Share

Bab 4. Dipermalukan

Author: NonaRich
last update Last Updated: 2024-12-19 20:44:33

Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. 

Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik.

"Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. 

Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. 

Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan.

"Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika berdekatan dengan calon muridnya yang memiliki badan gembrot. 

Hanifa bahkan merasa tersanjung sekaligus tersipu malu. Apalagi tidak bisa dipungkiri jika hati kecilnya mengatakan bila Abimana kalah jauh tampannya dari pelatihnya ini. 

Walau begitu, Hanifa lekas sadar diri lantaran tujuannya ke sini bukan untuk mengagumi lelaki lain. Apalagi hatinya masih untuk Abimana seorang. 

"Baik, Pak—"

"Panggil saja Mas. Saya belum setua itu untuk dipanggil Pak." Respati menyela dengan lembutnya. Mungkin memang bawaan lelaki itu yang tutur katanya sangat sopan dan lembut. 

"Kalau begitu, panggil saya Nifa saja, Mas. Sepertinya usia saya lebih muda dari Mas!" Hanifa tersenyum malu-malu. Respati langsung terkekeh dan mengangguk. 

Setelah menyelesaikan biaya administrasi, Hanifa memilih untuk pamit undur diri. Ia tak langsung pulang lantaran mampir dulu untuk belanja segala kebutuhan yang ia kenakan untuk besok.

Ia sampai di rumah ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Senyuman yang tadinya merekah, kini langsung luntur kala mendapati sosok Widya yang ada di sana bak nyonya rumah itu.

"Kebetulan kamu sudah pulang. Keluyuran darimana sih? Kayaknya mau jual diri juga nggak bakal laku, deh!" Widya menatap rendah ke arah Hanifa. "Ah, lupakan soal itu. Aku mau kasih sesuatu sama kamu. Ini, jangan lupa nanti malam dipakai, ya, Nifa gembrot!"

Hanifa menerima uluran paper bag dari Widya. "Apa ini?"  Gadis itu menyerngit keheranan ketika melihat isi paper bag tersebut yang ternyata sebuah gaun berwarna ngejreng dan juga sepasang flat shoes yang warnanya senada.

"Nanti malam ada acara Anniversary pernikahan  Omnya Mas Abi. Pokoknya nanti malam bakal ramai banget. Kamu harus hadir. Ini kesempatan kamu buat buktiin kalau kamu itu pantes bersanding dengan Mas Abi. Sebenarnya, sih, aku yang akan dipasangkan dengan Mas Abi. Tapi, aku ngerasa nggak pantes!" ujar Widya dengan tampang sendunya. 

Hanifa bahkan sampai memicingkan mata. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Widya justru terlihat aneh begini.

"Maksudnya gimana?" Hanifa bertanya dengan heran.  Apa pelakor satu ini sudah tobat?

"Aku sadar kalau selama ini aku salah. Aku nggak mau jadi pelakor. Hari ini mungkin terakhir kalinya aku di sini, soalnya aku mau pulang kampung. Nah, makanya, aku mau nebus semua kesalahanku ke kamu." 

Hanifa bingung. Di sisi lain, dia ingin sekali hadir, tapi dia minder. Selama ini keluarga besar Abimana banyak yang tak menyukai dirinya. Hanya Papa mertuanya yang begitu baik padanya. 

"Aku nggak mau hadir. Aku nggak diundang. Bahkan, acara keluarga seperti ini saja aku nggak tau!" Hanifa memilih untuk berlalu. Tapi, sebelum itu terjadi, Widya pun langsung menahan.

"Aku mohon sama kamu. Aku cuma mau nebus kesalahan aku. Tante Santi kekeuh pengen aku sama Mas Abi yang datang, tapi aku maunya kamu yang temani Mas Abi. Dia, kan, suamimu. Please, tunjukkan pada dunia kalau kamu pantes sama Mas Abi. Aku bakal dandanin kamu biar cantik melebihi aku. Mau, ya?"

Hanifa berpikir sejenak dan karena keinginannya untuk tetap bertahan dengan Abimana, pada akhirnya dia menyetujui. Widya yang melihat hal itu langsung menyeringai puas. 

Malam pun tiba. Hanifa sudah berdiri di depan rumah mewah yang sudah ramai sekali. Tiba-tiba dia merasa tidak pede. Apalagi ketika melihat penampilannya sendiri yang sekarang ini sedang menggunakan gaun ketat hingga membuat lemak tubuhnya tumpah-tumpah. 

"Nggak papa sekarang gendut. Bentar lagi juga pasti kurus dan bikin Mas Abi kepincut," monolognya untuk menghibur diri.

Widya tadi bilang jika dia harus tampil seksi dan aduhai. Dandanannya juga sangat menor. Hanifa sangat tidak nyaman dengan semua ini. Terlebih lagi, dia datang seorang diri lantaran sejak siang tadi  Abimana tak pulang karena sibuk membantu di sini.

Ting!

Ponselnya berbunyi dan itu adalah pesan dari Widya yang menyuruhnya untuk segera masuk lantaran sudah ditunggu oleh Abimana. Hanifa bahkan tak percaya ketika tadi dengan tiba-tiba Widya meminta nomor teleponnya. 

Seketika, kedua sudut bibir Hanifa melengkung ke atas ketika membayangkan pangeran kesayangannya sedang menunggu di dalam sana. 

"Mas Abi. Tunggu aku, Sayang!" ujar Hanifa cekikikan. 

Ia pun memilih untuk  masuk. Langsung saja kehebohan terjadi. Semua orang menertawakan dirinya. Gadis itu merasa tak nyaman, tapi tetap melangkah masuk ketika matanya tak sengaja mendapati keberadaan Abimana.

"Mas Abi!" panggil Hanifa. Namun, senyumnya langsung luntur ketika melihat lengan Abimana yang dipeluk manja oleh Widya.

Widya tersenyum miring dan menatap remeh pada Hanifa.

"Astaga, Abi! Kenapa kamu undang dia, hah? Pakaiannya? Ya ampun!" Santi langsung histeris di tempat. Wanita paruh baya itu malu sekali.

"Mas Abi. Katanya kamu mau kenalin aku ke keluarga besar, kok malah nyuruh dia datang, sih?" rengek Widya manja. 

"Ya ampun. Kok, ada gajah lepas dari kandangnya, sih?"

"Ini bini Abimana ngelawak atau gimana, sih? Astaga, percuma ganteng, tapi punya bini jeleknya kayak gini. Lebih cantik pemulung dekat jembatan sana!"

"Obesitasnya terlalu. Eneg banget lihat orang kayak gini! Lemak ada di mana-mana!"

"Dandanannya kayak badut lagi. Iyuh!"

Air mata Hanifa berlomba-lomba untuk jatuh. Ucapan mereka semua sangat menyayat hati. Terlebih lagi, kebanyakan dari mereka yang mengatainya adalah para sepupu Abimana. Ada juga beberapa anak dari rekan kerja Omnya Abimana yang di undang. 

Ketika dia berharap dilindungi oleh Abimana, tapi sayangnya harapannya pupus. Dia juga merasa dipermainkan oleh Widya yang ternyata hatinya sangat busuk. 

"Saya nggak ada nyuruh kamu datang ke sini, ya. Bikin kacau!" bentak Abimana yang langsung menyeret tubuh Hanifa ke tempat sepi. Santi pun juga ikut. Begitu pula dengan Widya yang selalu mengekor. 

"Mas Abi. Ini sakit sekali. Hati aku juga sakit!" Hanifa menangis sesenggukan. Sayangnya, siapa yang akan peduli dengan si gembrot ini?

"Ini nggak bisa ditoleransi! Si gembrot ini sudah bikin malu. Mau ditaruh mana muka Mama, hah?" bentak Santi merasa tak terima. 

"Mas Abi. Pasti dia pernah nguping pembicaraan kita yang mau datang bareng ke sini sebagai pasangan. Pasti dia mau ngerusak moment indah kita berdua. Hukum dia, Mas!" tunjuk Widya seraya tersenyum miring.

"Kamu wanita jahat!" Hanifa yang ingin menyerang Widya pun langsung dihentikan oleh Abimana. Rambutnya bahkan dijambak dan tubuhnya didorong kuat.

Namun, Hanifa sama sekali tak merasakan dinginnya lantai keramik di rumah ini, melainkan dekapan hangat dari seseorang. 

"Apa begini caranya memperlakukan seorang perempuan?" Suara dingin itu langsung membuat bulu kuduk ketiga orang jahat itu meremang.

Related chapters

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

    Last Updated : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

    Last Updated : 2025-01-10
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

    "kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. "Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kena

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 4. Dipermalukan

    Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik."Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan."Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 3. Dikira ART

    Hanifa menatap sendu beberapa menu makanan yang tersaji di atas meja. Sudah malam begini, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Abimana. Ini bahkan sudah terhitung tiga hari lamanya Abimana tak pulang ke rumah. Gadis itu juga enggan untuk menyentuh makanan yang ia masak sore tadi. "Pokoknya aku mau diet. Aku pengen kurus supaya Mas Abi bisa cinta sama aku!" monolog Hanifa dengan penuh tekad. Walau sejujurnya, makanan di atas meja sangat menggugah selera. Tapi, Hanifa sedang berusaha keras untuk menahan keinginannya. Waktu semakin larut, sementara perut Hanifa semakin keroncongan. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan diri supaya tak tergoda dengan makanan.Pada akhirnya, Hanifa memilih untuk masuk ke dalam kamar dengan memegangi perutnya yang terasa perih. "Mas Abi, aku bakal berusaha untuk cantik. Tapi, aku bingung, dia sudah bilang talak tiga ke aku. Kita ini sekarang apa? Masih suami istri atau sudah bukan?"Di tengah malam yang sunyi ini, Hanifa kembali menangis, meratapi

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 2. Tidak Mau Diceraikan!

    "kamu mau menyenangkan saya, Nifa?" Hanifa mengangguk penuh harap ketika mendengar penuturan dari Abimana. Abimana tersenyum miring seraya mengusap dagu. "Kamu tunggu satu minggu lagi. Saya akan berikan kado paling istimewa untuk kamu. Sekarang, ganti baju dulu. Takutnya nanti kamu masuk angin. Kamu boleh sentuh saya sepuasmu seminggu lagi. Mau?" Hanifa kembali mengangguk dengan senyum tertahan. Dia seolah mendapatkan angin segar dan berharap jika ini adalah awal yang baik untuk kehidupan pernikahannya bersama dengan Abimana. Selama seminggu belakangan ini sikap Abimana sangat baik pada Hanifa hingga membuat sang empu terlena. Bahkan, saking bahagianya, Hanifa sampai melingkari tanggal di kalender dan tepat pada hari ini terhitung tujuh hari sudah. Itu artinya, sebentar lagi Abimana akan memberi dirinya kejutan. "Itu seperti suara mobilnya Mas Abi! Ya ampun, aku deg-degan sekali. Untung saja aku sudah mandi dan pakai banyak sabun biar wangi." Hanifa cekikikan dan berjalan dengan

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 1. Kapan Kamu Hamil?

    "Kapan kamu bisa kasih saya cucu? Sudah satu tahun menikah dengan anak saya, tapi kamu belum bisa kasih keturunan!" Ini bukan kali pertamanya Hanifa mendengar pertanyaan ketus yang dilontarkan oleh Ibu mertuanya. Wanita, ah tidak! Ia masih seorang gadis yang tak pernah disentuh oleh suaminya selama satu tahun pernikahan. Alasannya cukup klise, dia sama sekali tidak menarik dan bukan tipe suaminya. Lantas, jika tidak menarik, kenapa mereka bisa menikah? Jawabannya sederhana, mereka menikah karena permintaan terakhir dari almarhum Kakek Abimana sebelum wafat."Kalau ditanya itu tolong dijawab, ya! Bukan justru masih sibuk ngunyah makanan! Pantas saja badan gembrot macam gajah, kerjaan kamu makan terus!" sentak sang mertua dengan kerasnya."Aku mau jawab apa? Sedangkan Mas Abi saja—""Hanifa. Masuk kamar!" Belum juga Hanifa menyelesaikan ucapannya, tapi suara bariton milik Abimana langsung menggelegar di sepenjuru ruangan. "Tapi, Mas ...,""Kalau saya bilang masuk, ya, masuk. Jangan

DMCA.com Protection Status