Beranda / Rumah Tangga / Menjadi Cantik Setelah Talak 3 / Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

Share

Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

Penulis: NonaRich
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 20:42:40

"kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. 

Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" 

Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan  berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. 

Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking  bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. 

"Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan gaya centilnya sampai membuat tubuh gempalnya bergoyang-goyang.

Ceklek!

Baru saja membuka pintu, tapi wajahnya langsung dilempari dengan satu buah map yang kini sudah terjatuh di atas lantai.

"Mas?"

"Kamu tanda tangani surat gugatan perceraian ini. Detik ini juga, saya talak tiga kamu!"

Deg!

Jantung Hanifa berdetak tak beraturan. Napasnya sudah kembang kempis dan air matanya mulai meluber keluar. 

"K-katanya kamu mau kasih aku hadiah, Mas—"

"Goblok, ini yang saya sebut hadiah. Bagaimana? Hadiahnya bagus, kan? Sekarang tanda tangani surat ini!" tekan Abimana tanpa perasaan

"Mas. Aku nggak mau cerai sama kamu. Aku mohon!" Hanifa bahkan sampai bersujud di kaki Abimana.

Sayangnya, sang empu sama sekali tak punya belas kasihan. Abimana justru menghempaskan tubuh Hanifa.  Ia bahkan sampai mencengkram rahang gadis itu dengan tak bermoral. 

"Kamu harus bahagia dan saya juga harus bahagia. Sayangnya, kebahagiaan saya bukan sama kamu. Saya bakal bahagia kalau punya istri yang sangat cantik dan badannya bagus." Abimana menatap remeh ke arah Hanifa yang sudah banyak mengeluarkan air mata.

"Aku bakal diet—"

"Halah. Omonganmu itu nggak bisa dipercaya. Dari pertama nikah bilangnya mau diet tapi kerjaan makan mulu." Abimana menyela ucapan Hanifa.

"Pokoknya aku nggak mau cerai dari kamu!" Hanifa memilih berlari masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam

Gadis itu meraung pilu. Dadanya terasa sesak ketika mengingat perlakuan manis dari Abimana seminggu belakangan ini. 

Apapun yang terjadi, dia tak akan mau menandatangani surat tersebut. Sekalipun dia sudah dijatuhi talak dan mereka sudah resmi bukan suami istri lagi dari segi agama. 

Di sisi lain, Abimana sudah emosi bukan main. Lelaki itu beberapa kali mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Nifa, buka pintunya! Jangan mempersulit keadaan!" 

"Jangan paksa aku, Mas Abi. Aku nggak mau pisah dari kamu!" jerit Hanifa dari dalam.

"Sialan!"

Dugh!

Saking kesalnya, Abimana langsung menendang pintu kamar. Hal ini justru semakin membuat tangisan Hanifa menjadi.

Abimana yang terlanjur muak pun lekas pergi menuju kediaman orang tuanya. Dia akan curhat pada Santi. Siapa tau Mamanya itu punya solusi supaya Hanifa mau menandatangani surat cerai itu.

Sesampainya di tempat tujuan, Abimana gegas turun dari mobil dan langsung membuka pintu kediaman kedua orang tuanya.

"Ma. Mama!" teriaknya yang mulai memasuki ruang tamu. 

"Apa toh kamu ini, Bi? Teriak-teriak kayak di hutan saja. Mama sedang ada tamu loh ini!" tegur Santi seraya melotot tajam ke arah sang putra.

Abimana terlihat salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Di ruang tamu sana sedang ada sosok wanita cantik yang sedang bersama dengan Santi. 

"Ini Mas Abi, ya, Tan? Astaga, nggak nyangka bisa ketemu lagi sama kamu, Mas!" Si wanita itu gegas mendekati Abimana dan bahkan langsung memeluk tubuh kekarnya.

Sang empu hanya bisa menegang hebat. Matanya sudah jelalatan lantaran wanita yang sedang memeluknya ini pakaiannya sangat minim. Punya body yang ramping, tapi menonjol sana sini. 

"Aku kangen banget sama kamu, Mas. Kamu juga kangen, kan, sama aku?" 

"Maaf, saya tidak kenal sama kamu." Abimana  langsung menyingkirkan tangan si wanita. "Ma. Kalau tamu Mama sudah pulang, langsung ke ruang tengah, Abi tunggu di sana!" lanjut Abimana yang lekas pergi meninggalkan area ruang tamu. 

Sekitar setengah jam berlalu, barulah Santi menemui Abimana di ruang tengah. Wajah wanita paruh baya itu sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Dia teramat jengkel pada anak semata wayangnya. 

Abimana gegas bangkit dari duduknya. Ia menarik lembut tangan sang Mama untuk mendekat ke arahnya. 

"Tadi itu siapa, Ma?" 

"Kenapa? Naksir kamu sama dia? Tadi saja sok jual mahal!" sinis Santi tak suka ketika mengingat perlakuan Abimana tadi. 

Sang empu yang ditanya begitu langsung salah tingkah. Ia seolah melupakan tujuan awal datang kemari  lantaran terlalu memikirkan sosok wanita cantik tadi. 

"Kalau boleh jujur, dia itu tipe kebanyakan para lelaki, Ma. Aku pun juga mau kalau sama dia." Abimana mesem-mesem sendiri.

Sayangnya, ketika mengingat sosok Hanifa, binaran di mata Abimana langsung meredup. Hidupnya masih dalam bayang-bayang si gembrot yang susah sekali di atur. 

Sudah dijatuhi talak, tapi tetap saja ngeyel tidak mau diceraikan.  

"Ya sudah, sama dia saja toh. Bentar lagi juga kamu resmi cerai dari si gembrot. Mama setuju kalau sama yang ini."

"Nggak segampang itu, Ma. Dia saja nggak mau diceraikan. Tadi saja ngamuk di dalam kamar. Kayaknya bakal susah. Dia keras kepala, sudah diceraikan tapi nggak tau diri dan masih berharap sama aku!" Pada akhirnya, Abimana memulai sesi curhatnya.

Santi memandang miris ke arah anak semata wayangnya. Kasihan sekali, karena memperjuangkan warisan, Abimana harus menikahi si gembrot. Parahnya lagi, sebentar lagi dia harus menyandang status duda. 

"Aku capek banget sama dia, Ma. Bakal susah pergi dari rumah kalau belum tanda tangan surat perceraian. Gimana mau sidang nantinya?" Kepala Abimana sangat pening lantaran terlalu banyak pikiran. 

"Kalau begitu, biarkan saja dia bertingkah sesukanya. Tinggal kamunya saja yang pintar-pintar cari cara supaya si gembrot itu nggak betah lagi sama kamu. Buat dia menyerah dengan sendirinya!" Santi langsung tersenyum licik. Di kepalanya sudah tersusun banyak cara untuk menyingkirkan Hanifa. Si menantu yang tak pernah dia anggap.

"Caranya?" tanya Abimana penasaran.

Sebelum mengatakan hal penting ini, Santi celingukan lebih dulu untuk memastikan keadaan. Jangan sampai suaminya mendengar dan berakhir ribut. Sebab, suaminya itu ada di kubu Hanifa.

"Kamu harus dekati Widya. Buat si gembrot itu terbakar api cemburu sampai dia lelah sendiri mencintaimu. Nah, dengan begitu, kamu bisa bebas dari belenggu si gembrot. Bagaimana?" ujar Santi meminta pendapat.

"Widya?"

"Itu, loh, perempuan cantik tadi. Dia itu Widya, teman semasa kecil kamu yang harus pindah ke luar kota karena pekerjaan Bapaknya yang dipindahkan. Masa kamu lupa sama dia, sih?"

Bab terkait

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 4. Dipermalukan

    Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik."Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan."Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 4. Dipermalukan

    Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik."Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan."Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

    "kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. "Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

DMCA.com Protection Status