat kerjanya untuk anak-anak jalanan. Dia tinggal mengontrak di pemukiman padat penduduk bersama neneknya, yang letaknya sekitar 500 meter dari sini.]Jack tertegun mengetahui kecanggihan Sistem yang bisa mendeskripsikan latar belakang seseorang dengan cukup detail. Namun, belum sempat dia menanggapi, klakson dari mobil di belakangnya memekik lantaran lampu lalu l
Rahang Victor dan Elena seketika jatuh ke lantai. Mereka mengerjapkan mata karena tidak percaya dengan apa yang dilihat.Ini memang kali pertama bagi Elena datang ke SweetSky, tapi tidak dengan Victor. Dia sudah sering ke sana, tapi belum pernah sekalipun dia melihat gelandangan masuk. Jangankan para gembel, orang dengan ekonomi menengah saja tidak berani. Mereka akan menjadi miskin setelah makan di sana.Lantas kegilaan macam apa yang baru dilihatnya? Dia dan Elena bahkan masih tertahan di luar, bagaimana bisa gelandangan dibiarkan masuk?Dada Victor turun naik seperti mau meledak. Dia berteriak di depan wajah penjaga, “Kenapa kamu mengizinkan mereka masuk?! Kamu ini dungu atau apa?!”“Ada apa ini, Tuan Victor?” Seorang wanita berusia 40 tahunan dengan pakaian rapi menegur, di belakangnya penjaga mengikuti.Victor menjadi sumringah. Mendengar manajer restoran tahu dan memanggil namanya, jelas Victor merasa bahwa dia bukan tamu biasa. Penjaga harus tahu itu!“Nyonya Sisca, syukurlah an
"Kurang ajar! Lancang sekali mulutmu, gembel sialan!" bentak Jessy sangat kesal.Selama kariernya menjadi pelacur di Paradise Roadway, ini kali pertama Jessy menjumpai seorang pecundang melawan germo yang paling ditakuti di sana. Sekaligus pertama kali pula baginya, Laura, dan orang-orang di sekitar, melihat Ava menjadi lebih sabar dari biasanya. Sekarang Ava bahkan hanya bergeming memandangi layar ponselnya."Mommy?" tanya Jessy melihat tangan Ava bergetar."Jack Hall..." desis Ava sambil mengangkat pandangannya ke arah Jack."Ya, itu namaku."Ava sukses membuat semua orang terbelalak ketika tiba-tiba ia menekuk lututnya di hadapan Jack."Mommy, apa yang kamu lakukan?" Jessy membungkuk dan menarik lengan Ava yang besarnya tiga sampai empat kali lipat darinya, bermaksud untuk membantu Ava berdiri.Namun, tanpa memberikan penjelasan apapun, Ava menepis kuat tangan Jessy hingga tersungkur ke lantai.Jessy akan melakukan protes. Tapi adegan berikutnya membuat mulutnya terbuka lebar."Maa
Rumah bordil Paradise Roadway menyediakan tiga jenis kamar untuk para pelanggan yang ingin menginap bersama pelacur atau gigolo, yakni standard room, single room, dan paradise room. Biaya sewa paling murah tentu saja standard room, itu berupa bilik-bilik kecil berderet, berukuran 3x2 meter, yang hanya memuat sebuah tempat tidur.“Apa kamu tahu, berapa biaya sewa per malam untuk kamar terbaik di sini?” Ava menatap tajam Jack sambil meminta para algojo kembali ke sisinya.Jack tidak menyahut, malah melihat Laura yang tampak pucat. Dia merangkul lengan Laura. “Tenang Nona, semua akan baik-baik saja.”“Baik apanya?!” Ava membentak. “Paling tidak, aku akan mencukur habis rambutnya agar impas. Dia kehilangan mahkotanya karena membuatku kehilangan pelanggan.”“Kamu tidak akan melakukannya.” Jack menatap tajam Ava. “Bersiaplah untuk mencium kakiku.”Ava tertawa lantang, begitupun orang-orang yang berkerumun. Mereka sama-sama tahu, Jack yang mereka kira seorang gembel harus memberikan ribuan do
Memasuki area Paradise Roadway, Jack disambut dengan musik bersemangat yang keras, aroma minuman beralkohol yang pekat, dan sorot lampu warni-warni tapi remang-remang. Di antara hingar bingar itu, terdengar gelak tawa centil para wanita penghibur yang melayani para pelanggannya.“Tuan, ikuti saya.” Laura berbisik, berjalan cepat tapi mengendap-edap.Jack yang melihat ekspresi cemas di wajah Laura, menahan diri untuk bertanya. Dia mengikuti Laura melewati orang-orang yang menari mengikuti irama.Dalam perjalannya itu, Jack terkejut saat tahu bahwa rumah bordil itu juga menjual pakaian. Ia melihat etalase-etalase di samping kanan dan kiri lengkap dengan label harga yang tergantung di kaca, beberapa di antaranya ada yang sedang diskon hingga lebih dari 50%. Tapi, yang terpajang di dalam etalase itu bukanlah manekin melainkan para wanita dan pria sungguhan. Para wanita ada di sisi kiri, sedangkan para pria dipamerkan di kanan.Selain peran manekin yang digantikan dengan orang, hal lain ya
Jack tersenyum miring lagi. Dia sengaja menginjak jempol kaki Paul kuat-kuat. “Tenang Tuan Hogweed. Aku suka tawar menawar.”Paul meringis. Biarpun berat badan Jack jauh di bawahnya, tetap saja pria itu berdiri bertumpu di atas satu jempol kakinya. Tapi dia tidak mungkin marah. Paul malah memegang kaki Jack, “Katakan Tuan, apa saja akan saya lakukan, asalkan anda tetap merahasiakan dosa-dosa saya dari Grace.”Jack mengambil kakinya dari atas jempol Paul. “Mudah saja. Lakukan tiga hal untukku.”Paul diam berpikir. Jika bukan karena istrinya, jangankan melakukan tiga hal untuk Jack, berlutut padanya seperti sekarang pun dia tidak sudi. Walaupun begitu, tidak mungkin juga dia menawar.“Baik Tuan, dengan senang hati,” jawabnya menahan dongkol.“Pertama, minta ampun padanya.” Jack menunjuk wanita yang bernama Laura Kills itu.Paul menoleh pada Laura untuk memberikan tatapan tajam. Dalam hati dia menentang keras permintaan Jack. Harga dirinya terkoyak! Tapi lisannya mencoba bernegosiasi ba
[Selamat Tuan, sekarang mata anda sudah normal.]Jack meraba-raba matanya, mengulang untuk memakai kacamata hanya untuk dilepaskan kembali, menutup sebelah mata bergantian, dan membuka mata lebar-lebar untuk menatap sekeliling. Dia tersenyum haru, sebelum tertawa lepas. Jack tidak bisa menahannya. Rasanya seperti lahir kembali, melihat isi dunia secara langsung dengan sangat jelas tanpa penghalang lensa lagi.Dia sangat ingat, bagaimana Elena dan keluarganya, juga beberapa rekan kerjanya dulu sering menjadikan sakit silindernya sebagai lelucon. Bahkan, pernah suatu waktu, Tommy sengaja mengambil dan menyembunyikan kacamatanya. Entah bagaimana dirinya yang mesti meraba-raba benda di sekitar karena kesulitan melihat, malah membuat keluarga Elena terbahak-bahak."Sistem, bagaimana kamu melakukannya?" Dia masih sulit percaya. Ini seperti mimpi![Semua berkat kebaikan anda, Tuan. Selama ini anda melihat dengan hati, merasakan kesulitan orang lain, dan senantiasa baik pada siapa pun. Anda m
Lift terbuka saat sampai di lantai satu. Jack keluar dari sana setelah selesai mengamati kebahagiaan dari para tamu undangan yang berada di lantai atas. Dia berjalan perlahan, duduk di kursi yang dipesan, persis di ujung ruangan, tanpa meja.Jack tersenyum puas mengetahui para pelayan memperlakukan tamu-tamunya dengan sangat baik, meski penampilan mereka jelas berbeda dari lumrahnya tamu di restoran itu.“Apa anda ingin mencicipi hidangan kami, Tuan? Dengan senang hati kami akan menyiapkannya untuk anda.” Suara wanita mengejutkan Jack. Itu bukan pelayan, melainkan manajer restoran langsung.Jack tersenyum, “Mungkin secangkir kopi.”Nyonya Sisca memanggil pelayan, meminta dibuatkan kopi luwak asli. Dia bertanya lagi, “Mungkin ada yang lainnya, Tuan? Mohon maaf karena member VVIP tidak ada sebelumnya, untuk sementara yang tersedia adalah ruangan VIP. Tapi anda tidak perlu khawatir, hidangan dan pelayanan yang kami berikan tentu lebih istimewa dari yang biasa diterima member VIP.”Sebenar
Rahang Victor dan Elena seketika jatuh ke lantai. Mereka mengerjapkan mata karena tidak percaya dengan apa yang dilihat.Ini memang kali pertama bagi Elena datang ke SweetSky, tapi tidak dengan Victor. Dia sudah sering ke sana, tapi belum pernah sekalipun dia melihat gelandangan masuk. Jangankan para gembel, orang dengan ekonomi menengah saja tidak berani. Mereka akan menjadi miskin setelah makan di sana.Lantas kegilaan macam apa yang baru dilihatnya? Dia dan Elena bahkan masih tertahan di luar, bagaimana bisa gelandangan dibiarkan masuk?Dada Victor turun naik seperti mau meledak. Dia berteriak di depan wajah penjaga, “Kenapa kamu mengizinkan mereka masuk?! Kamu ini dungu atau apa?!”“Ada apa ini, Tuan Victor?” Seorang wanita berusia 40 tahunan dengan pakaian rapi menegur, di belakangnya penjaga mengikuti.Victor menjadi sumringah. Mendengar manajer restoran tahu dan memanggil namanya, jelas Victor merasa bahwa dia bukan tamu biasa. Penjaga harus tahu itu!“Nyonya Sisca, syukurlah an
Dalam perjalanan menuju restoran, sebuah pemandangan menyita perhatian Jack ketika skuternya berhenti di persimpangan lampu merah. Terlihat dalam naungan sebatang pohon besar yang rindang, anak-anak jalanan duduk melingkar mengerubungi makanan yang dibawa seorang wanita muda. Mereka tampak bahagia menyantap beberapa potong roti yang dibungkus dengan kertas putih.Deretan gigi Jack yang rapi terlihat ketika dia melihat wanita muda itu mengacak-acak rambut salah seorang anak. “Dia wanita yang baik,” komentarnya.[Namanya Emma Wexler, berusia 24 tahun, bekerja sebagai pelayan di toko roti. Dia sering membawa sisa makanan dari tempat kerjanya untuk anak-anak jalanan. Dia tinggal mengontrak di pemukiman padat penduduk bersama neneknya, yang letaknya sekitar 500 meter dari sini.]Jack tertegun mengetahui kecanggihan Sistem yang bisa mendeskripsikan latar belakang seseorang dengan cukup detail. Namun, belum sempat dia menanggapi, klakson dari mobil di belakangnya memekik lantaran lampu lalu l
“Hah?”Jack mengerjap-ngerjapkan mata karena sebuah layar transparan tiba-tiba muncul di hadapannya dengan pesan yang tidak masuk akal. Namun, sesaat kemudian layar itu menghilang ketika ponsel di saku celana Jack bergetar karena pesan masuk. Dia melihatnya, sebuah notifikasi yang membuat mata Jack membulat.‘[Greatest Bank] Akun anda yang diakhiri dengan xxx77 telah menerima saldo sebesar USD 100,000,000.00’“Tidak mungkin.”Semula Jack mengira layar aneh yang dilihat dan suara yang didengar hanya halusinasi belaka akibat pikiran dan perasaannya yang kacau. Tapi rupanya hal itu nyata adanya, dia benar-benar menerima 100 juta dolar!Jelas itu nominal yang sangat besar! Bahkan menjadi saldo terbesar yang pernah Jack miliki selama ini. Biarpun seumur hidup dia menjadi sales terbaik dengan penjualan tinggi, tidak akan mungkin mencapai nominal itu saat seluruh gajinya diakumulasikan.Jack tidak mengerti bagaimana hal ini terjadi. Yang dia ingat, sebelum ini seluruh tubuhnya terasa begitu s