Share

Bab 4. Dipermalukan

Penulis: NonaRich
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 20:44:33

Hanifa baru saja keluar dari kantor penggadaian dengan membawa segepok uang dari hasil menggadaikan kalung emas yang beratnya puluhan gram. 

Kalung yang pernah diberikan oleh almarhum Kakek Abimana terpaksa dia gadaikan demi bisa berlangganan di tempat fitness. Dia juga ingin perawatan wajah dan seluruh permukaan kulit tubuhnya supaya bisa cantik.

"Kek, maafin Nifa, ya. Suatu saat nanti Nifa bakal tebus kembali kalung itu." Hanifa lekas menyimpan uang tersebut ke dalam tas. 

Setelahnya, ia gegas pergi ke tempat fitness baru itu. Untung saja pelayanan di sana sangat ramah dan justru begitu bersemangat untuk membantu Hanifa menurunkan berat badan, setelah mendengar keluh kesal gadis itu. 

Terlebih lagi, Hanifa akan dilatih secara langsung oleh si pemilik tempat tersebut yang tampangnya sangat rupawan.

"Mbak Hanifa mulai besok bisa datang ke sini. Saya akan bimbing Mbak sampai punya berat badan ideal. Itu janji saya!" Lelaki tampan yang bernama Respati itu sama sekali tidak ilfeel ketika berdekatan dengan calon muridnya yang memiliki badan gembrot. 

Hanifa bahkan merasa tersanjung sekaligus tersipu malu. Apalagi tidak bisa dipungkiri jika hati kecilnya mengatakan bila Abimana kalah jauh tampannya dari pelatihnya ini. 

Walau begitu, Hanifa lekas sadar diri lantaran tujuannya ke sini bukan untuk mengagumi lelaki lain. Apalagi hatinya masih untuk Abimana seorang. 

"Baik, Pak—"

"Panggil saja Mas. Saya belum setua itu untuk dipanggil Pak." Respati menyela dengan lembutnya. Mungkin memang bawaan lelaki itu yang tutur katanya sangat sopan dan lembut. 

"Kalau begitu, panggil saya Nifa saja, Mas. Sepertinya usia saya lebih muda dari Mas!" Hanifa tersenyum malu-malu. Respati langsung terkekeh dan mengangguk. 

Setelah menyelesaikan biaya administrasi, Hanifa memilih untuk pamit undur diri. Ia tak langsung pulang lantaran mampir dulu untuk belanja segala kebutuhan yang ia kenakan untuk besok.

Ia sampai di rumah ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Senyuman yang tadinya merekah, kini langsung luntur kala mendapati sosok Widya yang ada di sana bak nyonya rumah itu.

"Kebetulan kamu sudah pulang. Keluyuran darimana sih? Kayaknya mau jual diri juga nggak bakal laku, deh!" Widya menatap rendah ke arah Hanifa. "Ah, lupakan soal itu. Aku mau kasih sesuatu sama kamu. Ini, jangan lupa nanti malam dipakai, ya, Nifa gembrot!"

Hanifa menerima uluran paper bag dari Widya. "Apa ini?"  Gadis itu menyerngit keheranan ketika melihat isi paper bag tersebut yang ternyata sebuah gaun berwarna ngejreng dan juga sepasang flat shoes yang warnanya senada.

"Nanti malam ada acara Anniversary pernikahan  Omnya Mas Abi. Pokoknya nanti malam bakal ramai banget. Kamu harus hadir. Ini kesempatan kamu buat buktiin kalau kamu itu pantes bersanding dengan Mas Abi. Sebenarnya, sih, aku yang akan dipasangkan dengan Mas Abi. Tapi, aku ngerasa nggak pantes!" ujar Widya dengan tampang sendunya. 

Hanifa bahkan sampai memicingkan mata. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Widya justru terlihat aneh begini.

"Maksudnya gimana?" Hanifa bertanya dengan heran.  Apa pelakor satu ini sudah tobat?

"Aku sadar kalau selama ini aku salah. Aku nggak mau jadi pelakor. Hari ini mungkin terakhir kalinya aku di sini, soalnya aku mau pulang kampung. Nah, makanya, aku mau nebus semua kesalahanku ke kamu." 

Hanifa bingung. Di sisi lain, dia ingin sekali hadir, tapi dia minder. Selama ini keluarga besar Abimana banyak yang tak menyukai dirinya. Hanya Papa mertuanya yang begitu baik padanya. 

"Aku nggak mau hadir. Aku nggak diundang. Bahkan, acara keluarga seperti ini saja aku nggak tau!" Hanifa memilih untuk berlalu. Tapi, sebelum itu terjadi, Widya pun langsung menahan.

"Aku mohon sama kamu. Aku cuma mau nebus kesalahan aku. Tante Santi kekeuh pengen aku sama Mas Abi yang datang, tapi aku maunya kamu yang temani Mas Abi. Dia, kan, suamimu. Please, tunjukkan pada dunia kalau kamu pantes sama Mas Abi. Aku bakal dandanin kamu biar cantik melebihi aku. Mau, ya?"

Hanifa berpikir sejenak dan karena keinginannya untuk tetap bertahan dengan Abimana, pada akhirnya dia menyetujui. Widya yang melihat hal itu langsung menyeringai puas. 

Malam pun tiba. Hanifa sudah berdiri di depan rumah mewah yang sudah ramai sekali. Tiba-tiba dia merasa tidak pede. Apalagi ketika melihat penampilannya sendiri yang sekarang ini sedang menggunakan gaun ketat hingga membuat lemak tubuhnya tumpah-tumpah. 

"Nggak papa sekarang gendut. Bentar lagi juga pasti kurus dan bikin Mas Abi kepincut," monolognya untuk menghibur diri.

Widya tadi bilang jika dia harus tampil seksi dan aduhai. Dandanannya juga sangat menor. Hanifa sangat tidak nyaman dengan semua ini. Terlebih lagi, dia datang seorang diri lantaran sejak siang tadi  Abimana tak pulang karena sibuk membantu di sini.

Ting!

Ponselnya berbunyi dan itu adalah pesan dari Widya yang menyuruhnya untuk segera masuk lantaran sudah ditunggu oleh Abimana. Hanifa bahkan tak percaya ketika tadi dengan tiba-tiba Widya meminta nomor teleponnya. 

Seketika, kedua sudut bibir Hanifa melengkung ke atas ketika membayangkan pangeran kesayangannya sedang menunggu di dalam sana. 

"Mas Abi. Tunggu aku, Sayang!" ujar Hanifa cekikikan. 

Ia pun memilih untuk  masuk. Langsung saja kehebohan terjadi. Semua orang menertawakan dirinya. Gadis itu merasa tak nyaman, tapi tetap melangkah masuk ketika matanya tak sengaja mendapati keberadaan Abimana.

"Mas Abi!" panggil Hanifa. Namun, senyumnya langsung luntur ketika melihat lengan Abimana yang dipeluk manja oleh Widya.

Widya tersenyum miring dan menatap remeh pada Hanifa.

"Astaga, Abi! Kenapa kamu undang dia, hah? Pakaiannya? Ya ampun!" Santi langsung histeris di tempat. Wanita paruh baya itu malu sekali.

"Mas Abi. Katanya kamu mau kenalin aku ke keluarga besar, kok malah nyuruh dia datang, sih?" rengek Widya manja. 

"Ya ampun. Kok, ada gajah lepas dari kandangnya, sih?"

"Ini bini Abimana ngelawak atau gimana, sih? Astaga, percuma ganteng, tapi punya bini jeleknya kayak gini. Lebih cantik pemulung dekat jembatan sana!"

"Obesitasnya terlalu. Eneg banget lihat orang kayak gini! Lemak ada di mana-mana!"

"Dandanannya kayak badut lagi. Iyuh!"

Air mata Hanifa berlomba-lomba untuk jatuh. Ucapan mereka semua sangat menyayat hati. Terlebih lagi, kebanyakan dari mereka yang mengatainya adalah para sepupu Abimana. Ada juga beberapa anak dari rekan kerja Omnya Abimana yang di undang. 

Ketika dia berharap dilindungi oleh Abimana, tapi sayangnya harapannya pupus. Dia juga merasa dipermainkan oleh Widya yang ternyata hatinya sangat busuk. 

"Saya nggak ada nyuruh kamu datang ke sini, ya. Bikin kacau!" bentak Abimana yang langsung menyeret tubuh Hanifa ke tempat sepi. Santi pun juga ikut. Begitu pula dengan Widya yang selalu mengekor. 

"Mas Abi. Ini sakit sekali. Hati aku juga sakit!" Hanifa menangis sesenggukan. Sayangnya, siapa yang akan peduli dengan si gembrot ini?

"Ini nggak bisa ditoleransi! Si gembrot ini sudah bikin malu. Mau ditaruh mana muka Mama, hah?" bentak Santi merasa tak terima. 

"Mas Abi. Pasti dia pernah nguping pembicaraan kita yang mau datang bareng ke sini sebagai pasangan. Pasti dia mau ngerusak moment indah kita berdua. Hukum dia, Mas!" tunjuk Widya seraya tersenyum miring.

"Kamu wanita jahat!" Hanifa yang ingin menyerang Widya pun langsung dihentikan oleh Abimana. Rambutnya bahkan dijambak dan tubuhnya didorong kuat.

Namun, Hanifa sama sekali tak merasakan dinginnya lantai keramik di rumah ini, melainkan dekapan hangat dari seseorang. 

"Apa begini caranya memperlakukan seorang perempuan?" Suara dingin itu langsung membuat bulu kuduk ketiga orang jahat itu meremang.

Bab terkait

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 5. Bangkitnya Hanifa

    "Kamu siapa? Nggak usah ikut campur. Ini urusan keluarga!" sewot Widya yang sebenarnya tak terima ketika ada lelaki tampan yang membela Hanifa. "Bukan begini caranya berbicara dengan perempuan yang kata kalian keluarga—""Mas. Mending kita pergi saja!" Hanifa memotong ucapan lelaki tampan yang ternyata adalah Respati. Lelaki itu memilih untuk menurut lantaran sudah tak tega saat melihat air mata Hanifa. Perempuan bertubuh gempal ini sangat menyedihkan. Respati bahkan sejak tadi sudah menyaksikan bagaimana para tamu undangan menghina fisik Hanifa.Ia sejak tadi ingin membela, tapi sadar diri bila dia hanya tamu undangan di sini. Terlebih lagi, dia bukan siapa-siapanya Hanifa. Namun, ketika wanita itu digiring secara kasar, Respati tentu saja langsung mengikutinya lantaran sudah tak tahan bila harus melihat wanita lugu itu disakiti. "Oh, jadi gini kelakuan kamu, Nifa! Tubuh gembrotmu ternyata laku juga, ya. Dibayar berapa kamu sama dia, hah? Sudah tidur, kan, sama dia? Ngaku kamu!"P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 6. Pertama Kali Menyentuh Wajah Abimana

    Hanifa sengaja mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Abimana dan Widya. Gadis itu sekarang ini sedang membantu Kusuma untuk menangani dua pasiennya. Sebab, bukan hanya Widya yang akan menjalani perawatan, tapi juga Abimana yang dipaksa oleh si calon untuk menjalani perawatan wajah."Mbak, tolong buat wajah saya makin kinclong, ya. Supaya calon istri saya makin kesemsem sama saya!" ujar Abimana yang kini sudah berbaring di tempat ketika Hanifa sedang menutup tirai pembatas antara Abimana dan Widya.Gadis itu sama sekali tak bersuara dan memilih mengangguk saja. Dia tak ingin Abimana mengenali suaranya.Entahlah, kebetulan macam apa ini? Niat hati hanya ingin bekerja dengan tentram, tapi dia harus kembali berhadapan dengan Abimana. Walau begitu, Hanifa berusaha keras untuk tetap profesional. Bagaimana pun juga, dia sedang bekerja dan harus mengesampingkan masalah pribadi. Toh juga antara dirinya dan Abimana sebentar lagi akan benar-benar berakhir."Tangan Mbak lembut, tapi kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 7. Jelang Sidang Terakhir

    Abimana membawa Widya pulang ke kediaman orang tuanya. Ini dia lakukan supaya Widya tak banyak menguras uangnya. Bisa tekor dia nanti jika belum menikah saja, Widya sudah banyak maunya. Sudah dikasih perawatan gratis dari ujung rambut hingga kaki, tapi masih saja ingin tas mahal dan barang mewah lainnya. Sayangnya, sepertinya Abimana melupakan sesuatu. Mereka sudah janjian pada seseorang yang akan menghandle segala keperluan pernikahan. Widya dengan seenaknya bahkan memberitahukan orang tersebut supaya segera datang di kediaman calon mertuanya. Alhasil, belum ada setengah jam, rumah Santi sudah kedatangan tamu dan hal tersebut membuat Widya senang bukan kepalang. "Bisa tidak bahasnya nanti saja?" tanya Abimana yang masih belum terima jika uangnya akan kembali melayang."Nanti kapan, sih, Mas? Bentar lagi kita mau nikah loh ini. Tante nggak keberatan, kan?" tanya Widya meminta pendapat kepada Santi.Santi meneguk ludah dengan susah payah. Wanita paruh baya itu melirik ke arah sang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 8. Abimana Meminta Warisannya

    "Memangnya, Mas mau minta apa?" tanya Hanifa terlampau penasaran."Tetap di sisi saya walau tujuan kamu sudah berhasil tercapai. Maksud saya, kamu tetap boleh tinggal di rumah kontrakan dan bekerja di klinik adik saya. Jangan mencari tempat lain, kami sudah nyaman dengan kehadiranmu!"Sebenarnya, bukan ini yang hendak Respati utarakan. Hanya saja, mungkin moment-nya belum tepat. Dia tak mau jika Hanifa mulai menjauh jika sampai tau apa yang sebenarnya Respati rasakan. Dengan kata lain, lelaki itu memiliki perasaan lebih terhadap Hanifa. "Mas. Aku nggak mungkin pergi begitu saja setelah aku sudah bergantung penuh sama Mas. Mungkin nanti kalau semisal Mas Pati sudah berkeluarga, aku bakal pergi. Soalnya nggak enak sama istrinya Mas nanti!""Kenapa harus tidak enak kalau semisal kamu yang menjadi orangnya?" kekeh Respati yang seketika langsung gelagapan sendiri."Maksudnya, Mas?" tanya Hanifa yang masih belum paham ketika diberi kode oleh lelaki gagah pemilik tempat fitness itu.Respati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 9. Diberi Waktu Untuk Rujuk

    "Dengan berat hati saya mengatakan jika warisan ini lima puluh persen akan jatuh di tangan Mbak Nifa. Lima puluh persennya lagi akan disumbangkan di panti asuhan!""Nggak bisa gitu, Pak! Enak saja main disumbangun ke panti. Apalagi mau dikasih ke si gembrot! Enak saja. Hidup cuma sekali, masa iya harta mertua saya jatuh di tangan orang asing? Nggak bisa gitu! Nggak sudi saya!" Santi langsung mengamuk di tempat.Beberapa orang bahkan sampai merekam aksi wanita paruh baya itu. Sedangkan Abimana sudah malu bukan main dengan tingkah sang ibu. Dia juga sebenarnya ingin mengamuk, tapi berusaha ditahan. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa, Bu Santi. Saya hanya menyampaikan wasiat almarhum!" Bapak pengacara dengan sabar menjelaskan.Hanya saja, Santi yang kepalang murka bahkan langsung menangis sesenggukan di sini. "Saya susah payah ngelahirin cucu untuk mertua. Kenapa justru orang lain yang akan mendapatkan warisan? Kenapa dunia tidak adil?" Abimana sampai menutup wajahnya menggunakan buku m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 10. Heels Pemberian Camer?

    "Maksudnya, Mas?" tanya Hanifa dengan jantung yang berdebar hebat.Sebenarnya, gadis itu tau apa yang di maksud oleh Respati. Hanya saja, dia berusaha keras untuk menyangkal, walau sejujurnya dia juga sudah merasa sangat nyaman dengan semua ini.Namun, perlu diingat, Hanifa masih menyimpan nama Abimana di hatinya lantaran lelaki itu adalah cinta pertamanya. Melupakan masa lalu bukanlah hal yang gampang. Terlebih lagi, masa lalu menyakitkan yang pernah dia dapat dari mantan suaminya. Ibarat, cinta itu masih ada, walau hanya tersisa secuil di relung hati. Mungkin seiring berjalannya waktu, cinta itu akan menghilang. "Saya cin—"Ting!Respati memejamkan mata sejenak. Sedetik lagi dia bisa mengungkapkan rasa cintanya pada Hanifa, tapi bunyi notif ponselnya menghentikan semuanya. Ia pun menghela napas dan mulai membuka ponsel."Nifa. Saya harus pulang. Ada sesuatu yang harus saya urus. Saya pamit dulu, ya. Jangan lupa dibuka hadiah dari Ibu saya!" pamit Respati. Lelaki itu bahkan menyem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 11. Susah Rujuk karena Terlanjur Talak 3

    "Ma. Mama. Aku pusing, Ma. Ini gimana?" teriak Abimana yang kini sudah memasuki pekarangan rumah kedua orang tuanya.Santi yang mendengar teriakan sang anak pun gegas keluar rumah seraya berkacak pinggang. Sebal sekali rasanya ketika terus menerus direcoki oleh Abimana."Kamu kenapa, sih? Jangan bikin malu, ah! Nggak enak didengar tetangga. Kalau ada masalah yang mau dibicarakan, masuk rumah!" hardik Santi seraya menatap tajam ke arah sang anak.Abimana pun langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kusutnya. Entahlah, akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpa calon duda itu. Hidupnya seolah tak tenang dan semuanya berantakan.Jika bukan karena harta warisan sialan itu, sudah pasti Abimana tak akan seperti ini."Aku capek, Ma!" keluh Abimana yang kini sudah duduk manis di sofa ruang tamu. "Kalau capek, ya, istirahat. Widya mana?" tanya Santi celingukan ketika tak melihat keberadaan calon menantu cantiknya. "Widya marah sama aku karena izin rujuk sama Hanifa. Mau di ajak nik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 12. Hari Terakhir Sidang Cerai

    Abimana terpaksa mengeluarkan banyak uang demi membelikan kalung emas seberat 10 gram untuk Widya. Saldo ATM miliknya semakin menipis. Apalagi, bulan ini dia bahkan sudah tak mendapatkan gaji dari kantor lantaran terlalu banyak libur. "Nggak usah cemberut gitu wajahnya. Emas bisa buat investasi, Mas. Kamu baru beli emas 10 gram saja mukanya sudah ngenes. Nanti juga aku bakal minta mahar jauh lebih gede dari ini!" celoteh Widya seraya mengusap lembut kalung yang sudah melingkar di lehernya.Wanita itu bahkan sampai mengikat rambutnya yang semula tergerai. Dia hanya ingin pamer pada Hanifa ketika sudah sampai di kantor pengadilan.Wajah Santi sejak tadi sudah sepet bukan main. Wanita paruh baya itu tentu merasa iri. Dia juga ingin dibelikan kalung oleh anaknya."Abi. Harusnya tadi beli dua. Mama juga mau!" bisik Santi, tapi di abaikan oleh Abimana.Beli satu kalung seberat 10 gram saja sudah membuat kantongnya semakin menipis. Apalagi jika membeli dua? Bisa habis total tabungan Abimana

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 104. Bentakan Respati

    "Loh, ngapain kamu ke situ? Itu loh punya calon istrinya Mas Pati. Dengan kata lain, suatu saat nanti itu punya saya, Delina Nugraha!" tegas wanita itu yang ternyata namanya Delina Nugraha. Pergerakan tangan Hanifa yang ingin membuka pintu kontrakan pun sontak saja terhenti. Ia menatap malas ke arah penghuni baru yang sialnya berada tepat di samping rumah kontrakan yang memang dikhususkan untuknya. Hanifa kembali tak menggubris dan hendak membuka pintu lagi. Sayangnya, Delina justru menarik kasar tubuh sang empu yang beruntungnya masih bisa menjaga keseimbangan. "Kamu itu apa-apaan, sih? Sudah dibilang jangan ke situ! Budeg apa gimana? Pergi sana!" usir Delina. Tidak tau saja jika wanita yang sedang di usir ini adalah ibu kontrakan dua puluh pintu yang salah satunya sedang dia tempati. "Mbak yang apa-apaan? Ini tempat saya, jadi saya bebas mau keluar masuk. Toh, saya juga punya kunci!" Hanifa yang kepalang dongkol tentu saja langsung mengangkat kunci kontrakan yang ia punya. Hal

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 103. Ibu Kontrakan yang Sesungguhnya

    Setelah hampir satu bulan masa pemulihan, Abimana pun sudah kembali berjalan dengan normal. Bahkan, wajahnya yang dulu sempat di perban, sekarang sudah tidak lagi. Perut Widya juga sudah mulai menonjol dan hal itu membuat Abimana semakin muak. Lelaki itu bahkan merencanakan sesuatu supaya bayi yang ada di dalam kandungan Widya bisa luruh begitu saja. "Mas Abi. Aku pengen makan pizza tapi Tante Santi yang buat!" rengek Widya, ketika mereka semua sedang berada di meja makan. Santi langsung menatap bengis ke arah wanita hamil itu. Semakin hari, ada saja permintaan nyeleneh dari Widya. Bahkan, dia seperti tak berpikir jika sekarang ini Abimana sedang menganggur. Pendapatan keluarga kecil itu hanya dari usaha konveksi yang dijalani oleh Banu dan Santi. Sayangnya, beberapa minggu ini penghasilan menurun karena banyak sekali para tetangga yang enggan ke sana. "Makan saja yang ada. Jangan banyak tingkah kamu!" sentak Santi kesal bukan kepalang. Sudah malas dan tidak pernah mau membantu

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 102. Kissing and Ice Cream

    "Sayang—""Mas, kamu tau sendiri, kan, perempuan hamil itu sensitif sekali. Jangankan perempuan hamil, yang tidak hamil saja sangat sensitif kalau lihat beginian. Kamu habis ngapain, sih?" Nada bicara Hanifa mulai bergetar.Wanita itu sepertinya takut jika masa lalu yang buruk akan terulang lagi di saat dirinya baru saja pulih dan merasa bahagia. Respati lekas mendekat dan mulai mendekap erat tubuh Hanifa. Pecah sudah tangisan sang istri. Tangisan yang sangat menyayat hati. "Kamu tau sendiri kalau aku ini anak broken home. Masih kecil ditinggal pisah sama orang tua. Ayah nikah lagi, sementara Ibu pergi ke luar negeri dan sampai sekarang nggak balik lagi. Bahkan, aku juga pernah gagal berumah tangga. Aku nggak bisa dibeginikan, hiks ...."Hanifa mengeluarkan segala keluh kesalnya. Biarkan saja suaminya mengatai dirinya cengeng atau semacamnya. Yang jelas, wanita itu sedikit terguncang. Jemari Respati terulur untuk mengusap air mata Hanifa. Bahkan, sampai sekarang lelaki itu belum m

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 101. Noda Lipstik Siapa?

    Santi menatap sinis ke arah Widya yang sejak pagi tadi sudah leha-leha menonton televisi. Padahal, pekerjaan di dapur masih banyak. Masakan belum rampung semua. Peralatan makan tadi malam pun juga belum di cuci.Seenak jidat wanita hamil itu malas-malasan. Jika dulu Santi selalu membela Widya. Kini, tidak lagi. "Wid. Masak sana, Tante mau bersihin depan rumah!" tegas Santi membuat Widya melotot seraya merengut."Tan, aku tuh lagi hamil. Masa iya Tante suruh masak? Bukannya apa, kalau wanita hamil itu cocoknya di manja!" tegas Widya kesal bukan main. "Masalahnya kamu bukan mantu Tante, ya. Kamu cuma numpang di sini. Sudah tidak kerja di perusahaan. Imbasnya pun juga ke Abi, kemarin dia di pecat sama Renjana, karena menganggap Abi tidak becus jagain kamu yang menjadi wanita gatal begitu," sinis Santi yang ucapannya terlalu pedas. Widya menghela napas. Demi apapun, dia itu jarang bekerja di dapur. Bahkan, untuk bersih-bersih rumah pun dia malas sekali. Maunya leha-leha, tapi uang data

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 100. Trending Topik

    Sejak semalam hingga pagi ini, Respati terus menerus muntah-muntah. Semua anggota keluarganya bahkan sampai panik sendiri. Lelaki itu tak bisa berjauhan dari sang istri. "Kamu kenapa, sih, Mas? Terlalu capek atau gimana? Perasaan kemarin siang masih baik-baik saja dan masih bisa bercanda sama aku." Hanifa tentu saja merasa sangat khawatir dengan keadaan sang suami. "Mau ke rumah sakit saja atau bagaimana?" tawar Anisa yang sama khawatirnya seperti yang di rasakan oleh sang menantu. "Di sini saja sama Nifa. Hirup aromanya Nifa mualnya jadi hilang!" lirih Respati.Jika biasanya lelaki itu sangat berwibawa dan penuh kharisma, berbeda dengan sekarang. Ia tampak terlihat sangat sayu dan pucat. "Lemah sekali, sih, kamu, Pati? Ini tuh namanya morning sickness. Biasanya wanita hamil yang mengalami, tapi ternyata kamu yang gantiin Nifa!" omel sang Nenek yang merasa sebal dengan cucu lelakinya.Respati sama sekali tak membalas ucapan sang Nenek. Lelaki itu sekarang ini sedang sibuk menghiru

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 99. Memuaskan Diri

    Tengah malam, Respati terbangun dan terus menerus menghela napas. Dia tidak bisa tidur tanpa memeluk istrinya. Ini semua gara-gara peraturan nyeleneh dari sang Nenek. Jika bisa, dia ingin memulangkan wanita tua itu ke luar negeri lagi. "Punya istri, tapi kok tidur sendiri? Tidak bisa dibiarkan ini!" Respati akhirnya bangkit dari kamar. Ia lekas berjalan dengan tergesa menuju lantai bawah, lantaran kamar Nenek Laksmi ada di lantai satu. Wanita tua itu tentu saja sudah tak bisa naik turun tangga lantaran tubuhnya sudah ringkih di makan oleh usia. "Pati, mau ke mana?" Respati terkejut bukan main ketika tak sengaja berpapasan dengan sang Mama yang baru keluar dari kamar."Mau nyusulin istri, Ma. Pati tidak bisa tidur kalau tidak peluk Nifa," ujar Respati tanpa ada yang ditutupi.Anisa tertawa geli ketika mendapati anak sulungnya yang sangat bucin seperti ini. "Ya sudah, hati-hati. Kalau perlu, gendong saja Nifa bawa kembali ke kamar kalian. Jangan sampai Nenek kamu bangun, bisa heboh

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 98. Istri Hamil Harus Dimanja

    Widya baru membuka mata setelah beberapa saat pingsan karena kebodohannya sendiri. Wanita itu mendapati keberadaan Abimana yang sebagian wajahnya masih di perban. Bahkan, salah seorang bidan juga ada di sana. "Harusnya Bapak jaga dengan baik kandungan istrinya!" omel bidan tersebut seraya menatap datar ke arah Abimana. Abimana datang, karena tadi sempat ditelepon oleh orang yang menolong Widya ketika pingsan dan pendarahan di taman. Sebenarnya, kontak pertama di ponsel Widya itu Bowo, tapi sialnya lelaki itu sama sekali tak mau mengangkat. Alhasil, mereka memilih kontak Abimana yang berada di daftar favorite kedua di ponsel Widya. "Ibunya juga ada masalah apa? Kalian bertengkar? Mbok ya bisa berpikir dengan baik loh. Sebentar lagi kalian punya anak, tapi kenapa Ibunya justru mengkonsumsi nanas dan obat keras?""Anak saya sudah mati, Bu?" tanya Widya mengabaikan pertanyaan bidan barusan. Bahkan, raut wajah Widya tidak ada sedih-sedihnya dan justru terlihat sangat penasaran. "Syukur

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 97. Usaha Melenyapkan Janin

    Hanifa mengerjapkan mata setelah beberapa waktu lalu sempat pingsan. Wanita itu menatap sekitar dan mendapati keberadaan suami dan kedua mertuanya. Hanya minus Nenek Laksmi saja dan entah di mana keberadaan orang tua itu. "Sayang. Apa yang sakit? Bilang sama Mas!" Respati gegas mendekat dan langsung mengusap dengan sayang wajah sang istri. Tangan kiri Hanifa yang terbebas dari selang infus pun lekas membimbing tangan suaminya untuk di letakkan di atas dada. "Dadaku yang sakit, Mas. Aku nggak nyangka kamu hamili wanita la—"Cup!Bibir ranum itu dipangut oleh Respati. Persetan jika di dalam ruangan ini masih ada kedua orang tua mereka. Lelaki itu tak peduli.Handoko rasanya ingin sekali memberikan bogeman mentan pada Respati. Dia masih kesal bukan main lantaran tadinya sedang sibuk, tapi dia buru-buru dihubungi oleh istrinya untuk segera datang ke rumah sakit lantaran Hanifa jatuh pingsan. Pria paruh baya itu tentu saja langsung meninggalkan pekerjaan. Baginya, keluarga adalah nomor

  • Menjadi Cantik Setelah Talak 3   Bab 96. Dituduh Menghamili

    Napas Hanifa memburu dengan begitu hebatnya ketika ditelepon oleh sopir keluarga yang tadi mengantar Respati pergi. Seketika, matanya berembun dan napasnya memburu dengan sangat hebat. Hanifa ingin menangis, tapi dia bingung harus bagaimana. Pada akhirnya, wanita itu memilih bercerita pada Nenek Laksmi dan juga mertuanya. "Aku nggak nyangka Mas Pati bakal kayak gitu, Ma!" lirih Hanifa. Dunianya seolah runtuh begitu saja setelah menceritakan segalanya pada dua wanita dewasa itu."Astaga, apa yang sudah Pati lakukan? Membuat malu saja!" keluh Anisa yang langsung menitikkan air mata.Berbeda dengan Nenek Laksmi yang begitu geram. Matanya menyiratkan kilauan amarah yang begitu besar. Dadanya naik turun dan kepalanya dipenuhi berbagai macam pertanyaan. "Sudah tau rumah sakitnya di mana?" tanya Nenek Laksmi yang langsung di angguki oleh Hanifa. "Kita semua pergi ke sana sekarang. Masalah begini harus segera dibasmi. Kamu kuat apa tidak ikut ke rumah sakit?" tanya Nenek Laksmi pada cucu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status