“Kamu kaget kan? Ya ... saya punya rekaman kejadian tadi dan akan saya kirim ke Gani sebentar lagi,” ucap Wulan penuh rasa percaya diri.Ucapan Wulan itu tentu saja membuat Sarah menjadi panik dan takut. Dia tidak ingin Gani melihat rekaman yang ada pada Wulan, karena akan membawa kehancuran dalam rumah tangganya.“Mama nggak bisa gitu, dong Ma. Mama emang seniat itu mau bikin aku dan mas Gani bercerai?” tanya Sarah dengan nada tak percaya yang dibuatnya dengan sangat dramatis.Wulan sudah terbiasa dengan gaya Sarah yang seperti itu. “Kamu nggak perlu akting di depan saya, Sarah. Saya tau kalau kamu hanya takut kehilangan semua fasilitas mewah dan materi yang selama ini diberikan Gani untukmu. Bukan karena kamu benar-benar takut berpisah dengan Gani!” ungkap Wulan dengan nada penuh sindiran.Tubuh Sarah menegang dan lidahnya menjadi kelu saat mendengar semua penjabaran dari Wuan itu. Sedikit banyak, yang dikatakan mama mertuanya itu memang benar adanya.“Sebagai seorang perempuan, pas
Belum lama foto itu terunggah dan dilihat oleh Sarah, ternyata Gani langsung menarik lagi foto itu dan tak dapat lagi dilihat.“Duh, kok dihapus? Apa tadi yang dikirim Gani, ya?” tanya Wulan penasaran saat melihat pesan dihapus di dalam group itu.“Iyalah dihapus. Potonya mesum gitu kok, malu kali diliat sama semua penghuni,” celetuk Sarah yang sudah terlanjur emosi dan cemburu.“Poto mesum? Mesum gimana?” tanya Wulan penasaran dan menatap intens pada Sarah.“Mama nggak liat kan tadi? Menantu yang Mama idolakan itu banyak tanda merah di leher dan dadanya? Dih, nggak banget! Seliar apa dia coba Mama bayangkan deh!” jelas Sarah menjawab pertanyaan Wulan dengan nada sindiran dan hinaan teruntuk Maura.“Jaga bicara kamu, Sarah! Kalau itu ada di Maura, tandanya Gani yang benar-benar menikmati percintaan mereka dan merasa puas dengan pelayanan Maura!” ungkap Wulan yang justru menyerang mental Sarah.Dia sebenarnya tidak ingin membuat Sarah tersinggung dan bicara terlalu intim seperti itu. N
Sarah berjalan ke kamarnya dan kemudian mengunci pintu kamar dengan hati-hati. Tidak ada niatnya sedikit pun untuk membantu Wulan di dapur.“Aku nggak boleh minum pil ini lagi mulai hari ini. Aku akan mencoba mendekati mas Gani lagi dan semakin sering kami bercinta, akan semakin besar kemungkinan aku hamil duluan. Anakku harus menjadi ahli waris sulung mas Gani.”Sarah berkata dengan penuh tekad dan ada banyak sekali pil di dalam sebuah kotak yang tadinya dia kunci rapat dengan gembok. Sarah menatap puluhan butir obat itu dengan senyum hambar. Dia berniat untuk membuang semua pil yang ada di tangannya itu ke tempat yang jauh.“Sarah ... Sarah ...,” panggil Wulan dari luar kamar dengan nada panik dan membuat Sarah terkejut.Buru-buru dia memasukkan lagi obat-obatan itu ke dalam kotak, akan tetapi lupa untuk mengunci gemboknya seperti sedia kala. Dia pun meletakkan asal-asalan kotak itu pada lemari kecil di samping tempat tidurnya. Lemari yang sama sekali tidak pernah disentuh oleh Gani
“Kamu benar-benar udah berubah, Mas!” seru Sarah penuh kebencian.Sarah sudah selesai menghapus video tadi dan menyimpan kembali ponsel Wulan di dalam tas jinjing yang dibawanya tadi. Lalu, dengan akting sedih duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang IGD.“Keluarga pasien,” panggil dokter di depan ruangan IGD.“Pasien yang mana itu, Dok?” tanya Sarah yang langsung mengambil langkah cepat ke depan dokter.“Bu Wulan. Apakah Mba ini anaknya? Soalnya saya mau menjelaskan tentang kondisi bu Wulan saat ini.”“Saya menantunya, Dok. Anaknya – suami saya sedang dalam perjalanan ke sini,” terang Sarah jujur karena tidak ingin mengambil resiko apapun dalam hal ini.“Oke, Mba. Berarti kita tunggu suami Mba datang aja, ya?”“Sebaiknya sih gitu, Dok.”“Oke. Saya akan tunggu, semoga nggak lama lagi sampai.”“Memangnya kenapa, Dok? Apa yang terjadi sama mertua saya? Emangnya saya nggak boleh tau gimana keadaan mertua saya sekarang?” tanya Sarah beruntun pada dokter itu dan sedikit emosi.Dia seb
“Kenapa kamu malah nyalahin Maura? Kamu!” seru Gani dengan tunjuk mengarah ke Sarah dan suaranya dia redam karena teringat ucapan Maura tadi.“Mas, udah ....”Suara Maura begitu lembut sehingga tidak bisa lagi dibantah oleh Gani. Akhirnya dia mengalah dan kemudian menatap kembali wajah Wulan yang terlihat pucat dan menahan rasa sakit.“Sayang, kamu tunggu dan jagain mama sebentar, ya. Aku akan mengurus semuanya supaya mama cepat ditangani sama dokter,” ucap Gani dan menyentuh lengan Maura dengan lembut.“Iya, Mas. Aku jagain mama di sini sama mba Sarah. Kamu cepat urus administrasi mama, ya.” Maura menjawab dengan lembut dan mengulas senyuman.Gani mengangguk dan kemudian keluar dari bilik yang hanya dibatasi dengan gorden kiri dan kanannya itu. Tinggal Maura dan Sarah yang kini menemani Wulan di sana. Sarah tentu saja memandang Maura dengan tatapan penuh kebencian.“Mesra banget yang baru pulang bulan madu. Udah dipanggil sayang sama suami orang,” sindir Sarah dengan nada sinis.“Kit
Maura sampai di rumah dengan perasaan sedih dan pikiran yang kalut. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dan santai. Dia tak ingin hal itu membuat dirinya terlihat egois karena terlalu banyak menuntut Gani. Terlebih lagi, hubungan mereka yang baik baru saja dimulai.Maura: Mas, aku udah sampai di rumah.Tidak lupa Maura mengirim pesan itu kepada Gani saat dia baru saja sampai di teras rumah dan hendak membuka pintu.Gani: Perjalanan pulang aman kan, Sayang?Balasan dari Gani pun masuk dan dibaca dengan hati senang oleh Maura. Gani masih memperhatikan dirinya dengan sangat baik meski mereka sedang terpisah jarak.Maura: Alhamdulillah aman, Mas. Aku baru aja mau masuk ke rumah.Gani: Oke, Sayang. Ini mama baru sadar dan sekarang lagi ditangani untuk pindah ke ruang rawat inap dulu.Maura: Mama nggak jadi dioperasi, Mas?Gani: Jadi. Tapi, kata dokter harus observasi dulu. Nanti baru puasa sebelum operasi. Kemungkinan, operasinya besok pagi, Sayang.Gani menjelaskan tentang keadaan Wulan
Sarah memilih diam dan tidak menjawab ucapan Wulan yang menyakitkan hatinya itu. Bagi Sarah, saat ini dia harus mundur satu langkah agar posisinya kembali kuat. Dia harus bisa membuat Gani kembali ke dalam pelukannya.“Kenapa kamu diam aja, Sarah? Kamu nggak terima dengan yang Mama bilang barusan?” tanya Wulan heran karena Sarah tidak merespon ucapannya tadi.“Aku nggak jawab salah, kalau tadi aku jawab pasti salah juga. Saat ini, aku akan selalu salah di mata Mama,” jawab Sarah dengan senyuman hambar.Wulan terdiam mendengar ucapan Sarah. Di relung hatinya yang terdalam tetap saja Wulan merasa iba pada Sarah. Dia juga wanita dan Wulan sedikit banyak tahu bagaimana perasaan Sarah saat ini.“Sayang, kamu udah makan?” tanya Gani dengan lembut menghibur Sarah.“Belum, Mas. Dari siang aku di sini anterin dan nemenin mama. Aku nggak kepikiran buat makan,” jawab Sarah yang mengambil kesempatan mencuri simpatik Gani.“Ya ampun, Sayang. Kok kamu nggak bilang sama aku sih? Maafin aku, ya. Kamu
“Kamu udah nolong Mama dan sebagai balasannya, rekaman itu udah kamu hapus. Kita impas dan nggak ada lagi hutang budi satu sama yang lain,” ungkap Wulan kepada Sarah.“Oke, deal!” sahut Sarah dengan senyum penuh kemenangan.Setelah mencapai kesepakatan itu, Sarah dan Wulan saling beradu diam. Mereka seperti larut dalam pikiran masing-masing.“Aku masih punya salinannya kalau kamu macam-macam sama aku dan Maura suatu saat nanti, Sarah. Aku tau kamu nggak akan semudah itu menyerah ataupun mengalah,” batin Wulan berkata.Sarah duduk menyilangkan kakinya dan berselancar di ponsel canggihnya. Matanya berbinar saat melihat ada sepatu dan tas keluaran terbaru dari merek branded. Namun, saat dia teringat pertengkaran terakhir kali dengan Gani, senyum itu pun surut.Wulan tidak ingin ambil pusing dengan yang dilakukan Sarah saat ini. Dia ingin menanyakan tentang Maura, tapi tidak pada Sarah.Setelah menunggu setengah jam, akhirnya Gani pun datang dengan dua kantong belanjaan. Ada minuman dingi