Helena berhasil melarikan diri dari rumah kontrakan Bella. Ia berhasil tidak bertemu dengan lelaki yang menghamilinya. Napas Helena tersengal-sengal karena berlari menyusuri gang rumah kakaknya. Helena tak ingin berjumpa Samuel apalagi berbicara dengan lelaki itu. Sepanjang jalan, Helena harap-harap cemas. Kendaraan yang ditumpanginya melaju dengan kecepatan tinggi. Takut, kalau Samuel mengejarnya apalagi sekarang Helena sedang menyetir seorang diri. Tidak ada Jake di sampingnya. Helena tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. “Helena! Helena!” Panggilan Saraswati membuat langkahnya terhenti. Enggan menanggapi namun Helena harus bisa menjaga sikap. Biar bagaimana pun, Saraswati orang yang sudah tua. Selain itu masih istri sah Tuan Abimanyu.“Aku dan Cella ingin mengajakmu ke salah satu party teman Cella. Kau mau kan ikut dengan kami?” Kali ini, ada yang berbeda. Sifat Saraswati menjadi ramah. Bibirnya pun menyunggingkan senyum. Kedua mata Helena memicing. Menaruh curiga jika
Jake belum memberitahu Tuan Abimanyu tentang keadaan Helena saat ini. Helena telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tetapi, wanita yang baru saja mengalami keguguran itu belum sadarkan diri. Jake juga sudah berpesan pada dokter yang menangani kondisi Helena agar jangan memberitahu siapapun jika Helena mengalami keguguran. Jake mengaku pada dokter kalau janin yang berada dalam rahim Helena adalah darah dagingnya. Secara langsung Jake mengatakan kalau Helena hamil di luar nikah. Oleh karena itu, Jake berpesan pada dokter agar tidak memberi tahu siapapun termasuk keluarga Helena.“Jake ....” Lirih, Helena memanggil calon suaminya. Jake tersentak, menggenggam telapak tangan Helena.“Nona, aku ada di sini.” Senyum Jake mengembang. Hatinya sangat bahagia karena Helena telah membuka kedua mata. Sedari tadi ia menunggu wanita itu membuka kedua mata. Jake pun bahagia karena nama pertama yang dipanggil Helena adalah Jake.“Jake, a-aku di mana? Badanku sakit ....” keluh Helena membalas gen
Mendengar kabar anak bungsunya berada di rumah sakit karena jatuh terpeleset di anak tangga, Abimanyu menyudahi pekerjaan. Dia langsung pergi menuju rumah sakit yang sudah diberitahukan Jake. Hati Abimanyu sangat cemas akan keadaan Helena. Khawatir, jika Helena mengalami luka yang serius. Mengingat sebentar lagi acara pernikahan Jake dan Helena akan dilangsungkan.Sampai di rumah sakit, Abimanyu berjalan cepat menuju ruangan VVIP. “Jake!” Panggil Abimanyu melihat Jake yang baru saja keluar dari salah satu ruangan. Jake mengulas senyum, menyambut kedatangan calon papa mertuanya.“Om?” “Bagaimana kabar Helena? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang cedera?” Kecemasan tergambar jelas. Abimanyu menatap lekat Jake penuh harap. Berharap kalau anaknya tidak mengalami hal buruk.“Tidak ada, Om. Sebelah kaki Helena terkilir dan jatuh pingsan. Mungkin Helena pingsan karena terkejut, Om.” Jake memberi penjelasan yang sekiranya dapat masuk akal. “Om ingin melihatnya, Jake.”“Silakan,
“Biii ... Bi Sumi!” Ibu dan anak itu bergegas memanggil ketua Chef di istana Tuan Abimanyu. Bi Sumi yang memasak menoleh, membungkukkan setengah badan.“Iya, Nyonya? Ada apa?” Penuh hormat, Bi Sumi merunduk dalam. Tak berani ia membalas tatapan kedua majikannya. Cella dan Saraswati selalu saja bersikap semena-mena. “Jawab pertanyaan kami dengan jujur! Tadi kenapa kau mengepel hanya anak tangga yang mengarah ke kamar Helena saja? Kenapa? Apa ada noda di sana?” selidik Saraswati menatap tajam wanita yang usianya lebih dari seabad. Bi Sumi menelan air liur. Terkejut, tidak menduga kalau istri kedua Tuan Abimanyu bertanya demikian.“Kenapa kau diam saja? Cepat jawab!” gertak Cella, matanya melotot seperti mau melompat. Mereka berdua sudah tidak sabar mengetahui fakta yang akan menyebabkan pernikahan Jake dan Helena batal. Tidak hanya itu, Cella maupun Saraswati menginginkan Helena diusir seperti Bella dulu karena ketahuan hamil di luar nikah.“Sa-saya mengepel darah ....” Jawaban
Jam sepuluh malam, Tuan Abimanyu baru tiba di rumah. Kepulangannya tidak ada yang menyambut. Saraswati yang biasa menyambut pun, kini mulai enggan. Kecewa akan sikap Tuan Abimanyu yang belakangan sangat berubah. Lebih mementingkan Helena dari pada dirinya. Melihat Saraswati tengah duduk di atas ranjang sambil bermain handphone, Tuan Abimanyu tampak tak peduli. Bertanya saja enggan. Mereka seolah sedang perang dingin. Tuan Abimanyu sangat kecewa dengan sikap Saraswati dan Cella di belakangnya.Saraswati memerhatikan sikap suaminya yang tak peduli akan keberadaannya. Lima belas menit membersihkan diri, Tuan Abimanyu mengganti pakaian dan berbaring membelakangi Saraswati yang masih duduk bersandar di atas ranjang."Mas?”Saraswati tak tahan juga diam-diaman seperti ini.“Hm?”“Kau kenapa? Kenapa kau dingin padaku?” Pertanyaan Saraswati membuat Tuan Abimanyu membuka mata yang baru saja terpejam. Ia lantas beringsut, duduk bersandar, pandangan lurus ke depan.“Aku tidak apa-apa.”
Sungguh, Saraswati tidak menduga kalau anak kandungnya sendiri menyakiti hatinya.“Kenapa kau bicara seperti itu, Cella? Kenapa?”“Karena aku sudah tidak peduli! Aku capek dan muak! Aku ingin hidup tenang!” Sorot mata Cella menghujam hati Saraswati. Wanita itu sangat bersedih dan terluka mendengar ucapan anak kandungnya. Selama ini, Cella selalu mendukung segala rencana dan keputusannya. Tetapi, sejak bertemu dengan Toni, Saraswati merasa sikap anaknya mulai berubah. Sudah tidak terlalu terobsesi akan harta kekayaan Abimanyu. Cella pergi begitu saja. Tidak ingin menunggu tanggapan dari Mamanya. Sebulir air mata Saraswati membasahi pipi kiri. Sekarang ia merasa sendirian. Abimanyu dan Cella telah menjauhinya. Saraswati menyeka kasar air mata. Dia tidak ingin kalau orang lain melihat kesedihannya. Saraswati menarik napas kasar, mengembuskannya perlahan. Ia harus fokus, tidak boleh bersedih. Harus bisa menjalankan rencananya meski tanpa Cella. *** “Jake, kapan aku dibolehkan pula
“Siapa, Jake?” tanya Helena ketika Jake telah masuk ke dalam ruangan. Jake berusaha mengatur napas, tidak ingin Helena menaruh curiga jika dirinya telah memukul seseorang.“Jake?” Helena kembali memanggil. Jake gelagapan, salah tingkah.“Ada pasien rumah sakit jiwa yang nyasar ke sini,” jawab Jake asal. Helena dahinya mengkerut. Tidak mungkin ada pasien dari rumah sakit lain yang datang ke sini.“Kau bercanda?” telisik Helena, menatap lekat pria yang duduk di kursi samping ranjang. “Iya, aku bercanda. Sudahlah, kau istirahat saja. Aku mau cari sarapan dulu. Tidak apa-apa, aku tinggal sebentar?”“Iya, tidak apa-apa.”Jake beranjak, meninggalkan Helena yang masih berbaring. Jika mengingat kedatangan Samuel, ingin sekali Jake memukul Samuel sampai babak belur. Jake sangat tidak .suka mendengar ada orang lain yang menghina Helena. Meskipun itu benar! Helena pernah menjadi kekasih simpanan Samuel. Jake mengusap wajah kasar. Tidak ingin mengingat ucapan Samuel yang mengatakan telah m
"Om? Kapan datang?" sapa Jake bertemu dengan Tuan Abimanyu di lorong rumah sakit. "Dari tadi. Tolong jaga Helena dengan baik. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Om.""Baik. Saya akan menjaga Helena."Tuan Abimanyu melanjutkan langkah. Pikirannya benar-benar bimbang atas saran yang diucapkan Helena. Memang benar, ketika dulu Bella bekerja di perusahaannya, banya investor yang menanamkan sahamnya. Tetapi, pada saat posisi Bella digantikan Cella, tidak ada penambahan investor tiap tahunnya bahkan ada yang terang-terangan mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas. Sekali lagi, Tuan Abimanyu harus mempertimbangkan saran Helena.*** "Jake, kau sudah selesai sarapannya?"Helena bertanya saat mengetahui yang masuk ke dalam ruangan adalah Jake Abraham. Lelaki itu mengangguk, berjalan mendekati Helena dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang pasien."Sudah. Tadi Tuan Abimanyu datang ke sini?""Iya, Jake. Aku senang sekali Papa sekarang sudah perhatian dan peduli lagi padaku." Helena s