Share

Part 57. Hati yang Patah

Sinta menarik napas dalam, bulir bening lebih deras mengalir di pipinya.

"Bayi merah yang kemarin di antar seseorang ke rumah Ibu, itu anakku. Darah daging Bang Ilman."

Wajah wanita paruh baya itu merah padam. Malu bercampur marah melebur jadi satu. Matanya terhunus menatap tajam seakan siap menguliti Sinta.

Meski tau Sinta memang pernah hamil, aku pun tak kalah terkejut. Jadi ini arti percakapan Ilman lewat telpon saat aku baru pulang dari rumah sakit waktu merawat Ibu dulu.

Mengapa dengan mudahnya seorang perempuan mengorbankan mahkotanya dengan lelaki yang belum halal baginya. Miris.

"Mengapa kau tega membohongi kami, Sin? Mengapa kau tak mengatakannya sejak awal?" Bik Sarmi terlihat geram.

"Aku bukan ingin membahas anak itu, Bu. Jika Ibu tak menginginkannya aku akan memberikannya pada siapa saja yang menginginkannya," ujar Sinta terdengar frustasi. Bik Sarmi terdiam sambil menggigit bibirnya. Sedih dan kecewa bercampur jadi satu.

Untuk kedua kalinya aku tercengang mendengar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status