Share

105

Sander mengamati gerak-gerik Ansel dengan pandangan tajam. Sejak tahu bahwa pria itu begitu kurang ajar diam-diam memasang kamera tersembunyi di kamar Ajeng, dia sudah tidak lagi menganggap Ansel sebagai sepupunya.

Lidahnya sungguh gatal untuk terus berkata kasar dan sinis setiap kali Ansel berpura-pura berbicara dengan manis dan sopan pada ayah dan ibunya. Kehadiran Om Dennis semakin membuat Sander ingin membongkar kelakuan bejat sepupunya itu.

"Aku mau mengambil dokumen di kamar Kak Ajeng. Kayaknya ketinggalan di sana," kata Ansel sambil tersenyum, menampilkan wajah lugu dan terlihat baik.

Cih! Ingin sekali Sander meludah dan meninju wajah songong itu. Selama ini, dia dan semua orang sudah tertipu oleh wajah itu.

"Kamu kenapa dari tadi diam saja, Nak?" tanya ibunya dengan kening mengernyit.

"Buat apa kamu ke kamar Ajeng? Jangan lancang masuk ke kamarnya di saat dia nggak ada di sini. Biar aku saja yang mengambil dokumen itu," kata Sander dingin, mengabaikan pertanyaan ibunya.

Semua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status