"Kurang ajar! Lancang sekali mulutmu, gembel sialan!" bentak Jessy sangat kesal.Selama kariernya menjadi pelacur di Paradise Roadway, ini kali pertama Jessy menjumpai seorang pecundang melawan germo yang paling ditakuti di sana. Sekaligus pertama kali pula baginya, Laura, dan orang-orang di sekitar, melihat Ava menjadi lebih sabar dari biasanya. Sekarang Ava bahkan hanya bergeming memandangi layar ponselnya."Mommy?" tanya Jessy melihat tangan Ava bergetar."Jack Hall..." desis Ava sambil mengangkat pandangannya ke arah Jack."Ya, itu namaku."Ava sukses membuat semua orang terbelalak ketika tiba-tiba ia menekuk lututnya di hadapan Jack."Mommy, apa yang kamu lakukan?" Jessy membungkuk dan menarik lengan Ava yang besarnya tiga sampai empat kali lipat darinya, bermaksud untuk membantu Ava berdiri.Namun, tanpa memberikan penjelasan apapun, Ava menepis kuat tangan Jessy hingga tersungkur ke lantai.Jessy akan melakukan protes. Tapi adegan berikutnya membuat mulutnya terbuka lebar."Maa
Jessy mengepalkan tangannya, menahan kesal yang membuat dadanya panas. Ini kali pertama dia dipermalukan oleh Ava, seseorang yang sudah dianggap seperti ibu kandung, di depan banyak orang. Ava menyuruhnya berhati-hati bukan karena mengkhawatirkannya, melainkan lebih mencemaskan sebuah koper.‘Ini hanya koper usang, tapi dia memintaku memperlakukannya seperti guci antik yang berharga!’Harga diri Jessy sebagai primadona Paradise Roadway jelas tercabik-cabik, terlebih dia melihat orang-orang diam-diam menertawakannya. Tapi, dia tidak berani membantah Ava. Dengan menahan kedongkolan, Jessy berjalan di belakang sambil membawa koper sialan itu.“Jessy, kenapa jalanmu lelet sekali?! Percepat langkahmu! Jangan membuat Tuan Hall menunggu!” bentak Ava dari jarak 8 meter.Jessy menggertakkan gigi. Koper itu berat! Dia mengumpat tanpa bersuara. Jessy melakukan protes dengan memberikan tatapan tajam kepada Laura. Dia tak terima!“Abaikan,” bisik Jack pada Laura. Dia merangkul lengan Laura, membua
Jack bisa melihat kecemasan di wajah Laura. Dia mengerti, malam ini pasti berat untuk Laura. Klien yang semena-mena, atasan galak dan otoriter, rekan kerja yang mengintimidasi, benar-benar membentuk lingkungan kerja yang tidak sehat. Sangat sial karena Laura mesti tinggal di tempat itu juga. Dia tidak memiliki jeda untuk istirahat sejenak. Tentu Laura sangat tertekan, pikir Jack.“Kamu mandi saja dulu agar lebih segar.”Laura tersenyum canggung. “Baik, Tuan.” Dia seperti orang bodoh. Bagaimana mungkin dia lupa pada prosedur pertama sebelum menghadapi pelanggan, yakni mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sedangkan keadaannya saat ini sangat berantakan, berkeringat, dan tidak menarik sama sekali.Di dalam kamar mandi jantung Laura tetap tak terkendali, berdetak kencang seolah dia akan menghadapi perang. Beberapa kali dia mengembuskan napas berat dari mulutnya. Sungguh, rasa gugup yang dia rasakan sekarang lebih besar jika dibandingkan dengan saat dia mengawali debut sebagai seorang pelacu
Mendengar nominal itu, lutut Ava mendadak lemas. Jika bodyguard-nya tidak sigap menangkapnya, tentu dia terduduk di lantai sekarang."A-apa, Tuan?" Ava memastikan lagi. Walaupun dia yakin dengan pendengarannya tadi, rasanya Ava ingin mendengar kabar menakjubkan itu sekali lagi.Jack menjelaskan, "Ava, aku membayar untuk biaya sewa Nona Kills sekaligus Paradise Room untuk seminggu penuh. Lalu, $50,000 sebagai tip untuk Nona Kills. Sisanya, ambilah untukmu."Ava tidak bisa berkata apa-apa. Rasanya dia ingin melompat karena terlalu senang. Tapi dia menahan diri karena tidak mau membuat Tuan Hall merasa aneh melihat tingkahnya. Dia hanya mengangguk dengan mata berbinar-binar."Ingat, selama itu, tidak ada yang boleh menyentuh Nona Kills. Dan, tidak ada yang boleh mengusirnya dari kamar yang sudah aku sewa. Kamu pun tidak boleh menyuruhnya untuk sekadar menemani pelanggan minum-minum. Apa aku bisa mempercayaimu, Ava?" Jack memberikan tatapan tajam."Tentu, Tuan. Aku akan menjaga Laura deng
Sesuai rencana, pagi ini Jack bersemangat untuk membeli hunian baru. Dengan skuter tuanya, dia melaju ke area perumahan elite Blossom Hills. Sebagai nasabah prioritas dengan saldo tabungan paling besar, Jack mendapat undangan khusus dari Greatest Bank untuk menghadiri lelang sebuah flat apartemen mewah Greenwoods City, yang diselenggarakan di perumahan tersebut.Saat tiba di tempat itu, ternyata juga ada pameran untuk unit-unit mewah lainnya yang masih kosong. Acara bertajub PropVaganza itu dihadiri oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Ada yang datang memang dengan niatan membeli, tapi banyak pula yang hadir sekadar untuk melihat-lihat, mengambil foto, mencari teman kencan, dan jalan-jalan santai, terlebih acara diramaikan dengan berbagai penampilan artis-artis lokal.Jack sangat antusias melihat pameran. Dia mengambil brosur yang disediakan untuk mengetahui fasilitas-fasilitas yang ada di apartemen itu. “Menarik,” komentarnya singkat.Walaupun flat-flat di gedung apartemen Green
Victor menggelengkan kepala, “Kamu tidak akan percaya ini, tapi aku dan Elena adalah saksi hidup peristiwa bersejarah itu!”Mata Tom terbuka lebar. Dengan antusias dia menyergap, “Sungguh? Bagaimana bisa? Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?”Victor mulai menceritakan kejadian itu dengan berapi-api. Jack yang mendengarnya sampai melipat bibir ke dalam karena berusaha untuk tidak terkekeh.Apa yang diucapkan Victor memang dilebih-lebihkan, dan tidak mengungkap semua secara gamblang. Hal memalukan yang Victor dan Elena alami sengaja ditutup-tutupi.“Sebenarnya kami dipaksa ikut, tapi kami menolak karena ya khawatir membuat orang-orang miskin itu menjadi rendah diri. Kamu pahamlah, dari penampilan kami saja jelas sangat kontras dengan mereka. Kami tidak ingin merusak kebahagiaan mereka.”“Sangat keren! Jadi Victor, kamu tahu siapa Tuan Filantropi itu sebenarnya?” Tom sampai mencondongkan tubuhnya ke depan, harap-harap dia akan mendengar kabar gembira.Victor menjadi gugup. Dia meno
Pemimpin lelang berjalan ke podium yang berada di tengah-tengah panggung. Di sisi kanan panggung, Terapat lima anggota panitia yang duduk berderet, yang masing-masing bertanggung jawab mengangkat panggilan dari telepon-telepon yang ada di atas meja di hadapan mereka.Benar, meskipun peserta lelang yang hadir langsung di aula Blossom Hills dibatasi hanya 50 orang saja, lelang tersebut bisa diikuti secara live oleh masyarakat karena disiarkan di salah satu radio swasta nasional. Orang-orang bisa melakukan penawaran melalui sambungan telepon.Lelang flat apartemen milik kolektor Steve Brown dibuka dengan harga $5,5 juta. Para peserta, baik yang langsung maupun tidak langsung, sangat antusias memberikan penawaran. Seorang wanita berbaju biru yang duduk di deret depan menaikkan harga flat sebesar $50,000. Tidak mau kalah seorang peserta lain memberikan penawaran harga $100,000 dolar lebih besar dari harga awal.Telepon-telepon berdering atas panggilan dari orang-orang yang menginginkan fla
Aula Blossom Hills semakin riuh, orang-orang di sana menjadi heboh setelah nama samaran seseorang yang memenangkan lelang disebut oleh pemimpin lelang.Ya, mereka sudah tidak asing dengan nama Tuan Filantropi, yang sebelumnya juga telah membuat heboh dengan menyewa seluruh restoran Sweetsky untuk orang-orang kelas rendah. Tak heran, mereka semakin penasaran dengan identitas asli Tuan Filantropi. Mereka saling berbincang dengan orang yang duduk di samping kanan kiri, membahas kekayaan pria misterius yang tidak ada habisnya itu.“Sayang, itu artinya kita akan menjadi tetangga Tuan Filantropi! Wow itu super keren!” Elena sangat bersemangat.“Kamu benar, kita akan tinggal di lantai tujuh gedung apartemen Greenwoods City juga. Aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini. Jika aku bisa membujuk Tuan Filantropi untuk menanamkan modal di perusahaan, pasti karierku akan lebih cemerlang. Aku akan membuat direktur terkesan! Dan impianku untuk menjadi CEO EchoBuild Contruction pasti akan lebih mudah te
Dada Jack menjadi sesak mengingat kelancangan wanita yang berdiri di depan pintunya. Dia sampai refleks menutup bibirnya sendiri. Meski begitu, sekarang Jack tersenyum sambil menggelengkan kepala.Bisa-bisanya wanita itu datang saat aku baru saja memikirkannya!Jack menghela napas panjang. Itu flat apartemennya, tidak ada yang perlu dia cemaskan. Lagipula, ini malah lebih efisien. Dia bisa mentraktir wanita gila itu minum di rumahnya saja."Hei Tuan Tampan, sampai kapan kamu akan membiarkan pacarmu ini menunggu? Buka pintunya, lalu kita ke tempat fitness bersama, oke?!"Jack mengernyitkan dahi mendengar celoteh Lily Harvey. Sejak kapan mereka berpacaran? Jack tahu, waktu itu dengan seenaknya Lily mengangkat diri sendiri menjadi pacar barunya. Tapi Jack tidak mengira jika Lily akan melakukannya lagi sekarang.Apa dia benar-benar berpikir bahwa mereka telah berpacaran? Astaga!Seolah mendengar kata batin Jack, dari luar Lily menyahut, "Sejak kita resmi berpacaran, belum sekali pun kita
Setelah tadi malam Jack kembali menginap di kontrakan Emma untuk merayakan kabar baik dari Redwave Group bersama Nenek, rasanya masih belum cukup. Dia masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Emma.Kini di dalam apartemennya, Jack memandangi foto profil pada nomor ponsel Emma. Dia tersenyum mengingat ekspresi gembira yang ditunjukkan Emma ketika mendapat email panggilan interview dari Perusahaan Redwave Group. Senyumnya menjadi semakin lebar ketika melihat Nenek sampai menangis terharu. Walaupun itu adalah panggilan interview dan belum ada kepastian bahwa Emma akan diterima di sana, bagi Nenek hal itu tetaplah hal besar."Aku pastikan Nenek akan menangis lagi karena melihatmu menjadi resepsionis di perusahaanku!"Selain karena Redwave Group menunjukkan performa yang baik, Jack memang sengaja mengambil alih perusahaan tersebut terkhusus untuk Emma, supaya wanita itu bisa bekerja di tempat yang bagus dan bergengsi, tanpa perlu jauh-jauh dari kontrakannya. Setidaknya dengan men
Jack keluar lift dengan senyum lebar. Dia berjalan ke flat apartemennya tanpa menurunkan senyum itu. Tidak dipungkiri, imbalan tak ternilai setelah menolong orang lain adalah mendapat kebahagiaan tersendiri. Rasa bahagia tersebut sangat khas karena hanya bisa diperoleh setelah berhasil meringankan beban orang lain. Dan, perasaan tersebut menjadi berlipat-lipat ketika orang yang dibantu adalah orang tersayang.Jack tidak mengelak bahwa dulu dia sering merasakannya ketika membuat Elena tersenyum setelah memberikan barang-barang yang diinginkan atau menuruti permintaannya. Dan sekarang, kebahagiaan semacam itu bersumber dari senyum Emma, yang tidak meminta atau menuntut apa-apa darinya. Rupanya, hal itu membuat Jack jauh lebih bahagia.Ketika Jack sampai di depan flatnya, dia mengernyitkan dahi karena melihat sebuah parcel ada di depan pintu. Dia mengambil parcel tersebut. Ada banyak kudapan lengkap dengan sebotol anggur premium. Selain itu, juga ada sebuah kartu berwarna emas, yang ber
Ketika membuka dan membaca email dari perusahaan besar itu, Emma terbelalak. Tangan kirinya menutup mulutnya yang terbuka lebar. "Mustahil," desis Emma dengan tatapan yang masih terpaku pada layar ponselnya."Apanya yang mustahil?"Emma menyodorkan ponselnya kepada Jack. "Ini tidak mungkin," katanya lagi sebelum bersandar di kursi.Jack meraih ponsel Emma. Matanya bergerak lincah ke kanan dan ke kiri, membaca kata demi kata, yang membuat Emma terlihat kaget, bingung, heran, perasaannya bercampur aduk hingga membentuk ekspresi wajah yang rumit. Malahan, Emma juga terlihat lemas secara tiba-tiba."Hei, ini kabar baik!" seru Jack bersemangat. Reaksinya saat membaca email itu berbanding terbalik dengan yang ditunjukkan Emma."Kamu mendapat panggilan interview di perusahaan Redwave Group untuk posisi resepsionis. Itu sangat bagus, Emma! Berikan tanganmu!"Masih dengan gesture bingung Emma menurut saja mengulurkan tangannya. Dengan cepat Jack menggenggam dan mengguncangkannya. "Selamat, Em
Sejak mendengar kisah kegagalan Jack dalam pernikahan sebelumnya, Emma mulai menyadari bahwa hal buruk yang menimpanya, tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang dialami Jack.Mendapat pengkhianatan dari orang-orang terdekat, tanpa ada satu pun orang yang memihak dan mendukungnya, terusir dari rumah yang dibeli dari hasil jirih payah sendiri, kehilangan pekerjaan dan keluarga sekaligus, lengkap dengan segala hinaan dan cacian yang selalu didengar, rupanya tidak membuat Jack menjadi pribadi yang murung. Padahal semua keburukan itu Jack terima setelah dia melakukan pengabdian dan pengorbanan, serta dedikasi sepenuh hati.Sungguh, melihat Jack yang murah senyum, Emma tidak akan pernah menduga jika pria itu telah melewati masa-masa yang begitu sulit dalam hidupnya; sebuah fase penuh penderitaan yang bahkan tidak akan cukup terwakilkan oleh kata ‘penderitaan’ itu sendiri.Emma sudah memetik hikmah dari proses menyakitkan yang membentuk Jack menjadi seorang yang bijak. Dia seperti me
Mata Emma membulat, mengetahui bahwa ternyata sang nenek mengetahui semua. Dia berusaha tersenyum agar neneknya tidak mencemaskan keadaannya. “Nenek, aku baik-baik saja. Hanya, aku dan Andrew memang tidak berjodoh. Ini tidak seburuk itu. Tapi aku bersyukur ada Jack di sisiku.”“Aku senang mendengarnya. Aku berdoa agar kamu berjodoh dengan pria baik. Dan Emma, ketahuilah, tidak ada kebetulan dalam hidup. Pertemuanmu dengan Jack adalah takdir baik, sebuah berkat dan keberuntungan yang Tuhan berikan. Emma, aku sudah tua. Dan kematian adalah sebuah kepastian. Tapi Sayang, kamu harus tahu, aku akan mati dengan tenang jika meninggalkanmu bersama Jack,” pesan Nenek ketika Emma menyelimutinya.Kedua pipi Emma memerah, matanya berkaca-kaca lagi karena terharu. Dia meminta sang nenek untuk lekas tidur dan berhenti berpikir macam-macam.“Selamat malam, Nek.” Emma mengecup kening neneknya. Dia beranjak dan menutup pintu kamar, mengembuskan napas berat sebelum pergi.Dalam langkah pelan menuju rua
Emma mengambil foto tersebut dari tangan Jack. Dia mengamatinya lekat-lekat nyaris tanpa berkedip, sambil mengingat-ingat orang-orang yang pernah dia temui. Semakin lama memandang, semakin banyak kerutan di keningnya.“Um, sebentar, sepertinya aku pernah melihat seseorang yang wajahnya mirip ini. Jika dihitung-hitung, dia mungkin berusia 30 tahun sekarang. Hm, sebentar, siapa ya, siapa laki-laki usia segitu yang aku temui.” Emma memejamkan mata, berusaha lebih fokus mengingat sambil mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.Beberapa saat kemudian, Emma membuka matanya lebar. Dia memandangi potret anak laki-laki itu lagi. Dengan antusias dia menoleh pada Jack, lalu melihat foto lagi, dan kembali menatap Jack. Dia mengulangi itu sekali lagi sebelum senyum lebar muncul di wajahnya.“Hei Jack, dia mirip denganmu!” serunya sangat bersemangat.Tapi Jack hanya tersenyum miring dan berkata, “Benarkah?”“Iya! Kalian mirip! Ya Tuhan, ini seperti fotomu saat masih kecil, Jack! Bagaimana bisa? Kebetulan
Ini memang bukan pertemuan pertama Jack dengan nenek Emma. Sebelumnya, dia sudah pernah melihat wanita tua itu ketika mengadakan makan malam gratis bagi orang-orang tidak mampu di restoran elite SweetSky. Itupun Jack yakin hanya dirinya yang memerhatikan sang nenek, dan tidak sebaliknya.Seandainya memang saat itu Nenek juga memerhatikan Jack, reaksinya saat ini agaknya sedikit berlebihan. Nenek bersikap seperti baru saja bertemu dengan seseorang yang sudah sangat dikenal setelah sekian lama tidak berjumpa.Meskipun begitu, Jack sekarang menyunggingkan senyum. Dengan lembut dia berkata, “Ini aku, Jack Hall. Senang bertemu dengan wanita secantik anda.”Gurauan Jack yang berusaha memupuk kehangatan dengan Nenek, bahkan berhasil membuat Emma tertawa kecil. Namun, tidak dengan Nenek yang malah menggeleng sambil menitikan air mata.Jack melirik Emma. Dia khawatir sudah menyinggung sang nenek, atau tanpa sengaja melakukan suatu kesalahan.“Ada apa, Nek?” Emma turut berlutut di samping Jack.
Irene membuka pintu ruangannya. Penjaga yang baru masuk menerangkan lebih gamblang tentang situasi di lantai atas.Mendengar laporan dari penjaga, Emma segera mencengkeram lengan Jack. Wajahnya mendadak pucat dengan kerutan memenuhi kening.Jack berusaha menenangkan Emma. Dia meminta Emma tetap tinggal selagi dia akan kembali ke ruang 3F.“Bagaimana jika mereka menyakitimu? Jack, Andrew dan teman-temannya tidak akan membiarkan kamu lolos setelah kamu membuat kepala Jimmy bocor. Mereka pasti akan membalasmu.”“Apa?” Irene tersentak. Cerita dari Jack hanya tentang pelarian mereka dari para pria mesum, yang ditahan di ruang 3F oleh penjaga. Dia tidak tahu sama sekali jika Jack nekat menyakiti salah seorang dari mereka demi melindungi Emma.“Itu benar, aku memukul kepalanya dengan botol. Tapi aku belum membuat kepala Andrew bocor. Aku akan kembali untuk melakukannya. Dia dan yang lainnya pantas diberi pelajaran.” Tatapan Jack tajam mengintimidasi.Irene bisa melihat dengan jelas bahwa Jac