Share

Bab 5. Bangkitnya Hanifa

Penulis: NonaRich
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 20:45:52

"Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. 

"Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—"

"Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. 

Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.

Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. 

"Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"

Plak! 

Tangan Hanifa sudah gatal dan langsung menampar pipi Abimana. Bahkan, tamparan itu sama sekali tak terasa karena memang tangan Hanifa sejak tadi sudah gemetar. 

"Cukup, Mas! Kamu jahat. Aku bahkan masih terus menjaga kesucianku cuma buat kamu. Tapi, ini balasannya, Mas? Aku benci sama kamu. Kamu mau cerai, kan, sama aku? Oke, pulang dari sini, aku bakal tandatangani surat gugatan cerai dari kamu. Puas kamu, hah?" teriak Hanifa kepalang frustasi.

Gadis itu langsung berlari meninggalkan tempat acara dengan diikuti oleh Respati. 

Di sisi lain, Abimana terdiam. Persis seperti orang linglung.

"Bagus. Sebentar lagi sampah itu akan pergi dari kehidupan kita, Abi!" ujar Santi yang sangat puas dengan semua ini.

"Itu artinya, bentar lagi aku bisa nikah sama Mas Abi, dong, Tan?" tanya Widya dengan centilnya.

"Sabar. Ngurus perceraian itu butuh waktu. Setidaknya kurang lebih enam bulan baru benar-benar selesai. Kalau kamu sama Abi memang kebelet, mending nikah siri saja. Kalau Abi sudah mengantongi akta cerai, baru kalian bisa urus pernikahan sah di mata hukum juga," balas Santi yang di balas dengusan oleh Widya. 

***

Respati sudah mendengarkan semua cerita Hanifa yang ternyata hidupnya sangat miris. Lelaki itu semakin merasa iba. Namun, tekadnya juga semakin kuat untuk membantu gadis malang ini.

"Aku nggak punya siapa-siapa lagi, Mas. Sebenarnya aku punya keluarga di kampung, tapi aku nggak mau ngerepotin mereka. Apalagi Paman sama Bibi bukan orang berada. Aku harus bertahan di sini apapun caranya!" Hanifa menunduk.

Gadis itu masih terpuruk. Berpisah dengan Abimana sama sekali tak ada di dalam kamus hidupnya. Hanya saja, jika terus menerus bertahan, dia tak yakin bisa menjaga kewarasan diri. Terlebih lagi, Abimana dengan tega menuduhnya menjual diri. Itu yang tidak bisa Hanifa toleransi.

"Keluar dari rumah itu. Tinggal di rumah kontrak milik saya. Mulai besok, kamu harus latihan dan harus semangat. Buktikan pada dunia kalau kamu bisa merubah hidupmu. Masalah biaya hidup, kamu bisa kerja paruh waktu di tempat adik saya.  Kami harus keluar dari zona nyaman!" tegas Respati.

Hanifa mengangguk. Tekadnya sudah bulat. Dia harus merubah nasib supaya tidak ditindas terus menerus oleh orang lain.

Keesokan harinya, Hanifa menatap nanar surat gugatan cerai yang sudah dia tandatangani. 

"Mas Abi. Kamu memang cinta pertamaku. Tapi, kamu juga luka terbesar dalam hidupku. Aku harap, kamu dapat balasan setimpal atas rasa sakitku selama ini. Nggak bakal ada perempuan tulus sama kamu kecuali aku!" monolog Hanifa seraya meletakkan surat gugatan cerai tersebut di atas nakas kamarnya.

Setelahnya, Hanifa benar-benar keluar dari rumah yang menyisakan banyak kenangan itu. 

Hari demi hari telah berlalu. Tak terasa, bulan pun berganti. Hanifa sudah menjalani serangkaian persidangan walau tidak pernah bertemu dengan Abimana lantaran lelaki itu tak pernah hadir. 

Hanifa berusaha untuk tetap tegar. Ia begitu semangat latihan dengan Respati sebagai pelatihnya. 

"Mas. Aku nggak sanggup makan beginian. Hoek ...."

Ini bukan kali pertamanya Hanifa muntah lantaran makan rebusan. Biasanya dia lebih suka makanan cepat saji. Namun, sudah tiga bulan ini dia terus diberikan makanan sehat. Entah itu buah, atau sayuran dan umbi-umbian rebus. 

"Ayo semangat. Makan rebusan itu sehat. Masa sudah tiga bulan belum juga terbiasa? Kamu pasti bisa. Mau, kan, timbangan turun lagi kayak sebelumnya?" tanya Respati memberikan dorongan pada Hanifa.

Sang empu mengangguk. Dia kembali bersemangat dan mulai menjajali alat olahraga. Hanifa juga rutin melakukan senam zumba. Di pagi hari dia akan lari pagi, setelahnya pergi ke tempat fitness milik Respati dan latihan di sana. Siangnya akan ikut kelas zumba. Sementara jam tiga sore sampai jam sembilan malam, Hanifa akan bekerja sebagai asisten pribadi adik dari Respati yang memiliki sebuah klinik kecantikan. 

Kegiatan itu terus menerus Hanifa lakukan. Dia sangat berusaha keras untuk menyambung hidup sekaligus mewujudkan impiannya yaitu memiliki badan ideal. 

"Minum dulu. Kalau capek jangan lupa rehat. Tubuh kamu bukan robot. Nanti juga kamu kudu kerja. Jangan lupa nyemil buah!" Respati memang sangat perhatian hingga membuat Hanifa sedikit melupakan rasa galaunya. 

"Terima kasih, Mas. Berkat Mas dan keluarga Mas, aku bisa bertahan sejauh ini!"

"Tidak perlu berterima kasih. Anggap saja saya ini perantara supaya kamu bisa menjalani pola hidup sehat. Oh iya, kata adikku, jangan lupa terus rutin pakai skincare. Kulitmu sudah mulai bersih dari jerawat. Jangan lupa kalau gajian, ikut perawatan di klinik itu!"

Hanifa mengangguk bersemangat. Gadis itu kembali latihan sampai jam menunjukkan pukul setengah dua. Barulah dia pergi ke tempatnya bekerja. 

Tubuh Hanifa sebenarnya lelah sekali, tapi dia sangat enjoy melakukan semuanya. Apalagi semakin ke sini, dia merasakan perubahan yang sangat pesat di tubuhnya. Lemak mulai hancur lebur dan perut buncitnya mulai menyusut. 

"Hanifa, tolong bantu cekkan jadwal saya sampai nanti malam, ya. Setelah itu, bantu saya menangani pasien yang mau perawatan wajah, ya. Sekalian saya training kamu supaya bisa terjun langsung menangani pasien!" ujar wanita cantik bernama Kusuma. Dia adalah adik kandung dari Respati yang berprofesi sebagai dokter kecantikan. 

"Apa tidak berlebihan, Mbak? Saya bahkan nggak sekolah tinggi—"

"Kamu itu cekatan orangnya. Punya bakat juga. Akhir bulan nanti saya traktir kamu ke salon, ya. Soalnya mau traktir kamu ke restoran takut Mas Pati marah. Dia, kan, posesif banget pada muridnya kalau sudah urusan makanan!" Kusuma terkekeh sementara Hanifa hanya tersenyum canggung.

Pada akhirnya, keduanya pun mulai mengerjakan bagian masing-masing dengan dibantu oleh beberapa karyawan Kusuma yang lainnya. 

Sampai pada akhirnya, Hanifa melihat kedatangan Widya dan Abimana yang sedang mendaftar di tempat resepsionis.

"Saya mau perawatan seluruh tubuh supaya calon suami saya nanti bisa puas!"

"C-calon suami? Bahkan sidang terakhir saja belum dilaksanakan," lirih Hanifa.

Bab terkait

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

    "kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. "Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 4. Dipermalukan

    Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik."Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan."Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 4. Dipermalukan

    Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik."Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan."Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

    "kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. "Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

DMCA.com Protection Status